Anda di halaman 1dari 41

Penulis : Matius

Tema : Yesus, Raja Mesianis


Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM

Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB
dan
"Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang
tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang
mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini
ditulis
oleh Matius, salah seorang murid Yesus.

Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi


(Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165)
dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi
(Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169),
maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar
Belakang
Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk

(1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk


membuktikan
bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;

(2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham


(Mat 1:1-17);

(3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud"


(Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15;
Mat 22:41-45);

(4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang
searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang
Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan

(5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan


penjelasan
apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).

Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi.


Seperti
amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada
seluruh
gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil
(mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).

Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan
tetapi,
ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70
M
ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana
Alkitab
percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan
ahli
yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil
Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini

(1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata
mengenai kehidupan Yesus,

(2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias
yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan

(3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan


melalui
Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa

(1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya.


Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang
rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.

(2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai
Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang
dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya
(Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari
Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga
diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang
Mesias
(Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di
depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17),
peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk
perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya
(Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).

Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan
oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar
sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:

(1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);

(2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan


Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);

(3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);

(4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan

(5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman


(pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).

Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:

(1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan


tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
(2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan
(pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);

(3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis


(pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);

(4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu


terakhir (Mat 19:1--26:46);

(5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara


orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari
kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.

(1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.

(2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan


disajikan
secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja
sudah
mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.

(3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat
Injil
yang mencatat pengajaran Yesus

(a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan

(b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).

(4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus
sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.

(5) Kerajaan Sorga\\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak


daripada
kitab lain di PB.

(6) Matius menekankan

(a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah


(pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);

(b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan
kematian; dan

(c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak
pada akhir zaman.

(7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai
suatu
wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat
18:17).

enulis : Markus
Tema : Yesus, Sang Putra-Hamba
Tanggal Penulisan: 55-65 M

Latar Belakang
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling
singkat
tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1). Sekalipun nama
penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri (berlaku bagi semua
Injil),
dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa Yohanes
Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk
angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan
yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB:
Paulus
(Kis 13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis 15:39) dan
Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak
gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya
dengan
Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya.
Sekalipun
saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan
tanggalnya sekitar tahun 50-60 M; mungkin Injil ini yang pertama-tama
ditulis.

Tujuan
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh
masyarakat
dan banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan
kaisar
Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu
terdapat
Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di
Roma,
Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai
suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan
terhadap
masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang
percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan
setia
menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan,
penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.

Survai
Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan
Yesus
sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Titik yang
menentukan
dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang disusul oleh
peristiwa pemuliaan Yesus (Mr 8:27--9:10), ketika identitas dan misi
penderitaan Yesus dinyatakan dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya.
Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada
mukjizat
luar biasa yang dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan
setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Akan tetapi,
di
Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para
murid bahwa Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit
sesudah tiga hari" (Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut
penderitaan sebagai harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38;
Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13*). Namun setelah mereka menderita karena
Dia
maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana
ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai Injil Markus:

(1) Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan
Yesus
daripada apa yang diajarkan oleh-Nya (Markus mencantumkan 18
mukjizat
Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);

(2) Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-
istiadat
Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah
kelahiran,
penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata dalam bahasa
Aram;

(3) Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak
dengan
cepat dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan
menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan
"seketika itu juga".

(4) Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-


peristiwa
dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan
dengan keahlian dari seorang pujangga.

Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M

Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan
kepada
seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis
tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari
kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri
menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.

Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan


Yahudi
yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia
untuk
menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna
memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan
Yahudi
akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini
terdiri
atas dua bagian:

(1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan


kenaikan
Yesus (Injil Lukas), dan

(2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja


mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih
dari
seperempat bagian dari seluruh PB.

Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang


saudara
"yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja
Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di
Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari
penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang
berpendidikan
tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang
diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum
memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus.
Matius
menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus
menulis
sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan
Yahudi
yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus
yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang
pendek
tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4).
Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari
asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di
Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17;
Kis 23:23--26:32*), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu
atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus
(Kis 28:16).

Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan
suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang
dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat"
(Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan
agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang
ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang
tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4).
Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan
Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia
merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_
(Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan
oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas
terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban
Allah
bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.

Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap
(Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil
mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan
pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi
pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:

(1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),

(2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem


(Luk 9:51--19:27), dan

(3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).

Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup


mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran
dan
perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam
perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung
himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup
banyak
kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51)
dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan
menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.

Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:

(1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di


dalam
kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan
juga
kitab yang terpanjang dalam PB.

(2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil,


menunjukkan
gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan
penguasaan
bahasa Yunani yang baik sekali.

(3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang
untuk
membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang
bukan Yahudi.

(4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan,


termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang
dianggap sampah masyarakat;

(5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya


mengenai
doa.

(6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak
Manusia".

(7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-
Nya.

(8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan
umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk
10:21;
Luk 12:12; Luk 24:49).

Pengantar Full Life - Yohanes

Pasal: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M

Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat
banyak
hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak
ditulis
oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna
rahasia
tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak
langsung
sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2;
Yoh 21:7,20*). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung
dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak
Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti
Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).

Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya,
sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk
menulis
"Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai
sifat,
kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi
berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja
sebagai
suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang
menjelma di dalam diri Yesus Kristus.

Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu
"supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu
oleh
imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes
memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan
"percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat
mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat
terus
percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk
meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus
dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan
dasar
iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran
palsu,
dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak
(bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes,
isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan
utama.

Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat
bahwa
Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak
angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:

(1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15;
Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21;
Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30;
Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang
sebenarnya;

(2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh
10:11;
Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus
menyatakan
secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.

