Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Gambar Dan Rupa Allah Dalam Berbagai Pandangan

Doktrin tentang gambar dan rupa Allah dalam diri manusia sangat penting dalam

teologi, sebab gambar dan rupa Allah ini adalah suatu kualitas yang menjadikan manusia

istimewa dalam hubungannya dengan Allah. Kenyataaan bahwa manusia adalah gambar dan

rupa Allah menjadikan manusia berbeda dengan binatang dan dengan semua makhluk lain.

Banyak yang sudah ditulis orang untuk menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksudkan

bahwa manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Berikut adalah konsep-konsep

tentang gambar dan rupa Allah dalam diri manusia.

1. Pandangan Katolik

Katolik membedakan gambar dan rupa. Gambar adalah gambar alamiah milik

manusia sebagai makhluk yang dciptakan termasuk di dalamnya ialah kerohanian,

kebebasan, dan kekekalan. Rupa adalah gambar moral yang bukan milik manusia

pada saat ia diciptakan tetapi yang pada mula sekali ditambahkan dengan cepat pada

manusia. Penambahan ini perlu karena kecenderungan wajar pada keinginan yang

lebih rendah walau hal itu bukannya dosa. Pada waktu manusia berdosa, ia kehilangan

rupa Allah tetapi tetap memiliki gambar. Sebab itu kebenaran semula yang telah

hilang dapat diperoleh melalui sakramen-sakramen katolik.

2. Pandangan Neo-Ortodoks

Karl Barth yang sering disebut-sebut sebagai bapak neo-ortodoksi mengungkapkan

pemahamannya bahwa gambar dan rupa Allah tidak terdapat di dalam intelek atau

rasio seseorang. Barth menolak untuk menempatkan gambar Allah di dalam setiap

bentuk deskripsi antropologis keberadaan manusia, baik itu strukturnya, wataknya,

2
kapasitasnya dll.1 Meskipun para teolog sebelumnya meluangkan banyak waktu

secara tepat, struktur-struktur dan kualitas manusia yang di dalmnya gambar Allah

berdiam, menurut Karl Barth mereka semua melakukan kesalahan dengan mencarinya

di sana. Fakta bahwa kita diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan menunjukkan

bahwa Allah memberikan karunia kepada manusia yang dengannya laku-laki dan

perempuan mempunyai kemungkinan untuk mengalamai perjumpaan. Maka

hubungan perjumpaan ini sebagai gambar Allah karena hubungan perjumpaan yang

sama juga terjadi di antara Allah dan manusia.2 Allah merupakan keberadaan yang

menjumpai kita dan masuk ke dalam hubungan aku-kamu dengan kita. Bahwa

manusia diciptakan dengan kapasitas untuk memiliki hubungan yang serupa dengan

sesamanya, menunjukkan bahwa ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Dalam keseluruhan pandangan Barth kita perlu mengkritiknya karena mereproduksi

data Alkitab secara tidak memadai, ia mengatakan bahwa gambar Allah murni bersifat

relasional dan oleh karenanya murni bersifat berformal: kapasitas untuk berjumpa dan

bertemu.

Dari antara penulis neo-ortodoks, konsep Brunner agak mirip dengan pandangan

Katolik. Brunner berpendapat, ada gambar yang resmi yang tak dapat hilang pada

waktu kejatuhan Adam, karena gambar menjadikan manusia sebagai manusia.

Brunner juga melihat sebuah gambar yang bersifat materi yang telah hilang pada

waktu kejatuhan. Brunner mengatakan bahwa gambar Allah pertama-tama terletak

dalam hubungan manusia dengan Allah, tanggungjawabnya kapada Allah dan

kemungkinan adanya persekutuan dengan Allah. Pemahamannya adalah: “Allah yang

berkehendak untuk memuliakan diriNya sendiri, menghendaki manusia menjadi

1
Karl Barth. Church Dogmatic, III/2 (Edinburgh: 1960) hal. 76
2
Anthony A. Hoekema. 2008. Manusia: Ciptaan menurut gambar Allah. Momentum. Surabaya. 65
3
makhluk yang menaggapi panggilan kasihNya dengan tanggapan kasih yang penuh

syukur.3”

