Tujuan Pembelajaran :
1. Head Knowledge: Mahasiswa dapat mengenal dan mentransliterasi huruf tulisan Yunani.
2. Heart Knowledge: Mahasiswa memiliki motivasi untuk belajar bahasa Yunani semakin lebih
dalam.
3. Hand Knowledge: Mahasiswa dapat membaca dan parsing Alkitab tulisan bahasa Yunani.
4. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Ekspositori dan Inkuiri
Metode : Seminar
Tugas : Menghafal huruf dan membaca
Media : Infocus dan Video
Peran Mahasiswa :
Ruth Schafer, Belajar Bahasa Yunani Koine, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013)
1. EVALUASI
Sistem Penilaian :
80-84 =B (3,1) 0 – 54 =E
75-89 = B- (2,8)
PENDAHULUAN
SEJARAH
Bahasa Yunani Koine sebagai dialek umum di antara bala tentara Alexander yang Agung.
Ketika negara-negara Yunani yang bersekutu di bawah Makedonia menaklukkan dan
mengkolonisasi dunia yang diketahui, bahasa bersama mereka dipertuturkan dari Mesir
sampai ke perbatasan India. Meski unsur-unsur bahasa Koine baru terwujud pada
masa Yunani Klasik akhir, periode Pasca-Klasik Yunani dari mangkatnya Alexander
pada tahun 323 SM ketika budaya-budaya di bawah pemerintahan Helenistik pada
gilirannya memengaruhi bahasa ini. Periode selanjutnya yang dikenal dengan
istilah Bahasa Yunani Pertengahan, ditarikh muncul pada pendirian Konstaninopel
oleh Konstantin I pada tahun 330. Masa Pasca-Klasik ini jadi merujuk kepada
diciptakannya dan perkembangan bahasa Yunani Koine selama keseluruhan era
Helenistik dan Romawi pada sejarah Yunani sampai munculnya Abad Pertengahan.
ISTILAH KOINE
Koine (Κοινή), dalam bahasa Yunani artinya adalah “Umum”, sebuah istilah
yang sebelumnya juga pernah digunakan oleh beberapa ilmuwan kuno untuk merujuk
ke beberapa jenis bahasa Yunani. Sebuah mazhab ilmuwan seperti Apollonius
Dyscolus dan Aelius Herodianus menggunakan istilah Koineuntuk merujuk kepada bahasa
proto-Yunani, sementara yang lain menggunakan istilah ini untuk merujuk ke sembarang
bentuk lisan bahasa Yunani yang berbeda dengan bahasa tertulis. Ketika Koine secara
bertahap berkembang menjadi bahasa kesusastraan, beberapa orang membedakannya
menjadi: bahasa Yunani-Hellenik sebagai bahasa sastra masa pasca-klasik
dan Koine sebagai bahasa lisan yang populer. Sedangkan yang lain lebih suka
menggunakan istilah “Dialek Iskandariah” (Περὶ τῆς Ἀλεξανδρέων διαλέκτου) untuk
merujuk Koine. Istilah “Dialek Iskandariah” ini sering dipakai oleh para pakar klasik
modern.
ASAL USUL
Akar atau asal usul dialek umum bahasa Yunani tidaklah jelas sejak masa kuno.
Semasa zaman Hellenistik, sebagian besar pakar mengira bahwa Koine muncul karena
pembauran empat dialek utama Yunani kuna; “ἡ ἐκ τῶν τεττάρων συνεστῶσα”
(komposisi dari empat). Pandangan ini didukung oleh pakar linguistik dari Austria pada
tahun 1901 oleh P. Kretschmer di bukunya “Die Entstehung der Koine”, sementara sang
pakar Jerman Wilamowitz dan Perancis Antoine Meillet, yang penelitian mereka
berdasarkan pengaruh kuat unsur-unsur bahasa Yunani Attik — seperti partikel σσ dan
bukan ττ atau ρσ daripada ρρ (θάλασσα — θάλαττα, ἀρσενικός — ἀρρενικός) —
menganggap bahwa Koine adalah sebuah bentuk sederhana bahasa Yunani dialek
Ionia. Jawaban terakhir yang secara luas di bidang akademi diterima, diberikan oleh
sang pakar dari Yunani G. N. Hatzidakis, yang membuktikan bahwa meski ada
“komposisi dari empat” ini, inti stabil bahasa Koine adalah bahasa Attik. Dengan kata
lain bahasa Koine bisa dianggap sebagai bahasa Attik dengan campuran ketiga dialek
Yunani lainnya. Kadar pentingnya unsur-unsur non-Attik lainnya dalam bahasa Koine
bisa bervariasi tergantung kepada daerah Dunia Hellenistik yang berbeda-beda. Jadi
misalkan kosa kata dari pemukiman Ionia di Asia Kecil dan Siprus lebih banyak memuat
kata-kata Ionia daripada yang lain. Bahasa kesusastraan Koine pada masa Hellenistik
banyak menyerupai bahasa Attik sehingga seringkali disebut sebagai Attik Umum.[1]
Petunjuk Praktis
Bahasa Yunani memiliki perbedaan pola tata bahasa yang lebih rumit dibandingkan
dengan bahasa Inggris maupun Indonesia. Kesadaran ini yang membuat pengajar
bahasa Yunani harus kreatif dalam menyusun proses pembelajaran bahasa Yunani
yang dapat memungkinkan para pelajar lebih mudah memahaminya.
Selama menjadi dosen bahasa Yunani, yang sebelumnya juga belajar bahasa tersebut,
penulis memulainya selalu dengan sikap belajar seorang anak kecil yang mulai belajar
memperoleh bahasa. Berangkat dari hal-hal sederhana seperti mengenal simbol dan
bunyi, kata-kata benda dan kerja yang dekat dengan dengan kehidupan sehari-hari.
Kemudian materi-materi ajar yang lebih serius, khususnya tata bahasa Yunani yang
dipakai dalam Alkitab.
Selain peran dari pengajar, para mahasiswa atau pelajar bahasa perlu memiliki
persiapan diri seperti rasa ingin tahu (kurisiti). Dengan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang mendorong mereka untuk mengakses jawaban-jawaban yang
diharapkan dalam mengikuti kelas bahasa Yunani.
Secara umum bahasa Yunani termasuk dalam rumpun bahasa Eropa yang
mengenal kasus dan kala. Kasus adalah kelompok kata benda dalam suatu ujaran,
sementara kala berhubungan dengan waktu dari sebuah kata kerja yang dalam bahasa
Inggris disebut tense.
Untuk mempermudah pemahaman materi bahasa Yunani, para pelajar perlu
memperhatikan langkah-langkah berikut ini:
Disamping siapkan diri anda mengenali setiap perubahan pada pembentukan setiap
kata dalam ujaran. Perubahan-perubahan pada kata benda, kata kerja akan
mendominan pembentukan kata sesuai dengan pemakaian atau fungsi kata tersebut
ketika dipergunakan.
