Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN TERHADAP “ISU MENGOSONGKAN DIRI”

DALAM FILIPI 2: 7

Untuk memenuhi tugas mata kuliah :


Teologi Sistematika 2: Doktrin Kristologi dan Soteriologi

Dosen Pengampu:
Eliman M. Th

Oleh:
Frisca Wahyuni Harefa
21. 1599

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA EBENHAEZER (STTE)

Program Sarjana Theologia

Tanjung Enim, November 2023


BAB II

PEMBAHASAN

Istilah kenosis pertama kali dikemukakan oleh kelompok liberalisme Jerman pada

abad ke-19. Kenosis sering menjadi perdebatan para ahli teologia dari masa ke masa.

Selain teolog, juga terdapat banyak bidat yang mengemukakan pandangan mereka

mengenai konsep kenosis. Mereka menjadikan ajaran kenosis sebagai alasan untuk

menolak ajaran tentang ke-Allahan Yesus. Terdapat dua pandangan bidat tentang teori

kenosis, yakni: pertama, teori penyerahan ke-Allahan Kristus yang mengajarkan bahwa

kenosis artinya Yesus menyerahkan atau melepasakan ke-Allhan-Nya dan meninggalkan

sifat kemahakuasaan, kemahatahuan, dan kemahahadiran-Nya. Teori ini menyatakan

bahwa selama Yesus hidup di bumi, Ia bukanlah Allah melainkan hanya manusia biasa.

Kedua, teori penyamaran ke-Allahan Kristus yang menjelaskan bahwa kenosis artinya

ke-Allahan Kristus menyamar sebagai manusia sehingga keilahian dan kemanusiaan

Yesus tidaklah sempurna.

Ada juga pandangan yang mengajarkan bahwa ke-Allahan Kristus ditanggalkan

pada peristiwa kenosis. Dalam keadaan demikian, Kristus bukan Allah. Namun setelah Ia

bangkit dari kematian, ke-Allahan-Nya tersebut diterima-Nya kembali. Pandangan lain

menyatakan bahwa pada peristiwa kenosis, keilahian Kristus dikurang di dalam diri-Nya

supaya Ia dapat menjadi manusia yang terbatas. Dan masih banyak lagi pandangan dan

teori-teori mengenai kenosis yang berusaha menciptakan penyelewengan doktrinal,

khususnya terhadap ajaran kristologi. Maka, dalam pembahasan makalah ini, penulis

berusaha mengkaji peristiwa kenosis secara alkitabiah berdasarkan Filipi 2:7.


A. Latar Belakang surat Filipi

Surat Filipi ditulis oleh rasul Paulus sekitar tahun 60-61 AD dengan tujuan

untuk menyatakan rasa syukurnya kepada jemaat di Filipi yang telah membantunya

dalam hal keuangan bahkan jemaat Filipi juga telah mengirimkan pembantu, yaitu

Epafroditus.1 Selain itu, Paulus ingin memotivasi jemaat Filipi bahwa sekalipun ia

sedang terbelenggu dalam penjara, Injil tidak terbelenggu. 2 Surat ini juga ditulis

untuk mendorong jemaat untuk tetap bertekun dalam iman supaya mereka semakin

mengenal Tuhan dan terus bersekutu dalam kerendahan hati dan damai sejahtera.

Selain itu penganiayaan dan perpecahan yang terjadi di antara jemaat juga

melatarbelakangi mengapa Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi. 3

B. Analisa Konteks Filipi 2: 7

1. Konteks Dekat

Konteks dekat dari Filipi 2: 7 adalah pasal 2: 1-11. Filipi 2: 1-11 dapat

dibagi dalam 2 bagian. Bagian pertama, yakni ayat 1-4 adalah nasehat yang

diberikan Paulus kepada jemaat untuk bersatu dan merendahkan diri.

