Anda di halaman 1dari 83

MANUSIA MENURUT AJARAN KRISTEN

Bab III
Pembicaraan tentang manusia adalah hal yang sangat
pokok dan sentral dalam kekristenan karena manusia ada
di pusat kehidupan beragama dan pengambilan keputusan
etis.
Pembahasan tentang manusia dari perspektif Kristen
dapat menolong kita untuk memahami berbagai aspek
dalam kehidupan beragama, bermasyarakat maupun
dalam pengembangan ilmu dan teknologi modern,
termasuk berbagai permasalahan yang muncul dalam
kehidupan manusia.
Pertama-tama harus diakui bahwa pertanyaan
“siapakah manusia?” dalam arti apa hakikatnya
“menantang setiap masa atau abad.” Berbagai pihak
apakah dia filsuf, teolog, biolog, maupun sosiolog
telah mencoba menjawab pertanyaan itu dan masing-
masing memberikan jawaban yang berbeda.
Hal itu itu sah-sah saja, karena memang setiap pihak
berusaha memberi jawaban dari perspektifnya masing-
masing. Pada dasarnya jawaban terhadap pertanyaan
siapakah manusia akan membawa dampak atau
konsekuensi serius bagi berbagai aspek penting
terutama yang berkaitan dengan sikap dan perlakuan
kita terhadap sesama maupun diri sendiri.
Misalnya, bila manusia dianggap sebagai “makhluk ekonomis”
yang menghasilkan barang dan jasa, nilai manusia tergantung
pada produktivitasnya.
Begitu pula, bila manusia diangap sebagai makhluk biologis,
perhatian utamanya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang bersifat biologis dan kebutuhan-kebutuhan
lain dianggap tidak ada atau tidak penting.
Agama Kristen pun melalui para teolognya sepanjang abad
telah juga memberikan jawaban terhadap pertanyaan tentang
hakikat manusia. Ini tidak berarti bahwa pandangan para
teolog Kristen bersifat seragam atau monolitik. Ada
perbedaan-perbedaan misalnya saja tentang arti sesungguhnya
dari ungkapan Alkitab, bahwa manusia diciptakan menurut
gambar Allah (imago Dei).
A. Menulusuri pemikiran-pemikiran
Modern tentang Manusia
Sebelum kita membahas beberapa aspek penting dari
hakikat manusia berdasarkan kesaksian Alkitab, ada
baiknya kita melihat beberapa pernyataan modern
tentang siapakah manusia itu
McDonald dalam bukunya The Christian View of Man
menyebutkan beberapa pemikiran modern yang
penting yang relevan dengan pengkajian kita
(McDonald 1981, 115). Berbagai pandangan yang
relevan adalah sebagai berikut:
1. Manusia Komunis
 Filsafat sosial dan politis komunis bersumber dari teori antropologis Karl
Marx (1818-1883). Pemahamannya mengenai hakikat manusia,
menempatkan manusia pada pusat kepentingannya, dan karena itu
berpendapat bahwa karena manusia adalah ciptaan dirinya sendiri, hanya
manusia yang dapat menjawab kepada dirinya sendiri, dan mampu dengan
upaya sendiri menemukan tujuannya dengan kebebasan yang absolut
 Marx juga menerima pendapat Ludwig Feuerbach bahwa “Allah orang
Kristen hanya suatu refleksi fantastis, suatu gambaran dalam cermin dari
dirinya sendiri.” Karena itu Marx percaya bahwa Allah adalah khayalan
atau pemenuhan kebutuhan manusia
 Hanya dengan membersihkan diri sendiri dari pengertian suatu hubungan
dengan Allah, manusia mampu mengaktualisasikan dan menjadi diri yang
sesungguhnya. Silakan Anda mengamati dan menilai pandangan Marx
yang menyatakan manusia adalah ciptaan dirinya sendiri.
Ada tiga ciri dari antropologi Marxist.
Pertama, manusia sebagai suatu produk alami (natural):
karena tiada Tuhan, ditolak juga pendapat bahwa manusia
adalah ciptaan yang khusus. Alternatif cerita asal kehidupan
manusia ialah hipotesis Darwin mengenai evolusi. Satu-
satunya fakta adalah dunia materiil yang dipersepsi oleh
indra. Karena itu, pikiran adalah hasil produksi dari hal-hal
kebendaan, dan karenanya manusia adalah “a lump of
thinking matter” yang artinya bahwa manusia sekadar
bongkahan bahan yang berpikir. Secara esensial manusia
adalah satu dengan alam. Dalam proses evolusi, manusia tiba
pada titik saat ia membedakan dirinya dari dunia binatang
karena manusia memiliki kemampuan membuat peralatan dan
menggunakannya sebagai organ tambahan untuk menguasai
alam.
Kedua, manusia sebagai ciptaannya sendiri yang bekerja. Dalam
istilah Marx, manusia adalah “homo faber” (pembuat). Hakikatnya
adalah untuk bekerja dan menjadi pencipta. Manusia berkembang
ketika ia mengubah tatanan alam dalam kerjasama yang harmonis
dengan spesies-spesies lainnya. Jadi bagi Marx, kerja dianggap
otonomi. Manusia adalah pekerja, dan karena itu, nilai manusia juga
tergantung pada produktivitasnya. Silakan Anda mengamati dan
menilai pandangan Marx yang menyatakan bahwa manusia adalah
“homo faber”!
Ketiga, manusia sebagai unit yang teralienasi. Ide alienasi adalah tema
yang terulang sejak Hegel dan filsafat pasca Hegelian, dan juga
mempunyai tempat yang sentral dalam antropologi masa kini. Bagi
Marx, alienasi adalah kategori kunci, dan ia menjelaskan hal itu dalam
istilah sosio-ekonomis. Yang menyebabkan manusia teralienasi adalah
sistem hubungan dan nilai-nilai kapitalis. Manusia menderita berbagai
macam alienasi: dari hasil produksinya sendiri, dirinya sendiri, dan
dari sesamanya. Yang paling tragis adalah alienasi dengan diri sendiri,
yang membuat manusia menjadi tak manusiawi secara total.
2. Manusia Humanis

humanisme berpusat pada realitas manusia yang


memberi manusia semua kepentingan dan inspirasinya
yang memadai/cukup.
Semua humanis percaya bahwa manusia adalah bentuk
eksistensi yang paling tinggi dan, karenanya, adalah
satu-satunya objek yang pantas disembah dan dilayani.
Humanisme adalah suatu pengakuan akan rasa percaya
kepada hakikat manusia yang menolak ide tentang Allah
sebagai hal yang perlu karena manusia bisa membentuk
kembali dirinya sendiri.
Ada anggapan bahwa hanya dalam relasi dengan
Tuhan manusia memahami hakikat kemanusiaannya
dan menemukan arti serta tujuan hidupnya. Seberapa
benar pernyataan itu?
Pada bagian berikut, kita akan membahas beberapa
aspek mendasar dari kesaksian Alkitab tentang hakikat
manusia menurut pandangan Kristen.
Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah (lih Kej. 1 dan Kej. 2)
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah (lih Kej. 1 dan Kej. 2 )