PELAJARAN 1
ABJAD YUNANI
1. Alfabet Yunani
Bunyi dalam bahasa Yunani Kuno (archea) diperoleh dari 24 abjad yang disebut
Alphabet Yunani, dalam hal ini tidak ada perbedaan dengan Yunani modern. Bunyi
dibagi dalam dua kelompok yaitu bunyi hidup atau vokal dan bunyi mati atau konsonan.
1. a) bunyi hidup terdiri atas 7 yang dipresentasikan oleh 7 huruf hidup,yaitu: a,e,h,i,o,u, w.
2. b) bunyi mati terdiri atas 17 bunyi yang dipresentasikan dengan 17 huruf atau abjad Yunani,
yaitu: b,g,d,z,q,k,l,m,n,x,p,r,s,t,f,c.y
Vokal dibunyikan tanpa hambatan pernafasan, atau udara keluar dengan bebas melalui
kerongkongan tanpa hambatan alat ucap manusia. Sedangkan Konsonan diproduksi
dengan hambatan-hambatan udara yang dibentuk oleh alat ucap manusia.
8 Q q Theta Th – th Theologi
12 M m Mu / Mi M–m Madu
13 N n Nu / Ni N–n Nama
14 X x Ksi Ks – ks Rileks
16 P p Pi P–p Puasa
17 R r Ro R–r Rusa
s/j
diakhir
18 S kata Sigma S–s Sabar
Upsilon /
20 U u Ipsilon U–u Bisu
21 F f Fi F–f Filsafat
22 C c Khi Kh – kh Khotbah
23 Y y Psi Ps – ps Psikologi
2. Transliterasi
Ada beberapa transliterasi yang berbeda dengan huruf Latin, seperti yang biasa
digunakan dalam bahasa Indonesia.
1. g : dalam bahasa Yunani ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia dengan huruf ‘n’ kalau g
itu mendahului sevcara langsung huruf k, x, c, atau g lain;
gk = nk gx = nks gc = nkh gg = ng
contoh: aggeloj (angelos = malaikat)
1. Yunani q( f( c( y diawali oleh 2 huruf bahasa Indonesia. Hal ini harus diperhatikan kalau hendak
mentransliterasi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Yunani.
2. Huruf u dalam bahasa Yunani ditulis dengan u dalam penggabungan yang berikut: au( eu( ou( ui(
dan hu) kalau tidak dalam penggabungan seperti di atas, maka akan di tulis dengan ‘y’.[2]
3. Vokal Yunani
Berikut adalah vocal-vocal Yunani dan padanannya dalam bahasa Indonesia: a (a), e (e
pendek), h (e panjang / seperti ee dalam basaha Inggris), o (o pendek), i (i), u (u), dan
w (o panjang)
Dari vocal-vocal tersebut, e dan o selalu pendek; a, i, dan u dapat panjang atau pendek.
Hanya dengan pengamatanlah pembaca akan dapat menentukan kualitas nada dari a,
i, dan u tersebut. sedangkan h dan w selalu panjang.
a| h| w| : Diftong dengan Iota subscriptum (Iota yang ditulis di bawah) pengucapan vokal
panjang tetap sama: “a”, “e”, “ộ”.
5. Konsonan-konsonan Yunani
Konsonan-konsonan alfabet Yunani dipisahkan ke dalam tiga kelompok. Konsonan-
konsonan alir (liquid) diucapkan dengan mengijinkan udara mengalir bebas dan lancar.
Konsonan “tak bersuara” diucapkan dengan cara menutup sesaat rongga mulut.
Konsonan sibilan (gabungan) adalah mereka yang mengandung “s”.
Palatal (tenggorokan) k g c
Labial (bibir) p b f
Dental (gigi) t d q
Catatan: Pada waktu mengucapkan huruf-huruf ini saluran udara di rongga mulut, pada
bagian-bagian tertentu mengalami penyumbatan sesaat. Dengan huruf palatal
(tenggorokan) bagian belakang tenggorokan akan tertutup, yaitu pada bagian langit-
langit lunak. Konsonan labial (bibir) diucapkan dengan jalan menutup rongga mulut
yaitu bibir.tutuplah bibir, kemudian buka tiba-tiba dengan mengeluarkan suara.
Konsonan dental (gigi) diucapkan dengan menutup rongga mulut pada gigi.
Tekankanlah ujung lidah kuat-kuat pada bagian belakang gigi atas. Ucapkanlah sesuatu
huruf dengan memaksakan lidah melepaskan diri dari gigi.
Konsonan sibilan (gabungan) : z( x( y( s tiga dari empat huruf itu disebut konsonan
ganda: z gabungan antara d + s ; x gabungan antara k , g atau c + s ; sedang y adalah
gabungan antara p( b atau f(+ s )
LATIHAN.
1. Berapa macam jenis Sigma dalam bahasa Yunani? Jelaskan.
2. Tulis abjad Yunani apa saja yang mempunyai kesamaa simbol dan bunyi dengan simbol dan
bunyi dalam bahasa Indonesia?
3. Tulis semua abjad (huruf besar/kecil) yang sama dengan bahasa Indonesia tetapi memiliki bunyi
yang berbeda.
4. Tulis kembali abjad Yunani masing-masing 5 kali (huruf besar, huruf kecil, nama dan
transliterasinya dalam abjad Bahasa Indonesia)
5. Transliterasikan Kata-kata di bawah ini ke dalam simbol-simbol bahasa Yunani:
Contoh: odos menjadi odoj
6. Nasakah dan Edisi Modern; Tanda-tanda Pernapasa, Aksentuasi dan Tanda Baca
Naskah Perjanjian Baru yang tua – baik yang ditulis pada papirus maupun yang ditulis
pada perkamen – hanya memakai huruf besar, tanpa pemisahan kata, tanpa tanda
baca atau aksen (scriptio continua, bahasa Romawi: ‘penulisan yang terus menerus’).
KARENATEKSYANGPENULISANNYADEMIKIANSANGATSULITTERBACA, biasanya
edisi modern dari Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani memuat rekonstruksi teks asli
dengan cara yang berbeda;[3]
Huruf besar hanya dipakai pada permulaan nama, permulaan perikop dan terkadang
juga pada permulaan kalimat.
Tanda Pernapasan
Kalau huruf awal suatu kata adalah vokal atau Rho (r / r`) dalam edisi Perjanjian Baru
yang modern tanda embus ditambah.
Tanda Aksentuasi
Dalam bahasa Yunani dijumpai tiga macam aksen. Hampir setiap kata bahasa Yunani
mempunyai tanda aksen yang ditulis di atas vokal – apabila ada, dibelakang spiritus –
dan menandai suku kata yang mana semestinya diberi tekanan suara.
