Pendahuluan Ibrani
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini
di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini
menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab
PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini
mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam
dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin
sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan
salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas
kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma.
Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan
kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini,
sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain
alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad
ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini.
Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis
surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara
memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal
tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada
penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini
menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena
kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut,
gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan
wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem
dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini
ditulis sebelum tahun 70 M.
4. (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan
gelar untuk Kristus.
5. (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat
dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman,
korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
6. (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
7. (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang
berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya
dalam bidang lambang-lambang.
8. (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani
daripada kitab lainnya dalam PB.
Illustrasi Terkait
Jalan Ketaatan
Topik : Kemunafikan
Nats : Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya (Ibrani 5:8)
Bacaan : Ibrani 4:14-5:10
Kedua putra mendiang Lady Diana, Pangeran William dan Harry, telah beranjak dewasa. Beberapa tahun
lalu mereka masuk ke sekolah militer dan dididik dengan cara militer yang keras serta disiplin. Seorang
wartawan pernah bertanya, apakah kedua anak raja ini mendapat perlakuan khusus. Pihak sekolah menjawab
tegas: Tidak! Keduanya diperlakukan sama seperti calon tentara lain supaya bisa merasa senasib
sepenanggungan, juga agar mereka bisa belajar taat pada perintah. Jadi, status sebagai anak raja harus
dilupakan di sekolah itu.
Yesus pun mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak
Allah" (Ibrani 5:8) dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut (ayat 7), semua hak istimewa itu Dia
lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih
jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di
jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya
menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti
pergumulan kita (Ibrani 4:15), karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami.
Jalan penderitaan ternyata banyak gunanya. Melaluinya kita bisa belajar bersikap taat, menjadi lebih peka,
dan mengerti pergumulan orang lain. Sebab itu, apabila kita harus menghadapi penderitaan, mari kita mohon
kekuatan Allah untuk tidak menolaknya, menghindarinya, atau meminta perlakuan khusus. Imam Besar kita
memerhatikan dan menemani kita untuk melaluinya -JTI
Seorang pria Perancis berusia 33 tahun dipaku pada sebuah salib di beranda sebuah hotel mewah di
Negara Republik Dominika. Hal ini dilakukannya sebagai "sumbangsihnya bagi keselamatan dan kedamaian di
antara umat manusia." Menurut rancangan semula, ia ingin dipaku di sana selama 3 hari, tetapi dalam jangka
waktu 24 jam keadaannya sudah begitu lemah sehingga ia terpaksa harus menghentikan rencananya. Bahkan
sebelum itu, salib tersebut harus dibaringkan di tanah untuk mengurangi penderitaannya. Jelas sudah ia tak
mungkin dapat terus bertahan dengan penderitaan yang ia rancangkan sendiri.
Kegagalan "pengorbanan" pria ini sangat berlawanan dengan karya penebusan unik yang dikerjakan oleh
Tuhan Yesus, yang benar-benar merupakan pokok keselamatan abadi (Ibrani 5:9). Penulis kitab Ibrani
menjelaskan bahwa Kristus adalah Imam Besar kita untuk selamanya, yang senantiasa menjadi Pengantara
kita di hadapan takhta Allah (7:25). Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, hanya Dia yang dapat
menggantikan tempat kita dan mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menghapus dosa "satu kali
untuk selama-lamanya" (10:10). Tak seorang pun dapat mengambil "kehormatan itu bagi dirinya sendiri" (5:4).