Fakta yang pertama dari kesaksian Alkitab tentang


manusia adalah bahwa manusia makhluk ciptaan
Allah. Hal ini perlu ditegaskan untuk menolak
anggapan bahwa semua hal, termasuk manusia, terjadi
dalam proses evolusi, dan karenanya sulit untuk
memberi landasan mengapa manusia adalah makhluk
pencari makna.
Sebagai makhluk, ia tetap makhluk dan tidak pernah
menjadi sama dengan khaliknya. Apa implikasi
kemakhlukan manusia?
Sebagai makhluk, pertama-tama, ia tergantung kepada Allah
khalik dan sumber kehidupannya. Sebagai khalik, Allah
berdaulat atas hidup dan tujuan hidup manusia. Karena itu,
manusia yang menerima kemakhlukkannya akan menerima
kedaulatan Allah atas hidup dan tujuan hidupnya.
secara hakiki, manusia selalu mendambakan relasi dengan-
Nya. Sebagai makhluk, manusia bukan saja tergantung kepada
Allah sebagai sumber hidup, tetapi bahwa Allah berdaulat atas
hidup dan tujuan hidup manusia.
Alkitab menggambarkan hubungan manusia dengan Allah
pencipta-Nya, sebagai tanah liat di tangan penjunan. Allah
berhak dan berdaulat untuk tujuan apa benda-benda atau
peralatan tanah liat yang dibuat-Nya. Demikianlah manusia di
tangan Allah pencipta, tujuan hidupnya ditentukan oleh
khalik-Nya.
Agustinus, seorang teolog terkenal mengatakan bahwa
“jiwaku gelisah sampai aku menemukan kedamaian
dalam Tuhan.” Ketika manusia menolak
kemakhlukkannya dan penciptaannya oleh Allah, tidak
ada alasan apa pun untuk mencarimakna hidup ini di
luar diri sendiri atau masyarakatnya.
ALLAH

Manusia

Rasional/Ber
Imagodei Sosial Etis
budaya
Dalam hal ini Marx konsisten, karena ia menolak
keberadaan Allah Pencipta, ia juga menolak mencari
makna dan hakikat manusia di luar diri manusia itu sendiri.
Sebagaimana disampaikan pembahasan tentang penciptaan
alam semesta dan segala isinya, Alkitab menolak teori
evolusi sebagai teori asal usul, termasuk asal usul manusia,
yang sejak awal manusia berbeda secara hakiki dengan
ciptaan Tuhan yang lain. Manusia tidak berasal dari kera!
Manusia bagaimanapun tetap ciptaan dan tak bisa
menyamai penciptanya meskipun dengan daya rasionalitas
yang luar biasa apapun. Yang diciptakan tidak akan
menyamai pencipta, yang mencipta dari yang tidak ada
menjadi ada (creatio ex nihilo).
2. Manusia diciptakan menurut Gambar Allah (Imago Dei)

 Salah satu aspek hakikat manusia berdasarkan ajaran Alkitab adalah


bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah. Gambar Allah
inilah yang dikenal dengan istilah “Imago Dei.”
 Tradisi Kristen yang mendasarkan dirinya pada cerita Alkitab
dalamKejadian 1, telah menafsirkan makna kesegambaran manusia
dengan Allah dengan bermacam-macam arti. Hal ini bisa juga
diartikan secara salah, seolah- olah manusia mirip dengan Allah.
Sebagai makhluk yang diciptakan, manusia akan tetap berbeda
dengan Allah Sang Pencipta.
 Sudah ada banyak arti diberikan kepada konsep ini, antara lain
sebagai wakil Allah di dunia, dalam arti pelaksana atau mandataris
Allah untuk tugas kebudayaan. Akan tetapi, tugas mandataris
menunjuk kepada relasi manusia dengan ciptaan yang lain serta
alam semesta ini.
 mengamati dan menafsirkan Kej. 1:27
3. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada


kenyataan bahwa manusia adalah tidak sendirian dan selalu
dalam keterhubungan dengan orang lain dan berorientasi
kepada sesama (Kej.2:18).
Perdebatan mengenai hakikat manusia dalam dimensi
individual dan kolektif telah berjalan lama yang
menghasilkan dua ideologi besar yang memengaruhi sistem
kemasyarakatan, politik, dan ekonomi dari penganutnya.
Negara-negara dunia pertama yang sangat mengagungkan
dimensi individual dengan memperjuangkan kemerdekaan
dan kebebasan individu telah melahirkan sistem masyarakat
dan ekonomi yang kapitalis dengan ideologi pasar bebasnya.
 Ideologi ini berpendapat bilamana manusia diberi kebebasan, manusia
akan bekerja keras untuk menjadi efisien, dan kalau semua bekerja
efisien, semua akan maju.
 Pada Kitab Kejadian 2 dinyatakan bahwa tak baik kalau manusia itu
sendiri, oleh karena itu Allah menciptakan penolong yang sepadan. Hal
ini tidak hanya terbatas pada manusia jenis kelamin yang lain, tetapi
juga bahwa manusia sendirian adalah tidak baik. Allah menghendaki
manusia hidup dengan sesamanya.
 Ada ahli teologi bahkan yang mengatakan bahwa hanya dalam
hubungan dengan orang lain kita memahami dan menemukan hakika
tkita sebagai manusia. Hal ini membawa implikasi bahwa manusia
selamanya dan selalu berorientasi kepada sesamanya. Manusia tak
tahan dalam kesendirian. Orientasi kepada sesama juga menyebabkan
lahirnya berbagai pranata dan lembaga sosial (misalnya keluarga,
komunitas darilokal sampai internasional, maupun pranata politik,
ekonomi, dan lain-lain).
Manusia sebagai Mahluk Sosial