Tanda aksen akut ( , ) (‘menyatakan pengucapan dengan perubahan suara menaik’) dapat dapat
ditemukan di atas ke-3 suku kata terakhir sesuatu kata, memang hanya terletak pada suku kata
terakhir yang ke-3 apabila vokal atau diftong silabel yang terakhir pendek. Contoh: a;nqrwpoj
dan euvagge,lion
Tanda aksen gravis ( . ) menggantikan tanda akut di atas suku kata yang terakhir, kecuali di
depan tanda baca. Contoh: j (‘siapa saja’)
Tanda aksen sirkumfleks ( / ) dapat ditulis di atas vokal atau diftong yang panjang dari ke-2
silabel terakhir sepatah kata, tetapi di atas yang ke-2 hanya apabila vokal atau diftong silabel
yang terakhir pendek. Contoh: Pau/los)
Kata yang terdiri dari 1 sampai 3 huruf dan tanpa aksen apa pun disebut sebagai
kata atona (kata yang ‘tak berbunyi’), misalnya kata depan evn (‘di dalam’, ‘di’), eivj (‘ke
dalam’, ‘ke’), dan evk (‘keluar dari’, bentuknya berubah menjadi evx di depan huruf
hidup).
Juga ada beberapa kata – yang disebut enklitika (kata yang bersandar) – yang
bergabung erat dengan kata sebelumnya sehingga aksennya hilang atau meloncat
sebagai akut pada suku kata yang terakhir dari kata sebelumnya ini, misalnya a;nqrwpoj
ti.j (‘seseorang’).
Tanda yang jarang dipakai:
Tanda trema ( ? ) memperlihatkan bahwa kombinasi dua huruf bukan diftong, melainkan kedua
vokal ini diucapkan terpisah, misalnya Mwu?sh/j (Musa).
Elision: tanda apostrof ( ʼ ) mengantikan satu vokal pendek yang hilang pada akhir kata karena
kata berikutnya dimulai dengan huruf hidup.
Contoh: avpv a;rti ← avpo, a;rti (‘sejak sekarang’, avpo = ‘dari’, ‘sejak’)
Krasis: tanda koronis ( ʼ ) ditulis di atas vokal di tengah kata untuk mengacu pada perpaduan dua
patah kata yang terjadi. Contoh: kavn ← kai, evn (‘dan di dalam’)
Tanda baca
Suku kata terdiri atas sekurang-kurangnya satu huruf hidup atau diftong yang mengikuti atau
diokuti oleh satu atau lebih konsonan.
contoh: a`n – qrw – poj,
Suku kata juga bisa hanya terdiri atas satu vokal atau diftong saja tanpa huruf konsonan. Contoh:
eu ag – gel – – on
1. Penamaan Kata
Setiap kata memiliki jumlah suku kata yang berbeda-beda, ada kata yang memiliki
hanya atu suku kata dan ada kata yang memiliki dua, tiga dan lebih dari tiga suku kata.
Setiap suku kata memiliki nama, tergantung pada posisi dan jumlah.
1. Satu atau lebih konsonan, ketika berada pada posisi awal sebuah kata disilabelkan dengan vokal
atau diftong yang mengikutinya, tetapi ketika konsonan berada pada posisi akhir sebuah kata
disilabelkan dengan vokal atau diftong yang berada sebelumnya. Contoh: na – oj , nau – thj , a –
sthr
2. Sebuah konsonan diapit oleh dua vokal atau diftong disilabelkan dengan vokal atau diftong yang
berada di depannya. Contoh: a -gw – ni – zw , a – pe,i – roi,
3. Dua konsonan diapit oleh dua vokal atau diftong disilabelkan dengan vokal atau diftong yang
mengikuti: contoh: a – sth,r , gi, – gno – i,
4. Tiga konsonan diantara dua vokal atau diftong disilabelkan dengan vokal atau dfitong yang
mengikuti: contoh: e – cqroj
5. Kata yang bersintesa disilabelkan berdasarkan pada kelompok sintesanya. Misalnya: ex –
e,rcma,i., sun – agw/) tetapi apabila tidak nampak vokal pada kata dasar yang belum mengalami
sintesa maka syarat umum membuat silabel diterapkan: contoh: parercoma,i. menjadi pa, –
re,rcoma,i.
no,march,j menjadi no – march,j
LATIHAN
a`;martia – – – Dosa
euaggelio – – – Injil
apokaluyij – – – Wahyu
apo,stoloj – – – Rasul
Kuri,oj – – – Tuhan
Di,aqh.kh, – – – Perjanjian
Kai,nh, – – – Baru
Pala,i.a – – – Lama
Bibli,a – – – Buku-buku
EUAGGELION: INJIL
Kata, Matqai/on
Kata, Ma,rkon
Kata, Louka,n
Kata, Iwa,nnh.n
Proj Rwma,iouj
Proj Korinqiouj A
Proj Korinqiouj B
Proj Galataj
Proj Efesi,ouj
Proj filpphsi,ouj
Proj Kolassaeij
Proj Qessalonikei;j A
Proj Qessalonikei;j B
Proj Timo,qe,on A
Proj Timo,qeon B
Proj Ti,ton
Proj Filh,mona
Proj Ebrai,ouj
Iakw,bou/
Pe,trou A
Pe,trou B
Iwa,nnou/ A
Iwa,nnou/ B
Iwa,nnou/ G
Iou,da
path,r Tuhan
ama,rti.a Allah
doxologi,a Malaikat
Kuri,oj Dosa
Qe.oj Bapa
Apoka,lu,yij Injil
Di,aqh,kh, Wahyu
Eu/agge,li,on Perjanjian
4. Membaca: Philippians 2:6-8 o]j evn morfh/| qeou/ u`pa,rcwn ouvc a`rpagmo.n h`gh,sato to.
ei=nai i;sa qew/|( 7 e`auto.n evke,nwsen morfh.n dou,lou labw,n( evn o`moiw,mati avnqrw,pwn
geno,menoj\ kai. sch,mati eu`reqei.j w`j a;nqrwpoj 8 evtapei,nwsen e`auto.n geno,menoj
u`ph,kooj me,cri qana,tou( qana,tou de. staurou/Å
PELAJARAN 2
1. Studi Leksikal
ginw,skw Saya sedang mengetahui lamba,nw Saya sedang Menerima (mengambil)
(mengenal)
2. Studi Gramatika
Ciri kata kerja Yunani yang mengalami variasi infleksi, menjadikan sarana yang jitu
untuk menyatakan buah pikiran. Infleksi itu menjelaskan berbagai unsur yang
terkandung di dalam gagasan kata kerja tersebut. bahasa Yunani mengandung
beberapa unsur: bentuk-bentuk kata kerja yang dapat dikategorikan menurut:
Persona ‘orang’: relasi antara pembicara dan pelaku; menjelaskan adakah subyek yang berbicara
(orang pertama), lawan bicaranya (orang kedua), atau yang dibicarakan (orang ketiga).
Numerus ‘jumlah’: adalah unsur kata kerja yang menjelaskan tentang tunggal atau jamaknya
subjek.