Sepanjang sejarah, banyak orang mengakui dirinya sebagai Mesias. Namun sesungguhnya hanya Yesus
Kristus yang layak disebut Mesias, dan Dia sudah mati di Kalvari bagi Anda. Sudahkah Anda mempercayai
sang Juruselamat yang telah disalibkan dan kemudian bangkit kembali itu? Jika belum, percayalah kepadaNya sekarang juga!-MRD II
banyak? Rasul Petrus menantang kita untuk "bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Petrus 3:18). Mari kita berusaha mencapai kedewasaan! MRD
Faktor Empati
Topik : Umat Manusia/Kelahiran
Nats : Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita (Yohanes 1:14)
Bacaan : Ibrani 4:14-16
Saya memimpin sekelompok murid SMA dalam perjalanan misi ke Jamaika pada musim panas tahun 2005.
Kami hendak membuat taman bermain untuk anak-anak tunarungu di negara kepulauan yang indah tersebut.
Banyak dari murid kami pernah mengunjungi sekolah tersebut dan bermain dengan murid-murid di sana.
Namun, ada salah seorang murid remaja kami yang memiliki hubungan istimewa dengan anak-anak Jamaika
tersebut. Chelsea tumbuh di dunia yang sangat sunyi. Ia tunarungu sejak lahir. Ia tidak bisa mendengar suara
apa pun sampai berumur 11 tahun, yaitu sampai ia menjalani cangkok jaringan rumah siput di bagian dalam
telinganya. Kini, setelah bisa mendengar 30 persen suara yang ada di sekitarnya, Chelsea dapat lebih
memahami orang-orang tuli daripada murid-murid kami yang lain. Ia memiliki rasa empati yang sejati.
Empati adalah emosi yang kuat. Empati membawa kita untuk ikut merasakan penderitaan sesama yang
mengalami situasi yang sama dengan kita. Emosi tersebut dapat membuat kita memberikan perhatian lebih
bagi sesama yang dapat kita ajak berbagi dalam kesusahan atau kesulitan.
Teladan sikap empati yang utama adalah Tuhan sendiri. Dia menjadi manusia seperti kita (Yohanes 1:14).
Dia benar-benar menjadi seperti kita, hingga Dia memahami pergumulan dan kelemahan kita (Ibrani 4:15).
Yesus tahu apa yang sedang kita hadapi sebab Dia sendiri menjalani beratnya hidup ini. Karena kita telah
menerima kasih karunia-Nya saat kita menderita, maka kita dimampukan untuk mendampingi sesama -JDB
Kenaikan Kristus
Topik : Kebangkitan
Nats : Kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak
Allah (Ibrani 4:14)
Bacaan : Ibrani 4:9-16
Hari ini merupakan Hari Kenaikan Kristus ke surga -- hari yang sering diabaikan. Hari yang kita peringati
setiap 40 hari setelah Paskah ini menandai peristiwa naiknya Kristus ke tempat Bapa di dalam kemuliaan.
Dalam The International Standard Bible Encyclopedia, W.H. Griffith Thomas menulis, "Kenaikan Kristus
bukan sekadar fakta besar dalam Perjanjian Baru, tetapi sekaligus menjadi faktor besar dalam kehidupan
Kristus dan orang kristiani, sedangkan gambaran mengenai Yesus Kristus tidak akan lengkap tanpa
menyertakan peristiwa kenaikan beserta semua konsekuensinya."
Kemudian, Thomas menyimpulkan arti peristiwa kenaikan itu bagi orang percaya. Kenaikan Kristus
menyatakan penebusan yang telah digenapi (Ibrani 8:1), karya imamat Sang Juru Selamat (Ibrani 4:14),
ketuhanan-Nya atas gereja (Efesus 1:22), peran-Nya sebagai perantara kita dengan Bapa surgawi (1Timotius
2:5), turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 2:33), kehadiran-Nya bersama kita saat ini (Matius
28:20), serta pengharapan akan kedatangan-Nya kembali ke bumi ini (1Tesalonika 4:16).
Pikirkanlah! Yesus tidak hanya mati, tetapi Dia juga bangkit dari kubur, pulang kepada Bapa, dan sedang
menjadi perantara kita saat ini. Dia akan datang kembali.
