Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KONTEKS INJIL MARKUS

A. Konteks Sosio-Historis

1. Konteks Keagamaan

Konteks keagamaan dalam Perjanjian Baru secara umum terdapat

keagamaan dalam masyarakat Yahudi dan keagamaan dalam Yunani-Romawi.

Keagamaan dalam masyarakat Yahudi ada tiga golongan keagamaan yang utama

yaitu Farisi, Saduki dan Eseni, serta disamping itu masih ada golongan keagamaan

yang lebih kecil seperti Herodian, Zelot dan masyarakat pada umumnya 1 Mereka

mempertanyakan dan menantang keMesiasan Yesus. Sedangkan dalam keagamaan

dalam Yunani-Romawi terdapat penyembahan terhadap dewa-dewi Yunani dan

Romawi serta penyembahan terhadap Kaisar. Orang-orang Yunani-Romawi

mempertanyakan kehadiran Yesus sebagai penyaing dari dewa-dewi atau illah

yang mereka sembah.

Dalam Injil Markus, Para ahli Taurat, orang Farisi, imam-imam kepala,

kaum Saduki, dan kaum Herodian digambarkan secara tidak simpatik dan

bermufakat untuk membunuh Yesus.2 Hal ini terjadi karena Yesus menentang

tradisi Yahudi yang menjadi pengajaran atau aturan yang dibuat oleh Para ahli

Taurat, orang Farisi, imam-imam kepala. Memang pemimpin Yahudi ini bersama

seluruh masyarakat berada dalam penantian Mesias Politik yang akan

membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Namun Yesus yang datang pada

1
Samuel B. Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya,
(Bandung: Bina Media Informasi, 2010) 33.
2
Ibid, 271.

9
masa itu tidaklah sesuai dengan harapan mereka sehingga mereka tidak menerima

dan mengakui Yesus sebagai Mesias karena Yesus datang sebagai Mesias yang

menderita, bukan Mesias politik.3

Injil ini ditulis agar jemaat Markus yang baru saja percaya kepada Yesus

dan yang baru bertumbuh, tetap memiliki semangat dan iman yang tetap kokoh di

dalam Yesus. Karena mereka berada dalam situasi yang dapat menggoncangkan

iman mereka dengan berbagai peristiwa yang terjadi pada saat itu.

2. Konteks Budaya

Kebudayaan Yunani berkembang melalui bahasa dan berpengaruh di

Palestina. Di masa kekuasaan Alexander, rakyat telah mempelajari bahasa dan

kebudayaan Yunani. Bahasa Yunani Koine digunakan secara luas oleh orang-

orang kecil dan miskin, bahasa rakyat jelata. Ketika kekaisaran Roma menguasai

bekas kekuasaan Alexander Agung, mereka menjadi pewaris hellenisme. Memang

Roma mengalahkankan Yunani, tetapi kebudayaan Yunani justru berkembang di

Roma.4

Konteks budaya orang Israel saat Yesus memberikan tentang Kerajaan

Allah berada dalam keadaan sistem ekonomi tradisional yang dimana mayoritas

penduduk memiliki pekerjaan sebagai petani dan nelayan. Budaya yang menonjol

dalam masyarakat pada saat itu ialah umumnya budaya lisan. Orang-orang lebih

menggunakan komunikasi lisan dalam menyampaikan berita atau informasi, dan

tidak banyak yang memiliki kemampuan untuk menulis kecuali hanya kelompok

3
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) 253.
4
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok
Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010) 18-20

10
tertentu yang bekerja dilingkungan pemerintah di kota besar wilayah kekaisaran

Romawi.5

3. Konteks Sosial Politik

Kondisi sosial dalam Injil ini terdapat para imam serta kelompok orang

kaya menguasai baik perdagangan maupun pajak bahkan sampai di bait suci.

Sementara kaum miskin dan rakyat biasa menjadi petani, peternak, nelayan dan

sebagainya. Ada dugaan bahwa kondisi sosial politik masa itu berada pada masa

pemerintahan Nero yang memfitnah orang Kristen dengan menuduh mereka

membakar kota Roma, sehingga situasi itu merupakan situasi yang mencekam bagi

orang Kristen dan mereka terancam penganiayaan. 6 Tidak bisa dipungkiri bahwa

keadaan jemaat pada saat itu berada dalam berbagai tantangan yang berat.