Modus ‘ragam’: adalah unsur kata kerja yang menjelaskan hubungan antara tindakan dan
realitasnya. Adakah tindakan itu digambarkan seperti sungguh-sungguh terjadi ataukah sebagai
suatu kemungkinan? Modus menjelaskan hal ini. Misalnya: “ia sedang melepaskan burung”
menjelaskan bahwa tindakan itu sungguh-sungguh terjadi. Atau “lepaskan burung itu”
mrnjrlaskan bahwa tindakan itu belum menjadi kenyataan, tetapi berpotensi untuk menjadi
kenyataan. Ada beberapa modus yang digunakan untuk menyatakan gagasa tindakan potensial
tersebut dengan berbagai nuansa arti, namun hal itu akan diselidiki dipelajaran yang lain. Untuk
tahap ini belajar modus indikatif ialah modus yang menegaskan realitas tindakan dari sudut
pandang pembicara.
Tempus ‘tense’/’kala unsur’: adalah kata kerja yang berkena – mengena dengan tindakan yang
dinyatakan. Dua pokok yang terlibat yaitu waktu dan tindakan, ada tiga kemungkinan: lampau,
kini dan future (yang akan datang).
Macam tindakan ada dua kemungkinan: 1. Tindakan linier dilukiskan sebagai suatu
garis ( _____ ) ia disebut juga dalam tindakan progresif atau kegiatan terus-menerus, 2.
Tindakan pungtiliar dianggap sebagai titik ( . ); yaitu suatu tindakan yang digambarkan
dari satu persfektif. Contoh tindakan linier = “ia sedang melepaskan” contoh
tindakan pungtiliar = “ia melepaskan”
Kala kini menjelaskan tindakan yang tengah berlangsung pada waktu kini.
Genus verbi ‘diatesis’: adalah unsur kata kerja yang menjelaskan hubungan antara subjek dengan
tindakan yang dinyatakan. Diatesis aktif berarti subjek melakukan tindakan; diatesis pasif berarti
subyek menderita atau penerima tindakan. Bahasa Yunani memiliki diatesis lain yaitu
diatesis medial berarti subjek melakukan tindakan bagi diri sendiri.
Bentuk Penjelasan
* ada satu hal yang terpenting disini – yaitu macam tindakan (yang bekerja dalam
rangka waktu). Dalam bahasa Yunani waktu dari suatu tindakan dianggap sekunder
pentingnya. Yang penting bagi orang Yunani ialah macam tindakan.
Kata ganti berfungsi sebagai subjek tidak perlu dibubuhkan. Hal itu telah diisi oleh
akhiran infleksi (akhiran orang) pada kata kerja itu. Sepatah kata begitu penuh dengan
arti sehingga merupakan suatu kalimat lengkap.
Orang pertama dan orang kedua selalu menunjukkan subyek yang hidup (orang atau
hewan). Tetapi orang ketiga dapat menunjukkan subyek baik yang hidup ataupun
benda yaang tidak bernyawa.
4. Pangkal (dasar) kata kerja adalah kata kerja itu yang tidak mengalami perubahan dalam proses
inleksi. Untuk menemukan pangkal kini sesuatu kata kerja, buanglah vokal w dari bentuk orang
pertama tunggal. Jadi perhatikan bahwa pangkal kini kata lu,w adalah lu,. Konjungsi kini aktif
indikatif kata kerja manapun dapat disusun dengan jalan menemukan pangkalnya, kemudian
ditambah akhiran orang, w( omen( eij( ete( ei dan ousi)
LATIHAN
1. Terjemahkan kata-kata berikut ini
2. a;gei akou,ei
3. ginw,skome.n gra,fete
4. gra,fomen dida,skousi
5. dida,skomen a;gw
6. le,pei, Akw
7. Analisala* dan terjemahkanlah kata-kata berikut ini
8. ginw,skw lamba,nete e. pe.mpeij g. di,da`skw i. a;gei
9. gra,fomen le,gete f. fe,romen h. e`gei,rousi j. di,da`skomen
*catatan: untuk menganalisakan suatu kata kerja, diharapkan memakai urutan sebagai
berikut ini: Kala, Diatesis, Modus, Orang, Jumlah, Bentuk Pertama (pangkal + w) dan
terjemahannya.: Misalnya: ble,pete – kini, aktif, indikatif, orang ke 2, jamak, ble,pw ,
kamu sekalian (kalian) sedang melihat.
PELAJARAN 3
kata benda memiliki gender (jenis kelamin) yaitu: maskulin, feminin, dan netral
Kata benda memiliki: artikel sesuai dengan gendernya. Artikel berubah sesuai dengan kasus
Kata benda memiliki: kasus (cases) yaitu: nominatif, genetif, ablatif, akusatif, datif, instrumental,
lokatif dan Vokatif.
maskulim
Gender artikel feminine
Kata benda netral
Numeral ganda
tunggal
kasus jamak
nominatif
Genitif,ablatif
deklensi akusatif
datif,instrumental, lokatif
1,2,3 vokatif
2. 2. Pengertian Artikel
Artikel adalah kata bersukukata tunggal yang mendahului sebuah kata benda. Artikel
tidak dapat terpisah atau dimengerti secara terpisah dari kata benda yang dihunjuk.
Posisi artikel selalu berada di depan sebuah kata benda dan menunjukkan gender dari
benda tersebut. Artikel selalu dapat berubah sesuai dengan jumlah, dan kasus.
Artikel tidak dapat berdiri sendiri karena tidak bermakna apa-apa jika terpisah dari kata
benda atau kata sifat. Meskipun demikian artikel sangat penting dalam berbahasa
Yunani, dan fungsinya memberikan informasi apakah sebuah kata benda itu definitif
atay indefinitif, layaknya seperti a dan the dalam bahasa Inggris. Fungsi mendasar
artikel dalam bahasa Yunani bahwa artikel pada kata benda umumnya menunjukkan
gender dari benda tersebut.
Tabel
TUNGGAL JAMAK
Nom o“ h“ to oi ai ta
Genitif
&
Ablatif tou thj tou twn twn twn
Datif, L,
I tw/ th tw toi.j Tai.j Toi,j
Nom. tw ta
Gen. & A toin tain
Akus tw tw
4. Pengertian Kasus:
Kasus mencirikan kata sesuai dengan posisi kata tersebut dalam sebuah ujaran. Bisa
disebut juga kelompok kata benda. Ada lima macam kelompok kata yaitu: Nominatif,
genitif, datif, akusatif dan vokatif.
