Anda di halaman 1dari 10

“PERUMPAMAAN KERAJAAN SURGA DALAM INJIL MATIUS”

Abstrak
Salah satu tema dalam Injil Matius adalah Kerajaan Surga. Perumpamaan Kerajaan Surga,
yang terdapat dalam Injil Matius, bertujuan untuk menyampaikan prinsip-prinsip moral dan nilai-
nilai Kerajaan Surga. Dalam perumpamaan ini, Yesus menggunakan bahasa metafora dan
gambaran sehari-hari untuk menyampaikan pesan spiritual yang mendalam. Kerajaan Surga yang
terdapat dalam Injil Matius merupakan landasan ajaran moral dan spiritual bagi umat Kristiani.
Injil Matius, salah satu kitab Perjanjian Baru, memuat serangkaian perumpamaan yang diajarkan
oleh Yesus Kristus. Salah satu perumpamaan yang paling berkesan adalah Perumpamaan Kerajaan
Surga yang menggambarkan nilai-nilai kehidupan umat Kristiani dan realitas Kerajaan Allah.
Perumpamaan ini menggambarkan Kerajaan Surga sebagai sebuah ladang di mana seorang petani
menabur gandum yang baik, namun lalang tumbuh di antara gandumnya. Melalui perumpamaan
ini Yesus memberikan gambaran bahwa dunia ini penuh dengan kebaikan dan kejahatan, namun
pada akhirnya Tuhan akan membaginya dengan adil. Yesus menekankan bahwa hanya orang yang
setia dan melakukan apa yang di kehendaki-Nya yang akan masuk Kerajaan Surga. Perumpamaan
ini menyoroti pentingnya ketekunan, iman, dan kesetiaan dalam menghadapi cobaan dan godaan
duniawi. Selain itu, perumpamaan ini juga membantu kita memahami keadilan dan hukuman akhir
yang akan diterima setiap individu. Pentingnya menyaring dan memilih dalam perumpamaan ini
mengajarkan umat Kristiani untuk hidup bijaksana, selalu memilih yang baik dan menjauhi yang
jahat. Yesus menekankan bahwa setiap tindakan dan keputusan mempunyai konsekuensi, baik di
kehidupan ini maupun di akhirat. Perumpamaan Kerajaan Surga dalam Injil Matius memberikan
wawasan bagi umat Kristiani tentang makna hidup, keadilan, dan akhirat yang sebenarnya. Hal Ini
mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan menuju Kerajaan Surga, di mana setiap orang
bertanggung jawab atas pilihannya. Oleh karena itu, perumpamaan ini tidak hanya menjadi
pedoman moral, tetapi juga merupakan ajakan untuk hidup berintegritas dan ikhlas, mengikuti
jejak Yesus Kristus sebagai teladan sempurna.