Jemaat Kristen yang ada di Roma harus mengalami tekanan anti Kristen

yang kemudian berujung kepada penindasan dan penganiayaan oleh pemerintahan

kaisar Nero. Hal ini menunujukkan seorang pemimpin pada masa itu berkuasa dan

memerintah dengan tangan besi dengan melakukan berbagai penindasan. Situasi

ini memperlihatkan suatu keadaan politik yang tidak baik atau menindas orang lain

karena jabatan yang tinggi. Sehingga jemaat Markus yang berada di Roma pada

waktu itu juga mengalami penganiayaan.

Dalam pemerintahan pada masa itu yang berkuasa dan memerintah dengan

tangan besi atau melakukan penindasan, dapat menyulitkan jemaat Kristen di

Roma sehingga kehidupan mereka berada dalam tekanan yang juga kemudian

membuat iman mereka goyah. Kepemimpinan kaisar Nero yang seperti ini tidaklah

5
Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan tentang Yesus Menurut Injil Sinoptik, (Bandung:
Jurnal Info Media, 2008) 5.
6
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) 209-210

11
membawa keadilan dan damai sejahterah bagi rakyat Roma dan terlebih khusus

orang-orang Kristen. Orang-orang Kristen cenderung mengalami penindasan,

penganiayaan, dan ketidakadilan.

4. Penulis, Tempat, dan Waktu Penulisan Injil Markus

Penulis Injil ini tidak menyebutkan namanya secara jelas. Namun Papias,

Kanon Muratorian, Iranaeus, Claments dari Alexandria, Origen, Jerome, semua

berkata bahwa Injil ini ditulis oleh Markus. 7 Sejak abad ke-2, orang menyebut

Markus sebagai penulis Injil ini. Markus yang dimaksudkan di sini adalah

jurubahasa Petrus, yang menurut tradisi, ia sama dengan Yohanes Markus. 8 Selain

ini masih ada beberapa pendapat tentang Markus sebagai penulis Injil ini.

Tempat penulisan Injil Markus sering diusulkan di Italia, kota Roma, hal

ini didasarkan pada alasan bahwa penulis Injil Markus menggunakan banyak kata

Latin dalam Injilnya seperti ungkapan dinar, legion, kodrantes dan ungkapan

lainnya.9 Namun hal ini tidak selalu menunjuk ke Italia karena bahasa Latin juga

mempengaruhi bahasa Yunani di berbagai tempat, sehingga hal ini tidak dapat

dijawab dengan pasti. Kemudian alasan lain bahwa Injil ini ditulis di Roma, dapat

dilihat dari waktu penulisannya di tahun 65-70 M di masa pemeritahan kaisar Nero

yang melakukan penganiayaan. Marxsen menentukan tempat penulisan Injil ini

yaitu di Galilea, dapat dilihat bahwa Markus menekankan Galilea sebagai wilayah

kegiatan Yesus. Menurut Marxsen, usulan tentang Kota Roma hanyalah dugaan

7
Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 1, (Surabaya: Momentum, 2008) 61.
8
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya,
(Bandung: Bina Media Informasi, 2010) 269
9
M.E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996)
54

12
semata karena Injil ini tidak berkaitan dengan kesimpulan pada 1 Petrus 5:13. 10

Tempat penulisan Injil ini sulit untuk dipastikan, namun penulis lebih pada

pendapat awal bahwa tempat penulisannya di kota Roma.

Dalam menetukan waktu penulisan Injil Markus terdapat berbagai

pendapat. Menurut Duyverman, Jika pembinasaan kota Yerusalem dipandang

selaku hal yang masih akan terjadi, maka kesemuanya ini menuju pada suatu

waktu antara tahun 64 (kematian Petrus) dan tahun 70, kira-kira lebih dekat pada

tahun 64, jadi tahun 65/66.11

Kemudian Samuel Benyamin menyimpulkan beberapa hal yang harus

dipertimbangkan:12

a) Markus menyebutkan suasana jemaatnya yang terjepit karena penganiayaan

(Mrk. 13:14). Suasanan ini mengingatkan pada situasi tahun 64 M, ketika

Kaisar Nero yang mengkambinghitamkan orang Kristen, dengan menuduh

mereka yang membakar kota Roma, yang sebenarnya Kaisar Nero sendirilah

yang membakar kota itu.

b) Nubuat tentang hancurnya kota Yerusalem yang terlihat dalam Markus 13:1-2,

sehingga menunjukan bahwa penulisan Injil mulai menulis sebelum tahun 70

M.

c) Pada tahun 66-70 M, suasana di Palestina semakin panas akibat

pemberontakan bangsa Yahudi terhadap penguasa Roma.