1. Nominatif (N): berhubungan dengan subjek atau yang menduduki pokok kalimat
2. Genitif (G) menyatakan kepemilikan atau kepunyaan
Ablatif (Ab) menyatakan sumber atau asal usul
1. Vokatif (V) digunakan dalam bentuk seruan atau panggilan, atau berteriak.
aj a Andre & aj
hj h Maqht & hs
maskulin
a ah ekklhsi & a
h hj gh
Feminin
&& on ( wn
1. b. netral: -on( wn
contoh: to dw/ron to anagewn
Deklensi Ketiga
1. Kata benda bertema tunggal dengan akhiran
Nomnatif genetif contoh kata
catatan: tema tunggal: bagian utama dari sebuah kata nominatif (tanpa akhiran penanda jumlah
dan gender )
1. Kata benda bertema tunggal && eu,j(&& au,j( && au/j genetif ewj
1. Kata Benda Bertema Ganda
&&
&& w ouj h hcw thj hcous
1. Gender dari benda tersebut. Apakah benda itu maskulin, feminin atau netral.
2. Posisi sebuah kata dalam suatu ujaran. Apakah benda tersebut sebagai subyek,obyek, keterangan
atau seruan
3. Artikel: selalu disesuaikan dengan gender, jumlah dan kasus dari kata benda atau kata sifat.
4. Deklensi: adalah pengelompokan kata benda berdasarkan kemiripan akhiran.
Setiap kata benda memiliki salah satu dari gender yang telah disebutkan. Ada beberapa
kata benda Yunani yang memiliki akar kata yang sama dan dapat diubah menurut
gendernya. Kata seperti o adelfoj( h adelfh ketika berganti gender yang dirujuk maka
akhiran dan artikel juga ikut berubah. Terdapat juga kata yang memiliki akar kata yang
sama dan bisa mengambil ketiga gender, dengan mengikuti pola perubahan gender.
Kata sifat umumnya dalam kelompok ini. Sebagai contoh kata o kaloj( h kalh( to
kalon (baik)
Perubahan dalam kata benda meliputi: jumlah, dan kasus. Artikel dan akhiran kata
menentukan jumlah dan kelompok kata benda dalam ujaran. Oleh karena itu bagian
dasar (akar kata) tidak pernah berubah. Inilah yang mempermudah pelajar bahasa
Yunani untuk berfoukus pada artikel dan akhiran.
contoh
1. O adelfoj kata ini teridiri dari: sebuah artikel, akar kata dan akhiran (penutup) kata.
Keterangan kata:
Latihan Menmbaca:
Mark 12:29-31 29 avpekri,qh o` VIhsou/j o[ti prw,th evsti,n\ a;koue( VIsrah,l( ku,rioj o`
qeo.j h`mw/n ku,rioj ei-j evstin( 30 kai. avgaph,seij ku,rion to.n qeo,n sou evx o[lhj th/j
kardi,aj sou kai. evx o[lhj th/j yuch/j sou kai. evx o[lhj th/j dianoi,aj sou kai. evx o[lhj th/j
ivscu,oj souÅ 31 deute,ra au[th\ avgaph,seij to.n plhsi,on sou w`j seauto,nÅ mei,zwn
tou,twn a;llh evntolh. ouvk e;stinÅ
Matthew 28:18-20 8 kai. proselqw.n o` VIhsou/j evla,lhsen auvtoi/j le,gwn\ evdo,qh moi
pa/sa evxousi,a evn ouvranw/| kai. evpi. Îth/jÐ gh/jÅ 19 poreuqe,ntej ou=n maqhteu,sate
pa,nta ta. e;qnh( bapti,zontej auvtou.j eivj to. o;noma tou/ patro.j kai. tou/ ui`ou/ kai. tou/
a`gi,ou pneu,matoj( 20 dida,skontej auvtou.j threi/n pa,nta o[sa evneteila,mhn u`mi/n\
kai. ivdou. evgw. meqV u`mw/n eivmi pa,saj ta.j h`me,raj e[wj th/j suntelei,aj tou/
aivw/nojÅ
PELAJARAN 4
1. Studi Leksikal
a;nqrwpoj( o` = orang / manusia li,qoj ( o` = batu
k a i, = konjungsi, dan.
2. Studi Gramatika
Bahasa Yunani mengenal tiga jenis deklensi, yaitu cara menginfleksikan kata-kata
benda bahasa Yunani. Deklensi pertama sistem infleksinya ditandai dengan vokal “a”
sebagai bunyi utama; deklensi kedua sistem infleksinya sangat ditandai oleh bunyi “o”;
sedangkan deklensi ketiga sistemnya ditandai khususnya oleh pangkal konsonan.
Kata benda Yunani yang terbanyak jumlahnya adalah deklensi kedua. Atas dasar ini
jugalah yang akan diselidiki lebih dahulu.
1. Bahasa Yunani tidak mengenal artikel tak tertentu. Dengan demikian a;nqrwpoj berarti “orang”
atau “seseorang”. Namun ia tidak boleh diartikan “orang itu” sebab bahasa Yunani
memiliki artikel tentu. Artikel tentu untuk untuk maskulin tunggal adalah “ o“ “. o`
a;nqrwpoj berarti “orang itu”.
Artikel Yunani bertindak untuk mengkhususkan suatu benda. Ini yang disebut
penggunaan “artikular” suatu kata benda atau kata lain yang dibendakan. Bila artikel tentu tidak
dipakai, maka penggunaan itu disebut “anarthrous” (tanpa artikel). Rangkaian anarthrous
digunakan untuk menekankan kualitas atau karakteristik. Untuk tahap ini perhatikan baik-baik
penggunaan artikel itu, dan pentingnya rangkaian anarthrous untuk dipelajari pada bagian yang
kemudian.
2. Dalam menganalisa sebuah kata benda ada empat hal yang harus
disebutkan: deklensi, kasus, jenis, dan jumlah. Deklensi hanyalah berkena mengena dengan soal
bentuk infleksi dan tidak memiliki kepentingan khusus dalm hal fungsi kata. Ketiga unsur yang
lain itu berkaitan erat dengan fungsi kata.
Kasus berkena mengena dengan fungsi kata dalam hubungannya dengan kata kerja
atau bagian lain dalam kalimat. Kata Yunani mengenal empat bentuk infleksi – dalam
kasus tertentu ada lima, yaitu bentuk vokatif berbeda dengan nominatif. Namun ada
delapan fungsi kasus yang menyatakan gagasan yang berbeda yang dinyatakan
melalui bentuk-bentuk ini. Bagian yang berikut menunjukkan bentuk, fungsi kasus, dan
gagasan pokok pada masing-masing kasus.
Bentuk
No akhiran Nama Kasus Gagasan Pokok Kasus
Datif
Kepentingan (kepada siapa? Kemana?
Obyek tak langsung).
– Lokatif Lokasi / letaknya (dimana / kapan?)
Genetif adalah kasus penjelasan. Ia digunakan untuk memberi ciri khusus terhadap
kata yang dijelaskannya. adalah frasa, yang di dalamnya bentuk genitif
a;nqrw.pou menjelaskan oi/koj , yaitu menerangkan milik siapa rumah itu; “rumah orang
itu”, atau “rumah milik orang itu”. Ada sejumlah nuansa arti dari kasus ini, namun hal itu
akan diselidiki juga pada bagian lain.
Ablatif adalah kasus pemisahan. Ia menggunakan bentuk yang sama dengan genitif,
namun fungsinya berbeda. o` a;nqrwpoj pe,mpei tou,j dou,louj tou/ oi;kou . “orang itu
mengutus hambanya dari rumah itu.” tou/ oi;kou adalah ablatif. Karena menjelaskan
pemisahan. Nantinya ada preposisi yang digunakan untuk membantu kata benda dalam
menunjukkan fungsi kasus itu nyata terlihat adanya.
