Anda di halaman 1dari 8

Surat-Surat Umum

( Ibrani – Yudas )
Oleh :
Korlina Ayang

Mata Kuliah :
Surat-Surat Umum

Dosen Pengampu:
Pdt.Yupiter Mendrofa,M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA BINA MUDA WIRAWAN MEDAN


2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Sejak zaman Eusebius (260-340 M), surat Yakobus, Yudas, 1 dan 2 Petrus, serta ketiga surat Yohanes,
sering disebut sebagai Surat-surat Am (umum), sebab surat-surat tersebut tidak dialamatkan kepada
jemaat tertentu, melainkan kepada jemaat Kristen secara keseluruhan ( hē katholikē ekklēsia, gereja am).
Namun, penamaan ini tidak sepenuhnya tepat, sebab, sekalipun tidak dimasukkan dalam surat-surat am,
surat Efesus dan Ibrani juga tidak dialamatkan kepada jemaat tertentu. Sementara itu, surat 3 Yohanes
dialamatkan kepada pribadi tertentu, 2 Yohanes dialamatkan kepada komunitas tertentu sekalipun tidak
disebutkan dengan jelas, dan 1 Petrus dialamatkan kepada sejumlah jemaat di Asia Kecil. Walaupun ditulis
dalam bentuk surat, namun ketujuh tulisan ini bukanlah surat dalam pengertian modern. Dalam dunia
purba, nasihat tidak lazim disampaikan dalam bentuk surat, melainkan dalam semacam traktat edaran.
Studi dewasa ini pada umumnya tidak lagi memasukkan surat-surat Yohanes ke dalam surat-surat am,
karena tulisan-tulisan atas nama Yohanes dipandang sebagai rumpun karya teologis tersendiri, yang
diduga berasal dari aliran Yohanes.
Tujuan

Tujuan ditulisnya Surat-surat umum ini yaitu untuk memberitahu kepada pembaca tentang,surat –surat dan
perjalan iman jemaat pada saat itu, surat-surat umum juga ditulis guna untuk memberikan nasehat kepada
para pembacanya
Tanggapan Penulisan
Maka penulis memahami bahwa dengan mempelajari surat-surat umum ini penulis bisa lebih berhati hati
lagi dalam menghadapi situasi saat ini, dan kitab surat-surat umum ini juga menguatkan penulis untuk tidak
terjerumus kedalam hal tersebut. Sangatlah nyata bahwa satu kata antara keyakinan dan perbuatan haruslah
menjadi sesuatu yang dapat dinyatakan dalam kehidupan seorang Kristen. Kekristenan tidak seharusnya dipandang
sebagai sebuah pengajaran moralitas semata, melainkan sebuah pembuktian hidup bermoral.

BAB II
ISI
IBRANI
ISU PENTING
Ibrani 2:3 bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu... Ibrani
4:14-16 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu
Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita
punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya
sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih
karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 12:1-2 Karena kita
mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban
dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi
kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,
TANGGAPAN PRIBADI
Kitab ini ditulis agar setiap kita sebagai orang yang percaya untuk tetap mempertahankan pengakuan atau
iman mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya, dan agar kita terus maju menuju kedewasaan
iman rohani dan juga untuk tidak kembali kepada kehidupan dibawah hukuman.
KESIMPULAN
Penulis Ibrani terus menerus menyatakan keilahian Kristus, baik mengenai kepribadianNya maupun
pelayananNya. Dalam tulisan Perjanjian Lama, kita memahami kalau semua ritual dan upacara dalam
Yudaisme itu sebagai cara menyatakan kedatangan Mesias. Dengan kata lain, semua ritual dalam
Yudaisme merupakan bayang-bayang akan terang yang akan datang. Surat Ibrani menyatakan Yesus
Kristus jauh lebih sempurna dari apa pun yang bisa dijadikan korban persembahan melalui ritual agama.
Semua ritual agama menjadi tak berarti ketika dibandingkan kehidupan, karya, dan pelayanan Yesus
Kristus. Keilahian Yesus Kristus menjadi tema utama di surat ini.