Kerendahan hati yang dituliskan oleh Paulus mencakup pikiran, perasaan,

harapan serta pergaulan yang semuanya itu dilihat dalam hubungan seorang

terhadap yang lain. Paulus menekankan untuk tidak mengutamakan kepentingan

diri sendiri dan menganggap orang lain tidak penting karena di hadapan Tuhan

semua manusia adalah sama. Anggapan bahwa diri sendiri lebih penting

1
Filipi 1:3-11; 2: 19-30; 4: 10-21
2
B. Utley, Paulus terbelenggu, Injil tak terbelenggu : Surat-surat dari penjara (Kolose, Efesus dan
Filemon, dan kemudian Filipi), Marshal Texas: Bible Lesson International, 2011, hal. 212
3
Yanjumseby Y. Manafe, Diktat Pengantar Perjanjian Baru, Tanjung Enim: Sekolah Tinggi
Theologia Ebenhaezer, 2014, hal. 79
dibanding orang lain ialah wujud kesombongan yang menjadi ancaman internal

untuk kesatuan jemaat.

Bagian kedua menjelaskan mengenai keteladanan Kristus, yang dapat

ditemukan dalam ayat 5-11. konteks Filipi 2:5-11 memperlihatkan cara Allah

menyatakan diri secara sempurna dalam Yesus Kristus bagi manusia. 4 Paulus

memberikan solusi terhadap permasalahan yang telah dituliskan dalam ayat

sebelumya yaitu dengan meneladani Yesus Kristus, baik dalam berpikir maupun

bertindak. Yesus yang merupakan pribadi kedua dalam Tritunggal, karena kasih

dan kerendahan hati-Nya, tidak mementingkan diri sendiri melainkan mau

mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan

manusia, bahkan mati di kayu salib.5

2. Konteks Jauh

a. Perjanjian Baru

Inti dari Perjajian Baru adalah tentang karya peyelamatan yang

dinyatakan melalui pribadi Yesus Kristus yang telah merendahkan diri dan

menjadi manusia bahkan rela menderita dan mati di kayu salib. Manusialah

yang seharusnya dihukum karena dosa, tetapi Yesus mau menanggung segala

hukuman agar manusia selamat. Yesus mengosongkan diri-Nya dan

mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Flp 2: 7)

agar karya penyelamatan dapat terlaksana sebab hanya curahan darah Yesus

yang bisa menghapuskan segala dosa di dunia ini.

b. Perjanjian Lama

Perjanjian Lama juga merupakan konteks jauh dari Filipi 2:7 karena

dalam Perjanjian Lama terdapat nubuatan tentang sang Mesias, yaitu Yesus
4
Dolfie Lumimpa, Analisis teks ‘rupa Allah’ menurut surat Filipi. Sekola Tinggi Agama Kristen
Lentera Bangsa Manado, 2017, hal 47-63
5
Samuel lengkong, Analisis Gramatika Kata Kenosis di dalam Filipi 2:7, hal. 66
Kristus. Jauh sebelum Yesus dilahirkan di dunia ini dan menjadi sama seperti

manusia, beberapa kitab dalam Perjanjian Lama seperti Kej. 3:15;Yes. 7:14;

53:3 telah menyebutkan hal ini.

C. Eksegese Filipi 2:7

Teks Filipi 2:7 berbicara tentang Kristus yang menjadi manusia dengan

mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa hamba. Meskipun Ia benar-benar

Allah, Yesus menjadi manusia yang akhinya mengalami pencobaan, penderitaan,

kelemahan dan kehinaan. Dalam Alkitab Terjemahan Baru yang diterbitkan oleh

LAI, isi dari Filipi 2:7 adalah demikian: “Melainkan telah mengosongkan diri-Nya

sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan

manusia”.. Penulis akan menguraikan secara eksegesis beberapa kata dalam Filipi

2:7, yaitu mengosongkan diri, mengambil, rupa, hamba dan menjadi sama seperti

manusia.