Dorongan untuk
Membutuhkan

Manusia

Dorongan untuk belajar


Dorongan untuk
berinteraksi sosial

REAKSI ATAS PENILAIAN ORANG LAIN


Itulah sebabnya orang tidak bisa beragama sendiri.
Agama selalu merupakan fenomena sosial, walaupun
hubungan seseorang dengan Tuhan, atau yang dianggap
Tuhan sangat bersifat pribadi.
Inilah yang melahirkan komunitas iman: seperti Islam,
Kristen, Hindu, Buddha dll. Beragama tak bisa lepas dari
komunitas, karena tak mungkin beragama secara sendiri.
Agama selalu punya dimensi sosial atau komunitas. Hal
ini sehat sejauh komunitas-komunitas dengan identitas
agamawi yang berbeda- beda tersebut tidak membangun
tembok-tembok pemisah apalagi prasangka dalam
hubungan antarmereka.
4. Manusia sebagai Makhluk Rasional dan Berbudaya

 Allah (menurut Alkitab) memberi perintah kepada manusia untuk


memerintah, menaklukkan serta memelihara alam semesta.,
menunjukkan adanya hubungan yang tidak terpisahkan antara
manusia dengan alam semesta ini.
 Inilah yang biasanya disebut sebagai tugas kemandatarisan manusia
(manusia sebagai mandataris Allah) dalam arti pelaksana dan wakil
Allah dalam memerintah dan memelihara alam semesta ini.
 Jadi, berbudaya adalah perintah atau mandat yang kita sebut dengan
mandat kebudayaan. Mandat itu hanya bisa dilaksanakan karena
Tuhan memperlengkapi manusia dengan potensi rasional
(kemampuan rasional) yang menjadi salah satu ciri khas manusia
dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lain, bahkan dengan
binatang paling cerdas sekalipun.
tugas sebagai mandataris Allah, manusia diperlengkapi oleh
Allah dengan potensi rasional dan karena itu dapat berbudaya.
Ini juga salah satu keunikan manusia yang membedakan
manusia dengan ciptaan yang lain. Bahwa rasionalitas adalah
keunikan manusia ternyata dalam fakta bahwa kebudayaan
manusia (dalam arti yang sempit) sebagaibuah rasionalitasnya
mengalami perkembangan maju, dan perkembangan itu telah
membawa kita pada apa yang dikenal dengan zaman ilmu dan
teknologi modern (lih. Kej. 1:16-18; Kej. 2:15).
Dengan kata lain, kemajuan manusia yang membawa manusia
kepada abad ilmu dan teknologi modern adalah konsekuensi
logis dari rasionalitas manusia (penciptaan manusia sebagai
makhluk rasional), dan itu sesuai dengan kehendak Tuhan.
5. Manusia sebagai Makhluk Etis
Secara klasik, Alkitab menggambarkan bahwa manusia diberi
“hukum” (nomos) oleh Allah dalam bentuk larangan memakan
buah pohon pengetahuan hal yang baik dan jahat.
Silakan Anda mengamati dan menafsirkanKej. 2:17
Nomos (Hukum) ini menempatkan manusia pada persimpangan
jalan ketika ia dapat memilih di antara dua alternatif. Dua
alternatif itu adalah ketaatan atau pelanggaran terhadap nomos
(dapat juga berarti berbuat yang baik atau jahat).
Ajaran Kristen mengedepankan adanya pilihan yang bebas, dan
hanya karena adanya pilihan bebas itulah manusia tidak saja
bertanggung jawab atas pilihannya tetapi juga diminta
mempertanggungjawabkan pilihannya itu. Sebab tanpa pilihan
bebas, manusia tidak dapat dituntut untuk bertanggung jawab.
Kesadaran untuk membedakan yang baik dan yang jahat
menunjuk kepada hakikat manusia sebagai makhluk etis.
Ajukanlah beberapa pertanyaan kritis Anda yang
berkenaan dengan manusia sebagai makhluk etis!
Bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk etis berarti
manusia mempunyai kesadaran etis: kesadaran untuk
membedakan mana yang baik dari yang buruk, yang benar
dari yang salah, dan yang bertanggung jawab dari yang
sebaliknya. Manusia tidak hanya dilengkapi dengan
kesadaran etis, tetapi juga dilengkapi dengan kebebasan
untuk memilih dari alternatif baik dan buruk, benar dan
salah, bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab.
 apabila manusia mempunyai kebebasan etis (memilih secara etis), manusia
dapat dituntut pertanggungjawaban etis. Dengan demikian, kita dapat
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk etis dalam arti sebagai
berikut.
 Pertama, manusia mempunyai kesadaran etis yakni kesadaran untuk
membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang
bertanggung jawab dan yang tidak bertanggung jawab. Kedua, manusia
mempunyai kebebasan etis yakni memilih secara bebas dari alternatif di
atas. Ketiga, manusia mempunyai pertanggungjawaban etis, yakni
bertanggung jawab atas pilihannya.
 Untuk sementara kita dapat menarik beberapa simpulan dari uraian
tersebut. Dari deskripsi tentang hakikat manusia di atas, kita dapat
memahami mengapa Kitab Kejadian 1:31 mengatakan “Maka Allah
melihat segala yang dijadikan- Nya itu, sungguh amat baik….” Dari
deskripsi tersebut kita juga dapat menarik simpulan bahwa pada dasarnya
manusia ditempatkan oleh Allah dalam hubungan multidimensional
(hubungan yang berdimensi banyak):
Hukum Dalam Pandangan Kekristenan