YAKOBUS
ISU PENTING
Dengan tegas surat ini menyatakan bahwa Allah itu esa. Ketika surat Yakobus mengatakan, “Hanya ada
satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan” (Yak.
4:12), kita seakan-akan mendengar gema Shema, inti ikrar iman Yudaisme, “Dengarlah, hai orang Israel:
TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ul. 6:4). Penulis menyatakan bahwa Allah itu tetap, tidak berubah
dalam kebaikan-Nya (bdk. 1:17). Hal ini bertentangan dengan kenyataan manusia yang labil, yang mendua
hati dan hidupnya tidak tenang.
Allah dilukiskan sebagai ‘Bapa segala terang.’ Agaknya, gambaran ini merujuk pada cerita penciptaan,
‘Jadilah terang’ (Kej. 1:3). Yang perlu dicatat, di sini digunakan kiasan kebapaan, namun kemudian diikuti
dengan kiasan keibuan yang melahirkan (tersirat dari frasa ‘menjadikan kita’). Namun penjadian kita adalah
melalui firman kebenaran. Dalam surat ini, ‘firman kebenaran,’ yang dihubungan dengan penciptaan,
menjadi salah satu perhatian. Secara implisit, penulis Yakobus berpegang pada keyakinan bahwa manusia
diciptakan sebagai gambar Allah, dan sebagai gambar Allah, orang percaya diberi roh yang ditempatkan
dalam dirinya (4:5), diberi firman di dalam hatinya (1:21) dan diberi kemampuan untuk berkata-kata, yaitu
berkata-kata dengan integritas. “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya
pendengar saja; sebab jika tidak demikian, kamu menipu diri sendiri” (1:22).
TANGGAPAN PRIBADI
Sebagai penulis saya memahmi bahwa Bagian ini membawa kita pada inti pemahaman surat Yakobus
tentang Allah, yaitu bahwa Allah adalah Pemberi. Dalam 1:5 (bdk. 3:17) dikatakan bahwa Allah adalah
Pemberi hikmat. Allah adalah Pencipta yang telah menjadikan manusia menurut gambar-Nya, dan sebagai
Pembuat hukum, Ia telah memberi mereka hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan
orang (1:25 bdk. 4:12). Karena itu, barangsiapa meneliti hukum Allah dan bukan hanya mendengar tetapi
juga melakukannya, pasti akan berbahagia.
Allah juga dikatakan ‘murah hati’ dan tidak ‘membangkit-bangkit’ atau mengungkit-ungkit dosa umat-
Nya (1:5). Ia ‘mendekat kepada orang yang mendekat’ (4:8), ‘maha-penyayang dan penuh belas kasihan’
(5:11). Penulis Yakobus menunjukkan bahwa Allah itu mahakuasa namun berkenan didekati, karena Ia
murah hati dan berbelas kasih.  

KESIMPULAN
surat Yakobus terutama ditujukan untuk melawan realitas sosial dalam kekaisaran Romawi pada abad
pertama. Penulis menasihatkan agar jemaat tidak mengikuti sikap masyarakat umum, yang berpihak
kepada orang-orang kaya dan mengabaikan orang-orang miskin. Hal ini tersirat dalam nasihat agar jemaat
tidak mengamalkan iman dengan memandang muka (2:1). Jangan memperlakukan anggota jemaat yang
kaya melebihi mereka yang miskin. Jangan berkata kepada yang berpakaian indah, “Silakan tuan duduk di
tempat yang baik ini,” tetapi berkata kepada yang miskin, “Berdirilah di sana!” atau “Duduklah di lantai ini
dekat tumpuan kakiku!” (2:3). Jika demikian, mereka membuat pembedaan dalam hati dan bertindak
sebagai hakim dengan pikiran yang jahat (2:4).
Pada masa itu, sebagaimana juga terjadi dalam banyak kebudayaan, lazimnya orang-orang kaya
menyumbangkan dana untuk proyek-proyek umum. Namun, dengan sumbangan itu mereka berharap
mendapat perlakuan dan hak-hak istimewa. Mereka merasa penting dan ingin diterimakasihi di depan
umum, serta diperlakukan sebagai orang-orang istimewa. Mereka berharap agar para penerima
sumbangan menghormati dirinya sedemikian rupa, sehingga ia lebih dimuliakan daripada orang lain. Jika
jemaat bertindak memandang muka, maka secara tidak langsung mereka pun dikuasai oleh kesombongan
ambisius, dan bukan kasih terhadap sesama, karena mereka telah mengabaikan hak-hak orang miskin.