1. Mengosongkan Diri

Kata “mengosongkan” dalam Filipi 2:7 menggunakan kata Yunani,

ἐκένωσεν (ekenosen) yang berasal dari akar kata κενόω (keno) yang berarti to

make empty (untuk membuat-Nya kosong), to abase neutralize (untuk

mengurangi netralisasi), make of none effect (membuat tidak ada efek), of no

reputation (tidak memiliki reputasi), void (batal) dan be in vain (sia-sia).6

Dalam KJV, kata ἐκένωσεν menggunakan istilah of no reputation7 (tidak

memiliki reputasi). Ungkapan “of no reputation” (heauton ekenosen)

mengindikasikan bahwa Kristus telah mengosongkan diri-Nya, menyerahkan

semua hak, kehormatan dan reputasi-Nya sebagai Allah. Jika dilihat dalam New

6
R. Soedarmo, IKhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985
7
King James Version, The Holy Bible, United State of America: World Publishing, 1989, hal. 141
International Version (NIV)8, kata mengosongkan menggunakan “nothing” yang

artinya “tidak ada apa-apa”. Kalimat “made Himself nothing” dalam kamus

teologi Inggris-Indonesia diartikan sebagai tiada, maut dan kosong. 9 Istilah

“emptied” digunakan dalam American Standar Version (ASV) yang artinya

mengosongkan. Dalam kalimatnya “But emptied Himself” memiliki arti “Tetapi

mengosongkan diri-Nya sendiri”.

Kata εκενωσεν dalam Filipi 2:7 menggunakan verb indicative aorist

active 3rd person singular (kata kerja aorist indikatif aktif yang dilakukan orang

ketiga tunggal). Kata kerja aorist indikatif aktif menegaskan adanya tindakan atau

peristiwa yang terjadi di masa lampau yang dalam hal ini merujuk kepada kata

κενόω (kosong). Kata ganti orang ketiga yang digunakan dalam ayat ini adalah

eauton, yaitu kata ganti refleksif, dimana suatu tindakan dilakukan pada diri

sendiri. Kata ganti orang ketiga jelas merujuk kepada Yesus sehingga dapat

disimpulkan bahwa tindakan εκενωσεν (mengosongkan diri) secara aktif

dilakukan oleh Yesus terhadap diri-Nya sendiri.10 Kristus yang telah

mengosongkan diri-Nya sendiri atau yang disebut kenosis bukan berarti Ia telah

kehilangan atau melenyapkan hakikat ke-Tuhanan-Nya melainkan

meyembunyikan penyataan-Nya sebagai Allah. Itu berarti Yesus bukan saja

menyembunyikan/menutupi keAllahan-Nya dengan kerendahan dan kehinaan-

Nya sebagai manusia, melainkan Ia mengosongkan diri begitu rupa dimana

manusia tidak dapat mengenal-Nya sebagai Allah. 11 Dengan kata lain, Yesus

tidak pernah meninggalkan hakikat ke-Ilahian-Nya, tetapi dengan sukarela

8
BibleWorks 7
9
Henk Ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hal 225.
10
Daniel Adi Wijaya, Tinjauan Terhadap Teori Kenosis Menurut Filpi 2:6-8 dan Permasalahannya,
Consilium: Jurnal Teologi dan Pelayanan, Hal. 156
11
J. L. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Filipi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hal. 55
membatasi penggunaan sifat Ilahi supaya dapat hidup di antara manusia yang

terbatas.12

Pengosongan diri yang dilakukan oleh Yesus Kristus bukan hanya

mencakup tentang Yesus Kristus yang dengan kerendahan hati-Nya telah

menahan dan membatasi diri dalam menggunakan kemampuan-Nya sebagai

Allah, tetapi juga Ia telah menerima segala macam penderitaan, penghinaan,

siksaan hingga kematian-Nya di atas kayu salib.13

2. Mengambil

Kata “mengambil” memakai bentuk kata (labon) yang akar katanya ialah

lambano yang memiliki arti mengambil atau memperoleh. Kata labon

diterjemahkan: being (NIV), took (KJV) dan taking (ASV). Kasus yang

digunakan adalah verb participle aorist active nominative masculine singular.