Bab IV
Hukum Menurut Agama Kristen
Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai
peraturan –peraturan dan hukum yang berlaku, begitu juga
dengan Negara Indonesia.
Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang mempunyai
peraturan –peraturan hukum yang bersifat memaksa seluruh
masyarakat atau rakyat Indonesia harus patuh terhadap
peraturan – peraturan atau kebijakan –kebijakan hukum di
Indonesia.
Negara pun membentuk badan penegak hukum guna
mempermudah dalam mewujudkan negara yang adil dan
makmur. Tetapi tidak dapat dipungkiri masih banyak
kesalahan dalam menegakan hukum di Negara kita. Dan
masih banyak juga ketidakadilan dalam pelaksanaan hukum
yang berlaku.
Tetapi itu bukanlah salah dalam perumusan hukum, melainkan
salah satu keteledoran badan – badan pelaksa hukum di Indonesia.
Akibat dari keteledoran tersebut banyak sekali
pelangaran – pelangaran hukum, dan pelangar – pelangar hukum
yang seharusnya di adili dan dikenakan sangsi yang
seharusnya, malah dibiarkan begitu saja. Dan hal ini sangat
berdampak buruk bagi masa depan Negara ini. Oleh karena itu kita
akan membahas apa dan bagaimana penegakan hukum yang
adil. Dan bagaimana upaya – upaya penegakan hukum di Negara
kita ini.
Adapun pelaksanaan hukum juga harus bersumber dari Allah
sebab Allahlah yang menjadi sumber daripada hukum itu sendiri,
maka hukum tersebut akan menjadi sumber kesejahteraan bagi
kehidupan manusia. Setiap umat manusia harus menjunjung tinggi
hukum dan menaatinya dengan baik agar setiap manusia dapat
mendapatkan keadilan.
CIRI-CIRI HUKUM
Hukum memiliki ciri-ciri yang bersifat khusus, yaitu:
1. Hukum adalah aturan perbuatan-perbuatan manusia
Menurut Plato, undang-undang yang tertulis harus dibuat supaya
ada yang memerintah antara warga negara dan untuk membuat
mereka menjadi penduduk yang baik dan saleh, sehingga dengan
cara yang demikian ketertiban akan terjamin.
Kemudian pada abad pertengahan, Thomas Aquino
mengembangkannya lebih jauh bahwa tertib alam masih selalu
dianggap sebagai norma untuk kehidupan manusia, namun
motifnya berubah. Alam tidak lagi dianggap suci atau sacral, tetapi
dipandang sebagai ciptaan Allah. Dengan mematuhi ketertiban
alam, maka orang akan tunduk kepada kehendak Allah. Dengan
demikian, manusia melakukan kebajikan keadilan. Kalau manusia
melanggar kehendak Allah, maka akan mendapatkan hukuman
karena keadilan Allah.
CIRI-CIRI HUKUM
Kemudian pada abad XIX, pendapat tersebut dilepas
sebagai konsekwensi dari kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan. Hukum ditentukan oleh sejarah. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa tatanan hukum adalah
hukum positif yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pemerintah adalah sumber hukum. Sistem hukum tidak
diberikan kepada kita, melainkan diserahkan untuk kita
kerjakan.
2. Hukum itu bukan hanya dalam keputusan, melainkan juga dalam
realisasi.
Menurut Prof. Padmo Wahyono, hukum yang berlaku bagi suatu
negara mencerminkan perpaduan antara sikap dan pendapat
pimpinan dalam sebuah pemerintahan Negara, dan keinginan
masyarakat luas mengenai hukum tersebut, bagaimana cara
masyarakat luas memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip
negara berdasarkan hukum, tidak dapat di lepaskan dari tingkat
pengetahuannya mengenai hukum atau pendidikan hukumnya.
Hukum akan sungguh-sungguh merupakan hukum apabila apa yang
benar-benar oleh kita sebagai anggota masyarakat dikehendaki
kemudian diterima, apabila anggota masyarakat dapat betul-betul
berfikir seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang dan
terutama juga hal itu telah benar-benar menjadi sebuah realitas
hidup dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat.
3. Hukum itu mewajibkan
Menurut golongan Neopotisme, hukum itu betul-betul telah
menjadi hukum karena kewajiban instansi yang kompeten.
Hans Kelsen berpendapat bahwa kewajiban yudiris merupakan
sebuah kategori yang lepas dari realitas social. Hukum positif
mengandaikan kemungkinan paksaan, hukum bertitik tolak dari
ide bahwa ada orang-orang yang tidak taat terhadap perintah
yang diberikan kepada mereka secara sah.
Hal itu mengandung makna bahwa hukum itu dilakukan dengan
pertolongan paksaan yaitu paksaan yang diatur dalam Negara
untuk dilakukan dalam kehidupan. Apabila hukum telah
terbentuk sesuai dengan undang-undang dasar, maka setiap
warga Negara berkewajiban untuk menaatinya agar tercapai
kebaikan bersama dan pemerintah adalah menjadi orang yang
paling bertanggungjawab dalam mengawasinya.
Berdasarkan pada uraian-uraian diatas, maka dapat dikatakan
bahwa hukum adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban
manusia. Manusia yang hidup menutut hukum adalah manusia
yang menyadari apa yang menjadi hak dan kewajibannya didalam
kehidupannya. Taat akan hukum Allah adalah merupakan bagian
dari adanya kesadaran terhadap realitas kehidupan, karena hukum
bertujuan untuk:
a. Melindungi seluruh manusia dari segala macam kepentingan yang
telah dirumuskan dalam bentuk kaidah dan norma yang berlaku,
b. Memajukan kesejahteraan umum. Kersejahteraan umum akan
tercapai apabila hukum telah terlaksana dengan baik dan benar,
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepatuhan terhadap hukum
akan melahirkan peluang bagi setiap orang untuk memperoleh
kesempatan mencerdaskan kehidupan.
d. Menertibkan kehidupan. Kehidupan tanpa ketertiban maka
kehidupan akan menjadi kacau.
HUKUM DALAM PANDANGAN KRISTEN