3. Pandangan Rasionalis

Menurut pandangan Socinian dan sebagian Arminian, mula-mula gambar dan rupa

Allah berada dalam kuasa manusia atas makhluk yang lebih rendah saja dan tidak

lebih. Anababtis berpendapat bahwa manusia pertama sebagi manusia duniawi yang

terbatas belumlah merupakan gambar dan rupa Allah tetapi hanya dapat menjadi

demikian melalui kelahran kembali. Pelagian, sebagian besar Armenian, dan seluruh

kaum rasional dengan berbagai variasinya menganggap gambar dan rupa Allah hanya

berada dalam kepribadian bebas manusia, dalam karakter rasionalnya, dalam disposisi

etika-religius dan nasibnya untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah. Semua

penganut rasionalis percaya bahwa kebenaran yang diciptakan bersamaan dan

kesucian saling berkontradiksi. Manusia menentukan karakternya melalui pemilihan

bebasnya sendiri; sedangkan kesucian hanya dapat dihasilkan dari suatu kemenangan

atas pergumulan melawan kejahatan. Jadi berdasarkan keadaan naturenya Adam

tentunya tidak mungkin diciptakan dala keadaan suci, dan manusia diciptakan sebagai

makhluk yang dapat mati. Dengan mengikuti ajaran Aristoteles, beberapa teolog

mengidentifikasi bahwa kemampuan manusia untuk berpikir dan berargumentasi

adalah cerminan penting dari gambar Allah. Martin Luther melihat hal ini hanya

sebagai variasi atas apa yang telah ia katakan tentang otonom pribadi. Teolog liberal

menekankan bahwa, karena manusia merupakan makhluk yang diciptakan menurut

gambar Allah, berarti hidup manusia itu suci sehingga kita bisa melakukan apa yang

harus dilakukan di bumi dan untuk bumi. Para teolog itu menganggapnya sebagai

konsep "hubungan". Dengan kata lain, karena seseorang memiliki kapasitas untuk

3
Ibid. 69
4
mengasihi orang lain, maka ia pasti memiliki gambar Allah dalam dirinya. Walaupun

hal ini sangat benar, Martin Luther menganggap argumentasi seperti ini kurang kuat

isinya, karena menurutnya "Imago Dei" melukiskan lebih dari sekadar apakah

seseorang mengasihi sesamanya atau tidak!

B. Etimologi Gambar dan Rupa Allah

Ketika Allah menciptakan ciptaan lainnya, Allah menciptakannya menurut jenisnnya

artinya setiap jenis berasal dari jenisnya. Penciptaan ini jelas berbeda dengan penciptaan

manusia, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

 Tselem

Kata gambar adalah tselem (Ibrani), image (Inggris), dan morphe (Yunani), yang

berarti gambar yang dihias, suatu bentuk/figure yang representatif. Arti suatu gambar

memiliki bentuk atau pola tertentu. Hal ini bisa mengakibatkan kita cenderung

berpikir ada bentuk fisik Allah. Istilah tselem memang lebih mudah dimengerti

dengan bentuk materi-materi.

 Demuth

Sedangkan kata rupa adalah demuth (Ibrani), likeness (Inggris), schema (Yunani)

yang mengacu pada arti kesamaan tapi lebih bersifat abstrak atau ideal - Dalam PB,

kata yang mirip untuk itu adalah eikon dan homoiosis. Pengertiannya mirip dengan

bentuk, dalam arti sesuatu yang modelnya harus seperti bentuk yang pertama. Berarti

hidup ini harus sesuai dengan bentuk ukuran standart.

Kata gambar dan rupa dipakai secara bersinonim dan dipakai saling bergantian dan

dengan demikian tidak mununjukkan dua hal yang berbeda. Kata “gambar” tidak mengacu

pada suatu kesanggupan dalam diri manusia, melainkan pada kenyataan bahwa Allah

menciptakan manusia sebagai rekanNya dan bahwa manusia dapat hidup bersama dengan

Allah. Ini menentang penafsir yang terpusat pada kebolehan manusia, yaitu sesuatu di dalam

5
diri manusia yang menurut penafsirnya dapat disamakan dengan gambar dan rupa Allah. Jadi,

gambar Allah buka sesuatu yang dimiliki manusia atau sesuatu kemampuan untuk menjadi

melainkan suatu hubungan Allah dengan manusia sebagai mitra kerja atau wakil Allah di

bumi.