Kata Kunci: Perumpamaan, Kerajaan Surga


PENDAHULUAN

Kitab Matius merupakan salah satu Injil dari keempat Injil sinoptik yang ada dalam Alkitab.
Kitab Matius merupakan satu-satunya Injil yang memakai istilah gereja (ἐκκλησία, 16:18; 18:17).
Membahas lebih jauh tentang Injil Matius, perlu untuk mengetahui “siapa penulis kitab Injil
Matius ini?” Injil menurut Matius tidak pernah muncul sendirian tanpa judul ini, dan sudah lama
diyakini bahwa kitab tersebut ditulis oleh nabi Matius, salah seorang dari kedua belas murid Yesus
yang pertama (Kern, 2022). Beberapa pandangan mengatakan penulisan Injil pertama ini oleh
Matius dimulai pada masa awal Gereja. Dalam naskah arkais Injil ini, terdapat judul yang
menghubungkan kitab ini dengan Matius dan hanya tertuju kepada Matius. Tidak ada bukti lain
yang menunjukkan bahwa Injil ini pernah muncul di kalangan keagamaan tanpa nama Matius di
dalamnya (Millenium, 2012). Matius tidak langsung menyebutkan siapa pembaca pertama dari
Injilnya. Namun, dia memberi beberapa arahan mengenai persoalan ini.
Matius dengan jelas menulis Injil ini untuk orang Kristen Yahudi. Semua kitab Injil ditulis
khusus untuk para pembaca Kristen. Namun, beberapa hal yang ditekankan dalam Injil Matius
menjadikannya sangat relevan bagi pembaca Yahudi-Kristen. Misalnya, Matius mengutip
Perjanjian Lama lebih banyak dibandingkan penginjil lainnya. Pertama, sebagian besar pakar
percaya bahwa Matius kemungkinan besar menggunakan Injil Markus sebagai salah satu
referensinya. Kitab Markus diperkirakan ditulis tahun 64 M. Jika tahunnya benar, kemungkinan
besar Matius menulis Injil ini pada pertengahan hingga akhir tahun 60-an. Kedua, Matius adalah
rasul Yesus, artinya dia sudah matang dalam cara berpikir dan bertingkah laku ketika memasuki
pelayanan Yesus, kemungkinan sekitar tahun 30 M. Oleh karena itu, jika Matius tidak hidup lama,
maka tanggal penulisan paling awal adalah sekitar akhir abad pertama. Secara umum, Matius
menulis karena penting untuk mengetahui secara pasti siapa Yesus dan apa yang dia lakukan.
Namun, cakupan tindakannya juga semakin sempit. Secara khusus, Matius menulis Injil ini untuk
umat Kristen Yahudi yang bertujuan untuk mempertahankan kepercayaan mereka kepada Yesus
sebagai Raja Mesianis mereka (Millenium, 2012).
Awal pembukaan Injil Matius sangatlah menarik; Tidak ada hal yang sama dengan Injil
lainnya, yaitu judulnya yang membingungkan dan silsilahnya yang panjang, Injil ini begitu
memikat perhatian pembaca modern. Namun jika hal ini terabaikan, maka sama halnya dengan
mengabaikan sesuatu yang jelas-jelas dianggap penting oleh Matius (Morris, 1996). Setelah
membahas tentang kepenulisan kitab Injil Matius ini, banyak kesan pertama yang muncul setelah
peralihan dari kitab Markus kepada kitab Injil ini, yaitu sangat meningkatnya ajaran Yesus, selain
itu juga banyak sekali perumpamaan-perumpamaan Kerajaan Surga yang muncul dalam Injil ini
(Morris, 1996). Terkait dengan banyaknya perumpamaan-perumpamaan yang muncul dalam injil
ini, penulis ingin supaya artikel ini dapat memberikan sumbangsi pemikiran terkait dengan
perumpamaan-perumpamaan Kerajaan Surga yang ada dalam Injil Matius. Kalau di dalam Injil
Markus hanya membahas sedikit tentang perumpamaan, maka di dalam Injil Matius membahas
paling sedikit tujuh belas perumpamaan, termasuk satu bagian yang panjang dan saling
berhubungan antara perumpamaan satu dengan yang lain (Morris, 1996). Perumpamaan-
perumpamaan merupakan studi yang sangat menarik untuk menampilkan aspek-aspek penting dari
Kerajaan (Morris, 1996). Sehingga perlu diketahui, bahwa perumpamaan tentang Kerajaan Surga
yang ada dalam Injil Matius sangat begitu penting dibahas dan dipahami, agar orang-orang Kristen
tidak salah mengartikan esensi sebenarnya dari maksud perumpamaan yang dibahas dalam Injil
Matius.
PEMBAHASAN

