Kenosis AST3
Kenosis AST3
Lalu apa yang sedang dikosongkan oleh Kristus dalam inkarnasiNya? Filipi 2:6, “rupa Allah” atau “kesetaraan dengan
Allah”. Latar belakang Filipi 2:1-5 dimana Paulus sedang menasehatkan jemaat Filipi agar bersikap rendah hati, kemudian
sikap rendah hati Kristus dijelaskan pada Filipi 2:6-11 sebagai contoh yang jelas untuk diteladani. Filipi 2:6 dikatakan Yesus
dalam rupa Allah (en morphe theou) yang menunjuk keberadaan Yesus dalam pra-inkarnasiNya. Kata en (dalam)
menunjukkan Kristus ada dalam rupa Allah (dimana seolah2 Kristus dibungkus dalam rupa Allah atau rupa Allah merupakan
lingkungan dimana Kristus berdiam).
Schema : sesuatu yang dapat berubah-ubah yang terlihat dari luar (2:8).
J. J. Muller berpendapat en morphe theou adalah natur ilahi yang tidak terpisahkan dari pribadi itu sendiri.
morphe theou ekuivalen dengan eikon (image, gambar/rupa) dan doxa (glory, kemuliaan). Yesus dalam pra-inkarnasiNya
berada dalam rupa (eikon) dan merfleksikan kemuliaan (doxa) Allah.
Dalam Alkitab Terjemahan Baru Bahasa Indonesia, tertulis “melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” Kata mengosongkan diri
dan mengambil rupa seorang hamba menjadi problema bagi banyak
teolog untuk mengerti secara intelektual mengenai natur diri Yesus yakni
Allah dan manusia.
Zinzendorf (Moravia), berpandangan Kristus sewaktu Ia dikandung dalam rahim ibuNya, meninggalkan
keilahianNya.
Sartorius pada 1831, melihat begitu besarnya kasih Allah sampai rela menyangkal diri untuk menjadi
manusia dan mengambil rupa seorang hamba. Tetapi tidak menjelaskan bagaimana proses penyangkalan
diri Allah dalam inkarnasiNya.
Perkembangan teori Kenosis
Penjabaran sistematis dan teologis dari teori kenosis muncul pada tahun 1845 oleh Gottfried Thomasius.
Thomas berpendapat, dalam inkarnasiNya, Allah Anak melepaskan relatifNya (relative attributes) yang
berkaitan dengan kemahakuasaannya, kemahatahuannya dan kemahahadirannya. Ini seperti membagi sifat
atau atribut dari Allah Anak menajdi dua bagian yaitu sifat relasional dan imanen. Gottfried berpandangan
bahwa sifat imanen-lah yang membuat Anak Allah tetap absolut seperti kesucian, kuasa, kebenaran dan
kasihNya. Tetapi I.A. Dorner mengkritik pandangan Gottfried sebab usaha Gottfried menjelaskan
Kristologi justru melupakan doktrin Allah Tritunggal. Ada juga pandangan yang mengkritik Gottfried
karena memisahkan sifat-sifat Allah yang penting dan tidak penting, sedangkan pribadi Allah adalah
kesatuan yang utuh dimana tidka bisa memecahkan esensial dan non-esensial.
Wolfgang Friedrich Gess berpendapat sewaktu Allah Anak mengosongkan diriNya, tugas utk memlihara
dan menunjang dunia ini diserahkan pada Allah Roh Kudus.
D.W. Forrest berpendapat keilahian Kristus dibatasi oleh Kristus sendiri sampai pada tahap keterbatasan
dan kondisi seorang manusia.
Komentar