 Dalam PL (Perjanjian Lama) kata “Hukum” adalah merupakan


terjemahan dari kata”tora” (Bahasa Ibrani) yang kita kenal sebagai
“taurat” atau “torat” yang diterjemahkan dalam kitab mazmur
terjemahan baru dengan “undang-undang” secara harafiahnya, kata
tora berarti : mengajar, menunjukkan.
 Apabila bangsa Israel berhadapan dengan suatu putusan yang penting,
maka dimintalah “tora” dengan perantaraan seorang nabi atau iman.
Tora dalam hal ini adalah petunjuk-petunjuk Ilahi atau keputusan Ilahi
(1 Samuel 23:29). Dan juga dapat diartikan sebagai seluruh petunjuk
dan keputusan yang diberikan oleh Tuhan kepada umatNya bangsa
Israel. Untuk selanjutnya kata tora dipakai untuk menyebutkan
segenap Pentateukh(Pentateukh adalah nama untuk lima kitab
pertama dalam Alkitab). Tora dipandang sebagai suatu anugerah kasih
setia Tuhan, sebagai tanda bukti bahwa ia memelihara umatNya.
Dalam arti harafiah, hukum memiliki arti yang sama
dengan Wahyu yang disampaikan Allah kepada bangsa
Israel untuk mengatur tingkah lakunya. Oleh sebab itu
‘hukum’ tidak bisa dipisahkan dengan kehendak Allah
karena hanya Tuhan Allah lah yang memberi nilai
yang penuh melalui Firman-Nya yang ajaib.
HUKUM ALLAH
 Hukum Allah ialah 10 hukum taurat yang diberikan Tuhan kepada
Musa, yang berisi:
1. Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah
Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di
hadapan-Ku.
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam
air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu,
yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada
keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci
Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang,
yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-
perintah-Ku.
3. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab
TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya
dengan sembarangan
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, enam hari lamanya engkau akan
bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah
hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,
engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing
yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada
hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu
6. Jangan Membunuh
7. Jangan Berzinah
8. Jangan Mencuri
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
10. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau
hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau
keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu
Tugas Dan Peranan Kristen Terhadap Hukum
Orang Kristen mempunyai tugas dan peranan yang harus dilakukan
dalam kehidupan terhadap hukum, antara lain :
1. Menjauhi perbuatan – perbuatan yang melanggar hukum
Sebagai warga Negara yang baik yang telah diselamatkan oleh Kristus
kita harus menjauhi perbuatan yang melanggar hukum, karena
hukum itu juga bersumber dari Allah dan Allahlah yang telah
mengaruniakan pengertian kepada manusia untuk bisa memahami
peraturan itu. Kita harus mendukung kebijakan pemerintah yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, namun kita juga
berhak untuk menyuarakan suara kita jika keputusan atau kebijakan
pemerintah tidak sesuai dan menyimpang. Perbuatan yang marak
terjadi di Negara kita saat ini adalah pembunuhan, korupsi dan
tindakan – tindakan yang tidak terpuji lainnya. Firman Tuhan
berkata “Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal
untuk keperluan rumahnya” (Habakuk 2:6,9).
2. Harus mampu bertindak kritis
Kita sebagai orang Kristen harus mampu bertindak kritis
dan tidak ikut – ikutan dengan orang lain serta tidak
mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang
jelas – jelas telah bertentangan dengan hukum, malah
sebaliknya marilah kita saling mengingatkan,
menguatkan satu sama lain. Firman Tuhan berkata “ dan
dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka
melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan
memimpin mereka sehingga mereka mengenal
kebenaran ” (2 Timotius 2:25).
3. Menabur terus yang baik atau menjadi teladan dalam
mematuhi hukum.
Dalam berbuat hendaklah kita bisa menjadi teladan dalam
melaksanakan hukum, tetapi sebelum kita bisa menjadi
teladan, terlebih dahulu kita menjadi pelaku hukum dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Kita juga
harus menghormati pemerintah yang sudah menjadi pilihan
Allah dan menjadi wakil Allah didunia karena mereka adalah
hamba Allah, Roma 13:2 “ Sebab itu barang siapa melawan
pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang
melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya ”.
Hubungan Hukum Dan Perintah Allah
Perintah Tuhan dan hukum, keduanya sama - sama harus ditaati
dan dijalankan. Hukum dan perintah Tuhan sama mempunyai
sanksi bagi yang melanggarnya. Perintah Tuhan Allah adalah
sesuatu yang harus dijalankan dan ditaati oleh seluruh umat
manusia yang mempunyai suatu patokan pada Hukum Taurat
sehingga manusia tidak dapat merubah perintah Tuhan Allah.
Hukum yang dibuat oleh suatu negara harus dapat dijalankan
dan ditaati oleh seluruh warganya dimana hukum dapat dibuat
oleh suatu lembaga perundang – undangan dalam negara dan
disahkan oleh suatu pemerintahan dan hukum ini dapat diubah
sewaktu – waktu sesuai dengan kondisi masyarakat dan
perubahan yang terjadi pada setiap zaman dan masyarakatnya.
KESIMPULAN
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang
dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia,
menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Hukum merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani
yaitu tora yang sama artinya dengan ‘taurat’ dan
diterjemahkan dalam kitab mazmur terjemahan baru yaitu
‘undang-undang’.Tora berarti mengajar, menunjukkan.
Selain kesepuluh hukum taurat, Hukum Allah diringkaskan
dalam kasih, yaitu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu. Itulah yang terutama dan yang
pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada
kedua inilah tergantung seluruh Taurat dan kitab para
nabi” (Matius 22:37-40).
Hukum kasih dari Tuhan Yesus adalah himpunan atau
kristalisasi semua hukum dalam Alkitab, dan di dalam
diri-Nya, kasih Yesus menjadi puncak dari semua
hukum, agar manusia diselamatkan (1 Korintus 13:1-
13, Matius 22:37-40).
Hukum kasih tidak membatalkan hukum Tuhan, tetapi
menyadarkan, mendorong dan membuat kita umat
Kristen patuh terhadap hukum-hukum Tuhan. Atau,
kepatuhan kita terhadap hukum bukan karena takut,
tetapi karena kita sudah dimerdekakan dari dosa dan
kita juga mengasihi Tuhan yang telah lebih dahulu
mengasihi kita
(1 Yohanes 4:10-11).
Tugas kita adalah untuk menuruti hukum Allah. Dengan
bersikap taat kepada hukum yang berlaku di Negara ini,
kita secara tidak langsung telah menaati hukum Allah
sebab firman Allah mengatakan “Tunduklah, karena Allah,
kepada semua lembaga penguasa, baik kepada Raja
sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi maupun
kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghakimi rang-
orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang
yang berbuat baik” (1 Petrus 2:13-14)
ETIKA & MORAL