Injil Matius adalah salah satu Injil Sinoptik dalam perjanjian baru, yang membahas paling
sedikit tujuh belas perumpamaan, termasuk satu bagian yang panjang dan saling berhubungan
antara perumpamaan satu dengan yang lain (Morris, 1996). Salah satu hal istimewa yang terlihat
dari Injil Sinoptik adalah Yesus menggunakan perumpamaan sebagai metode pengajaran, serupa
dengan apa yang ditemukan sebagian ahli dalam Injil Yohanes. Lebih dari beberapa ajaran Yesus
yang tercatat berbentuk perumpamaan, banyak sekali ajaran Yesus dalam bentuk perumpamaan
yang sungguh mengesankan. Mengenai topik yang sedang dibahas, Injil Matius memuat beberapa
kelompok perumpamaan yang memiliki arti yang sangat khusus, yang disebut “Perumpamaan
tentang Kerajaan”(Dodd, 1929). Matius menggunakan ungkapan “Kerajaan Surga” sebanyak 32
kali, dikatakan bahwa istilah “Surga” adalah pengganti hormat untuk “Allah.” Jika demikian
halnya, maka istilah “Kerajaan Allah” dan “Kerajaan Surga” merujuk kepada realitas yang sama
dan tidak bisa dibedakan (Schreiner, 2013). Panggilan yang pertama tentang Kerajaan Surga atau
Kerajaan Allah dalam Injil Matius diawali dengan munculnya Yohanes Pembaptis. Yohanes
memberitakan injil bahwa umat Yahudi harus bertobat karena Kerajaan Surga sudah dekat (Matius
3:1-2). Setelah Yohanes Pembaptis ditangkap, Yesus muncul pertama kali di Galilea dan
mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Yohanes dalam Matius 4:12-17. Injil Matius
terutama menggunakan istilah “Surga” untuk memberikan pemahaman tentang konsep Kerajaan
Allah (Carson, 2000).

Dalam Injil Matius, Yesus mewartakan Kerajaan Surga dan meniadakan segala penyakit
dan kelemahan: “Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat
dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di
antara bangsa itu” (Matius 4:23;9:35). Sehingga, Yesus memperlihatkan bahwa pengusiran setan
dan penyembuhan penyakit juga merupakan bagian pertama dari pesan Kerajaan Surga. Yesus
mengajarkan kerajaan itu dan orang-orang Yahudi mengalaminya, tetapi tidak sepenuhnya dan
tidak dengan cara yang sama seperti pemahaman orang Yahudi pada umumnya tentang kerajaan
(pengharapan mesianis Yahudi) (Ladd, 1994). Yesus memperingatkan kepada para murid-Nya
bahwa Kerajaan Surga yang Ia beritakan merupakan khotbah Yesus tentang Kerajaan Surga dan
menghilangkan segala perumpamaan Kerajaan Surga yang sarat dengan nilai-nilai etika. Hal ini,
dikisahkan dalam Matius 5 tentang khotbah dibukti yang mempunyai makna kelemah-lembutan
dan kerendahan hati. Hal ini ditegaskan dalam Matius 5:3, “Berbahagialah orang yang miskin
dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga”(Morris, 1996). Yesus bahkan
juga menekankan di dalam Matius 5:20 bahwa mereka tidak akan masuk Surga jika hidup
keagamaan mereka tidak lebih benar daripada orang-orang Farisi (Legg, 2004). Hal ini
memberikan arti terhadap khotbah Yohanes Pembaptis agar orang-orang bertobat untuk
menyambut Kerajaan Surga yang sudah dekat. Yesus banyak mengajarkan konsep Kerajaan Surga
dalam bentuk perumpamaan. Dalam Injil Matius setidaknya 17 perumpamaan yang Yesus ajarkan.
Hal itu menarik perhatian murid-murid Yesus, Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya
kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” (Matius
13:10). Kemudian Yesus menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia
Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak” (Matius 13:11) (Legg, 2004).

Dalam kitab Matius, perumpamaan Yesus yang terkenal disajikan dalam beberapa bagian.
Matius 13:1-23 perumpamaan tentang penabur, Matius 13:24-30 perumpamaan tentang lalang,
Matius 13:31-43 perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi, Matius 13:44-46 harta terpendam dan
mutiara yang berharga dalam dan Matius 13:47-53 perumpamaan tentang pukat. Perumpamaan ini
disusun untuk menjernihkan kesalahpahaman tentang Kerajaan Srga. Dalam pasal 13 ada beberapa
perumpamaan, antara lain perumpamaan tentang biji sesawi di ayat 31-32, perumpamaan tentang
ragi di ayat 33, tentang harta terpendam di ayat 44, dan tentang mutiara di ayat 45-46, Yesus
mengajarkan bahwa kerajaan surga adalah harga tertinggi, jadi perlu mencari harga yang harus di
bayar. Kerajaan itu mungkin tampak tidak penting pada awalnya, namun suatu hari nanti
kejayaannya akan terungkap. Namun Yesus juga menceritakan perumpamaan lain yang berfokus
pada kegagalan bangsa Israel menerima Raja Yesus dan kerajaannya. Dalam perumpamaan tentang
penabur dan penjelasannya di Matius 13:1-23, Yesus menjelaskan bahwa ada banyak hambatan
dalam iman dan kebanyakan orang akan menolak kerajaan ini (Millenium, 2012).