10
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-
Masalahnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) 166-172
11
M.E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996) 60-61
12
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok
Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010) 270-271.

13
d) Ada penafsiran tentang Markus 13:14 bahwa perkataan binasa keji

menunjukan kepada hancurnya kota Yerusalem, sehingga dikatakan bahwa

Injil Markus ditulis sesudah kehancuran kota Yerusalem. Maka dapat

disimpulkan bahwa Injil ini ditulis antara tahun 67-70 M.

5. Tujuan Penulisan

Penulisan Injil Markus memiliki tujuan yang dapat di lihat dari latar

belakang yang terjadi pada waktu itu. Dalam konteks yang terjadi dimana jemaat

Kristen mula-mula mengalami penganiayaan dan penindasan oleh pemerintahan

kaisar Nero. Peristiwa yang dialami jemaat Kristen ini merupakan peristiwa yang

membuat iman mereka tergoncang sehingga membuat mereka menjadi putus asa

dengan keadaan. Dengan berbagai peristiwa yang dialami oleh jemaat Kristen di

Roma pada waktu itu akhirnya membuat Markus menulis kitab ini. Tujuan

penulisan Injil Markus ialah supaya jemaat Kristen mula-mula tetap memiliki iman

yang kokoh kepada Yesus Kristus, walaupun berada dalam situasi yang penuh

tekanan.

Selain itu, penulisan Injil Markus memiliki tujuan sebagai berikut:13

1) Seperti yang disinggung oleh tradisi-tradisi purba, ada hubungan Injil Markus

dengan Petrus, mungkin salah satu alasan penulisannya adalah keinginan

memelihara cerita-cerita Petrus sebagai kesaksian yang langgeng bagi jemaat.

2) Kitab Injil Markus juga ditulis dengan mengingat suatu situasi khusus. Ada

sejumlah aspek yang menonjol dan khusus tentang potret Yesus di dalam Injil

13
Ibid, 210-211.

14
Markus. Ia diperkenalkan di sini sebagai seorang tokoh yang sangat

manusiawi.

Dapat disimpukan, bahwa penulisan Injil Markus juga bertujuan untuk

memelihara cerita atau kesaksian tentang potret Yesus oleh jemaat sehingga

semakin menjadi bukti sejarah bagi orang percaya. Kemudian juga

memperlihatkan Yesus sebagai Mesias memiliki sisi kemanusian yang

menunjukkan bahwa Ia manusia sejati.

6. Ciri Khas Injil Markus

Ada beberapa ciri khas dalam kerangka berpikir Injil Markus ketika menyusun

Injil-nya, antara lain.14

a. Injil Markus memberikan gambaran mengenai kehidupan Yesus dengan cara

yang paling sederhana dan dramatis.

b. Markus mengawali kitab Injil-nya dengan pernyataan iman. “Inilah permulaan

Injil tentang Yesus Kritus, Anak Allah.” Ia tidak membiarkan kita ragu tentang

apa yang diyakininya tentang Yesus.

c. Injil Markus memberikan gambaran tentang Yesus sebagai sosok yang sangat

manusiawi. Bagi markus, “Yesus adalah tukang kayu” (Mrk 13:55), Yesus

mengeluh dalam hati (Mrk 7:34; Mrk 8:12), berbelas kasih (Mrk 6:34), Ia

berdukacita (Mrk 3:5), Ia marah (Mrk 8:33, Mrk 10:14) dan sebagainya

d. Salah satu ciri Injil Markus adalah memasukan perincian yang hidup ke dalam

narasi, yang menjadi tanda bahwa ia adalah seorang saksi mata.

14
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap hari: Injil markus, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011) 8-13.

15
e. Realisme dan Kesederhanaan Injil Markus terlihat dari gaya bahasa

Yunaninya.

1) Gaya bahasanya tidak dipoles dengan cermat, Ia menuturkan cerita seperti

cara seorang anak bercerita.

2) Markus sangat gemar memakai kata-kata “sesudah itu” dan “segera”.

3) Dalam bahasa Yunani Markus menceritakan peristiwa-peristiwa dengan

menggunakan bentuk present tense (kata kerja waktu kini) dari pada past

tense (kata kerja waktu lampau).

4) Markus sering memakai kata-kata Aram yang memang digunakan oleh

Yesus. Misalnya, “Talita kum” (Mrk 5:41), “Efata” (Mrk 7:34), “Abba,

Bapa” (Mrk 14:36), dan “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” (Mrk 15:34).