(3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir
dan
puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah"
(Yoh 20:31).

Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.

(1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan


pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh
ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang
menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.

(2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus
(pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada
murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu:
gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan
perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir
(pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir
(pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang
percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh
kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya
(pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).

Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.

(1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes
dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-
Nya"
(Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan
Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.

(2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan
menerima
Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental)
yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.

(3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan
hanya
menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah
kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan
Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa
dan
setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh
dengan Allah.

(4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini


(tidak kurang dari 27).

(5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan


dan
kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan
Kristus.

(6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh


Kudus
adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran
membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3)
serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).

(7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh
pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya
angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).

(8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah:
"firman",
"terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan
"dunia".
Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan
Melalui
Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulisan: Sekitar 63 T.M.

Latar Belakang
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada
seorang yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya
tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula
dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab
ini
menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih"
(Kol 4:14).

Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi
keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang
lengkap
mengenai awal kekristenan --

(1) "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan
(2) buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang
pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang
berikutnya.

Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat
dan
seorang teolog yang diilhami.

Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama
dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri
penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan
sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang
berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah
dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan
ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan
cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam
tahun-tahun mula-mula gereja.

Pada tahap awal, Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:

(1) keempat Injil dan

(2) surat-surat Paulus.

Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting sebagai penghubung di


antara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam urutan kanonik
adalah
benar. Pasal 13 (Kis 13:1-28) memberikan latar belakang sejarah yang
diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam pelayanan dan surat-
surat
Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan
istilah "kami" (Kis 16:10-17; Kis 20:5--21:18; Kis 27:1--28:16)
menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.

Tujuan
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya
mempunyai dua tujuan.

(1) Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari


perbatasan
Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tentangan dan
penganiayaan.

(2) Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja,
menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam
memperkuat
gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.

Lukas secara eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa baptisan dengan Roh
Kudus
disertai bahasa lidah (Kis 2:4; Kis 10:45-46; Kis 19:1-7). Konteks dari
bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah normatif dalam
kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap bagi gereja.

Survai
Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan
dan
diajarkan Yesus" (Kis 1:1), tetapi kitab ini menerangkan apa yang
selanjutnya diperbuat dan diajar oleh Yesus setelah naik ke sorga,
melalui
kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui murid-murid-Nya dan
jemaat
mula-mula. Ketika Yesus naik ke sorga (Kis 1:9-11), instruksi terakhir
kepada murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga mereka
dibaptiskan
dengan Roh Kudus (Kis 1:4-5). Ayat kunci kitab ini (Kis 1:8) berisi
ringkasan padat yang teologis dan geografis dari kitab ini: Yesus
berjanji
bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus dicurahkan atas mereka
--
kuasa untuk menjadi saksi-Nya

(1) "di Yerusalem" (pasal 1-7; Kis 1:1--7:60),


(2) "di seluruh Yudea dan Samaria" (pasal 8-12; Kis 8:1--12:25), dan
(3) "sampai ke ujung bumi" (pasal 13-28; Kis 13:1--28:31).

Kisah Para Rasul mengisahkan perpaduan tindakan ilahi dengan tindakan


manusia. Seluruh gereja, bukan hanya para rasul, ikut "menjelajah
seluruh
negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4). Para diaken seperti
Stefanus dan Filipus (Kis 6:1-6) menjadi perkasa di dalam Roh Kudus dan
iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang
banyak"
(Kis 6:8) bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil
(lih. Kis 8:5-13). Umat yang saleh berdoa dengan tekun, melihat
malaikat-malaikat, mendapatkan penglihatan, menyaksikan tanda dan
mukjizat
yang ajaib, mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit serta
memberitakan
Injil dengan keberanian dan kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja ada
persoalan, seperti ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi
(pasal 15; Kis 15:1-41), dan kendatipun penganiayaan terus-menerus dari
luar gereja oleh pemimpin agama dan penguasa sipil, nama Tuhan Yesus
Kristus dimuliakan dalam perkataan dan tindakan dari kota yang satu ke
kota yang lain.

Dalam pasal 1-12 (Kis 1:1--12:25) pusat utama dari penjangkauan gereja
adalah Yerusalem. Di situlah Petrus menjadi orang terkemuka yang dipakai
Allah untuk menyebarkan Injil. Dalam pasal 13-28 (Kis 13:1--28:31)
pusat utama penjangkauan gereja adalah Antiokhia di Siria; di situlah
Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan
Injil
kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab Kisah Para Rasul berakhir
tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu pengadilannya di depan
Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini diakhiri dengan
nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap memberitakan
Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani tanpa
rintangan (Kis 28:31).

Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai surat ini.

(1) Gereja: kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi
gereja, bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada
setiap
angkatan.

(2) Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima
puluh
kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa ilahi
(Kis 1:8), keberanian (Kis 4:31), ketakutan yang kudus akan
Allah (Kis 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis 6:3,10), bimbingan
(Kis 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis 19:6).

(3) Amanat gereja mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-


khotbah
yang diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus, Stefanus, Paulus,
Yakobus
dan orang lain yang memberikan pengetahuan tentang gereja mula-mula
yang
tidak terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.

(4) Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan
sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya
luar
biasa.

(5) Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat: penyataan


ini
menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.

(6) Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus


membangkitkan
pertentangan dan penganiayaan, baik dari pihak agama maupun yang
sekular.

(7) Urutan Yahudi -- bukan Yahudi: sepanjang kitab ini Injil pertama-
tama
disampaikan kepada orang Yahudi, baru kepada bangsa-bangsa lainnya.

(8) Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam


pelaksanaan
pelayanan gerejani.

(9) Kemenangan: tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku)


dan
pertentangan serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.

