Pesik
NIM : 1301088
M.K : LITURGIKA
A. Pengertian Liturgi
Kata “liturgi” berasal dari kata bahasa Yunani: leitourgia. Asal katanya adalah
laos (artinya rakyat) dan ergon (artinya pekerjaan). Jadi, liturgi adalah pekerjaan publik
atau pekerjaan yang dilakukan oleh rakyat/jemaat secara bersama-sama.
Dalam konteks ibadah Kristen, liturgi adalah kegiatan peribadahan di mana
seluruh anggota jemaat terlibat secara aktif dalam pekerjaan bersama untuk
menyembah dan memuliakan nama Tuhan.
Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa “liturgi” adalah “ibadah.” Setiap
ibadah Kristen (apapun denominasinya) harus bersifat liturgis; artinya melibatkan setiap
orang yang hadir di dalamnya. Ibadah di mana jemaat hanya menjadi penonton yang
pasif bukanlah ibadah dalam arti yang sesungguhnya.
Oleh karena semua anggota jemaat harus terlibat secara aktif, maka perlu
ditentukan kapan giliran mereka berpartisipasi dalam ibadah dan bagaimana bentuk
partisipasi itu (apakah menyanyi, berdoa, memberi persembahan, dll). Dari sini
muncullah apa yang disebut dengan tata ibadah, yang mengatur kapan giliran setiap
orang berpartisipasi dalam ibadah dan bagaimana bentuk partisipasinya. Tata ibadah
inilah yang sering kita sebut liturgi dalam arti sempit.
Banyak orang memiliki konsep yang keliru tentang ibadah. Kita cenderung
memandang ibadah (kebaktian) seperti pertunjukan teater. Yang menjadi aktor adalah
pendeta dan pelayan ibadah lainnya. Penontonnya adalah anggota jemaat yang hadir,
sedangkan sutradaranya adalah Tuhan. Konsep ini keliru karena memandang jemaat
hanya sebagai penonton! Soren Kierkegaard, seorang teolog Eropa abad ke-19,
mengatakan bahwa dalam ibadah Kristen, aktornya adalah jemaat.
Sutradaranya adalah para pemimpin ibadah (pendeta, liturgos, pemusik),
sedangkan penontonnya adalah Tuhan! Tata ibadah (“liturgi”) adalah skenario drama
yang harus dimainkan oleh anggota jemaat sebagai para pemeran.
B. Unsur-unsur Liturgi
Ada banyak teori mengenai unsur-unsur liturgi (baca. Abineno). ada enam unsur
pokok di dalam liturgi, yaitu [1] Votum; [2] Pengakuan Dosa, Pengampunan Dosa dan
Petunjuk Hidup Baru; [3] Pemberitaan Firman; [4] Respons dan Jawaban umat, dalam
bentuk [4.1] Pengakuan Iman; dan [4.2] Persembahan Syukur; [5] Doa Syafaat; dan [6]
Pengutusan dan Berkat.
Setiap unsur dikembangkan di dalam setiap liturgi di semua kalangan kristen,
hanya dengan metode dan pola pengembangan yang tentu berbeda pada
masing-masingnya.
Saya tidak membahas kebedaan itu, karena yang penting adalah apa makna dari setiap
unsur itu. Pengembangannya dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan pola liturgi apa
pun yang dikreasikannya.
1. Votum, adalah proklamasi yang menandai bahwa Tuhan telah masuk ke dalam
Ibadah, dan melandasi ibadah itu. Artinya ibadah adalah perintah Tuhan kepada
umat, sehingga melaluinya umat berjumpa dengan Tuhan. Secara formulatif,
proklamasi itu berbunyi ‘Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Yesus
Kristus, dan Roh Kudus’. Dengan demikian Votum bukanlah doa permulaan ibadah.
2. Pengakuan Dosa, Berita Anugerah Pengampunan Dosa dan Petunjuk Hidup
Baru. Setiap manusia yang beribadah adalah orang berdosa. Di dalam ibadah ia
akan mengalami suatu anugerah pengampunan dosa, setelah ia mengakui dosanya.
Pengampunan dosa akan diikuti oleh petunjuk hidup yang baru, agar umat hidup
sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan, dan tidak melakukan dosa yang sama
itu lagi. Pengakuan dosa berarti manusia merendahkan diri di hadapan hadirat Allah
yang kudus, lalu memohonkan anugerah dan Allah memberi perintah yang baru
untuk dilakukan.