Datif adalah fungsi kepentingan dan juga digunakan untuk menyatakan obyek
penyerta (obyek tidak langsung) dari suatu kata kerja. o` a,postoloj le,gei lo,gouj toi.j
a`nqrwpoij . “Rasul itu mengucapkan kata-kata kepada orang-orang itu”. toi.j a`nqrwpoij
adalah obyek penyerta kata le,gei)
Lokatif adalah kasus tentang lokasi atau posisi. Bentuknya sama dengan datif, o`
a;nqrwpoj dida,skei tw/ oi;kw , berarti “orang itu mengajar di dalam rumah itu”.
Kasus Instrumental yang juga menggunakan bentuk infleksi ketiga, kasus yang
menjelaskan sarana atau alat, o` a;nqrwpos dida.skei logoij . “Orang itu
mengajar dengan menggunakan kata-kata.” Kasus itu menjelaskan sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pengajaran itu.
Kasus Akusatif adalah kasus pembatasan. Ia menandai batas atau akhir dari suatu
tindakan. Penggunaan utamanya ialah untuk menyatakan obyek langsung, penderita
suatu kata kerja, o` a;nqropoj le,gei lo,gouj . “Orang itu mengucapkan kata-kata” yang
dikatakannya terbatas tidak lain daripada “kata-kata”.
Kasus Vokatif ialah kasus sebutan/sapaan, a`delfe, ble,pw oi-kon . “Saudara, saya
melihat sebuah rumah” kasus ini jamaknya memiliki bentuk yang sama dengan
nominatif. Bentuk tunggalnya memiliki infleksi yang beragam, ada yang sama dengan
nominatif dan ada yang memiliki bentuk yang berbeda, fungsinya berbeda dengan
nominatif. Ini menamai kepada siapa perkataan itu diarahkan
4. Skema bentuk deklensi o untuk kata benda maskulin , kata benda neuter (‘pekerjaan’), dan kata
ganti orang ke-3 maskulin dan neuter
o“ lo,goj to e;rgon
tou/ lo,gou tou/ e;rgou auvto,
auvtou/
Nominatif tw/ logw tw/ e;rgw auvto,j
Genitif auvtou/ auvtw/
to,n lo,gon to. e;rgon
Datif auvtw/ auvto,
$wv/% $wv/%
Akusatif lo,ge e;rgon auvto,n
Vokatif
Tunggal
ta. e;rga
oi` lo,goi tw/n
tw/n e;rgwn auvtoi, auvta,
lo,gwn auvtw/n auvtw/n
Nominatif toi/j e;rgoij
Genetif toi/j lo,goij auvtoi/j auvtoi/j
ta. e;rga
Datif tou.j auvtou,j auvta,
lo,gouj $w`/%
Akusatif e;rga
$w`/%
Vokatif lo,goi
Jamak
Latihan
1. Demi pengertian lebih dalam mengenai fungsi berbagai macam kasus ini, selidikilah kalimat
berikut ini (yang mengandung setiap kasus kalau ditulis dalam bahasa Yunani) dan coba
menentukan kata atau frasa mana yang menyatakan gagasan dari kasus masing-masing:
Hotman, mari kita mengajar firman yang dari Yesus ini dengan kata yang jelas kepada
anak-anak di rumah rasul itu.
PELAJARAN 5
Kosa Kata
2. Study Gramatika
Dalam pembahasan kata benda selalu dimulai dengan kata benda tunggal, nominatif
dari setiap gender. Kemudian setiap kata benda mengambil kasus, dan bentuk jamak
sesuai dengan pemakaiannya dalam ujaran. Untuk itu maka kamus bahasa Yunani
hanya ditemukan gender, tunggal, nominatif, dengan pengecualian, akhiran genetif dari
sebuah kata yang tidak beraturan
Adapun kata benda deklensi pertama terdiri atas kata-kata benda yang berakhiran
Maskulin – aj && hj
TUNGGAL
o andre &
tou aj
N andre & maqht & hj
G tw ou maqht & ou
andre &
a
JAMAK
andre &
ai
andre &
wn
Tunggal
N a genea, ene,rgeia
G hj genea,j ene,rgeiaj
D h genea, ene,rgeia
A hn genea,n ene,rgeian
V w/ genea, ene,rgeia
Yohanes 1, 2
PELAJARAN 6
KATA SIFAT
1. Studi Leksikal
a,gaqoj( h,( on – baik
dikaio,j( a( on – benar/adil
e[scatoj( h( on – terakhir
2. Studi Gramatika
1. sama seperti kata benda, kata sifat memiliki jenis, jumlah dan kasus. Bila dipergunakan,
untuk menjelaskan kata benda maka ia harus sepadan dengan kata benda itu dalam hal jenis,
jumlah kasusnya.
Semua kata sifat di atas adalah kata-kata sifat yang memiliki pola infleksi deklensi pertama
dan kedua, yang maskulin dan netral mengikuti pola kata benda deklensi kedua; yang
feminim mengikuti kata benda deklensi pertama. Semua prinsip aksentuasi akan diikuti
semua dengan jenis deklensinya, namun pada genitif dan ablatif jamak feminim akan
mengikuti kaidah kata benda biasa dan tidak mengikuti kaidah khusus kata benda deklensi
pertama.
Jika pangkal kata sifat itu berakhir dengan e( i.( atau r akhiran feminim tunggalnya adalah a
panjang; yang lain akan berakhiran h) pelajari deklinasi kata sifat di bawah ini. Semua kata
sifat golongan deklinasi pertama dan kedua akan dideklinasikan sesuai dengan pola ini.
Maskulin
Kata mikro,s
Maskulin
Kata: di,kaioj
Maskulin
Kata sifat Yunani dapat dipakai dalam tiga makna cara yang berbeda: secara atributif,
predikatif dan substantif.
Penggunaan secara atributif adalah kata sifat yang dipakai untuk mencirikan kata
benda yang dijelaskannya. dalam kontruksi ini kata sifat dapat ditempatkan pada dua
kemungkinan posisi dalam hubungan dengan kata bendanya: o` avgato.j lo,goj ,
atau o` lo,goj o` avgato,j. Kedua konstruksi itu diterjemahkan “kata yang baik (itu)”.
Perhatikanlah bahwa kata sifat itu selalu di dahului oleh artikel dalam kedua rangkaian
itu, dan artikel sebelum kata sifat itu diterjemahkan “yang”.
Penggunaan secara predikatif ialah kata sifat yang dipakai untuk membuat suatu
pernyataan tentang kata benda. Dalam hal inipun, ada dua kemungkinan posisi yang
dapat ditempati dalam kata sifat, dalam kaitannya dengan kata bendanya:
o` lo.goj avgaqo,j atau a;gaqo.j o` lo,goj . kedua konstruksi itu harus diterjemahkan:
“kata itu baik” atau “baik kata itu”. perhatikanlah bahwa kata sifat itu tidak langsung
didahului oleh artikel tentu. Ini merupakan hal yang sangat penting dalam
menterjemahkan bahasa Yunani. Ringkasan di bawah inikiranya membantu memahami
perbedaan itu.