Prinsip Hermeneutis
Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu
perjanjian PB yang lain daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi
gereja dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-
hari
terakhir" (bd.
lihat cat. --> "Kis 2:17"\\).
[atau ref. Kis 2:17]
Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula,
melainkan
menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang
dipenuhi
Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai norma
atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman
gereja
PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja
bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para
Rasul atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban,
mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi
kehidupan dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara
mendadak
atau untuk selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul
mencatat apa yang seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi
selama ia melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh
Kudus
(lihat cat. --> "Kis 7:44"\\).
[atau ref. Kis 7:44]

Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57

Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling
teologis,
dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini
diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis
surat
ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi.
Bertentangan
dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh
Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh
orang
dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin
juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta
(Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari
rasul lain (Rom 15:20).

Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah
berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun
hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22).
Dia
menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga
menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).

Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang


ketiga
(bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus
di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini
melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan
kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim
semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan
dari
gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di
Yerusalem
(Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke
Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada
perjalanannya
untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).

Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di
Roma
serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.

(1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang


diputarbalikkan
mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15),
Paulus
merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama
dua
puluh lima tahun.

(2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di


dalam
gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan
Yahudi
(mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang
Yahudi (mis. Rom 11:11-36).

Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam
Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-
Nya
kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari
Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan
manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang
Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di
bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di
hadapan
Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus
(Rom 3:21--4:25).

Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman


dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5;
Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian
kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan
kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat
(pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah
dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan
(pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya
kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).

Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus


mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan
--
sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus
mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi
(pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat
terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
(1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat
teologis
yang paling hebat dalam PB.

(2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi


(mis. Rom 3:1,4-6,9,31).

(3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam


menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.

(4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil


(Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan
melalui Yesus Kristus.

(5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama
dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:

(a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan

(b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan


yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap
orang
sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).

(6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab
mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.

(7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan
Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan
tentang
rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju
kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).

Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56

Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota
metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya
banyak
kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh
secara
intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa
merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa
nafsu.

Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya
sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan
belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang
kedua
(Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi
tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah
berhala.
Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul
dalam
gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran
rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.

Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus


(Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga
(Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di
Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu
utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat
kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan
(1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas
berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat
ini.

Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis
surat
ini:

(1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang
telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang
dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus
sebagai
dosa serius.

(2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan


yang
telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin
dan
juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.

Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja
yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak
secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang
menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah
(1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan
(1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20),
perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran
manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan
perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13;
1Kor 10:1-33*). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara
yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7;
1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14;
1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di
Yerusalem (1Kor 16:1-4).

Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus


terdapat
pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks
ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat
dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan
unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus
menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi
Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan
orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu
(1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan
banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan
pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu
perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun
segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa
semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar
dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang
percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:

(1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab
lain
dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus,
Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis
Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara
menyeluruh
dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7;
1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).

(2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh


Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan,
Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.

(3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai
pokok
penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7;
1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34);
berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam
perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40);
kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh
(pasal 15; 1Kor 15:1-58).

(4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para
gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja
(pasal 5; 1Kor 5:1-13).

(5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh
mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak
berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh
(1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Penulis : Paulus
Tema : Kemuliaan Melalui Penderitaan
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56

Latar Belakang
Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada
orang percaya di seluruh Akhaya (2Kor 1:1), dengan menyebut namanya
sendiri sebanyak dua kali (2Kor 1:1; 2Kor 10:1). Setelah mendirikan
jemaat
di Korintus selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu
sering berhubungan karena masalah dalam jemaat
(Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1KORINTUS" 08185).

Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah


sebagai
berikut:
(1) Setelah beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal di
antara Paulus dengan jemaat itu (misalnya: 1Kor 1:11; 1Kor 5:9;
1Kor 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari Efesus
(awal tahun 55/56).

(2) Berikut, Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk


menangani masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini di
antara 1 dan 2 Korintus (bd. 2Kor 13:1-2) merupakan suatu kunjungan
yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu
(2Kor 2:1-2).

(3) Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di


Efesus
bahwa para penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan
wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk
sebagian
jemaat itu untuk menolak Paulus.

(4) Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis surat


2 Korintus dari Makedonia (akhir tahun 55/56).

(5) Segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi


(2Kor 13:1), dan tinggal di situ selama lebih kurang tiga bulan
(bd. Kis 20:1-3a). Dari situ ia menulis kitab Roma.

Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.

(1) Pertama, ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di


Korintus
yang tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka.

(2) Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang


terus-menerus berbicara menentang dia secara pribadi dengan harapan
dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan
beritanya.

(3) Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang
dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak
wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan
wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan
mereka
terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.

Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan


untuk kunjungannya yang akan datang.

Survai
Kitab 2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.

(1) Pada bagian pertama (pasal 1-7; 2Kor 1:1--7:16), Paulus mulai dengan
mengucap syukur kepada Allah atas penghiburan yang dikaruniakan-Nya
di
tengah-tengah penderitaan untuk Injil, memuji jemaat Korintus karena
mendisiplinkan orang yang berbuat dosa serius sambil mempertahankan
integritas Paulus dalam kaitan dengan perubahan rencana
perjalanannya.
Dalam 2Kor 3:1--6:10 Paulus menyumbangkan pengertian yang paling
luas dalam PB mengenai sifat yang benar dari pelayanan Kristen. Ia
menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini (2Kor 6:11--7:1) dan
mengungkapkan sukacitanya ketika mendengar dari Titus tentang
pertobatan banyak anggota jemaat di Korintus yang sebelumnya telah
menentang wewenangnya (pasal 7; 2Kor 7:1-16).