BAB V
Setiap hari dan setiap saat dalam kehidupan
yang sadar, kita selalu dihadapkan dengan
berbagai pilihan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Tentu saja pilihan-pilihan
tersebut terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti:
makan apa,
pakai apa,
 belajar apa,
 pergi ke mana dan sebagainya
Dari berbagai pilihan tersebut, tidak semua pilihan
berkaitan dengan masalah etika, tetapi bisa jadi
berkaitan dengan selera, kesukaan dan atau yang lain.
Tidak dapat disangkal bahwa banyak sekali pilihan
yang kita hadapi adalah pilihan- pilihan dalam bidang
etika yakni berkaitan dengan :
apa yang baik,
Apa yg benar,
Bertanggung jawab
atau sebaliknya.
Pilihan dan keputusan etis tentu saja sangat
penting dalam kehidupan manusia
karena bukan hanya berkaitan dengan kepentingan
diri sendiri, melainkan juga berkaitan dengan
kepentingan orang banyak dan bahkan berkaitan
dengan kelestarian alam lingkungan hidup.
Apalagi bagi mereka yang mempunyai jabatan
publik, keputusan dan kebijakannya sangat
menentukan kehidupan banyak orang, dan
karenanya tuntutan dan pertimbangan etis sangat
penting.
Pejabat publik yang amanah selalu membuat kebijakan pembangunan yang
ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat karena dana
pembangunan diperoleh dari rakyat melalui pajak (Sumber: finance.detik.com)
Seorang ahli etika yang bernama David W. Gill
mengatakan bahwa kini kita hidup dalam suatu
masa yang sulit ketika orang tidak sepakat
mengenai apa yang baik dan buruk, bukan saja di
kalangan akademisi, filsuf, tetapi juga pada akar
rumput.
Dalam ketidaksepakatan itu muncullah saling
menyerang dan menyalahkan bahkan dengan
cara- cara yang kasar
Karena itulah, perlu pengkajian yang lebih
saksama apa sesungguhnya yang baik dan
benar, dan bagaimana hal itu terbangun dalam
diri kita menjadi karakter. Karakter menjadi
sangat penting bukan saja bagi individu dan
keluarganya, tetapi juga bagi masyarakat dan
bangsa. Bangsa yang kuat hanya mungkin,
bilamana karakter masyarakatnya juga kuat
termasuk pemimpinnya.
A. Menelusuri Pengertian Etika Secara
Umum
Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos dan ‘ethos
atau ta ethika
Kata ethos berarti kebiasaan atau adat dan tentu saja
yang sesuai kebiasaan dan adat dianggap baik.
Sedangkan ‘ethos dan ‘ethikos lebih berarti kesusilaan,
perasaan batin, atau kecenderungan hati yang menyertai
seseorang terdorong untuk melakukan suatu perbuatan
Secara Etimologi Etika yang artinya tempat kediaman
yang biasa dari seseorang , kebiasaan, kelaziman, adat
istiadat,tingkah laku, sikap
Kata etika muncul pertama kali dalam buku Etika
Nikomachea yang dikarang oleh Aristoteles, seorang
ahli filsafat Yunani. Buku tersebut memuat kaidah-
kaidah perbuatan manusia. Dari buku itu, kata etika
menjadi istilah teknis khusus untuk “ilmu pengetahuan
yang mempelajari/menyelidiki soal kaidah- kaidah
dalam rangka mengukur perilaku dan perbuatan
manusia.”
Untuk mendefinisikan apa itu etika, ada baiknya terlebih
dahulu dibedakan antara pertimbangan etis dan nonetis.
Bilamanakah suatu pertimbangan itu berkaitan atau tidak
berkaitan dengan etika.
Sebagai contoh pertimbangan dan keputusan seseorang
untuk memilih makan nasi goreng atau KFC didasarkan
pada pertimbangan etis? Bisa ya, bisa tidak.
Tidak merupakan pertimbangan etis bila tindakan itu
semata-mata didasarkan pada pertimbangan selera. Jadi,
seseorang yang memilih makan nasi goreng dan bukan
KFC tidak bisa kita adili, apakah dia itu baik atau jahat.
Bila pertimbangan untuk makan nasi goreng dan bukan
KFC didasarkan pada pertimbangan kesehatan, karena
menjaga kesehatan, tindakan itu adalah tindakan yang
dianggap bertanggungjawab.
Dengan contoh ini, jelaslah bahwa pertimbangan dan
keputusan etis adalah pertimbangan dan keputusan yang
terkait dengan masalah baik, benar atau
bertanggungjawab atau sebaliknya.
Pertimbangan nonetis adalah pertimbangan yang
didasarkan bukan pada pertimbangan baik, benar,
bertanggungjawab atau tidak, melainkan didasarkan
pada, misalnya: selera makan atau mode pakaian dan
sebagainya.
Hal ini berbeda dengan ungkapan “sikap/tindakan etis
dan tindakan yang tidak etis.” Keduanya adalah sikap
dan tindakan yang didasarkan pada pertimbangan etis.
Yang pertama bermakna bahwa sikap dan tindakannya
itu baik secara etis, sedangkan yang kedua adalah sikap
dan tindakannya itu tidak baik secara etis.
Apakah penilaian etis itu hanya sebatas perilaku yang
kelihatan? Bagaimana suatu tindakan yang
kelihatannya baik tetapi didorong oleh motivasi
menginginkan pujian atau motivasi tersembunyi yang
bersifat egoistis?
Masihkah kita menilai perilaku yang kelihatan itu suatu
hal yang baik jika akhirnya ketahuan bahwa
motivasinya hanya ingin mencari pujian atau
mempunyai kepentingan pribadi? Tentu saja tidak. Apa
yang dinilai baik, tidak sebatas terhadap perilaku yang
kelihatan saja melainkan juga motivasi yang mendorong
perilaku itu harus dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam kaitan ini, masih perlu dibedakan lagi antara
istilah baik dan benar sebab baik dan benar tidak selalu
berkonotasi etis. Misalnya dalam ungkapan bahwa “apel
ini masih baik” atau dalam ungkapan “2+2= 4 adalah
benar” keduanya tidak ada konotasi etis.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa penilaian dan
pertimbangan etis itu selalu berkaitan dengan penilaian
atau pertimbangan mengenai baik, benar,
bertanggungjawab atau sebaliknya, tentang perilaku
dan motivasi manusia.
Karena itu, sebagai ilmu, etika didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari nilai- nilai atau norma-norma
sebagai dasar untuk menilai perilaku dan motivasi
manusia itu dikatakan baik, benar, bertanggungjawab
atau sebaliknya.
B. Etika Kristen
Kata “Etika Kristen” berasal dari Bahasa Yunani “etos” yang
memiliki arti adat istiadat dan kebiasaan.
Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan Etika dalam
Kristen, antara lain:
uatu cabang ilmu yang membahas tata cara atau penyelesaian
masalah dari sudut pandang Kristen
Sebagai suatu ilmu yang membahas tentang moral manusia
secara kritis
Menurut Hukum Taurat, Etika dalam Kristen adalah segala
perbuatan yang dikehendaki oleh Allah untuk selalu melakukan
perbuatan baik
Tanggapan akan kasih setia Allah yang akan menyelamatkan
hidup manusia
1. Fungsi Etika Dalam Kristen
 Etika dalam Kristen ini sebagai penuntun arah tujuan hidup kita,
ternyata fungsi etika juga banyak membuat contoh yang besar
dalam kehidupan kita. Secara umum, etika dalam Kristen memiliki
10 fungsi yaitu:
 Untuk mengetahui atau membandingkan mana perilaku yang baik dan
perilaku yang buruk
 Menjadikan umat Kristiani hidup dalam kedamaian, kesejahteraan,
dan keharmonisan di dalam cinta kasih
 Etika memberikan gambaran atau orientasi hidup bagi umat Kristiani
 Etika membuat manusia dapat bertanggung jawab atas hidupnya. Baik
buruknya perbuatan yang dilakukan, hasilnya akan dirasakan sendiri
oleh orang yang bersangkutan
 Membuat manusia menjadi lebih baik dari yang sebelumnya
 Mengajak umat Kristiani untuk bersikap rasional saat mengambil
keputusan di tengah-tengah kehidupan Kristiani
 Etika dalam Kristen mempengaruhi umat Kristiani untuk
selalu menjunjung tinggi moralitas dalam kehidupan
beragama
 Menjadikan umat Kristiani lebih independen alias tidak
mudah diombang-ambingkan oleh bisikan bahasa Roh
 Menjadikan manusia lebih dekat dengan Sang Pencipta dan
taat pada aturan-Nya
 Etika Kristen membantu manusia untuk dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
Kristiani
Di dalam hidup, etika dalam Kristen bertugas untuk
menyelidiki, mengoreksi, mengontrol, dan mengarahkan
tentang mana yang harusnya dilakukan dan mana yang
tidak boleh dilakukan. Tolak ukur untuk melakukan
perbuatan baik bersumber pada titah Yesus Kristus, dimana
landasan untuk berbuat baik tertuang dalam Hukum Taurat.
Apa sajakah pandangan Kristen terhadap etika?
Etika dalam Kristen bersumber dari Allah Tritunggal.
Etika dalam Kristen didasarkan pada Wahyu Allah.
Sifatnya yang mutlak alias tidak dapat duganggu gugat oleh
manusia.
Bersifat menentukan jalan hidup umat Kristiani.
2. Ciri-ciri Etika Dalam Kristen