Pandangan ini didukung oleh perumpamaan tentang lalang di ayat (24-30) dan (36-43),
serta perumpamaan tentang pukat di ayat (47-51). Yesus mewartakan bahwa banyak orang akan
menolak menerima kerajaan itu dan pada akhirnya akan dihancurkan. Perumpamaan-
perumpamaan ini merupakan peringatan yang nyata bagi mereka yang melanggar perintah Yesus.
Peringatan ini memberikan peluang kepada orang-orang yang tidak beriman untuk bertobat dan
menjadi pengikut Raja yang sejati (Millenium, 2012). Perumpamaan-perumpamaan ini sudah
banyak dibicarakan orang. C.H. Dodd berpendapat bahwa orang harus memahami perumpamaan
bukan hanya sekedar memahmi tetapi harus mengetahui kaitannya dengan masa sulit yang
ditimbulkan oleh kedatangan Yesus dan tidak tepat jika orang memahami perumpamaan hanya
sebagai pengajaran umum bagi kita tentang kehidupan Kristiani tetapi sebenarnya mempunyai
makna yang mendalam (Dodd, 1929). Morris mengatakan bahwa, “Mengesampingkan penafsiran
perumpamaan yang berlaku secara umum, ia menekankan kekhususan perumpamaan sebagai
penafsiran situasi sejarah.” Perumpamaan ini menggunakan kekayaan ekspresi dramatis untuk
membantunya melakukan hal ini dalam peristiwa.” Di mata mereka terpancar mukjizat Yesus,
ketertarikannya pada manusia, dan kebahagiaan yang dihasilkan para pengikutnya.” Yesus dan
keangkuhan hati orang-orang yang menolaknya. Dalam konflik yang begitu menyedihkan tentang
salib dan penganiayaan terhadap murid-Nya, di dalam pilihan yang sangat menentukan di hadapan
bangsa Yahudi serta berbagai persoalan-persoalan yang mengancam mereka, Tuhan bangkit
melawan mereka dengan kerajaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan kemuliaan-Nya (Morris, 1996).

Menurut Joachim Jeremias, bukunya didasarkan pada karya Dodd tentang perumpamaan
yang berharga (The Parables of Jesus). Secara khusus, beliau mengajarkan pelajaran yang bersifat
eskatologis, atau ajaran tentang datangnya masa krisis, dalam perumpamaan yang diceritakan
kepada banyak orang dan terhadap musuh-musuh Yesus, yang kemudian menjadi pelajaran bagi
para murid, serta menjadi bahan pengajaran yang berisi nasihat yang baik bagi mereka (Morris,
1996). Artinya kita harus menafsirkan perumpamaan seperti benih liar dan benih sesawi untuk
menunjukkan kepastian pertumbuhan ketika Tuhan melaksanakan rencana-Nya bagi kehidupan
kita, serta perumpamaan tentang pukat dan perumpamaan tentang lalang di antara gandum harus
ditafsirkan sebagai suatu pertumbuhan yang diharapkan jawabannya harus dapat ditafsirkan dari
masyarakat dan dari Yesus pada Penghakiman Terakhir. Ada juga perumpamaan lain yang
mengajarkan kita bahwa ada masa-masa krisis yang mengancam mereka yang mendengarkan
perkataan Yesus (tentang dua orang anak, tentang pohon ara yang tidak berbuah), namun juga
tentang menunggu beberapa saat, serta perumpamaan yang menanyakan sesuatu Parousia
(sepuluh gadis, pencuri, dan pelayan menunggu kedatangan tuannya) (Morris, 1996).
APLIKASI DALAM PENDIDIKAN