Penggunaan secara substantif ialah kata sifat yang dipergunakan sebagai kata benda.
Jadi o` avgato,j berarti “orang baik”, h` avgaqh, berarti “wanita baik” dan lain-lain, tanpa
bubuhan kata benda. Seringkali bentuk maskulin jamak dipakai dengan pengertian
yang lebih umum; sehingga oi` avgaqoi, dapat berarti “pria-pria baik” atau “orang-orang
baik” atau sekedar “yang baik/ si baik.”
LATIHAN
1. Studi Leksikal
evgo Saya eivmi, saya (sedang) adalah
(berada)
auvtoj( h,( o, ia
2. Studi Gramatikal
3. de, disebut pospositif, yaitu tidak boleh ditempatkan sebagai kata pertama dalam kalimat atau
klausa. Biasanya menempati urutan kedua, kadang-kadang berada pada urutan ketiga, o`
avpo,stoloj avnabainei pro.j th.n evkklhsian( o` de, maqhthj katabai.nei pro.j ton oiv/kon)
4. dalam bahasa Yunani, partikel ingkar biasanya ditempatkan tepat di depan kata yang
diingkarkan. Biasanya ditempatkan di depan kata kerja.
Perhatikan bentuk alternatif: mou, moi , dan me . itulah bentuk yang dipakai bila tidak
ditekankan, dan disebut enklitis. Bentuk evmou/, evmoi,, dan evme, akan digunakan
bila bermaksud menekankan.
se, atau
A se Engkau, kamu u`ma/j Kamu sekalian
Perhatikan bentuk alternatif sou, soi, se yang adalah enklitis. Bentuk itu akan
digunakan kecuali bila penekanan adalah dimaksudkan, dan kalau begitu bentuk yang
beraksenlah yang digunakan.
Kata ganti oran ketiga dideklinasikan sebagai berikut:
Maskulin
Kepadanya
D Dalamnya Kepada mereka
L Dalam mereka
Olehnya/
I Dengannya Oleh mereka
auvtw|/ auvtoi/j
Feminim
Kepadanya
D Dalamnya Kepada mereka
L Dalam mereka
Olehnya/
I Dengannya Oleh mereka
auvth/| auvtai/j
Netral
Orang
ke Tunggal Jamak
Kata ini juga bisa berarti “berada” kalau diikuti oleh nama sesuatu tempat.
Catatan:
1. Enklitis yang berada pada permulaan kalimat akan mempertahankan aksennya. e a[nqwpoi
2. Enklitis akan diberi aksen sebelum enklitis yang lain. ei[j me , atau o` avdelfoj mou, evstin
avgatoj.
3. Aksen akut pada ultima akan dipertahankan pada suatu kata yang berada sebelum enklitis; itu
mengandung akut pada suatu kata yang berada sebelum enklitis; ia tidak akan berubah, menjadi
graf. o` qeo,s evstin avgaqo,j( atau avdelfo,j mou)
4. Jika kata yang mendahului enklitis itu mengandung akut pada antipenult atau sirkumfleks pada
penult, maka aksen akut akan ditambahkan pada ultima. a[nqrwpo,j evstin, atau o` oi`/ko,j mou
5. Jika kata yang mendahului enklitis memiliki akut pada penult, atau baik sirkumfleks maupun
akut pada ultima, maka enklitis dengan satu silabe akan ada kehilangan aksennya. o` lo,goj
mou( o` qeo,j mou( tou/ qeou/ mou
6. Jika kata yang mendahului enklitis memiliki akut pada penult, atau sirkumfleks pada ultima,
maka enklitis dua silabe akan tetap mempertahankan aksennya. o` lo,goj evstin.n avgaqo,j ) o`
lo,goj tou/ qeou/ evsti.n avgaqo,j)
LATIHAN
1. oi` maqhtai, sou ginw,skousi th.n evkklhsi,an kai. a[gousi tou.j avdelfou.j auvtw/n ei.j auvth,n
2. dida,skw tou.j ui`ou,j mou kai. Le,gw auvtoi/j parabolih,n .
3. sou/ o` Qeo.j a[gei ta. te,kna eivs th.n basilei.an auvtou/ kai. div auvtw/n tou.j a[llouj evgw,
eivmi dou/loj( su. de. ei`/ avpo,stoloj
3. to eimi to be
Pada tata bahasa Indonesia kehadiran kata kerja to be tidak wajib penggunaannya
dalam ujaran. Tetapi tidak demikian dalam tata bahasa Inggris maupun Yunani.
Meskipun demikian bahasa Indonesia memiliki kata sepadan untuk itu dengan
beberapa modifikasi, untuk setiap penggunaan. Kata yang dimaksudkan yaitu: ada,
adalah, terdapat, dan berada.
Contoh
1. Su Hliaj ei : (Yoh.1:21) engkau adalah Elia?
2. ouk eimi : bukan saya (adalah)
3. o profhthj ei su : engkau adalah nabi itu?
4. Egw ouk eimi o, Cristo,j : (Yoh.1:19) aku (adalah) bukanlah
Pada contoh (1) Dalam terjemahan bahasa Indonesia to be adalah bisa digunakan
ataupun tidak, dapat dipahami. Pada nomer (2) jika digunakan maka ujaran itu tidak
berterima dan tidak benar secara gramatikal bahasa Indonesia. Kalimat (3) adalah wajib
digunakan , dan (4) kalimat yang berterima jika tanpa adalah. Jika diterjemahkan dalam
bahsa Indonesia
1. aku adalah bukan Kristus. Kalimat ini dapat dimengerti tapi tidak berterima dalam tata bahasa
Indonesia.
2. aku bukanlah Kristus. Ini adalah kalimat yang benar dan berterima
Sebagai kesimpulan bahwa penggunaan to be atau eimi dalam bahasa Yunani
merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu pelajar bahasa Yunani perlu
memperhatikan cara penggunaannya. Sebagai tambahan bahwa fungsi to besebagai
kata kerja bantu memiliki perubahan sesuai dengan tens, jumlah, dan persona,
sebagaimana yang berlaku dalam kata kerja.