Semoga Hari Kenaikan Kristus menjadi suatu momen istimewa bagi kita untuk bersukacita dan mengucap
syukur kepada Allah --RWD
Nats : Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima
rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibrani 4:16)
Bacaan : Ibrani 4:14-16
Saya terkadang bertanya kepada orang-orang, "Di manakah tertulis di dalam Alkitab, 'Allah menolong mereka
yang menolong dirinya sendiri?'" Sebagian besar menjawab tidak yakin, tetapi konsep ini begitu umum sehingga
mereka menganggap itu pasti ada dalam Alkitab.
Sebenarnya, Alkitab tidak pernah mengatakannya. Alkitab justru mengatakan sebaliknya: Allah menolong
mereka yang tak berdaya.
Anda akan menemukan di dalam Injil bahwa Yesus tidak menolak untuk menolong mereka yang tak berdaya. Dia
tidak menutup pengampunan dan belas kasihan bagi mereka yang mengakui dosanya. Dia tidak menjauhi mereka
yang tak mampu mengubah dirinya. Sebaliknya, mereka yang menganggap dirinya tidak butuh pertolongan adalah
mereka yang paling mendukakan Yesus.
Rancangan Allah lebih tinggi daripada rancangan kita (Yesaya 55:9), dan Dia melihat segala hal dari sudut
pandang yang berbeda. Kita suka mengandalkan kemampuan diri sendiri untuk menghadapi masalah, tetapi Dia
menunjukkan kelemahan-kelemahan kita agar kita belajar mengandalkan kekuatan-Nya. Kita bangga atas kesuksesan kita dan mulai berpikir bahwa kita tidak butuh pertolongan Allah, tetapi Dia mengizinkan kita gagal agar
kita belajar bahwa keberhasilan sejati terjadi hanya karena rahmat-Nya.
Apakah Anda merasa tak berdaya hari ini? Rahmat Allah tersedia bagi mereka yang menyadari bahwa mereka
tidak dapat menolong dirinya sendiri. "Marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia"
untuk menemukan pertolongan saat Anda membutuhkan (Ibrani 4:16) --David Roper
Nats : [Yesus] datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang jauh dan damai sejahtera kepada
mereka yang dekat (Efesus 2:17)
Bacaan : Ibrani 4
Konflik yang menyakitkan antara Utara dan Selatan akhirnya berakhir. Para tentara perang sipil Amerika Serikat
memperoleh kebebasan untuk kembali kepada keluarga mereka. Namun sebagian dari mereka tetap bersembunyi
dalam hutan, bertahan hidup dengan memakan buah berry. Sebagian dari mereka tidak tahu atau tidak percaya
bahwa perang telah berakhir. Mereka terus mengalami situasi yang mengenaskan, padahal seharusnya mereka
sudah bisa pulang ke rumah.
Demikian pula yang terjadi pada kehidupan rohani. Kristus telah memperdamaikan manusia dengan Allah,
dengan mati menggantikan kita. Dia membayar hukuman dosa di kayu salib. Siapa saja yang menerima
pengurbanan-Nya akan diampuni oleh Allah yang kudus.
Sayangnya, banyak orang menolak untuk percaya pada Injil dan tetap hidup sebagai buronan rohani. Bahkan
kadang kala orang-orang yang telah percaya kepada Kristus tetap tinggal pada level rohani yang sama. Akibat
kelalaian atau ketidakrelaan, mereka tidak memperoleh janji-janji dari firman Allah. Mereka tidak mengalami
sukacita dan jaminan yang menyertai anugerah keselamatan. Mereka tidak mendapatkan kenyamanan dan
kedamaian dari hubungan mereka dengan Allah. Padahal semua itu Dia sediakan bagi anak-anak-Nya. Mereka
adalah sasaran kasih, perhatian, dan pemeliharaan Allah, tetapi mereka hidup seperti yatim piatu.
Pernahkah Anda hidup terpisah dari kenyamanan, kasih, dan perhatian Bapa surgawi Anda? Pulanglah ke rumah.
Perang telah berakhir! Richard De Haan
Pertanyaan-pertanyaan Besar
Topik : Nats : Firman Allah hidup dan kuat (Ibrani 4:12)
Bacaan : Ibrani 4:11-16
Pengarang Ronald Schwartz bertanya kepada beberapa penulis kontemporer terkenal tentang buku apa saja
yang paling berpengaruh bagi mereka. Jawaban mereka bervariasi, mulai dari novel-novel karangan Dostoevsky,
sampai cerita-cerita populer karya Mark Twain. Karya-karya Dickens, Shakespeare, dan Faulkner juga disebutkan
beberapa kali. Namun, buku yang menempati urutan teratas dalam daftar jajak pendapat itu ternyata adalah
Alkitab. Mengapa?
Mungkin karena banyak penulis ingin menemukan jawaban atas "pertanyaan-pertanyaan besar" dalam
kehidupan, dan Alkitab merupakan buku yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan besar seperti: Siapa saya?
Mengapa saya di sini? Apakah Allah ada? Apakah hidup ini punya arti dan tujuan?
Setiap halaman Kitab Suci membawa kita untuk berhadapan langsung dengan diri sendiri, dengan Allah, dan
juga dengan segala rancangan- Nya yang agung dalam hidup kita. Menurut seorang jurnalis, Malcolm Muggeridge,
Alkitab adalah "buku yang dapat membaca saya." Penulis kitab Ibrani berkata, "Firman Allah hidup dan kuat dan
lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibrani 4:12).
Saat membaca Alkitab, sebenarnya Allah sendiri yang berbicara secara pribadi kepada kita dengan penuh kuasa
tentang pertanyaan-pertanyaan besar yang sangat berarti dalam kehidupan-DCM
Kemanusiaan Yesus
Topik : Hubungan untuk Bekerja
Nats : Imam Besar yang kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita (Ibrani 4:15)
Bacaan : Ibrani 2:9-18
Saya pernah mendengar komentar terhadap seseorang yang selalu mengkritik demikian, "Masalahnya, ia lupa
bagaimana rasanya menjadi manusia!" Betapa mudahnya kita melupakan berbagai macam pergumulan masa lalu
kita dan tidak bersimpati kepada mereka yang sedang menghadapi pergumulan. Namun, ada Pribadi yang tidak
pernah melupakan bagaimana rasanya menjadi manusia. Dia adalah Yesus.
Dalam Ibrani 2:9-18, kita "melihat" kemanusiaan Yesus dengan lebih jelas. Sebagai manusia, oleh anugerah Allah
Dia sanggup menghadapi kematian untuk menggantikan kita. Dan selama hidup-Nya di dunia, Yesus disempurnakan
melalui penderitaan-Nya (ayat 10). Tetapi ada yang lebih lagi. "Sebab [Yesus] yang menguduskan dan [kita] yang
dikuduskan, semua berasal dari Satu." Karena kesatuan ini, Yesus tidak malu menyebut kita semua saudara
(ayat 11).
Dalam tubuh manusiawi seperti kita, Yesus hidup, bekerja, serta mengatasi setiap hambatan, sehingga Dia tahu
bagaimana rasanya menjadi salah satu dari kita. Karena telah mengalami semua pengalaman manusiawi tanpa
berbuat dosa, sekarang Dia telah naik ke surga dan menjadi Imam Besar bagi kita yang duduk di takhta kasih
karunia-Nya, dan dapat kita hampiri (ayat17,18; 4:14-16).