1 PETRUS
ISU PENTING
Kesaksian surat 1 Petrus mengenai kebangkitan Kristus sangat berharga. Hal ini bukan karena posisi
Petrus sebagai rasul (jika benar rasul Petrus adalah penulis surat ini), melainkan karena ia adalah saksi
mata atas fakta Kristus. Penulis menerima gagasan yang semula dianggap mustahil, yaitu mengenai
Mesias yang harus mengalami penderitaan, mati dan bangkit kembali. Penulis meyakini bahwa kehidupan
baru atau kelahiran baru yang dialami oleh orang beriman hanya akan terjadi karena kebangkitan Yesus
dari antara orang mati (1:3). Keyakinan kepada karya penebusan yang dikerjakan Yesus tidak dapat
dilepaskan dari keyakinan kepada “Allah yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan
memuliakan-Nya” (1:21). Dikatakan pula bahwa kebangkitan merupakan suatu pendahuluan sebelum
Kristus kembali kepada kemuliaan-Nya (3:21-22). Gagasan utama dalam surat 1 Petrus adalah bahwa
penderitaan yang terjadi akan digantikan dengan kemuliaan, sebagaimana telah terjadi pada diri Kristus
yang telah bangkit itu (4:11 dst.; 5:10 dst.). Kebangkitan sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi
merupakan dasar mutlak bagi pengharapan orang-orang Kristen untuk masa yang akan datang.
TANGGAPAN PRIBADI
Tanggapan penulis mengenai surat petrus ini , di hadapan Allah sesungguhnya manusia tidak berdaya,
tidak mampu mencukupkan kehidupannya sendiri, tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Hidup
manusia sepenuhnya bergantung kepada Allah. Pada sisi lain, persekutuan orang beriman adalah
himpunan manusia yang taat dan penurut terhadap kehendak Allah, dengan selalu mengikuti jejak serta
arahan gembalanya. Sedangkan kiasan ‘rumah tangga’ menggambarkan kesatuan kasih dan pranata
tertentu yang menjadi pengikatnya. Persekutuan orang beriman telah dipersatukan oleh dan dalam kasih
Allah, sehingga tiap individu bukan lagi ‘orang asing,’ melainkan anggota keluarga. 
KESIMPULAN
Kemungkinan Petrus merasa tidak perlu memasukkan cerita pribadi kehidupan Yesus dalam suratnya
karena berbagai alasan. Salah satu kemungkinan alasan adalah bahwa ia telah menceritakan banyak
informasi tentang kehidupan Yesus kepada Markus, yang di kemudian hari menulis Injil atas namanya (Injil
Markus). Seperti komentar Guthrie, benar bahwa tulisan seorang penulis rasuli seperti Petrus seharusnya
mengingatkan kita akan hubungan pribadinya dengan gurunya; namun, karena hubungan pribadi itu
tercermin dalam surat 2 Petrus, keberatan ini tidak dapat dianggap sebagai alasan serius untuk menolak
kepenulisan Petrus atas surat ini. Lagi pula, tidak ada kritik kanonik yang meyakinkan, yang dapat
mendukung validitas pendapat bahwa 1 Petrus adalah karya pseudonym
Beberapa ilmuwan biblika meyakini bahwa penerima asli surat ini adalah orang-orang Yahudi, karena
mereka menganggap diri sebagai umat pilihan Allah. Namun, kebanyakan ilmuwan sepakat bahwa
penerima aslinya cukup luas, tidak eksklusif hanya untuk orang-orang Yahudi, melainkan termasuk pula
orang-orang Kristen Yunani. Kemungkinan, surat ini merupakan surat edaran yang dikirim pertama-tama
kepada jemaat yang berada dalam urutan pertama dalam daftar yang ada, kemudian salinannya dikirim ke
jemaat-jemaat berikutnya. Terlepas dari semua itu, tampak bahwa penerimanya sedang berada dalam