(2) Di pasal 8, 9; (2Kor 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati


jemaat Korintus untuk menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang
dengan sepenuh hati telah menyumbangkan persembahan yang telah
dikumpulkannya untuk orang Kristen yang menderita di Yerusalem.

(3) Pada pasal 10, 13; (2Kor 10:1--13:13), nada surat berubah. Di sini
Paulus mempertahankan kerasulannya dengan menguraikan panggilannya,
kualifikasi, dan penderitaannya sebagai seorang rasul yang benar.
Dengan ini Paulus mengharapkan jemaat Korintus akan mengenal
rasul-rasul palsu di antara mereka dan dengan demikian mereka dapat
luput dari disiplin yang lebih lanjut ketika ia sendiri datang lagi.
Paulus mengakhiri kitab 2 Korintus dengan satu-satunya ucapan berkat
yang menyinggung Trinitas dalam PB (2Kor 13:14).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini:

(1) Kitab ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat
hidup Paulus. Banyak petunjuk pada dirinya ini, dibuatnya dengan
rendah hati, minta maaf dan bahkan dengan malu, tetapi karena
terpaksa
mengingat situasi yang ada di Korintus.

(2) Kitab ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal
menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak
rohaninya.

(3) Kitab ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai
penderitaan Kristen (2Kor 1:3-11; 2Kor 4:7-18; 2Kor 6:3-10;
2Kor 11:23-30; 2Kor 12:1-10) dan mengenai hal memberi secara
kristiani (pasal 8-9; 2Kor 8:1--9:15).

(4) Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata,


bahaya,
kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran,
pelayanan,
dan kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik dari surat ini.

Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM

Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-
jemaat
di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia
ini
adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih
besar
bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan
(Antiokhia
Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan
memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama
(Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak
lama
sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan
sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).

Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas
dan
dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41).
Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:

(1) Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu
satu-satunya syarat untuk selamat?

(2) Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari
P.L.
diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?

Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai


masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di
Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa
kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.

Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru
dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan
menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk
diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini,
Paulus menulis surat ini

(1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti


sunat
di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih
karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian
yang
baru; dan

(2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup
rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan
kepada hukum Taurat PL.

Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus
di
Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam
gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa

(1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu
tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);

(2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di


Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
(3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan
kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).

Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.

(1) Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus


Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan
oleh
Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).

(2) Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang


terjadi
karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus
(pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).

(3) Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus


Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme
Yahudi
pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa
pada
sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh
Roh
dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).

Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang
menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5),
dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai
pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan
orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk
mengelak
penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak
langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin
menyenangkan
manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4),
saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator
(Gal 3:1).

Ciri-ciri Khas
\ Empat ciri unik menandai surat ini:

(1) Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB


tentang
sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika
Paulus
menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan
menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu
(Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).

(2) Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah
petunjuk
mengenai kehidupan Paulus.

(3) Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas
kepada
beberapa jemaat (akan tetapi
Lihat "PENDAHULUAN SURAT EFESUS" 08197).
(4) Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang
paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa
(Gal 5:19-21).

Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan
menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak
ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau
persoalan
pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan
akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa
pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena
Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak
persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis
tidak
lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara
serentak
ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus
(Ef 6:21; bd. Kol 4:7).

Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar
sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin
surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh
propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil
menyisipkan
namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang
mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang
mengira
surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut
Paulus dalam Kol 4:16.

Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan
tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam
iman,
kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh
menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus
(mis.
Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan
iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal
Allah
dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja
(Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk
setiap
orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).

Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:

(1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan

(2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.


Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama,
sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.

(1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan
yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab
(Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan
pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita
sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita
dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai
dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus
menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman,
Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan
sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di
dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan
penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala
segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).

(2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan
praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus
atas
kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.

Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai


bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.

(1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan
terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk
"kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4),
"menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21),
"hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1),
"mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13),
hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef
4:24),
"hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19),
dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26)
agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ...
kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).

(2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan
keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya
dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda
sekali
dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.

(3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap
semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang
hebat sekali (Ef 6:10-20).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

(1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21)
dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam
PB:
yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah
(Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan
kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).

(2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot
(dipakai
160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam
surat
ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan
praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam
Kristus".

(3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat
Efesus.

(4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen
ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef
5:18;
Ef 6:17-18).

(5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan


Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu
yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).

Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM

Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari
pesisir Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah
Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan
pangkalan militer yang terkenal.

Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya


(Silas,
Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan
terhadap
penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan
persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi.
Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus
(2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada
persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan
di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi
gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).

Tujuan
Dari penjara (Fili 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma
(Kis 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di
Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian banyak yang
baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus
(Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang
sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang
keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30),
menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan
tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya
(Fili 2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal
Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai
sejahtera.
Survai
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai
persoalan
dan pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain.
Nada
utama surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap
jemaat itu. Dari salamnya (Fili 1:1) sampai ke doa berkat
(Fili 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada Kristus Yesus
sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal.

Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di
Filipi:

(1) _Keputusasaan_ mereka karena masa hukumannya yang begitu lama


(Fili 1:12-26);

(2) benih-benih _perpecahan_ di antara dua orang wanita di dalam gereja


(Fili 4:2; bd. Fili 2:2-4); dan

(3) ancaman _ketidaksetiaan_ yang selalu ada dalam gereja oleh karena
para
penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi
(pasal 3; Fili 3:1-16).

Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus
yang paling kaya mengenai

(1) sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup


(mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-18; Fili 4:4,11-13),

(2) kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan

(3) nilai pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu


(pasal 3; Fili 3:1-16).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

(1) Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan
hubungan akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.

