BAB I
PENDAHULUAN
Adapun pada bagian ini penulis akan menjelaskan beberapa hal mengenai Injil
Matius sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut isi daripada Injil Matius ini.
Injil Matius merupakan kitab di Perjanjian Baru dan salah satu dari empat Injil
di Perjanjian Baru. Injil Matius juga merupakan Injil urutan pertama kemudian disusul
oleh Injil Markus, Lukas dan Yohanes. Injil Matius, Markus, dan Lukas juga
digolongkan ke dalam Injil Sinoptik.
Injil Sinoptik adalah Injil Perjanjian Baru dalam Alkitab yang seringkali
menulis kisah yang sama tentang Yesus, namun dengan penjelasan dan panjang yang
yang berbeda, namun memiliki urutan yang sama dan banyak juga menggunakan kata
yang sama.
Di dalam Alkitab, Injil Matius ditempatkan sebagai Injil yang pertama. Memang
sudah demikian juga dalam “Alexandrinus” dan “Vatikanus”, manuskrip-
manuskrip (tulisan tangan) tertua Perjanjian Baru. Tetapi jangan kita menduga,
bahwa itu tanda Injil Matius adalah Injil yang tertua.1
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa walaupun Injil Matius adalah
Injil yang pertama dalam Perjanjian Baru bukan berarti Injil Matius jugalah yang
tertua dari ketiga Injil Sinoptik dan Injil Yohanes.
Penulis telah menjelaskan sedikit mengenai Injil Matius kemudian selanjutnya
penulis akan menjelaskan beberapa hal lagi tentang Injil Matius ini beserta isinya di
bab berikutnya.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah penulisan paper ini dibatasi hanya pada ruang
lingkup pengantar Injil Matius saja.
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penulis
Jika dilihat dalam Alkitab penulis Injil Matius ini tidak dijelaskan secara jelas
atau pun tidak ditulis siapa penulis dari Injil Matius ini. Namun tradisi menganggap
bahwa Matius lah penulis dari Injil Matius ini.
Injil yang pertama menurut tradisi dianggap tulisan Matius Lewi, seoraang
pemungut cukai, yang dipanggil oleh Yesus menjadi seorang dari kedua belas
murid-Nya (Matius 9:9-13; 10:3).2
Dari penjelasan di atas sama dengan apa yang dijelaskan oleh Irving L.
Jensen:
Tradisi sepakat untuk menyatakan bahwa penulis Injil itu adalah Matius, anak
Alfeus, yang nama Yahudinya adalah Lewi.3
2
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, cet Ketujuh(Malang: Gandum Mas,
2006), 183
Irving L. Jensen, ed. Um Matius “Buku Penuntun Belajar”, pen. Lina
3
Matius 9:9-13; 10:3 mengatakan “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat
seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya:
"Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus
makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi
melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu
makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus
mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang
sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas
kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang
benar, melainkan orang berdosa."Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius
pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus.
Dari penjelasan diatas Stamps juga berpendapat bahwa penulis dari Injil
Matius ini adalah Matius salah seorang dari murid Yesus.
Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua
bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa
Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.4
Jika dilihat dari pekerjaan, Matius ini adalah seorang pemungut cukai yang
mencatat dalam setiap pekerjaannya dan dapat disimpulkan bahwa Matiuslah yang
menulis Injil Matius.
Sebagai seorang pemungut cukai tentu ia seorang yang terpelajar dan biasa
membuat catatan-catatan dalam melakukan pekerjaannya.5
Jadi, dari semua kutipan dan pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa
Matius yang dulunya seorang pemungut cukai dan setelah itu dijadikan murid oleh
Yesus adalah penulis dari Injil Matius.
4
Donald C. Stamps, ed. Um “Imamat” dalam Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, pen. Nugroho Hananiel, cet. Kelima belas(Malang: Gandum Mas, 2010),
1495
5
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, cet Ketujuh(Malang: Gandum Mas,
2006), 184
5
B. Tahun Penulisan
Kapan tepatnya Injil ini ditulis belum diketahui. Dalam Alkitab pun tidak
dituliskan ataupun dijelaskan sama sekali kapan Injil ini ditulis.
Injil Matius mungkin ditulis pada tahun 58M, sebelum penghancuran Yerusalem
(70M) dan tidak lama sebelum Lukas menulis Injilnya.6
Dalam Injil ini hanya terdapat sedikit fakta yang dapat menunjukkan kapan tulisan
ini dibuat; sehingga tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan.
Beberapa ahli konservatif memiliki alasan kuat untuk memperkirakan bahwa ia
ditulis sebelum Yerusalem dihancurkan, antara tahun 60 sampai 65, ketika Matius
berada di Palestina atau Antiokia di Siria, meskipun ada pakar liberal yang
memperkirakan antara tahun 180 dan 200. Semua ahli sepakat bahwa tulisan-
tulisan Ignatius merujuk, namun tidak mengutip langsung Injil Matius, yang
berarti Injil ini sudah selesai ditulis pada awal abad ke-2 Masehi.7
Stamps mengatakan bahwa penulisan Injil Matius ini pada tahun 60an SM.8
Jadi, dari kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa tahun penulisan Injil
Matius ini sekitar tahun 60 sampai dengan 65.