penganiayaan, yang menyebabkan mereka meninggalkan ‘Jalan Kebenaran’ dan kembali ke cara hidup
mereka sebelumnya.
2 PETRUS
ISU PENTING
Surat ini diyakini ditulis sesaat setelah Paulus meninggal, dan merupakan kelanjutan dari  Surat 1
Petrus Petrus sendiri menyadari bahwa kematiannya sudah dekat, sesuai nubuat Yesus Kristus. "2 Petrus
1:12-15 penuh dengan bahasa khas pidato perpisahan... dan secara eksplisit mengutarakan alasan
penulisan surat 2 Petrus ini adalah kesadaran Petrus bahwa kematiannya mendekat dan keinginannya
agar ajarannya tetap diingat setelah ia mati. Kematian Paulus (dihukum pancung atas perintah Kaisar
Romawi), membuat rasul Petrus, yang sebelumnya mengkhususkan diri untuk melayani orang bersunat
(orang Yahudi), terdorong untuk menulis nasihat bagi jemaat-jemaat yang ditinggalkan oleh Paulus dari
kalangan bangsa bukan Yahudi; hal mana diyakini tidak akan terjadi jika Paulus masih hidup (sesuai
perjanjian di antara mereka sebelumnya, sebagaimana tercatat di bagian Perjanjian Baru lain).  Petrus
mengantisipasi datangnya para pengajar palsu dalam gereja segera setelah meninggalnya para rasul
(termasuk dirinya dalam waktu dekat) dan menulis untuk meyakinkan jemaat bahwa mereka tidak akan
dirugikan sebagai orang Kristen yang percaya, meskipun para rasul saksi mata (antara lain Petrus sendiri)
sudah tidak bersama mereka lagi.Paulus sendiri juga telah memperingatkan jemaat atas datangnya guru-
guru palsu (Kisah Para Rasul 20:29-30). Jadi, Surat 2 Petrus ini merupakan suatu surat wasiat, testamen
dan sekaligus menguatkan para jemaat agar mereka tetap setia pada ajaran para rasul yang benar ( 2
Petrus 3:2, 15-16). Untuk itulah ia menyatakan tidak hanya otoritas dirinya sendiri (1:16-19), tetapi juga
otoritas Paulus (3:15-16) dan para sejawatnya (3:2), karena setelah kematiannya jemaat hanya
mempunyai sumber-sumber tertulis, melawan guru-guru palsu yang hidup pada zaman setelahnya
TANGGAPAN PRIBADI
Surat II petrus ini di tulis oleh Simon Petrus  karena ada banyak dogma dari guru-guru yang memberontak
pada Kristus, yang ingin menjadikan kebenaran Firnam Allah tidak nyata. Isi surat ini memberi kesan agar
umat Allah yang telah menerima Anugerah, tetap menjaga imannya, supaya selalu hidup dalam jalanya
Allah.
KESIMPULAN
Petrus menyatakan bahwa dia menulis “kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh
iman” (2 Petrus 1:1). Ini dapat mengindikasikan bahwa audiens Petrus adalah orang Kristen bukan Israel
yang sama yang menerima Surat Pertama Petrus (lihat 2 Petrus 3:1). Isi 2 Petrus 1:12–15 memperlihatkan
bahwa Petrus memaksudkan surat ini menjadi pesan perpisahan kepada para pembacanya.
Tidak seperti Surat Pertama Petrus, yang membantu para Orang Suci berurusan dengan penganiayaan
eksternal, Surat Kedua Petrus membahas kemurtadan internal yang mengancam masa depan Gereja.
Para nabi dan guru palsu menyebarkan “pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan
mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka” (2 Petrus 2:1). Petrus menulis surat
tersebut untuk mendorong para Orang Suci tumbuh dalam pengetahuan mereka tentang Tuhan dan untuk
menjadikan “panggilan dan pilihan [mereka] makin teguh” (2 Petrus 1:10).