(2) Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan


hubungan
dekat Paulus dengan Kristus (mis. Fili 1:21; Fili 3:7-14).

(3) Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai


Kristologi dalam Alkitab (Fili 2:5-11).

(4) Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.

(5) Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk


hidup
dengan rendah hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan (Fili 3:13-14),
bersukacita selalu di dalam Tuhan (Fili 4:4), mengalami kebebasan
dari kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam segala keadaan
(Fili 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus
yang memberi kekuatan (Fili 4:13).

Penulis : Paulus
Tema : Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM

Latar Belakang
Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16) di bagian barat daya
Asia Kecil, kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus.
Agaknya jemaat Kolose telah didirikan sebagai akibat tiga tahun
pelayanan
yang luar biasa dari Paulus di Efesus (Kis 20:31). Pengaruh pelayanannya
begitu luar biasa dan luas jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia
mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani"
(Kis 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi
Kolose (Kol 2:1), ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu
melalui Epafras, seorang yang bertobat di bawah pelayanannya dan rekan
kerjanya dari Kolose (Kol 1:7; Kol 4:12).

Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang
mengancam
masa depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8). Ketika Epafras, seorang
pemimpin dalam gereja Kolose dan boleh jadi pendirinya, mengadakan
perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang situasi
di
Kolose (Kol 1:8; Kol 4:12), Paulus menanggapinya dengan menulis surat
ini.
Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kol 4:3,10,18), mungkin sekali
di Roma (Kis 28:16-31) sambil menantikan naik bandingnya kepada Kaisar
(Kis 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri membawa surat ini ke
Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7).

Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak
diuraikan dengan jelas dalam surat ini, karena para pembaca yang mula-
mula
sudah memahaminya dengan baik. Akan tetapi dari berbagai pernyataan
Paulus
yang menentang ajaran palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang hendak
meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus sebagai inti kepercayaan
Kristen
adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri atas ajaran Kristen,
tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir
(serupa
dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).

Tujuan
Paulus menulis

(1) untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang
menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam
ciptaan, penyataan, penebusan, dan gereja; dan

(2) untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus
dan
tuntutannya pada orang percaya.
Survai
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena
iman,
kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju
sebagai
orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan
yang penting: ajaran yang betul (Kol 1:13--2:23) dan nasihat-nasihat
praktis (Kol 3:1--4:6).

Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan
Yesus
Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15), kepenuhan
ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah (Kol 2:9), Pencipta segala sesuatu
(Kol 1:16-17), kepala gereja (Kol 1:18) dan sumber yang serba
cukup dari keselamatan kita (Kol 1:14,20-22). Kristus benar-benar
memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali tidak memadai --
hampa,
palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kol 2:8); dangkal secara rohani dan
angkuh (Kol 2:18); serta tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan
berdosa dari tubuh (Kol 2:23)

Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus mengimbau agar hidup ini


didasarkan
pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara untuk maju dalam
kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kol 1:27)
harus tampak dalam perilaku Kristen (Kol 3:1-17), hubungan rumah tangga
(Kol 3:18--4:1) dan disiplin rohani (Kol 4:2-6).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

(1) Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari


keutamaan
Kristus dan kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih
dari
kitab-kitab lain dalam PB.

(2) Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus


(Kol 2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling agung di PB
mengenai kemuliaan-Nya (Kol 1:15-23).

(3) Kitab ini sering dianggap sebagai "surat kembar" bersama kitab
Efesus,
karena keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam hal isi dan
ditulis
kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar dari kedua kitab
ini).
Pengantar Full Life - 1 Tesalonika

Pasal: 1 2 3 4 5

Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M

Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah
barat
daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling
terkemuka
dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang
berjumlah
sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus
mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua,
pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya
karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).

Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana


sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan
yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika
(Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di
mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke
Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu
(1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17).
Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk
melaporkan
pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai
tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga
sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.

Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena
penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit
pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari
Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini

(1) untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan


mereka di tengah-tengah penganiayaan,

(2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan
yang
saleh, dan

(3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status


orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.

Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan
sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang
tabah
di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus
menanggapi
kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya
(1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka
(1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah
mereka (1Tes 2:9-12).

Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam


kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8;
1Tes 5:23-24*), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus
(1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan
api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat
(1Tes 5:19-20).

Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya


dari
murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-
11).
Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan
kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir
yang
akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan
rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus
kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang
masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang
(1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan
dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

(1) Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama
ditulis.

(2) Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang


sudah
mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk
mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan"
(1Tes 5:1-11).

(3) Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan
artinya bagi orang percaya
(1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).

(4) Surat ini memberikan wawasan yang unik

(a) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi
penuh semangat dan

(b) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan


Injil.

Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 atau 52 M

Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan
ketika ia menulis surat yang pertama
(Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TESALONIKA" 08209).
Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan saja setelah
surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama Silas dan
Timotius (2Tes 1:1; bd. Kis 18:5). Rupanya ketika diberi tahu
mengenai penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di
tempat
itu, Paulus tergerak untuk menulis surat kedua ini.

Tujuan
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:

(1) menghibur orang percaya baru yang dianiaya;

(2) menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk


mencari
nafkah; dan

(3) memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir


zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes 2:2).

Survai
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama
bernada seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7),
dalam surat ini nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak
yang kurang tertib dan memperbaiki jalannya (2Tes 3:7-12; bd.
1Tes 2:11). Namun demikian Paulus memuji mereka karena iman yang
teguh dan mendorong mereka lagi untuk tetap setia dalam penganiayaan
yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).

Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman
(2Tes 2:1-12; bd. 2Tes 1:6-10). Dari 2Tes 2:2 tampaknya bahwa
beberapa orang dalam jemaat menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu
penyataan), "laporan" (berita lisan) atau "surat" (katanya dari Paulus)
bahwa masa kesengsaraan besar dan hari Tuhan sudah mulai. Paulus
memperbaiki
salah paham ini dengan mengatakan bahwa tiga peristiwa penting akan
menandai
tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);

(1) akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tes 2:3);

(2) Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan diangkat


(2Tes 2:6-7) dan

(3) "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus menegur


mereka di dalam gereja yang mempergunakan penantian akan kedatangan
Kristus ini sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia mendorong semua
orang percaya untuk hidup dengan rajin dan disiplin (2Tes 3:6-12).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini,

(1) Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai
pelanggaran hukum yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah
(2Tes 2:3-12).

(2) Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus
digambarkan dengan istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu
(2Tes 1:6-10; 2Tes 2:8).

(3) Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang


tidak digunakan di bagian Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).

Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 atau 52 M

Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan
ketika ia menulis surat yang pertama
(Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TESALONIKA" 08209).
Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan saja setelah
surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama Silas dan
Timotius (2Tes 1:1; bd. Kis 18:5). Rupanya ketika diberi tahu
mengenai penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di
tempat
itu, Paulus tergerak untuk menulis surat kedua ini.

Tujuan
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:

(1) menghibur orang percaya baru yang dianiaya;

(2) menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk


mencari
nafkah; dan

(3) memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir


zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes 2:2).

Survai
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama
bernada seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7),
dalam surat ini nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak
yang kurang tertib dan memperbaiki jalannya (2Tes 3:7-12; bd.
1Tes 2:11). Namun demikian Paulus memuji mereka karena iman yang
teguh dan mendorong mereka lagi untuk tetap setia dalam penganiayaan
yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).

Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman
(2Tes 2:1-12; bd. 2Tes 1:6-10). Dari 2Tes 2:2 tampaknya bahwa
beberapa orang dalam jemaat menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu
penyataan), "laporan" (berita lisan) atau "surat" (katanya dari Paulus)
bahwa masa kesengsaraan besar dan hari Tuhan sudah mulai. Paulus
memperbaiki
salah paham ini dengan mengatakan bahwa tiga peristiwa penting akan
menandai
tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);

(1) akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tes 2:3);

(2) Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan diangkat


(2Tes 2:6-7) dan

(3) "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus menegur


mereka di dalam gereja yang mempergunakan penantian akan kedatangan
Kristus ini sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia mendorong semua
orang percaya untuk hidup dengan rajin dan disiplin (2Tes 3:6-12).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini,

(1) Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai
pelanggaran hukum yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah
(2Tes 2:3-12).

(2) Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus
digambarkan dengan istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu
(2Tes 1:6-10; 2Tes 2:8).

(3) Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang


tidak digunakan di bagian Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).
Penulis : Paulus
Tema : Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 65 M

Latar Belakang
Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-
Surat
Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1;
Tit 1:1*) kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai
pelayanan pastoral di gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan
kepenulisan Paulus atas surat ini, namun gereja mula-mula dengan tegas
menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli. Walaupun ada
perbedaan
gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat Penggembalaan dibanding
dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan perhatian pribadi
Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan perbedaan
ini dengan cukup menyakinkan.

Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang


tercantum
dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali
dialami Paulus di Roma (Kis 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan
(2Tim 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan Klemens dari Roma
(sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus
meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana
melaksanakan
pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28).
Berdasarkan data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian
kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani)
untuk
pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M),
Paulus
menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan
Titus di Kreta. Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada
Timotius, dan beberapa waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah
itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis surat yang kedua
kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati syahid pada tahun 67\\68 M
(lihat 2Tim 4:6-8; juga
Lihat "PENDAHULUAN SURAT 2TIMOTIUS" 08221).

Tujuan
Paulus mempunyai tiga maksud ketika menulis surat ini:
(1) menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan pribadi dan
pelayanannya;

(2) mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan


standarnya
yang kudus dari pencemaran oleh guru palsu; dan

(3) memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan


persoalan gereja di Efesus.

Survai
Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya
ialah
supaya Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan
membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang
menyelamatkan (1Tim 1:3-7; 1Tim 4:1-8; 1Tim 6:3-5,20-21). Paulus juga
menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat
bagi
para pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang
yang diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja (lih. daftar syarat
terperinci di garis besar).

Antara lain, Paulus menasihatkan Timotius bagaimana bergaul dengan


berbagai kelompok dalam jemaat, seperti perempuan (1Tim 2:9-15; 1Tim
5:2),
janda-janda (1Tim 5:3-16), orang laki-laki tua dan muda (1Tim 5:1),
para penatua (1Tim 5:17-25), budak (1Tim 6:1-2), guru palsu (1Tim 6:3-
10)
dan orang kaya (1Tim 6:17-19). Paulus memberikan lima instruksi
jelas kepada Timotius yang harus dilaksanakannya (1Tim 1:18-20;
1Tim 3:14-16; 1Tim 4:11-16; 1Tim 5:21-25; 1Tim 6:20-21*). Di dalam surat
ini
Paulus menyatakan kasih sayangnya kepada Timotius sebagai anak rohaninya
dalam iman dan mengajukan suatu standar kesalehan yang tinggi untuk
kehidupannya dan untuk gereja.

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

(1) Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil
Paulus di jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan
perasaan yang mendalam.

(2) Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya
surat ini menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil
agar tetap murni dan bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan
kuasanya untuk menyelamatkan.

(3) Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di
belakang semua pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat
tinggi yang ditetapkan Allah bagi para pemimpinnya.