Etika dalam Kristen itu sendiri selalu berkaitan dengan


iman dan kepercayaan terhadap Tuhan sang pencipta.
Perwujudan etika mungkin terjadi jika kamu
memahami betul apa yang tertuang dalam Hukum
Taurat Tuhan. Dari fungsi etika Kristen yang telah
dibahas di atas, sudahkah kamu dapat menggambarkan
bagaimana ciri-ciri etika Kristen? Berikut adalah ciri
etika Kristen yang harus kamu ketahui:
1. Etika Dalam Kristen Didasarkan Pada
Iman
Iman adalah hal yang terpenting. Iman sendiri
bukanlah kekayaan intelektual atau pengetahuan yang
tidak dapat dibuktikan. Namun, iman adalah suatu
kepercayaan kepada Tuhan Yesus yang membuat
manusia lebih dekat dengan-Nya. Jika iman seseorang
kuat, maka etika Kristennya juga akan baik dan tidak
akan menyeleweng. Dengan iman, kita dapat
menjadi murid Kristus
2. Etika Dalam Kristen Didasarkan Pada
Tabiat
Tabiat merupakan sifat lahiriah yang menyangkut batin
manusia untuk memilah-milah mana yang baik dan
buruk. Tabiat ini sendiri tidak dapat disamakan dengan
watak. Karena watak dapat berubah, tergantung
lingkungan sosial seseorang dan bagaimana
peran Gereja dalam masyarakat. Namun tabiat lebih
kepada sifat asli seseorang yang dapat mempengaruhi
etika.
3. Etika Dalam Kristen Bersumber dari
Tuhan
Sudah jelas jika etika dalam Kristen bersumber dari
Tuhan. Hal ini terbukti dengan adanya aturan dalam
menjalankan kehidupan. Dimana etika itu sendiri harus
ditaati, jika tidak, sama saja kita telah menentang
Tuhan.
4. Etika Dalam Kristen Merupakan
Pilihan yang Sukar
Hidup menurut peraturan yang sudah ditetapkan itu
sangatlah sulit. Apalagi jika harus hidup menurut
karakter Kristus. Hal ini juga dirasakan oleh umat
Kristiani. Contoh kecilnya saat seseorang rela
berbohong kepada orang tua demi kebaikan dirinya
sendiri.
3. Macam-Macam Etika Dalam Kristen

Setelah kita membahas banyak tentang fungsi dan ciri-


ciri yah pasti yah juga etika dalam Kristen mempunyai
banyak macam-macam yah yang harus kita taati. Agar
dalam kehidupan nanti yah kita bisa sesuai dan sejalan
dalam prinsip dalam ajaran agama Kristen. Etika
dalam Kristen dikelompokkan menjadi 7 jenis, antara
lain:
 Etika Filosofis
 Kata filosofis berasal dari Bahasa Yunani “philos” yang berarti cinta.
Etika filosofis adalah pengelompokan perbuatan-perbuatan yang
menyangkut moralitas yang dipandang dari sudut filsafat. Hubungan
antara etika, moral, dan kemanusiaan akan dianalisa secara mendalam
melalui sebuah rasio perbuatan menurut hukum Kristiani.
 Etika Teologis
 Kata teologis berasal dari “teologi” yang berarti agama. Jadi, etika
teologis merupakan suatu etika yang dibahas sesuai dengan ajaran
dalam Kristen. Etika ini akan terwujud ketika seseorang mengetahui
tujuan hidup orang Kristen. Tanpa adanya ajaran tersebut, etika
teologis tidak pernah terwujud. Etika teologis ini akan memandang
perbuatan sebagai suatu tindakan yang berhubungan dengan:
Perbuatan yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Tuhan
Perbuatan tersebut harus diwujudkan dalam tindakan nyata dalam cinta
kasih
Suatu bentuk penyerahan diri manusia kepada Tuhan, Sang Pencipta
Etika Sosiologis
Etika yang satu ini lebih fokus pada keselamatan dan
kesejahteraan hidup manusia. Secara luas, etika sosiologis ini
akan membahas hubungan seseorang dengan masyarakat
dalam menjalankan hidupnya. (baca juga:
Sejarah Penulisan Alkitab)
Etika Deskriptif
Berfokus pada penilaian terhadap sikap manusia dalam
mencapai apa yang diinginkannya dalam hidup. Pada etika
ini, pola perilaku manusia akan kelihatan saat orang tersebut
berusaha menggapai keinginan namun situasi di sekitar tidak
mendukung. Secara singkat, etika ini berkaitan dengan
penghayatan serta
pandangan Iman Kristen terhadap gaya hidup modern.
Etika Normatif
Merupakan usaha untuk menetapkan hasil yang ideal antara
pola dengan perilaku umat Kristiani dalam bertindak di
dalam kehidupan bermasyarakat. Etika ini berupa himbauan
yang nantinya akan mengikat tata kehidupan umat
Kristiani. Etika normatif ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Etika khusus: mengatur kehidupan umat Kristiani secara
khusus, hanya pada bidang-bidang tertentu saja
Etika umum: mengatur kehidupan yang bersifat universal
tanpa membedakan suku, budaya, kelas sosial, dan situasi
pada kelompok tertentu
Etika Deontologis
Merupakan etika yang berlaku secra mutlak di dalam
kehidupan. Etika ini harus dijalankan, tanpa memperhatikan
kondisi dan situasi yang terjadi. Dampak dari etika ini tidak
memperhitungkan keuntungan, namun lebih kepada
terciptanya perbuatan baik dalam kehidupan masyarakat.