Perumpamaan Kerajaan Surga yang disampaikan oleh Yesus dalam Injil Matius
menyajikan gambaran tentang nilai-nilai Kerajaan Surga. Penerapan perumpamaan ini dalam
konteks pendidikan dapat memberikan inspirasi bagi pendidik, siswa, dan masyarakat secara luas.
Pertama-tama, perumpamaan ini mengajarkan tentang nilai-nilai moral dan etika. Pendidikan tidak
hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter. Dalam perumpamaan, Yesus
menekankan kebaikan, kasih sayang, dan keadilan sebagai inti dari kerajaan Allah. Dalam konteks
pendidikan, ini mengingatkan kita untuk mendidik generasi muda agar tidak hanya cerdas secara
intelektual tetapi juga memiliki moralitas yang kuat. Kedua, perumpamaan ini merangsang
pemikiran kritis. Ketika Yesus menyatakan bahwa "Kerajaan surga seperti harta yang terpendam
di ladang," ini mengajak kita untuk mencari dan menggali pengetahuan yang mendalam. Dalam
pendidikan, hal ini dapat diartikan sebagai dorongan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan kemampuan analisis siswa, yang merupakan aspek penting dalam memahami dan
mengaplikasikan pengetahuan. Selain itu, perumpamaan ini menyoroti nilai kerendahan hati.
Ketika Yesus mengatakan "Kerajaan Surga seperti seorang pedagang mencari mutiara yang indah,"
ia menggambarkan dedikasi dan ketekunan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam dunia
pendidikan, hal ini dapat menjadi panduan bagi siswa untuk tetap rendah hati dalam mengakui
bahwa pembelajaran adalah perjalanan yang terus-menerus, dan mereka harus selalu berusaha
untuk meningkatkan diri. Perumpamaan ini juga memberikan pelajaran tentang keadilan sosial.
Saat Yesus menceritakan "Kerajaan Surga seperti seorang tuan tanah yang keluar mencari pekerja
di pasar," ini menggambarkan pentingnya memberikan kesempatan yang setara dalam pendidikan.
Setiap individu memiliki potensi unik, dan pendidikan seharusnya menjadi wadah di mana semua
orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Dalam konteks pendidikan,
perumpamaan ini dapat menjadi dasar bagi kebijakan inklusi yang mendukung perbedaan dan
memastikan bahwa semua siswa merasakan keadilan dalam kesempatan belajar mereka. Terakhir,
perumpamaan ini menekankan nilai investasi jangka panjang. Saat Yesus menggambarkan
"Kerajaan Surga seperti seorang tuan tanah yang menyerahkan talenta kepada hamba-hambanya,"
ini mengajarkan kita tentang tanggung jawab dan kepercayaan. Dalam pendidikan, ini
mencerminkan pentingnya membekali siswa dengan keterampilan yang tidak hanya relevan untuk
saat ini tetapi juga untuk masa depan mereka. Dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam pendidikan,
kita dapat menciptakan lingkungan di mana siswa tidak hanya menjadi pembelajar yang cakap
tetapi juga individu yang bertanggung jawab, peduli, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Perumpamaan Kerajaan Surga dalam Injil Matius menjadi panduan moral yang relevan bagi
pengembangan pendidikan yang holistik dan berkelanjutan.