1 YOHANES
ISU PENTING
Surat Yohanes yang pertama ini ditujukan kepada orang yang percaya di mana-mana, bukan kepada salah
satu jemaat di satu kota atau golongan tertentu. Di dalamnya ada banyak persamaan dengan Injil
Yohanes. Surat ini mulai dengan memperkenalkan Yesus sebagai Firman yang tinggal di antara kita. Baik
Injil Yohanes maupun Surat Yohanes ini membicarakan terang dan gelap, hidup dan kematian, kebenaran
dan dusta, kasih dan kebencian.
TANGGAPAN PRIBADI
Surat Yohanes yang pertama mengingatkan kita tentang akhir zaman dan kedatangan antikristus. Yesus
berkata bahwa pada akhir zaman kasih banyak orang akan jadi dingin (Mat. 24:12). Marilah kita
merenungkan surat ini dan mempersiapkan diri menghadapi akhir zaman

KESIMPULAN

Yohanes menulis sebagai seorang ayah. Delapan kali ia memberi nasehat kepada “anak-anaknya”: jangan
berbuat dosa (1 Yoh. 2:1); kenallah Bapa (1 Yoh. 2:13); ketahuilah inilah akhir zaman, antikristus akan
datang dan memang sekarang ada banyak antikristus (1 Yoh. 2:18); tinggallah di dalam Kristus, supaya
siap pada hari kedatanganNya (1 Yoh. 2:28); jangan disesatkan oleh seorangpun (1 Yoh. 3:7); kasihilah
saudara-saudara dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yoh. 3:18); kalahkan dunia dan nabi-nabi
palsu (1 Yoh. 4:4); dan waspadalah terhadap segala berhala (1 Yoh. 5:21). Kalau kita taat kepada nasehat-
nasehat itu, kita akan menang atas dosa, hawa nafsu, pengajaran sesat, iblis dan antikristus, dan kita akan
siap untuk bertemu dengan Yesus saat Ia datang kembali

Yohanes juga memberi pengajaran penting mengenai dosa. Dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1 Yoh.
3:4). Yesus yang tidak berdosa, datang ke dunia untuk menghapuskan dosa manusia dan menghancurkan
Iblis (1 Yoh. 3:5 & 8). Kita lahir dari Allah dari benih Allah yang tidak dapat berdosa (1 Yoh. 3:9). Namun,
kita semua masih berdosa (1 Yoh. 1:8), karena itu kita perlu berjalan dalam terang, bersekutu satu dengan
yang lain dan darah Kristus akan menyucikan kita dari segala dosa (1 Yoh. 1:7). Namun demikian
walaupun kita berdosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus (1 Yoh. 2:1).
Inilah sebabnya, kita perlu selalu mendoakan diri sendiri dan juga saudara kita yang jatuh dalam dosa (1
Yoh. 5:16-17).

Yohanes memberi panduan untuk kita dapat menguji diri, apakah kita sungguh mengenal Allah.
Bagaimana kita tahu bahwa kita mengenal Allah? Kita mentaati perintahNya dan FirmanNya (1 Yoh. 2:3 &
5), kita menuruti FirmanNya dan sempurna dalam kasih (1 Yoh. 2:5), kita menyerahkan nyawa kita untuk
saudara kita (1 Yoh. 3:16), kita mengasihi saudara kita dengan perbuatan dan kebenaran (1 Yoh. 3:19),
kita tinggal di dalam Dia (1 Yoh. 3:24), kita mengaku bahwa Yesus datang dalam bentuk daging sebagai
manusia (1 Yoh. 4:2), kita mendengar pesan utusanNya (1 Yoh. 4:6), kita diberikan Roh Allah (1 Yoh. 4:13)
dan kita mengasihi Allah (1 Yoh. 5:2).