7. Struktur Injil Markus

Dalam Markus terdapat tiga kumpulan, yaitu ‘kisah pengantar’ (1:1-13), pelayanan

Yesus sampai perjalanannya di Yerusalem (1:14-10:52) dan peristiwa-peristiwa di

dalam dan di sekitar Yerusalem (11:1-16:8). 15Garis besar Injil Markus sebagai

berikut:16

1) Permulaan Pelayanan Yesus (1:1-13)

a) Yohanes Pembaitis (1:1-8)

b) Yesus dibaptis (1:9-11)

c) Yesus dicobai (1:12-13)

2) Pelayanan Yesus di Galilea (1:14-6:29)

a) Pelayanan awal di Galilea (1:14-3:12)


15
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-
Masalahnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) 160.
16
Robert G. Bratcher, and Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab: Injil Markus,
(Jakarta: LAI, 2014) 2-3.

16
 Yesus memanggil para pengikut-Nya yang pertama (1:14-20)

 Mukjizat-mukjizat di Kapernaum (1:21-34)

 Berkeliling di Galilea (1:35-45)

 Pelayanan di Kapernaum (2:1-22)

 Pertanyaan tentang hari sabat (2:23-3:12)

b) Pelayanan di Galilea berlanjut 3:13-7:23

 Pemilihan dua belas rasul (3:13-19)

 Mengajar di Kapernaum (3:20-35)

 Perumpamaan tentang Kerajaan Allah (4:1-34)

 Kunjungan ke Gerasa (4:35-5:20)

 Mukjizat-mukjizat di Galilea (5:21-43)

 Yesus ditolak di Nazaret (6:1-6a)

 Para rasul diutus untuk memberitakan pertobatan (6:6b-13)

 Kematian Yohanes Pembaptis (6:14-29)

 Mukjizat-mukjizat lain di Galilea (6:30-56)

 Perintah Allah dan adat istiadat Yahudi (7:1-23)

3) Kunjungan-kunjugan di luar Galilea (7:24-9:32)

a) Ke Tirus (7:24-30)

b) Ke Dekapolis (7:31-8:10)

c) Ke Kaisara Filipi (8:11-9:32)

4) Pelayanan terakhir di Galilea (9:33-50)

5) Pelayanan di Yudea dan Perea (10:1-52)

a) Ajaran tentang perceraian (10:1-12)


17
b) Ajaran tentang anak-anak (10:13-16)

c) Orang kaya (10:17-31)

d) Pemberitahuan tentang kematian Yesus (10:32-34)

e) Permintaan Yakobus dan Yohanes (10:35-45)

f) Bartimeus disembuhkan (10:46-52)

6) Penderitaan dan Kematian Yesus (11:1-15:47)

a) Yesus dielu-elukan sewaktu masuk Yerusalem (11:1-11)

b) Yesus menyucikan Bait Allah (11:12-36)

c) Perselisihan dengan orang Yahudi (11:27-12:44)

d) Khotbah tentang akhir zaman (13:1-37)

e) Yesus diurapi (14:1-9)

f) Yesus ditangkap dan di hukum mati (14:10-15:47)

g) Kebangkitan Yesus (16:1-19)

B. Konteks/Bentuk Teks

1. Konteks Umum

Adapun konteks umum kitab injil Markus ini bersisi sekumpulan cerita

berlatarbelakang historis tentang Yesus. Ia digambarkan sebagai manusia aksi

yang tanpa meneganal lelah berkeliling di Palestina sambil berkarya atau

melakukan pelayanan.17 Kehidupan dan pelayanan Yesus juga diceritakan tiga Injil

lainnya yaitu Matius, Lukas dan Yohanes. Kitab-kitab Injil ini saling melangkapi

satu dengan lainnya walaupun Injil Yohanes berbeda sedikit dengan Injil sinoptik

yakni Injil Markus, Matius, dan Lukas.


17
Stefan Leks, Tafsir Injil Markus, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) 14.

18
Kisah tentang hehidupan dan pelayanan Yesus dalam Injil Markus

merupakan rangkaian peristiwa yang dipaparkan untuk memperkenalkan Yesus

kepada para pembacanya. Yesus yang diperkenalkan ialah sesungguhnya Mesias

yang datang untuk membebaskan umat-Nya, dan memperkenalkan ke-Allahan

Yesus yang memiliki kuasa atas dunia ini bahkan kepada setan-setan pun tunduk

akan kuasaNya.18 Penulis Injil Markus jelas memperkenalkan Yesus sebagai

Mesias yang datang membebaskan umatNya dari dosa dan juga membebaskan

mereka dari belenggu roh-roh jahat, serta menyembuhkan orang-orang sakit

dengan cara yang ajaib. Pelayanan Yesus yang diperlihatkan mennggambarkan

tentang kerendahan hati dan pengorbanan Yesus bagi banyak orang.