Tabel[4] Indikatif
Tunggal
1 h hn eimi esomai
2 hsqa ei esh( e;sei
Jamak
&&&&&&
w; esoimhn &
ei[hmen h[ &&&&&
eimen
wmen este
ei[the h[ esoi,meqa
Jamak hte eite estwn h[
1 esoiste o,ntwn
wsi ei[hsan h[
2 3 $n% ei[en esointo h e[stwsan
ei[hton h[
ei[ton
hton esoisqon eston
ei.h,ton h[
hton e[ithn esoi,sqhn estwn
Ganda 2 3
infinitif partisip
on( gen)
o[ntoj
PELAJARAN 8
1. Studi Leksikal
Bahasa Yunani mengenal dua kata ganti penunjuk. Kata ganti penunjuk dekat (ou`/toj)
“ini” dan kata ganti penunjuk jauh (evkei/noj) “itu”. Seringkali kata ganti itu dipakai
sendirian dan berfungsi sebagai kata benda.: “orang ini melihat rumah itu”; “orang itu
mengenal (mengetahui) rasul itu.” Dengan cara ini au[th dapat berarti “wanita ini” dan
evkei,nh dapat berarti “wanita itu”; ouv/toi “orang-orang ini”; evkei/noi “orang-orang
itu”; tou/to “barang ini” dan seterusnya.
Kata ganti petunjuk seringkali digunakan dengan kata benda dan memiliki fungsi serupa
dengan kata sifat. Dalam penggunaan ini kata bendanya berartikel, dan kata ganti akan
menempati posisi predikatif, dan tidak atributif. ouv/toj o` a;nqrwpoj atau o` a;nqrwpoj
ouv/toj akan diterjemahkan “orang ini”. Kata ganti orang dapat digunakan dalam posisi
ini, dan dalam kasus apapun. ble,po evkei.nhn th,n evkklhsi,an) “saya melihat gereja itu”
dan lain-lain.
Kata ganti petunjuk dideklinasikan sama seperti kata-kata sifat yang mengikuti pola
deklensi pertama dan kedua. Patut diperhatikan bahwa netral, nominatif dan akusatif
tunggal menghilangkan akhiran n –nya.
Tunggal Jamak
Kasus M F N M F N
Pangkal kata kerja ouv/toj mengalami beberapa perubahan, demikian juga akhirannya.
Perhatikan paradigma di bawah ini. Juga ultimanya bervokal bunyi o , maka vokal
pangkalnya adalah diftong ou; tetapi bila ultimanya bervokal lain (a atau h) vokal
pangkalnya adalah
Tunggal Jamak
Kasus M F N M F N
PELAJARAN 9
KINI PASIF INDIKATIF
1. Studi Leksikal
zwh,( h` hidup
qeo,s( o` Allah
kardi,a( h` hati
ko,jmoj( o` dunia
to,poj( o` tempat
fwnh,( h` suara
2. Studi Gramatikal
1. Pentingnya diatesis pasif bahasa Yunani sama seperti dalam bahasa Indonesia – subyek
menderita tindakan. lu,omai diartikan “saya sedang dilepaskan”.
2. Akhiran (primer) pasif adalah & mai( & sai( & tai( & meqa( & sqe( &ntai. Akhiran itu akan
ditambahkan pada pangkal ini dengan bantuan “vokal beragam” o/e (o sebelum m dan n, e
sebelum huruf yang lain). dalam perkembangan bahasa Yunani maka terjadilah beberapa
perubahan. Misalnya pada orang kedua tunggal lu,esai, s akhirnya hilang, vokal e dan a
dikontraksikan menjadi h , dan i (menjadi subskrip lu,h|). Oleh karena bentuk ini ditemukan pada
semua kata kerja kelompok ini, maka bijaksanalah hanya mempelajari bentuk pendek tersebut
dan tidak usah menunjukkan semua perubahan-perubahan itu.
Indikatif pasif kini kata lu,w:
Org
ke Tunggal Jamak
LATIHAN
Latihan Membaca
Matthew 6:31-34 1 mh. ou=n merimnh,shte le,gontej\ ti, fa,gwmenÈ h;\ ti, pi,wmenÈ h;\
ti, peribalw,meqaÈ 32 pa,nta ga.r tau/ta ta. e;qnh evpizhtou/sin\ oi=den ga.r o` path.r
u`mw/n o` ouvra,nioj o[ti crh,|zete tou,twn a`pa,ntwnÅ 33 zhtei/te de. prw/ton th.n
basilei,an Îtou/ qeou/Ð kai. th.n dikaiosu,nhn auvtou/( kai. tau/ta pa,nta prosteqh,setai
u`mi/nÅ 34 mh. ou=n merimnh,shte eivj th.n au;rion( h` ga.r au;rion merimnh,sei e`auth/j\
avrketo.n th/| h`me,ra| h` kaki,a auvth/jÅ
PELAJARAN 10
1. Studi Leksikal
2. Studi Gramatikal
1. Dalam diatesis medial subyek bertindak sedemikian rupa sehingga mengambil bagian dalam
akibat tindakan itu. konstruksi semacam ini tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Tekanan utamanya adalah pada si subyek dan bukannya pada tindakan. ada perhatian khusus
yang ditujukan bagi subyek.
2. Pengolongan penggunaan diatesis Medial berikut ini menggambarkan gagasan umum dari
konstruksi semacam itu, namun harus diakui sangat sulit untuk dapat menyatakan keseluruhan
makna rangkaian itu.
3. Medial Refleksif (subyek mengenai tindakan) => merupakan makna terdekat gagasan pokok
konstruksi ini. akibat/hasil tindakan itu dihubungkan langsung dengan pelaku tindakan. o`
a[nqrowpoj evge,retai) “Orang-orang itu membangkitkan dirinya sendiri.
4. Medial Intensif (subyek benar-benar melakukan tindakan) => menekan pelaku yang
menghasilkan tindakan lebih dari menunjukkan keterlibatannya dalam hasil tindakan itu.
dida,sketai th.n avlh,qeian) “Ia mengajar kebenaran.” Gagasan yang dinyatakan adalah “ia dan
bukan orang lain” yang melaksanakan hal mengajar itu. ini disebut juga “medial dinamis”
5. Medial Resiprokal (jamak / saling) => adalah penggunaan dimana subyek jamak itu
melaksanakan kegiatan yang bersifat “saling”. oi` a[nqrwpoi dida,skontai) “orang-orang itu
mengajar satu dengan yang lain” subyek harus jamak.
Bentuk diatesis medial kini, imperfek, dan perfek adalah sama dengan bentuk pasifnya.
Perbedaannya hanya terletak pada fungsi. Konteks paragraf akan menunjukkan apakah
konstruksi berfungsi Medial atau pasif.
Org
ke Tunggal Jamak
Matthew 6:9-13 9 ou[twj ou=n proseu,cesqe u`mei/j\ Pa,ter h`mw/n o` evn toi/j
ouvranoi/j\ a`giasqh,tw to. o;noma, sou\ 10 evlqe,tw h` basilei,a sou\ genhqh,tw to.
qe,lhma, sou( w`j evn ouvranw/| kai. evpi. gh/j\ 11 to.n a;rton h`mw/n to.n evpiou,sion
do.j h`mi/n sh,meron\ 12 kai. a;fej h`mi/n ta. ovfeilh,mata h`mw/n( w`j kai. h`mei/j
avfh,kamen toi/j ovfeile,taij h`mw/n\ 13 kai. mh. eivsene,gkh|j h`ma/j eivj peirasmo,n(
avlla. r`u/sai h`ma/j avpo. tou/ ponhrou/Å