3. Pemberitaan Firman. Ibadah protestan berpusat pada pemberitaan Firman (bnd,
konsep sola scriptura). Artinya Tuhan yang menyapa umat dalam ibadah adalah
Tuhan yang memberi firman kepada mereka. Ia hadir di dalam ibadah dan bertindak
melalui firmanNya. Karena itu, setiap pemberitaan firman (khotbah) adalah
penyampaian maksud dan kehendak Tuhan kepada manusia. Untuk itu, khotbah
berisi pesan firman, dan bukan pesan pengkhotbah.
4. Respons atau Jawaban Umat. Umat yang mendengar Firman adalah umat yang
meresponi Tuhan. Ada dua bentuk respons umat dalam ibadah yaitu:
✓ Pengakuan Iman (affirmasi), yaitu bentuk respons umat tentang siapa Tuhan
yang memberi kepadanya pengampunan dosa dan firmanNya. Pengakuan Iman
ini adalah pernyataan kepercayaan umat/gereja yang ada di dalam dunia, di
dalam pergumulan dengan realitas dunianya. Gereja yang sadar bahwa dalam
pergumulan itu, Tuhan tidak meninggalkan dia. Pengakuan iman juga
mengandung janji eskhatologis yaitu kasih setia Tuhan yang tetap nyata di dalam
hidup umat/gereja.
✓ Persembahan syukur (offerings). Unsur ini adalah unsur respons umat
terhadap realitas anugerah yang ia terima dari Tuhan di dalam hidup sehari-hari.
Persembahan yang dipolakan dalam liturgi adalah manifestasi dari tindakan
pelayanan umat dalam hidup sesehari. Karena itu, persembahan di dalam
ibadah harus menjadi spirit yang terus menyemangati pelayanan sosial di dunia.
Artinya, ibadah protestan adalah ibadah yang terbuka dan terarah ke dunia.
5. Syafaat. Unsur ini adalah doa yang biasa diselenggarakan di dalam ibadah. Syafaat
berarti doa bersama secara pasti/tepat/tegas/tidak berubah. Kata itu sendiri berarti
hukum. Tetapi ada aspek perilaku yang berhubungan dengan hukum dalam kata itu,
yaitu ‘kesetiaan’ atau ‘kepatuhan’ terhadap hukum. Karena itu ‘syafaat’ dimengerti
sebagai doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan umat dituntut untuk
setia dan patuh terhadap apa saja yang didoakan.
Syafaat adalah doa umum yang dipimpin oleh Juru Doa (Pendeta/Pendoa). Dalam
kebiasaannya, syafaat biasa diakhiri dengan berdoa Bapa Kami secara
bersama-sama, sebagai cara melibatkan jemaat dalam aktifitas berdoa secara
bersama itu. [Doa Bapa Kami bukanlah Doa sempurna, melainkan salah satu bentuk
doa yang diajarkan [Yesus] kepada umat, agar mereka bisa berdoa
[bersama-sama]. Juga bukan pelengkap doa syafaat, tetapi cara gereja melibatkan
jemaat dalam doa umum.
6. Pengutusan dan Berkat. Unsur ini merupakan unsur penting dalam liturgi.umat
yang beribadah adalah umat yang telah mengalami perjumpaan dengan seluruh
realitas anugerah Tuhan. Umat telah mendengar firmanNya, dan diutus ke untuk
bersaksi tentang Tuhan yang ia jumpai dalam ibadah di tengah hidup sesehari.
Karena itu, berkat Tuhan adalah jaminan dasar dari kesaksian hidup manusia/umat.
Di situ berarti ada korelasi yang jelas antara ibadah dengan tugas di dunia.
Semua unsur itu berhubungan satu dengan lainnya, dan saling menopang. Selain
itu, aspek spontanitas umat yang tidak boleh diabaikan dalam liturgi adalah
Nyanyian Umat. Ini adalah bentuk ekspresi umat yang harus dibiarkan bertumbuh
secara spontan. Ada dua corak nyanyian jemaat, yaitu nyanyian primer dan
nyanyian sekunder. Nyanyian primer adalah nyanyian umat secara bersama-sama,
sedangkan nyanyian sekunder adalah nyanyian yang biasa dinyanyikan secara
khusus oleh kelompok Paduan Suara (Chorus), Vocal Group, dll. Penempatan
nyanyian sekunder dalam liturgi lebih tepat pada bagian Respons Umat.
C. Dimensi-dimensi Liturgi
1. Dimensi Teologis
Dimensi teologis adalah dimensi yang harus berdasarkan kesaksian Alkitab yang
menyaksikan kehendak Allah. Dimensi teologis harus emnjadi benang merah yang
menghubungkan semua unsur-unsur liturgi (dari thabisan sampai pengutusan dan
berkat).