(4) Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai
bagaimana seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria
dan wanita serta dengan semua kelompok usia dan sosial dalam gereja.
Pengantar Full Life - 2 Timotius

Pasal: 1 2 3 4

Penulis : Paulus
Tema : Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67

Latar Belakang
Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero
sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma
dengan
penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi
menjadi
tahanan negara di Roma (2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai
seorang penjahat biasa (2Tim 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan
sahabatnya (2Tim 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir
dan kematiannya sudah dekat (2Tim 4:6-8,18;
Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TIMOTIUS" 08217
untuk pembahasan yang lebih lanjut mengenai latar belakang dan
kepenulisan).

Paulus menulis kepada Timotius sebagai "anakku yang kekasih" (2Tim 1:2)
dan teman sekerja yang setia (bd. Rom 16:21). Hubungan yang erat serta
kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus menyebutkan
Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat, kehadiran
Timotius
dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili 1:1; Kol 1:1; File 1:1)
dan kedua surat pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi
kemungkinan
dihukum mati adalah dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya di
Roma
(2Tim 4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih
berada di Efesus (2Tim 1:18; 2Tim 4:19).

Tujuan
Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan
karena menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja
dan
adanya guru-guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius
agar
dia memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran
dan
melaksanakan tugas-tugasnya.

Survai
Dalam pasal 1; (2Tim 1:1-18) Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih
dan doanya yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia tanpa
berkompromi tehadap Injil, memelihara kebenaran dengan tekun dan
mengikuti teladannya.
Dalam pasal 2; (2Tim 2:1-26) Paulus menugaskan anak rohaninya untuk
tetap memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang
lain
yang dapat dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain
(2Tim 2:2). Paulus menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung
kesukaran seperti prajurit yang baik (2Tim 2:3), melayani Allah dengan
rajin dan memberitakan firman kebenaran dengan tepat (2Tim 2:15),
memisahkan diri dari mereka yang meninggalkan kebenaran rasuli
(2Tim 2:18-21), memelihara kemurniannya (2Tim 2:22) dan bekerja
dengan tekun sebagai guru (2Tim 2:23-26).

Dalam pasal berikutnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa kejahatan dan


kemurtadan akan meningkat (2Tim 3:1-9), tetapi Timotius harus tetap
setia kepada iman yang diwarisinya dan kepada Alkitab (2Tim 3:10-17).

Dalam pasal terakhir Paulus menugaskan Timotius untuk memberitakan


Firman
serta melaksanakan semua tugas pelayanannya (2Tim 4:1-5). Paulus menutup
surat ini dengan memberitahukan Timotius tentang keadaan dirinya pada
saat
dia menghadapi kematian, sambil memohon Timotius datang dengan cepat
(2Tim 4:6-22).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

(1) Surat ini berisi perkataan terakhir Paulus yang ditulis sebelum
pelaksanaan hukum mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun
setelah
pertobatannya kepada Kristus di jalan ke Damsyik.

(2) Surat ini berisi pernyataan yang paling terang dalam Alkitab
mengenai
pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Tim 3:16-17): Paulus
menekankan bahwa Alkitab harus ditafsirkan dengan cermat oleh
pelayan-pelayan Firman (2Tim 2:15) dan mendorong penyerahan Firman
Allah kepada orang yang dapat dipercayai yang kemudian dapat
mengajar
orang lain (2Tim 2:2).

(3) Sepanjang surat ini muncul nasihat-nasihat pendek tetapi tepat


misalnya,
"mengobarkan karunia Allah" (2Tim 1:6),
"janganlah malu" (2Tim 1:8),
"menderita bagi Injil-Nya" (2Tim 1:8),
"Peganglah ... ajaran yang sehat" (2Tim 1:13),
"peliharalah harta yang indah" (2Tim 1:14),
"jadilah kuat oleh kasih karunia" (2Tim 2:1),
"ikutlah menderita" (2Tim 2:3),
"memberitakan perkataan kebenaran" (2Tim 2:15),
"hindarilah" (2Tim 2:16),
"jauhilah ... kejarlah" (2Tim 2:22),
berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Tim 3:1-9),
"tetap berpegang kepada kebenaran" (2Tim 3:14),
"beritakanlah Firman" (2Tim 4:2),
"lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Tim 4:5),
"tunaikanlah tugas pelayananmu" (2Tim 4:5).
(4) Tema yang berulang-ulang dari banyak nasihatnya adalah untuk
berpegang
pada iman (Yesus Kristus dan Injil asli dari rasul-rasul), jagalah
iman
itu dari pemutarbalikan dan kerusakan, menentang guru palsu, dan
beritakan Injil yang benar dengan ketekunan yang teguh.

(5) Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh yang mengharukan dari
keberanian dan harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah
pasti
(2Tim 4:6-8).

Pengantar Full Life - 2 Timotius

Pasal: 1 2 3 4

Penulis : Paulus
Tema : Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67

Latar Belakang
Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero
sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma
dengan
penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi
menjadi
tahanan negara di Roma (2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai
seorang penjahat biasa (2Tim 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan
sahabatnya (2Tim 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir
dan kematiannya sudah dekat (2Tim 4:6-8,18;
Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TIMOTIUS" 08217
untuk pembahasan yang lebih lanjut mengenai latar belakang dan
kepenulisan).

Paulus menulis kepada Timotius sebagai "anakku yang kekasih" (2Tim 1:2)
dan teman sekerja yang setia (bd. Rom 16:21). Hubungan yang erat serta
kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus menyebutkan
Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat, kehadiran
Timotius
dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili 1:1; Kol 1:1; File 1:1)
dan kedua surat pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi
kemungkinan
dihukum mati adalah dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya di
Roma
(2Tim 4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih
berada di Efesus (2Tim 1:18; 2Tim 4:19).