Selain itu Markus juga memaparkan sebagai fase perlawanan orang Farisi

yang makin meningkat.19 Hal ini menunjukan ketidaksukaan mereka terhadap

Yesus dan mencari cara untuk membunuh Yesus. Ketidaksukaan itu menjadi kisah

yang membawa Yesus pada penderitaan hingga disalibkan.

2. Konteks Khusus

Dalam menentukan konteks khusus maka penulis meninjau kembali

perikop atau nats sebelum dan juga sesudah dari perikop yang menjadi tujuan

kajian tersebut.

a. Hubungan Kebelakang

Salah satu perikop yang mendahului Markus 10:35-45 ialah Markus 10:32-

34. Dalam perikop Markus 10:32-34 menceritakan Yesus dan murid-murid-

Nya sedang pergi menuju ke Yerusalem dan Yesus sedang menanti

18
Samuel B. Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar, dan Pokok-pokok Teologisnya, (Bandung:
Bina Media Informasi, 2010) 273-274
19
Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru – Volume 1, (Surabaya: Momentum, 2010) 44.

19
kematianNya di Yerusalem yang adalah tempat yang telah ditentukan-Nya.

Kedua perikop ini memiliki hubungan yang erat, dapat dilihat dari

kesenambungan dimana setelah Yesus menyampaikan tentang penderitaan,

kematian dan kebangkitanNya, lalu mendekatlah Yakobus dan Yohanes

dengan mengharapkan Yesus mengabulkan permintaan mereka.

Hubungan kedua perikop ini menjelaskan kepada pembaca mengenai

pemberitahuan ketiga tentang penderitaan, kematian kebangkitan Yesus di

Yerusalem kepada para murid-murid-Nya yang kemudian kedua murid-Nya

yaitu Yakobus dan Yohanes meminta kedudukan kepada-Nya. Penulis Injil

Markus dalam hubungan ini menunjukan kegagalan Yakobus dan Yohanes

untuk memahami bahwa sebagai murid Yesus, mereka dipanggil kepada

kelepas-bebasan, pelayanan, dan kematian.20 Yesus memberitakan penderitaan

dan kemuliaanNya yang akan datang dan sekaligus menjawab dan

mengajarkan kepada murid-Nya terkait permintaan murid-Nya yang ingin

mendapatkan kemuliaan di sebelah kiri dan kanan Tuhan Yesus.

b. Hubungan Kedepan

Perikop Markus 10:46-52 merupakan alur cerita yang melanjutkan

cerita tentang perjalanan Yesus dan murid-muridNya ke Yerusalem yang

dimulai dalam 10:32.21 Dalam perjalan ke Yerusalem, Yesus memberitakan

penderitaan-Nya, lalu menjawab dan mengajarkan para murid-Nya dalam

Markus 10:35-45. Selanjutnya Yesus dan murid-muridNya tiba di Yerikho.

Namun saat keluar dari Yerikho banyak orang berbondong-bondong, bahkan

20
Marie Noonan Sabin, Tafsir Perjanjian Baru, ed. Daniel Durken (Yogyakarta: Kanisius, 2018)
276.
21
Jacob V. Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 373.

20
ada seorang pengemis yang buta beranama Bartemeus berseru meminta

pengasihan dari Yesus. Lalu Yesus dengan belas kasihan menyembuhkan ia.

Bartimeus adalah seorang Kristen yang dikenal baik dalam lingkungan

para pendengar Petrus dan para pembaca Injil Markus sehingga cerita tentang

dirinya tidak bersifat anonim seperti lazim kisah penyembuhan. 22 Dalam teks

ini, Bertimeus dikenal seorang pengemis buta dan sebagai anak Timeus. Dalam

injil Matius tidak menyebut Namanya, tetapi dalam kisahnya (Matius 20:30)

muncul dua orang buta di jalan ke luar kota Yerikho.23

Dalam teks ini memperlihatkan penyembuhan atas bartimeus, dimana

Yesus yang mengiyakan permohonan Bartimeus dengan berkata, “Pergilah.