C. Gambar Allah Menurut Penciptaan Manusia Berdasarkan Kejadian 1:26-28

Sebagai seorang Kristen harus mempercayai bahwa di dalam penciptaan manusia ada

keterlibatan Allah. Di dalam kejadian 1:26 “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan

manusia menurut gambar dan rupa Kita, kata menjadikan dalam ayat tersebut berasal dari

bahasa Ibrani ‫‘ השׂע‬asah yang berarti “menjadikan” atau “membuat” dengan memakai bahan.

Kata tersebut berbicara mengenai tubuh manusia yang diciptakan oleh Allah dengan

menggunakan bahan yaitu debu tanah, “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu

dari debu tanah” (Kej. 2:7a) dan kata ‫ ארב‬bara’ yang berarti “menciptakan” dengan tidak

memakai bahan, 4kata tersebut mengacu kepada jiwa manusia yang diciptakan Allah tanpa

memakai bahan melainkan Allah langsung menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya;

demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej. 2:7b). kata berikut ialah yatsar

yang berarti “membentuk”, bukan bertumbuh dan bertambah-tambah (Kej. 2:7).[3] Jadi dari

ketiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa teori evolusi yang mengatakan “suatu jenis

berkembang dan berubah sampai menjadi jenis baru yang lebih tinggi tingkatannya”,5 hal itu

merupakan kekeliruan karena Allah sendiri yang telah menciptakan manusia secara langsung

baik dengan menggunakan bahan maupun tanpa menggunakan bahan. “Cerita Kitab Kejadian

tentang penciptaan memberikan kepada manusia tempat mulia dalam alam semesta.

Penciptaan manusia tidak hanya merupakan penutup dari segenap karya ciptaan Allah, tapi

dalam penciptaan manusia itu sendiri terkandung penggenapan dan makna dari seluruh

pekerjaan Allah pada kelima hari lainnya. Manusia diperintahkan memenuhi bumi dan
4
Dyrness, William. Tema-Tema dalam Teologi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2001.
5
J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh (Bandung: Kalam Hidup, 1994), 181.
6
menaklukkannya, dan manusia berkuasa atas semua makhluk. ”6Teori evolusi dan teori

penciptaan merupakan teori yang paling sering dibicarakan dan dipertentangkan. Untuk

mengetahui kebenaran yang asli harus kembali kepada kebenaran Alkitab secara menyeluruh

bukan setengah-setengah.

D. Makna Gambar dan Rupa dalam Kejadian 1:26-28

Kata tselem juga berarti sia-sia (vain), empty (kosong), image (gambar, patung, kesan,

bayang-bayang), likeness (persamaan). Pengertian dasar dari kata tselem adalah to shade

(melindungi, membayangi, menaungi). Dalam budaya Timur Tengah, tselem digunakan

untuk menyatakan suatu bentuk pemberhalaan terhadap suatu bentuk gambar atau patung.

Penggunaan demut dalam PL menjelaskan tentang rupa dalam konsep ciptaan (Kej.

1:26; 5:1), rupa dalam konsep keturunan yang dihasilkan manusia (Kej. 5:3), bagan (II Raja

16:10), gambar yang mirip dengan asli, kiasan (II Taw. 4:3), penyerupaan yang menyatakan

kiasan (Mzr. 58:5), seperti yang menyatakan penggambaran (Yes. 13:4), serupa yang

menyatakan perbandingan yang tidak sama (Yes. 40:18), menyerupai yang menyatakan

kemiripan, atau nampaknya/seperti (Yeh. 1:5, 10), berbentuk seperti (Yeh. 10:21).

Kata Ibrani untuk gambar ialah tselem yang diturunkan dari akar kata yang

bermakna “mengukir” atau “memotong.” Maka kata ini bisa dipakai untuk mendeskripsikan

ukiran berbentuk binatang atau manusia. Ketika diaplikasikan pada penciptaan manusia

dalam Kejadian 1, kata tselem ini mengindikasikan bahwa manusia menggambarkan Allah,

artinya manusia merupakan suatu representasi Allah. Kata Ibrani untuk rupa ialah damuwth

yang bermakna “menyerupai”. Jadi, orang bisa berkata bahwa kata damuwth di Kejadian 1

mengidentifikasikan bahwa gambar tersebut juga merupakan keserupaan, “gambar yang

menyerupai Kita.” Kedua kata itu memberi tahu kita bahwa bahwa manusia

mempresentasikan Allah dan menyerupai Dia dalam hal-hal tertentu.”7


6
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini
7
Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, 18
7
Ada dua tahapan dalam penciptaan manusia, Allah membentuk manusia dari debu