6
Irving L. Jensen, ed. Um Matius “Buku Penuntun Belajar”, pen. Lina
Tresnawaty(Bandung: Kalam Hidup), 8
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Injil_Matius
8
Stamps, ed. Um “Imamat” dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, pen.
Nugroho Hananiel, cet. Kelima belas(Malang: Gandum Mas, 2010), 1495
6
C. Tema
Jika dilihat dalam Injil Matius pasal demi pasal banyak hal yang dituliskan
mengenai Yesus mulai dari silsilah Yesus, awal pelayanan daripada Yesus kemudian
pelayanan-pelayanan Yesus yang lain, kesengsaraan dan penderitaan Yesus dan
diakhiri dengan kebangkitan Yesus.
Stamps menyatakan tema Injil Matius adalah Yesus Raja Mesianis. 9 Dari
pernyataan stamps, penulis setuju dengan tema tersebut karena menurut penulis di
dalam kekristenan, Yesus Kristus dipercaya sebagai mesias yang telah dinanti-
nantikan untuk membawa keselamatan dari Allah kepada manusia.
Dan dalam Injil Matius pun menuliskan dalam pasal 1:22-23 “Hal itu terjadi
supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu
akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan
menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita.
Jadi, Raja Mesianis yang telah difirmankan oleh para nabi pada Perjanjian
Lama itu adalah Yesus Kristus.
D. Latar Belakang
Latar belakang dari pada Injil Matius ini adalah ketergantungannya pada
penyataan, janji, dan nubuat Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus
memang Mesias yang sudah lama dinantikan, mengenai silsilah Yesus, bermula dari
Abraham (Matius 1:1-17), da adanya pernyataannya yang berulang-ulang bahwa
Yesus adalah "Anak Daud" (Matius 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-
31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45), penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti
"Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa
hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung, dan
petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa
pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain). Sekalipun demikian, Injil ini tidak
semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Agung Yesus sendiri, Injil Matius
pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh bangsa, gereja serta dengan saksama
9
ibid
7
menyatakan lingkup menyeluruh tentang Injil (misalnya Matius 2:1-12; Mat 8:11-12;
Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
E. Tujuan
Adapun tujuan dari Matius menulis Injil ini adalah seperti tema daripada Injil
Matius yang adalah Yesus Raja Mesianis untuk meyakinkan umat Yahudi bahwa
Yesus lah Mesias itu.
Injil ini dimaksudkan untuk mengajar mereka dengan teliti dan cermat bagaimana
Yesus telah menggenapi nubuat-nubuat PL dan telah meletakkan dasar-dasar bagi
gereja Kristen.10
Yang dimaksudkan dengan mereka dari kutipan diatas adalah umat Yahudi,
jadi Matius ingin meyakinkan mereka bahwa Yesus itulah nubuat para nabi yang telah
digenapi.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa (1) hampir semua orang
Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia
datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis. (2)
Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemulian-Nya sebagai Raja
segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.11
10
R.E Nixon, MA/Harris P. Nasution, STh, ThM. “Matius” dalam Tafsiran
Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, cet Ketiga belas(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 60
11
Stamps, ed. Um “Imamat” dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
pen. Nugroho Hananiel, cet. Kelima belas(Malang: Gandum Mas, 2010), 1496
8
F. Garis-Garis Besar
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari awal penjelasan Injil
Matius yang dimulai dengan kisah kelahiran Yesus dan diakhiri dengan sebuah
Amanat Agung-Nya dalam Matius 28:18-20 18Yesus mendekati mereka dan berkata:
19
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman." Dari ayat ini penulis mau menyatakan bahwa dalam
Injil Matius ini Yesus Kristus memeberikan Amanat Agung-Nya untuk dilakukan.
Apa yang harus dilakukan? Yang harus dilakukan adalah memberitakan Injil (Kabar
Baik). Penulis melihat kehidupan hamba-hamba Tuhan yang katanya seorang Hamba
Tuhan pada sekarang ini ataupun di zaman ini kebanyakan sudah tidak melakukan
Amanat Agung yaitu menginjil. Jadi yang mau ditekankan oleh penulis melalui
kesimpulan ini adalah beritakan Amanat Agung yaitu Injil “Kabar Baik” yang Yesus
Kristus telah berikan
10
DAFTAR PUSTAKA
Heer J.J de, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal1-22. Jakarta: Gunung Mulia, 1999
Jensen Irving L. ed. Um Matius “Buku Penuntun Belajar”. Bandung: Kalam Hidup
https://id.wikipedia.org/wiki/Injil_Matius
Nixon R.E, MA/Harris P. Nasution, STh, ThM. “Matius” dalam Tafsiran Alkitab
Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003