Tujuan
Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan
karena menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja
dan
adanya guru-guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius
agar
dia memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran
dan
melaksanakan tugas-tugasnya.

Survai
Dalam pasal 1; (2Tim 1:1-18) Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih
dan doanya yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia tanpa
berkompromi tehadap Injil, memelihara kebenaran dengan tekun dan
mengikuti teladannya.

Dalam pasal 2; (2Tim 2:1-26) Paulus menugaskan anak rohaninya untuk


tetap memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang
lain
yang dapat dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain
(2Tim 2:2). Paulus menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung
kesukaran seperti prajurit yang baik (2Tim 2:3), melayani Allah dengan
rajin dan memberitakan firman kebenaran dengan tepat (2Tim 2:15),
memisahkan diri dari mereka yang meninggalkan kebenaran rasuli
(2Tim 2:18-21), memelihara kemurniannya (2Tim 2:22) dan bekerja
dengan tekun sebagai guru (2Tim 2:23-26).

Dalam pasal berikutnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa kejahatan dan


kemurtadan akan meningkat (2Tim 3:1-9), tetapi Timotius harus tetap
setia kepada iman yang diwarisinya dan kepada Alkitab (2Tim 3:10-17).

Dalam pasal terakhir Paulus menugaskan Timotius untuk memberitakan


Firman
serta melaksanakan semua tugas pelayanannya (2Tim 4:1-5). Paulus menutup
surat ini dengan memberitahukan Timotius tentang keadaan dirinya pada
saat
dia menghadapi kematian, sambil memohon Timotius datang dengan cepat
(2Tim 4:6-22).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

(1) Surat ini berisi perkataan terakhir Paulus yang ditulis sebelum
pelaksanaan hukum mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun
setelah
pertobatannya kepada Kristus di jalan ke Damsyik.

(2) Surat ini berisi pernyataan yang paling terang dalam Alkitab
mengenai
pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Tim 3:16-17): Paulus
menekankan bahwa Alkitab harus ditafsirkan dengan cermat oleh
pelayan-pelayan Firman (2Tim 2:15) dan mendorong penyerahan Firman
Allah kepada orang yang dapat dipercayai yang kemudian dapat
mengajar
orang lain (2Tim 2:2).

(3) Sepanjang surat ini muncul nasihat-nasihat pendek tetapi tepat


misalnya,
"mengobarkan karunia Allah" (2Tim 1:6),
"janganlah malu" (2Tim 1:8),
"menderita bagi Injil-Nya" (2Tim 1:8),
"Peganglah ... ajaran yang sehat" (2Tim 1:13),
"peliharalah harta yang indah" (2Tim 1:14),
"jadilah kuat oleh kasih karunia" (2Tim 2:1),
"ikutlah menderita" (2Tim 2:3),
"memberitakan perkataan kebenaran" (2Tim 2:15),
"hindarilah" (2Tim 2:16),
"jauhilah ... kejarlah" (2Tim 2:22),
berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Tim 3:1-9),
"tetap berpegang kepada kebenaran" (2Tim 3:14),
"beritakanlah Firman" (2Tim 4:2),
"lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Tim 4:5),
"tunaikanlah tugas pelayananmu" (2Tim 4:5).

(4) Tema yang berulang-ulang dari banyak nasihatnya adalah untuk


berpegang
pada iman (Yesus Kristus dan Injil asli dari rasul-rasul), jagalah
iman
itu dari pemutarbalikan dan kerusakan, menentang guru palsu, dan
beritakan Injil yang benar dengan ketekunan yang teguh.

(5) Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh yang mengharukan dari
keberanian dan harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah
pasti
(2Tim 4:6-8).

Pengantar Full Life - Titus

Pasal: 1 2 3

Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M

Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus
kepada salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat
Penggembalaan" karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan
gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3),
menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya
tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara
Lukas)
hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan

(1) disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,

(2) dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak
rohaninya
(Tit 1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang
terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),

(3) dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke


Korintus selama perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor
7:6-15;
2Kor 8:6,16-24), dan

(4) pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5).

Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta


(barat
daya Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama
dengan yang kedua (Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TIMOTIUS" 08217).

Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang


Kreta (Tit 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke
Makedonia (bd. 1Tim 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus
menulis surat ini kepada Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan
pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan
kepada Zenas dan Apolos yang akan melewati Kreta (Tit 3:13).

Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas


atau
Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu
Titus
harus ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang
direncanakan menjadi tempat tinggal Paulus selama musim dingin
(Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini terlaksana
(bd. 2Tim 4:10) karena Paulus kemudian menugaskan Titus di Dalmatia
(Yugoslavia sebelum pecah).

Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada Titus terutama untuk menugaskan Titus

(1) menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan


penatua
(Tit 1:5);

(2) membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan
kesalehan (Tit 1:1);

(3) membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11); dan

(4) datang kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus
(Tit 3:12).

Survai
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.

(1) Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang
diperlukan mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat)
di
dalam gereja. Penatua haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti,
berhasil menuntun keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).

(2) Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta


membungkam
dan menegur para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini
Paulus memberikan dua rangkuman tentang ajaran yang sehat
(Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
(3) Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang
patut untuk laki-laki yang sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita
yang sudah tua (Tit 2:3-4), wanita yang masih muda
(Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak
(Tit 2:9-10).

(4) Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar
adalah buah yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14;
Tit 3:1,8,14; bd. Yak 2:14-26).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

(1) Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya
dari
keselamatan dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).

(2) Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di
atas landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.

(3) Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan
syarat yang harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani
(Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).

Anda mungkin juga menyukai