II YOHANES

ISU PENTING

Dalam surat Yohanes yang kedua ditujukan kepada ibu yang terpilih serta anak-anaknya Penggunaan
istilah tersebut menggambarkan sebuah Jemaat dan anggota-anggotanya Yohanes juga mengungkapkan
tentang kekhawatiran dalam pengaruh-pengaruh murtad dalam gereja namun di saat yang sama Ia juga
mengungkapkan sukacita bagi jemaat yang tetap setia pada Injil disini penulis memperingatkan para
pengajar sesat dan kepada orang percaya agar tidak terpengaruh
TANGGAPAN PRIBADI
Yohanes banyak memberI peringatan tentang penyesat dan antikristus yang sudah muncul. Jangan kita
bersekutu dengan orang sesat itu! Inilah berita inti 2 Yohanes: Tinggal dalam kasih! Tinggal dalam
kebenaran Firman Allah

KESIMPULAN
Dalam surat kedua, Yohanes memperkenalkan diri sebagai seorang penatua. Surat kedua itu ditulis
kepada Ibu terpilih dan anak-anaknya. Ibu terpilih itu boleh dimengerti secara rohani sebagai sebuah
sidang jemaat, atau juga boleh dimengerti secara harafiah, yaitu seorang wanita dan keluarganya.

Berita intinya adalah panggilan untuk hidup di dalam kebenaran. Yang diterangkan adalah kehidupan yang
penuh dengan kebenaran dan kasih (2 Yoh. 1:1-6), di mana keadaan bahaya akan dialami oleh mereka
yang tidak berjalan menurut kebenaran itu (2 Yoh. 1:7-11).

III YOHANES
ISU PENTING
Dalam surat ketiga, Yohanes menulis sebagai penatua kepada penatua lain yang bernama Gayus.
Yohanes tidak hanya berbicara tentang berjalan dalam kebenaran, tetapi juga menganjurkan kerja sama
antar saudara-saudara dalam Tuhan. Dalam 3 Yohanes, kita dapat membaca nama tiga orang yang adalah
pemimpin jemaat.
* Gayus, seorang pemimpin yang hidup di dalam kebenaran, dalam iman dan kasih. Jemaat menyaksikan
kasihnya. Tim rasuli yang diutus ke sana diterima oleh dia dengan baik.
* Demetrius, juga adalah seorang pemimpin. Tetapi sifatnya berbeda. Ia ambisius, dan mau ambil tempat
terkemuka di antara mereka. Ia meleter melontarkan kata-kata yang kasar terhadap Yohanes dan tim rasuli
yang diutus Yohanes tidak diterima. Bahkan dia mencegah dan mengucilkan orang dari jemaat yang mau
terima mereka.
* Demetrius yang lainnya, seorang pemimpin lain. Dia juga terima kesaksian yang baik dari dalam jemaat
dan dari luar.

TANGGAPAN PRIBADI

Dari kitab ini kita dapat mengingatkan kembali bahwa sebagai orang percaya kita juga perlu menolong
sesama kita untuk datang kepadanya kita jangan hanya berfokus pada keselamatan diri sendiri melainkan
membawa serta orang lain bersama-sama dengan kita
KESIMPULAN

Sama dengan surat II Yohanes, tulisan pendek ini juga hadir dalam bentuk surat, dalam arti: ada salam
dan penutup. Tetapi, yang satu ini ditujukan kepada seseorang yang bernama: Gayus. Penulis berdoa
untuk dan berterima kasih kepada temannya yang bernama Gayus. Temannya ini telah menerima baik
para pengikut Tuhan yang telah mengadakan perjalanan ke tempat di mana Gayus hidup. Mereka itu
memberitakan kabar baik tentang Yesus. Salah seorang pemimpin dalam komunitas Gayus (yang
bernama: Diotrefes) menolak para pengikut Tuhan itu. Ia juga meminta supaya teman-temannya juga
menolak mereka. Dengan begitu, Gayus didorong supaya tetap menunjukkan keramahtamahannya dalam
menyambut para pemberita yang mengadakan perjalanan.

YUDAS

ISU PENTING

Jemaat-jemaat Kristus sudah berjalan selama lebih dari 30 tahun dengan mengalami banyak
penganiayaan, tetapi sekarang mereka menghadapi ancaman yang lebih berbahaya, yaitu tantangan dari
guru-guru palsu yang menyusup ke dalamnya. Yudas memanggil Gereja agar kembali kepada iman yang
asli, yang didasarkan Firman Tuhan.

Masalah terbesar yang dihadapi jemaat yang dituju oleh Surat Yudas adalah orang-orang fasik yang telah
masuk menyelusup di tengah-tengah mereka. Mereka fasik, menyalahgunakan kasih karunia Allah,
melampiaskan hawa nafsu mereka, dan menyangkal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penguasa.