tanah dan menghembuskan napas hidup agar menjadi makhluk hidup (Kej. 2:7), yang

hasilnya adalah tunggal, yaitu manusia yang berupa satu kesatuan. Tanah adalah bahan

kebendaan dan napas Allah yang memberi hidup. Unsur kebendaan menghasilkan saluran

darah, otak, otot dan sebagainya. Unsur bukan kebendaan menghasilkan jiwa, roh, hati

nurani, kemauan, kesadaran, dan sebagainya. Tanpa kesatuan dari kedua hal tersebut, masing-

masing tidak dapat berfungsi. Manusia diciptakan dari materi (debu tanah) dan non-materi

(napas hidup dari Allah) yang menjadi satu kesatuan. Kematian memisahkan badan dari roh

(Yak. 2:26). Ibrani 4:12, “Firman tidak memisahkan jiwa dari roh tetapi firman itu menembus

sehingga membagi jiwa dan roh, bagian yang terdalam dari manusia.” Dengan maksud,

firman tidak meninggalkan apa pun yang tersembunyi dari manusia. I Tesalonika 5:23,

nampaknya bagian bukan materi terdiri dari jiwa dan roh. Tekanan ayat ini adalah

kesempurnaan penyucian. Tidak ada tempat yang tersembunyi dari bagian non-materi

manusia yang tidak disucikan oleh Allah.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan Allah yang paling spesial, karena

Allah menciptakan manusia secara langsung, Allah membentuk manusia itu dengan memakai

tangan Allah sendiri (Kej.2:7) “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari

debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu

menjadi makhluk yang hidup.” Tidak sama halnya dengan penciptaan makhluk lainnya, Allah

menciptakan makhluk lainnya hanya dengan berfirman tanpa Allah membentuk langsung.

Allah juga memberikan kuasa kepada manusia atas mahkluk ciptaan yang lain (Kej. 1:26,28),

ini juga merupakan salah satu bukti bahwa manusia itu berbeda dari makhluk ciptaan yang

lainnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluk ciptaan yang lainnya ialah

manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

E. Tujuan Kemuliaan dan Rencana Allah

8
Segala sesuatu tentu ada tujuannya, demikian pula dengan penciptaan manusia. Allah

menciptakan manusia tentunya dengan maksud dan tujuan yang berbeda dengan makhluk

ciptaan lainnya. Tujuan Allah dalam penciptaan manusia ialah:

1. Untuk Kemuliaan Allah

Tujuan utama penciptaan manusia yaitu untuk kemuliaan Allah. Itulah sebabnya

manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Maksud dari segambar dan

serupa dengan Allah untuk menyatakan kemuliaan melalui kehidupan manusia (Rom.

11:36)

2. Untuk Menggenapi Rencana Allah

Dari awal penciptaan Allah memberkati manusia Adam dan Hawa dalam sebuah

pernikahan dan berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak;

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-

burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Dalam Kejadian

1:28 mengandung beberapa rencana Allah bagi kehidupan manusia. Dimulai dengan

kata beranakcuculah disini memiliki dua pengertian: Pertama, beranakcucu secara

jasmani yaitu menghasilkan keturunan secara fisik, untuk menggenapi rencana Allah

di dalam dunia ini. Kedua, dari bahasa aslinya ‫ הרפ‬parah yang dalam terjemahan

bahasa Inggrisnya fruitful yang berarti berhasil, pertemuan yang berhasil baik,

bermanfaat, subur dan penuh keberhasilan. Rencana Allah dalam kehidupan manusia

untuk mendapat berkat, berguna bagi sesama, menjadi berkat, dan penuh dengan

keberhasilan.

Kata bertambah banyak dalam bahasa aslinya rabah yang dalam terjemahan bahasa

Inggrisnya multiply memiliki pengertian mengalikan dan melipat gandakan. Allah ingin

manusia mengembangkan segala sesuatu yang telah Allah berikan atau percayakan

kepadanya sebagai contoh talenta yang telah Tuhan berikan dikembangkan untuk melayani

9
Dia, kepandaian yang dipercayakan digunakan untuk memuliakan nama Allah, karunia

digunakan untuk membangun tubuh Kristus. Beranakcucu dan bertambah banyak adalah

bagian rencana Allah untuk memenuhi bumi dan memuliakan diri-Nya.

10

Anda mungkin juga menyukai