Kita semua memerlukan seseorang yang tahu benar bagaimana rasanya menjadi manusia, namun juga memiliki
kuasa yang tidak terbatas untuk membantu kita mengatasi berbagai kelemahan manusiawi kita. Pribadi yang kita
butuhkan itu adalah Yesus. Dia rindu mendengar kita menyebut nama-Nya dan memohon pertolongan-Nya --Joanie
Yoder
TIDAK SEORANG PUN DAPAT MEMAHAMI SEPERTI YESUS
Apakah ujian dan cobaan hidup membuat Anda ragu? Apakah pencobaan menyatakan bahwa tidak ada jalan
keluar bagi Anda? Tabahlah, dan tetaplah memandang ke atas karena sebelah atas selalu terbuka! --Joanie Yoder
Ketika menyatakan rasa syukur kepada Allah, biasanya dengan mudah kita bersyukur atas berkat materi dan
hidup yang indah, meski itu semua mudah hilang. Tubuh yang sehat adalah berkat yang luar biasa, tetapi berkat
ini pun mungkin lenyap esok hari. Di tengah kehangatan keluarga dan persahabatan yang indah, kematian
menerobos masuk tanpa kita harapkan. Meja makan kita mungkin penuh makanan hari ini, tetapi bisa jadi esok
hari kita kehilangan pekerjaan dan bertanya-tanya apa yang akan dimakan.
Bagaimana jika hari ini kita menaikkan syukur dengan pendekatan baru? Jika mengucap syukur, sebaiknya kita
tidak memusatkan perhatian hanya pada perkara-perkara seperti makanan, keluarga, dan teman-teman, tetapi
marilah kita bersyukur atas perkara yang tidak akan dapat hilang dari kita.
Kita dapat mulai dari Roma 8:35-39. Setelah mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan akan adanya
kesukaran dan malapetaka dalam hidup, Paulus menyimpulkan bahwa tak ada sesuatu pun "akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (ayat 39). Kasih Allah tak pernah
gagal, tak pernah berakhir, tak pernah berubah, dan tak terkalahkan.
Bapa surgawi, bila hari ini kami berada jauh dari rumah dan keluarga, bila tubuh dan jiwa kami dalam keadaan
lemah, bila ada kekosongan di hati, bila tak ada yang dapat kami makan, kami masih dapat bersyukur karena
kasih-Mu di dalam Kristus, sebab tak seorang pun atau tak satu pun masalah yang dapat memisahkan kami dari
kasih-Mu [DCM]
Pendeta Rich McCarrell menerangkan kepada putranya bagaimana sekretarisnya menyeleksi setiap telepon yang
masuk ke kantor gereja. Ia berkata, "Jika ibumu menelepon, dan Ayah sedang sibuk, maka sekretaris gereja akan
memberi tahu Ibu apa yang sedang Ayah lakukan. Dari situ Ibu akan memutuskan apakah Ayah harus menerima
teleponnya atau ia akan meninggalkan pesan."
Ia lalu berkata lagi kepada putranya, "Akan tetapi jika kamu yang menelepon Ayah, pasti akan disambungkan.
Kamu boleh menelepon Ayah kapan saja, sebab kamu adalah putraku."
Beberapa hari kemudian, sekretaris gereja menyambungkan telepon dari pu-tranya itu kepada sang pendeta.
Sang pendeta menerima telepon putranya dan menanyakan apa yang bisa dilakukan untuknya. Putranya menjawab,
"Tidak ada apa-apa, Yah. Aku hanya ingin memastikan bahwa aku bisa menghubungi Ayah dengan mudah."
Kita juga memiliki akses cepat dan mudah untuk menghubungi Allah di surga. Tidak ada sekretaris yang
menyaring "telepon" yang kita tujukan kepada-Nya. Kita tidak perlu memutuskan apakah "panggilan" kita akan
mengganggu-Nya atau tidak. Kita tidak perlu meninggalkan pesan supaya Allah menghubungi kita lagi. Pemazmur
mengingatkan kita, "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta
tolong" (Mazmur 34:16).
Karena Yesus sudah membuka jalan dengan kematian dan kebangkitan-Nya, kita dapat dengan penuh
keberanian dan keyakinan menghampiri hadirat Bapa (Ibrani 4:16) --AMC