TANGGAPAN PRIBADI

Surat Yudas menghantar kita untuk masuk ke dalam Kitab Wahyu. Yudas meletakkan dasar dengan
mengambil contoh dari Kitab Kejadian (Kain, Henokh, Adam, Sodom dan Gomora), dari Kitab Keluaran
(Bileam dan Korah) dan dari kitab Ulangan (Musa). Yudas juga menyebut tentang malaikat Mikhael yang
disebut dalam kitab Daniel. Suratnya itu didasarkan atas Injil Tuhan Yesus Kristus. Juga ada kaitan erat
dengan apa yang ditulis rasul Paulus and rasul Petrus tentang pengejek-pengejek pada akhir zaman.
Isinya juga mirip dengan peringatan-peringatan dalam Surat 2 Petrus.

KESIMPULAN

Yudas mengingatkan kita akan tiga macam hukuman: orang Israel yang tidak percaya akan dibinasakan,
malaikat yang jatuh akan diikat dengan rantai kekal dan Sodom dan Gomorah akan dihukum dengan api
yang kekal.

Kita harus ingat perkataan rasul-rasul Yesus yang berkata akan ada pengejek-ejek yang hidup menurut
hawa nafsu dan hidup tanpa Roh Kudus. Karena itu kita dipanggil untuk membangun diri, berdoa dalam
Roh, memelihara diri dalam kasih, menantikan rahmat Tuhan, menunjukkan belas kasih kepada sebagian
orang dan yang lain merampas dari api.

Yudas menutup suratnya dengan ucapan pujian dan pengharapan yang patut kami naikkan selalu kepada
Tuhan yaitu, bahwa kita tidak akan tersandung, tetapi akan menghadap Dia dengan tak bernoda dan
penuh kegembiraan (Yud. 24-25). Inilah inti berita dalam surat ini: panggilan untuk kita terus berjuang
untuk iman, sampai titik terakhir kita menghadap Dia.

C.Penerapan pada kehidupan Kristen Masa Kini

Sebagai orang Kristen yang hidup di masa kini kita perlu juga mempelajari latar belakang kultur atau
budaya, bahasa, pemikiran, kebiasaan, geografi, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian kita dapat
memperoleh pesan yang jelas yaitu dengan cara mengintegrasikan hal-hal tersebut tadi. Karena jika tidak
demikian, kita mungkin kurang mendapat pesan yang jelas bahkan salah interpretasi.

yang paling penting adalah bahwa baik prinsip, nilai maupun setiap kata dari Alkitab khususnya General
Epistles adalah murni, benar dan berasal dari Allah. Surat-surat tersebut menjadi bagian yang terpadu
dengan surat-surat yang lain di Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Sehingga dengan demikian,
pesan Alkitab pun semakin kuat dan jelas saja bagi mereka yang percaya kepada-Nya.

D.Kesimpulan

Gereja purba enggan memasukkan surat-surat am ke dalam kanon PB, karena diragukan bahwa
penulisnya adalah rasul-rasul yang namanya disebut di dalamnya. Umat Kristen perdana memandang PB
sebagai ‘deposit’ tempat menyimpan iman rasuli; karena itu, hanya tulisan-tulisan yang mereka anggap
sebagai kesaksian para rasul saja yang dimasukkan ke dalamnya. Kini dengan lebih jelas kita dapat
membedakan antara kepenulisan suatu karya dengan kanonisitas karya itu. Meskipun ditulis oleh orang
lain di kemudian hari dan bukan oleh para rasul yang namanya disebut sebagai penulisnya, bagaimana
pun tulisan-tulisan tersebut bersaksi tentang iman rasuli dan merupakan Kitab-kitab Suci kanonik. Sejak
akhir abad IV atau awal abad V, baik gereja-gereja Yunani maupun gereja-gereja Latin (namun tidak
demikian dengan gereja Siria) telah mengesampingkan semua keberatan, dan ketujuh surat am ini telah
diterima dan diakui sebagai tulisan-tulisan kanonik.

Anda mungkin juga menyukai