Etika Teleologis
Etika teleologis ini menjadi tolak ukur tentang baik buruknya
suatu perbuatan. Agar perbuatan baik dapat terwujud,
seseorang perlu mempertimbangkan suatu tindakan sebelum
melakukannya. Dalam etika ini, perbuatan yang memiliki
tujuan yang baik akan selalu dinilai baik.
Pengertian Moral Menurut Para Ahli
dan secara umum
 Apa yang dimaksud dengan moral? Secara umum pengertian
moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap
individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin
rasa hormat dan menghormati antar sesama.
 Pendapat lain mengatakan arti moral adalah sesuatu yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak, budi
pekerti, dan mental, yang membentuk karakter dalam diri
seseorang sehingga dapat menilai dengan benar apa yang baik dan
buruk.
 Moral adalah produk yang dihasilkan oleh budaya dan agama yang
mengatur cara berinteraksi (perbuatan, perilaku, dan ucapan) antar
sesama manusia. Dengan kata lain, istilah moral merujuk pada
tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai
dengan norma yang ada di suatu masyarakat.
Pengertian Moral Secara Etimologi
Moral berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak:
mores) yang berarti kebiasaan, adat. Kata “mos”
(mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos
dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia,
kata moral diterjemahkan dengan “aturan kesusilaan”
ataupun suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan sebuah batas-batas dari sifat peran lain,
kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik
maupun buruk.
Pengertian Moral Menurut KBBI
Pengertian moral menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) bisa diartikan sebagai berikut,
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi
pekerti; susila:
kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati
atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam
perbuatan:
ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
a. Pengertian Moral Menurut Para Ahli
Agar lebih memahami apa itu moral, maka kita dapat
merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
1. Maria Assumpta
Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan
aturan (rule) mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia
(human behavior) sebagai manusia.
2. Russel Swanburg
Menurut Russel Swanburg, arti moral adalah suatu
pernyataan dari pemikiran yang berhubungan dengan
keantusiasan seseorang dalam bekerja dimana hal itu dapat
merangsang perilaku seseorang tersebut.
3. Elizabeth B. Hurlock
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah
suatu kebiasaan, tata cara, dan adat dari suatu peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya dalam masyarkat.
4. Sonny Keraf
Menurut Sonny Keraf, moral adalah sesuatu yang dapat
dipakai sebagai dasar untuk menentukan tindakan
seseorang yang dianggap baik atau buruk di dalam suatu
masyarakat.
b. Tujuan dan Fungsi Moral
Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk
mewujudkan harkat dan martabat kepribadian manusia
melalui pengamalan nilai-nilai dan norma. Adapun
beberapa tujuan dan fungsi moral adalah sebagai
berikut:
Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi
seseorang dan kemanusiaan.
Untuk memotivasi manusia agar bersikap dan bertindak
dengan penuh kebaikan dan kebajikan yang didasari atas
kesadaran kewajiban yang dilandasi moral.
 Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antar
manusia, karena moral menjadi landasan rasa percaya
terhadap sesama.
 Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani
karena menunaikan fungsi moral sehingga tidak ada rasa
menyesal, konflik batin, dan perasaan berdosa atau kecewa.
 Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada
manusia, baik sanksi sosial maupun konsekuensi dalam
kehidupan sehingga manusia akan penuh pertimbangan
sebelum bertindak.
 Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan
kesabaran dalam bertahan dalam setiap dorongan naluri
dan keingingan/ nafsu yang mengancam harkat dan
martabat pribadi.
Moral dalam pandangan Iman Kristen
 Seperti yang telah dibahas tadi, dalam setiap agama pasti manusia
diajarkan bagaimana menggunakan moral dalam kehidupannya.
Dalam agama Kristen, moral kita di tempa dengan berbagai firman
dan hukum yang sudah di tuliskan didalam firman Tuhan.
 Dengan firmannya Tuhan mengajarkan tentang bagaimana jalan hidup
yang benar dan bagaimana cara mendapatkan jalan keselamatan.
Dengan bermoral dan memiliki moral yang baik kita akan mejalankan
setiap hukum Tuhan yang ada dengan penuh rasa tanggung jawab, dan
itu menjadi salah satu jalan mendapatkan keselamatan.
 Oleh iman kepada Tuhan dan mengarahkan hati serta pandangan kita
kepada Tuhan kita dengan sendirinya akan membangun moral yang
baik didalam hidup kita. Akan tetapi cobaan akan selalu menghampiri
setiap manusia, untuk mencobai iman kita. Secara tidak langsung
setiap cobaan yang ada selain menguji iman kita hal tersebutpun akan
mencobai pertumbuhan moral kita.
Dalam firmannya, Tuhan selalu mengajarkan tentang
bagaimana agar kita tetap memiliki moral yang baik.
Salah satunya dengan menjalankan 10 hukum Tuhan.
Pada hukum yang ke-5 samapai dengan yang ke-10
Tuhan menekankan agar kita menjaga moral kita dari
cobaan seperti yang ada tertulis :
Hormatilah Ayah dan Ibumu.
Jangan membunuh.
Jangan berzinah.
Jangan mencuri
 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang
sesamamu
Dari beberapa Hukum Tuhan tadi dapat kita jabarkan dan kita
pelajari bersama bagaimana dan dengan apakah kita dapat
menjaga dan tetap memiliki moral yang baik. Dan dengan
hal ini kita dapat mengetahui sejauh mana moral kita berada
dan sebaik apakah moral kita, Yaitu dengan tetap bercermin
pada hukum dan firman yang sudah Tuhan berikan bagi kita
melalui para nabi yang dipercayai-Nya
Dengan menjaga moral, seseorang akan berjalan pada
kehendak dan maksud Tuhan. Dan oleh moral yang baik
seseorang baik itu anak muda, orang tua, bahkan anak-anak
akan membuka pintu keselamatan yang Tuhan berikan.
Dengan kata lain moral yang baik menyelamtakan jiwa
seseorang. Baiknya kita menjalankan setiap hukum yang
sudah Tuhan buat demi menjamin moral serta menjaga moral
kita tetap baik di mata sesame kita terutama di mata Tuhan.
H

Anda mungkin juga menyukai