KESIMPULAN

Perumpamaan Kerajaan Surga yang terdapat dalam Injil Matius menjadi landasan ajaran
moral dan spiritual dalam agama Kristen. Kesimpulan dari tema ini mencakup pemahaman
mendalam tentang pesan moral dan spiritual yang terkandung dalam perumpamaan tersebut.
Perumpamaan Kerajaan Surga mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan sejati, seperti pentingnya
rendah hati, keadilan, dan persiapan untuk kehidupan setelah mati. Hal ini menciptakan dasar
moral yang kokoh dan memberikan panduan bagi perilaku yang baik. Selain itu juga,
perumpamaan Kerajaan Surga dalam Injil Matius menggambarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai
yang penting dalam ajaran Yesus Kristus. Keseluruhan narasi perumpamaan ini memberikan
gambaran mendalam tentang sifat, karakter, dan tuntutan Kerajaan Surga. Yesus dalam
perumpamaan-perumpamaan-Nya menekankan pentingnya memberikan prioritas tertinggi pada
Kerajaan Surga. Hal ini tercermin dalam perumpamaan tentang harta yang terpendam dan Mutiara
yang indah, dimana orang-orang rela melepaskan segala-galanya demi mendapatkan kekayaan
sejati dalam Kerajaan Allah (Morris, 1996). Perumpamaan-perumpamaan tersebut memberikan
pandangan tentang karakter dan perilaku yang dihargai dalam Kerajaan Surga. Kehidupan kasih,
kejujuran, dan kerendahan hati menjadi inti dari pesan tersebut. Kesetiaan kepada Tuhan dan
Tindakan-tindakan baik terhadap sesame menjadi sorotan penting. Beberapa perumpamaan
mencerminkan konsep penilaian akhir, di mana Yesus sebagai Hakim akan memisahkan antara
orang-orang yang setia dan yang tidak setia. Ini menciptakan kerangka moral yang memotivasi
orang untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Surga untuk mempersiapkan diri mereka
untuk kehidupan kekal.

Perumpamaan tentang benih yang jatuh di tanah baik dan buruk, serta hamba-hamba yang
setia dan tidak setia, menyoroti konsep pengorbanan dan kesetiaan dalam mengikuti Kristus.(Kern,
2022) Kepatuhan terhadap ajaran-ajaranNya menjadi esensial untuk memasuki dan tetap berada
dalam Kerajaan Surga. Ada variasi dalam cara orang-orang merespons Kerajaan Surga. Beberapa
menerimaNya dengan sukacita dan tekun mencariNya, sementara yang lain menolak atau
teralihkan oleh kehidupan duniawi. Ini mencerminkan realitas bahwa setiap orang memiliki
tanggung jawab untuk menanggapi undangan Allah. Beberapa perumpamaan, seperti
perumpamaan tentang benih gandum dan sawi, menyoroti pentingnya kematian dan kebangkitan.
Proses ini menunjukkan bahwa bagi orang percaya, kematian fisik adalah langkah menuju
kehidupan yang kekal dalam Kerajaan Surga. Ada perumpamaan yang menunjukkan bahwa
Kerajaan Sorga adalah hasil dari karya Roh Kudus, seperti perumpamaan tentang ragi dalam
adonan. Ini menggarisbawahi aspek kerohanian dan transformatif dari Kerajaan Allah. Dalam
rangkaian perumpamaan ini, Yesus tidak hanya memberikan gambaran tentang sifat dan realitas
Kerajaan Surga, tetapi juga mengajak pendengar untuk merespons panggilan Allah dengan
sungguh-sungguh. Kesimpulannya, perumpamaan-perumpamaan Kerajaan Surga dalam Injil
Matius menciptakan fondasi ajaran moral dan rohani yang mendasari iman Kristen, mengajak
orang untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Kerajaan Surga untuk mendapatkan
kehidupan yang kekal.
DAFTAR PUSTAKA

Carson, D. . (2000). The Sermon on the Mount. UK: The Paternoster Press.
Dodd, C. . (1929). Abingdon Bible Commentary.
Kern, P. (2022). THE STORY RETOLD: A Biblical-theological Introduction to the New
Testament. In Reformed Theological Review (Vol. 81, Issue 3).
https://doi.org/10.53521/a333
Ladd, G. (1994). Injil Kerajaan. Gandum Mas.
Legg, J. (2004). The King and His Kingdom. Evangelical Press.
Millenium, T. (2012). The Gospels. Lesson 2. Manuscript. Indonesian. In Bibblical Education.
Morris, L. (1996). Teologi Perjanjian Baru. 269.
Schreiner, T. R. (2013). The King in his beauty : a Biblical theology of the Old and New
Testaments. By Baker Academic.

Anda mungkin juga menyukai