Kata kerja partisip aorist adalah suatu tindakan yang dilakukan terlebih dahulu

sebelum apa yang dijelaskan oleh Kata Kerja dalam induk kalimat dilakukan.

Namun apabila kata kerja yang terdapat dalam induk kalimat adalah kata kerja

aorist, maka tindakan dalam partisip aorist terjadi bersamaan dengan yang disebut

kata kerja pokok.14

Dalam hal ini kata kerja pokok dari labon adalah εκενωσεν yang juga

merupakan bentuk kata kerja aorist, sehingga tindakan “mengambil” rupa

seorang hamba bersamaan waktunya dengan tindakan Kristus mengosongkan

diri-Nya. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Yunani, maka kalimat ini akan

menjadi: “Tetapi Dia telah terlebih dahulu membatasi diri-Nya sendiri selagi Ia

12
J. F. Walvoord, Yesus Kristus Tuhan Kita, Surabaya: Momentum, 1969, hal. 128
13
Akreni Tondion, Skripsi Konsep Kenosis dalam Filipi 2: 7 dan implikasinya bagi orang Kristen
era digital, Sekolah Tinggi Teologi Star’s Lub Luwuk Banggai, 2020, hal. 31
14
P. Maryono, Diktat Kuliah: Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru STII sem. IV,
hal. 140
mengambil rupa hamba.” Terjemahan ini memberi indikasi bahwa Kristus

menambahkan natur manusia dalam pribadi-Nya tanpa mengurangi keIlahian-

Nya.

3. Rupa

Kata “rupa” yang dipakai dalam teks ini adalah morphe yang

diterjemahkan dengan kata “rupa, bentuk”.15 Dalam NIV, “rupa” menggunakan

istilah “nature” yang dalam kalimatnya adalah “the very nature of a servant”

yang berarti “mengambil sifat seorang hamba”. Sedangkan dalam KJV dan ASV

menggunakan kata “form” yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

adalah “bentuk”.

Kata morphen dalam Filipi 2:7 merupakan kata benda berbentuk akusatif

tunggal dengan jenis kelamin feminim. Kata benda akusatif menempatkan

“morphe” sebagai objek. Objek adalah tujuan dari aktifitas yang dilakukan oleh

subjek. Subjek dalam ayat ini adalah Yesus kristus, yang artinya Yesus

melakukan tindakan pengosongan diri-Nya yang mengarah pada rupa-Nya

menjadi rupa seorang hamba. namun bukan berarti bahwa Kristus menukarkan

rupa Ilahi-Nya dengan rupa manusia, melainkan Ia mengambil rupa seorang

hamba walaupun Ia tetap mempertahankan rupa Allah.16

4. Hamba

Kata “hamba” ditulis dalam Bahasa Yunani douluo, yang diambil dari kata

doulos. Dalam NIV, KJV dan ASV digunakan istilah yang sama yaitu “a

servant” yang artinya hamba. kata doulou dalam ayat 7 merupakan kata benda

15
B. Newman, Kamus Yunani Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hal 110
16
C. E. Wijaya, Analisa Tentang Kenosis menurut Filipi 2, 2014
genetif tunggal dengan jenis kelamin maskulin yang artinya seperti budak

(slavish) dan merendahkan diri (servile).17

Arti kata doulos yaitu seorang budak, orang yang bersikap merendahkan

diri, atau orang yang menyerahkan seluruh kehendaknya. Dalam hukum Romawi,

menjadi seorang budak/hamba menunjukkan penghinaan yang besar. Seorang

budak tidak memiliki hak sebagai seorang warga negara, budak tidak boleh

memiliki harta, budak dianggap sebagai barang yang bisa diperjual-belikan dan

budak disiksa sebagai orang yang tak dianggap.18

Frasa “Mengambil rupa seorang hamba” menunjukkan bahwa Yesus yang

adalah Allah menambahkan sifat hamba ke dalam pribadi-Nya. Velio dari

seorang hamba dilihat dari pelayanan, kesetiaan dan ketaatan kepada tuannya.