Dimensi historis merupakan dimensi yang menyatakan Allah itu adalah Allah
yang bertindak dalam sejarah. Dalam sejarah kita dapat melihat kesetiaan Allah
ditengah-tengah ketidaksetiaan umat-Nya.
3. Dimensi Relevansi
Dimensi relevansi artinya relevan dengan keadaan sekarang. Apa yang kita
alami sekarang, bukan yang akan datang.
4. Dimensi Spesifik
Dimensi spesifik artinya menyentuh atau berkaitan dengan hal-hal yang khas
dengan kita disini.
5. Dimensi Artistik
6. Dimensi Misional
Dimensi misional artinya bersifat misi. Dimensi ini merupakan dimensi yang
bertujuan untuk menindaklanjuti ibadah. Apakah khotbah atau firman yang didengar
saat ibadah berdampak pada kehidupan jemaat atau tidak.
D. Strategi Pembuatan Liturgi
Tema : I Timotius 4:12 Jangan seorang pun menganggap engkau
rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu.
Sub Tema : Marilah kita bersama-sama menjadi teladan bagi orang lain
disekitar kita dengan menunjukan kasih, perkataan dan
tingkah laku kita.
Metode : “DISKUSI KHOTBAH”
Persiapan diri
Ajakan Beribadah :
P+J: Amin.
Ya Allah Bapa kami yang kami kenal dalam Tuhan kami Yesus Kristus. Kami
mengucap syukur serta terima kasih oleh karena kami dapat berkumpul
bersama-sama dengan saudara (i) dalam ibadah pemuda kami ini Tuhan. Ya
Tuhan, kami ingi berdoa untuk saudara (i) kami yang tidak dapat hadir dalam
persekutuan kami ini, karena tiap-tiap sebab, mungkin karena sakit, mungkin
karena menghadapi sebuah permasalahan atau pergumulan dalam kehidupan
mereka, atau mungkin karena tugas serta pekerjaan yang dibebankan kepada
mereka, atau ada saudara (i) kami yang memang sengaja menjauhi Engkau ya
Tuhan, kiranya engkau mengetuk pintu hati mereka agar mereka dapat
bersama-sama dengan kami diruangan gereja ini untuk memuliakan akan
kebesaran Nama-Mu. Ya Tuhan, sebentar lagi kami akan membaca dan
mendengarkan akan sebagian dari Firman-Mu, tolonglah kami ya Tuhan dengan
Roh Kudus-Mu, sehingga kami dapat boleh mengerti. Buanglah jauh-jauh pikiran
kami yang tidak menentu, yang dapat menghalangi kami untuk mendengar
firman-Mu dengan baik. Di dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin.
Pembacaan Alkitab:
Persembahan syukur:
L :“Kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, kepada Tuhan sajalah kemuliaan dan
kekuatan! Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan
dan masuklah ke pelataran-Nya” (Mazmur 96:7-8).
Sementara pundi-pundi diedarkan, pemuda (i) menyanyi dari Kidung pujian dengan
judul Sungguh Kubangga Bapa sampai pundi-pundi persembahan selesai diedarkan:
“Sungguh Kubangga Bapa”
Sungguh kubangga Bapa punya Allah seperti Engkau
Sungguh kubangga Yesus atas s’gala pengorbanan-Mu
Tak ingin aku hidup lepas dari kasih-Mu
Kasih-Mu menyelamatkan dan b’riku pengharapan
Kini kupersembahkan apa yang aku miliki
Memang tiada berarti bila dibanding dengan kasih-Mu
Namun kuingin memberi dengan sukacita di hati
Kar’na ku tahu ini menyenangkan hati-Mu.
L+J : Amin.
“Jangan Lelah”
Jangan lelah bekerja diladangnya
TuhanRoh Kudus yang bri kekuatan
Yang mengajar dan menopang
Tiada lelah bekerja bersama-Mu
TuhanYang selalu mencukupkan atas segalanya
Reffrain:
Ratakan tanah yang bergelombang
Timbunlah tanah yang berlubang
Menjadi siap dibangun diatas dasar iman
Ratakan tanah yang bergelombang
Timbunlah tanah yang berlubang
Menjadi siap dibangun diatas dasar iman
Nyanyian Penutup Menyanyi dari Kidung pujian dengan judul “Hati yang gembira”
Damai sejahtera Allah yang melebihi segala akal budi, mengawali kehidupan
kita, sekarang sampai selama-lamanya.
Do = d 2 Ketuk
5 6 ‘ / 5 6 ‘ / 5 4 / 3 . //
Keterangan:
P :Pendeta
L : Litorgus
J : Jemaat