Imanmu telah menyelamatkan engkau!” (10:52). Hal ini menunjukkan suatu

pelayanan yang menolong atau menyembuhkan orang yang sakit dan

menderita yang merupakan prinsip seorang pelayan. Bentuk pelayanan ini

menunjukkan perkataan Yesus dalam ayat 42-45, yaitu menjadi pelayan

dengan mengutamakan kepentingan atau kebutuhan orang lain. Yesus

memperlihatkan penyembuhan ini agar mengajar kepada banyak orang

bagaimana mereka harus percaya kepada-Nya.

C. Konteks Teks Markus 10:35-45

Injil Markus 10:35-45 merupakan narasi yang menceritakan tentang

permintaan Yakobus dan Yohanes tentang duduk disebalah kanan dan kiri Yesus

dalam kemuliaan-Nya. Dapat dilihat bahwa narasi perikop ini mengandung nasihat

yang bijak dari Yesus mengenai kedudukan dalam kemuliaan-Nya. Dari perkataan

22
Ibid,.
23
Ibid, 374.

21
Yesus yang merupakan nasihat, menegaskan kepada Yohanes dan Yakobus dan juga

kepada murid yang lain agar menjadi seorang pemimpin yang melayani dengan rendah

hati dan berkorban. Nasihat Yesus ini memberikan pandangan yang baru kepada

murid-murid-Nya bahwa seorang pemimpin yang sejati adalah dia yang melayani

sebagai pelayan-hamba, bukan memerintah dengan tangan besi.

Dalam teks ini memperlihatkan dialog antara Yakobus dan Yohanes,

Kesepuluh Murid yang lain dan Yesus sebagai Guru. Pada sesi yang pertama, tokoh

dialog ialah Yakobus dan Yohanes. Mereka datang menghampiri Yesus dengan

keinginan agar permintaan mereka dikabulkan oleh Yesus. Permintaan mereka ialah

duduk disebelah kiri dan kanan Yesus dalam kemuliaan-Nya yang akan datang.

Kemudian dalam sesi yang kedua, Yesus merespon permintaan Yakobus dan Yohanes.

Yesus menanyakan tentang permintaan mereka. Kemudian dalam ayat 38 Yesus

menanggapi pertanyaan mereka “kamu tidak tahu apa yang kamu minta” yang

menunjukkan bahwa mereka tidak menyadari apa saja yang diperlukan untuk

mencapai tempat-tempat kehormatan itu.24

Pada sesi yang ketiga, kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada

Yakobus dan Yohanes (ayat 41). Kemarahan ini menunjukkan ambisi yang sama

tentang kedudukan dan kekuasaan. Kemudian pada sesi yang terakhir, Yesus

memanggil memanggil mereka semua untuk mendekati-Nya dan memperjelas standar-

standar yang berbeda mengenai kebesaran antara kerajaan-Nya dan kerajaan-kerajaan

dunia.25 Hal ini, Yesus menjelaskan bahwa menjadi yang terbesar dan yang terkemuka

haruslah menjadi pelayan dan hamba, bukan seperti pemerintahan bangsa-bangsa

24
Jacob V. Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 364.
25
William Barclay, pemahaman Alkitab Setiap Hari:Injil Markus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2003), 425.

22
memimpin dengan tangan besi atau dengan kekerasan. Pada bagian terakhir ini Yesus

menunjukkan contoh tentang Diri-Nya yang datang kedunia bukan untuk dilayanai

melainkan untuk melayani.

Jadi dalam teks ini yang memperlihatkan dialog antar para murid dan Guru

(Yesus), di mana Yakobus dan Yohanes ingin mendapatkan kedudukan/kekuasaan

dalam kemuliaan-Nya, sehingga Guru (Yesus) yang memberikan pemahaman tentang

kekuasaan yang sesungguhnya ialah menjadi pelayan-hamba yang melayani. Yesus

menjadi panutan/teladan bagi murid-murid-Nya. Ia datang bukan untuk berkuasa

melainkan menjadi pelayan yang melayani dan menjadi tebusan bagi semua orang.

Yesus adalah pemimpin yang memiliki karakter rendah hati, rela berkorban dan taat

kepada Allah Bapa. Hal ini menunjukkan kepemimpinan yang melayani yang

digambarkan Yesus yaitu berkarakter seperti pelayan dan hamba, bukan untuk

berkuasa atas orang lain, ambisius, dan mementingkan kepetingan sendiri.

23

Anda mungkin juga menyukai