Dengan mengambil rupa seorang hamba, Yesus menjalankan karya

penyelamatan-Nya dengan penuh ketaatan, setia serta rela mengesampingkan

natur keAllahan-Nya, bahkan rela menderita, menerima segala penghinaan,

bahkan memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan manusia.

5. Menjadi sama dengan manusia

Frasa “menjadi” diterjemahkan dalam Bahasa Yunani yaitu genomenos.

Kata genomenos dalam Filipi 2:7 berasal dari kata genomai dengan bentuk verb

participle aorist middle nominative masculine singular yang artinya ada, lahir,

jadi, menjadi, terjadi, berubah, dibuat, dilaksanakan, mempunyai, datang, berada,

tinggal dan menerima. Kata kerja partisip aorist medium adalah suatu tindakan

yang telah selesai dilakukan dimana tindakan ini dilakukan kepada diri sendiri

dengan penuh kesungguhan. Sama seperti kata “mengambil” yang menggunakan

17
BibleWorks V7
18
W.E. Best, Christ Emptitied Himself (Texas: WEBBMT, 1985), hal 11-114
verb participle aorist active, kata “menjadi” terjadi bersamaan dengan kenosis

(pengosongan diri).

Dalam Filipi 2:7, kata “menjadi” dipadankan dengan kata “sama dengan

manusia”. Istilah “sama dengan” dalam Bahasa Yunani adalah homoiomati yang

artinya likeness (kelihatan, terlihat), image (gambar), form (rupa, bentuk) dan

appearance (tampilan, penampilan). “Manusia” dalam Bahasa Yunani adalah

antrhropon yang berasal dari kata antrhropos yang artinya human being

(manusia sebagai makhluk), person (orang/oknum), secara umum (generically)

termasuk semua kalangan manusia (include all human individuals) tanpa

membeda-bedakan suku, ras, agama, jabatan atau kedudukan. Kata antrhropon

dalam ayat ini berupa kata benda genetif yang menyatakan kepemilikan dengan

jenis kelamin maskulin.19

Maka berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa “menjadi

sama dengan manusia” berarti Yesus datang/lahir ke dunia sebagai manusia dan

menyetarakan diri-Nya dengan semua manusia, baik dalam rupa/bentuk, keadaan,

tindakan, maupun sifat hakiki manusia seperti rasa lelah, haus, lapar, dan lain

sebagainya. Dalam kenosis-Nya, Yesus menjadi sama dengan manusia dan

mengalami pertumbuhan sama seperti manusia. ungkapan ini menekankan

kemiripan yang Ia miliki dengan semua manusia, tetapi tidak menuntut

kecocokan sempurna dengan setiap manusia.20 sekalipun Yesus Kristus menjadi

manusia sejati, bukan berarti Ia berdosa sama seperti manusia melainkan Ia tidak

berdosa dan tidak memiliki kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa karena Ia

adalah Allah sejati.

KESIMPULAN

19
BibleWorks V7
20
Andreas Sudjono, Refleksi Teologis-Historis Teori Kenosis, 2013
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kenosis yang

dilakukan oleh Yesus sebenarnya bukanlah menanggalkan atau melepaskan hakikat

keIlahian-Nya seperti anggapan para penganut teori kenosis, melainkan Kristus

mengambil natur tambahan bagi diri-Nya sendiri yang membatasi penggunaan sifat

keIlahian-Nya. Dalam Filipi 2:7 Yesus secara sukarela membatasi atribut ke-Allahan-

Nya supaya dapat tinggal dan hidup di antara manusia yang serta terbatas. Dengan

demikian, ketika Yesus menjadi manusia, Ia tetap Allah sepenuhnya dan manusia

sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai