Bab III
Pembicaraan tentang manusia adalah hal yang sangat
pokok dan sentral dalam kekristenan karena manusia ada
di pusat kehidupan beragama dan pengambilan keputusan
etis.
Pembahasan tentang manusia dari perspektif Kristen
dapat menolong kita untuk memahami berbagai aspek
dalam kehidupan beragama, bermasyarakat maupun
dalam pengembangan ilmu dan teknologi modern,
termasuk berbagai permasalahan yang muncul dalam
kehidupan manusia.
Pertama-tama harus diakui bahwa pertanyaan
“siapakah manusia?” dalam arti apa hakikatnya
“menantang setiap masa atau abad.” Berbagai pihak
apakah dia filsuf, teolog, biolog, maupun sosiolog
telah mencoba menjawab pertanyaan itu dan masing-
masing memberikan jawaban yang berbeda.
Hal itu itu sah-sah saja, karena memang setiap pihak
berusaha memberi jawaban dari perspektifnya masing-
masing. Pada dasarnya jawaban terhadap pertanyaan
siapakah manusia akan membawa dampak atau
konsekuensi serius bagi berbagai aspek penting
terutama yang berkaitan dengan sikap dan perlakuan
kita terhadap sesama maupun diri sendiri.
Misalnya, bila manusia dianggap sebagai “makhluk ekonomis”
yang menghasilkan barang dan jasa, nilai manusia tergantung
pada produktivitasnya.
Begitu pula, bila manusia diangap sebagai makhluk biologis,
perhatian utamanya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang bersifat biologis dan kebutuhan-kebutuhan
lain dianggap tidak ada atau tidak penting.
Agama Kristen pun melalui para teolognya sepanjang abad
telah juga memberikan jawaban terhadap pertanyaan tentang
hakikat manusia. Ini tidak berarti bahwa pandangan para
teolog Kristen bersifat seragam atau monolitik. Ada
perbedaan-perbedaan misalnya saja tentang arti sesungguhnya
dari ungkapan Alkitab, bahwa manusia diciptakan menurut
gambar Allah (imago Dei).
A. Menulusuri pemikiran-pemikiran
Modern tentang Manusia
Sebelum kita membahas beberapa aspek penting dari
hakikat manusia berdasarkan kesaksian Alkitab, ada
baiknya kita melihat beberapa pernyataan modern
tentang siapakah manusia itu
McDonald dalam bukunya The Christian View of Man
menyebutkan beberapa pemikiran modern yang
penting yang relevan dengan pengkajian kita
(McDonald 1981, 115). Berbagai pandangan yang
relevan adalah sebagai berikut:
1. Manusia Komunis
Filsafat sosial dan politis komunis bersumber dari teori antropologis Karl
Marx (1818-1883). Pemahamannya mengenai hakikat manusia,
menempatkan manusia pada pusat kepentingannya, dan karena itu
berpendapat bahwa karena manusia adalah ciptaan dirinya sendiri, hanya
manusia yang dapat menjawab kepada dirinya sendiri, dan mampu dengan
upaya sendiri menemukan tujuannya dengan kebebasan yang absolut
Marx juga menerima pendapat Ludwig Feuerbach bahwa “Allah orang
Kristen hanya suatu refleksi fantastis, suatu gambaran dalam cermin dari
dirinya sendiri.” Karena itu Marx percaya bahwa Allah adalah khayalan
atau pemenuhan kebutuhan manusia
Hanya dengan membersihkan diri sendiri dari pengertian suatu hubungan
dengan Allah, manusia mampu mengaktualisasikan dan menjadi diri yang
sesungguhnya. Silakan Anda mengamati dan menilai pandangan Marx
yang menyatakan manusia adalah ciptaan dirinya sendiri.
Ada tiga ciri dari antropologi Marxist.
Pertama, manusia sebagai suatu produk alami (natural):
karena tiada Tuhan, ditolak juga pendapat bahwa manusia
adalah ciptaan yang khusus. Alternatif cerita asal kehidupan
manusia ialah hipotesis Darwin mengenai evolusi. Satu-
satunya fakta adalah dunia materiil yang dipersepsi oleh
indra. Karena itu, pikiran adalah hasil produksi dari hal-hal
kebendaan, dan karenanya manusia adalah “a lump of
thinking matter” yang artinya bahwa manusia sekadar
bongkahan bahan yang berpikir. Secara esensial manusia
adalah satu dengan alam. Dalam proses evolusi, manusia tiba
pada titik saat ia membedakan dirinya dari dunia binatang
karena manusia memiliki kemampuan membuat peralatan dan
menggunakannya sebagai organ tambahan untuk menguasai
alam.
Kedua, manusia sebagai ciptaannya sendiri yang bekerja. Dalam
istilah Marx, manusia adalah “homo faber” (pembuat). Hakikatnya
adalah untuk bekerja dan menjadi pencipta. Manusia berkembang
ketika ia mengubah tatanan alam dalam kerjasama yang harmonis
dengan spesies-spesies lainnya. Jadi bagi Marx, kerja dianggap
otonomi. Manusia adalah pekerja, dan karena itu, nilai manusia juga
tergantung pada produktivitasnya. Silakan Anda mengamati dan
menilai pandangan Marx yang menyatakan bahwa manusia adalah
“homo faber”!
Ketiga, manusia sebagai unit yang teralienasi. Ide alienasi adalah tema
yang terulang sejak Hegel dan filsafat pasca Hegelian, dan juga
mempunyai tempat yang sentral dalam antropologi masa kini. Bagi
Marx, alienasi adalah kategori kunci, dan ia menjelaskan hal itu dalam
istilah sosio-ekonomis. Yang menyebabkan manusia teralienasi adalah
sistem hubungan dan nilai-nilai kapitalis. Manusia menderita berbagai
macam alienasi: dari hasil produksinya sendiri, dirinya sendiri, dan
dari sesamanya. Yang paling tragis adalah alienasi dengan diri sendiri,
yang membuat manusia menjadi tak manusiawi secara total.
2. Manusia Humanis
Manusia
Rasional/Ber
Imagodei Sosial Etis
budaya
Dalam hal ini Marx konsisten, karena ia menolak
keberadaan Allah Pencipta, ia juga menolak mencari
makna dan hakikat manusia di luar diri manusia itu sendiri.
Sebagaimana disampaikan pembahasan tentang penciptaan
alam semesta dan segala isinya, Alkitab menolak teori
evolusi sebagai teori asal usul, termasuk asal usul manusia,
yang sejak awal manusia berbeda secara hakiki dengan
ciptaan Tuhan yang lain. Manusia tidak berasal dari kera!
Manusia bagaimanapun tetap ciptaan dan tak bisa
menyamai penciptanya meskipun dengan daya rasionalitas
yang luar biasa apapun. Yang diciptakan tidak akan
menyamai pencipta, yang mencipta dari yang tidak ada
menjadi ada (creatio ex nihilo).
2. Manusia diciptakan menurut Gambar Allah (Imago Dei)
Dorongan untuk
Membutuhkan
Manusia
Bab IV
Hukum Menurut Agama Kristen
Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai
peraturan –peraturan dan hukum yang berlaku, begitu juga
dengan Negara Indonesia.
Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang mempunyai
peraturan –peraturan hukum yang bersifat memaksa seluruh
masyarakat atau rakyat Indonesia harus patuh terhadap
peraturan – peraturan atau kebijakan –kebijakan hukum di
Indonesia.
Negara pun membentuk badan penegak hukum guna
mempermudah dalam mewujudkan negara yang adil dan
makmur. Tetapi tidak dapat dipungkiri masih banyak
kesalahan dalam menegakan hukum di Negara kita. Dan
masih banyak juga ketidakadilan dalam pelaksanaan hukum
yang berlaku.
Tetapi itu bukanlah salah dalam perumusan hukum, melainkan
salah satu keteledoran badan – badan pelaksa hukum di Indonesia.
Akibat dari keteledoran tersebut banyak sekali
pelangaran – pelangaran hukum, dan pelangar – pelangar hukum
yang seharusnya di adili dan dikenakan sangsi yang
seharusnya, malah dibiarkan begitu saja. Dan hal ini sangat
berdampak buruk bagi masa depan Negara ini. Oleh karena itu kita
akan membahas apa dan bagaimana penegakan hukum yang
adil. Dan bagaimana upaya – upaya penegakan hukum di Negara
kita ini.
Adapun pelaksanaan hukum juga harus bersumber dari Allah
sebab Allahlah yang menjadi sumber daripada hukum itu sendiri,
maka hukum tersebut akan menjadi sumber kesejahteraan bagi
kehidupan manusia. Setiap umat manusia harus menjunjung tinggi
hukum dan menaatinya dengan baik agar setiap manusia dapat
mendapatkan keadilan.
CIRI-CIRI HUKUM
Hukum memiliki ciri-ciri yang bersifat khusus, yaitu:
1. Hukum adalah aturan perbuatan-perbuatan manusia
Menurut Plato, undang-undang yang tertulis harus dibuat supaya
ada yang memerintah antara warga negara dan untuk membuat
mereka menjadi penduduk yang baik dan saleh, sehingga dengan
cara yang demikian ketertiban akan terjamin.
Kemudian pada abad pertengahan, Thomas Aquino
mengembangkannya lebih jauh bahwa tertib alam masih selalu
dianggap sebagai norma untuk kehidupan manusia, namun
motifnya berubah. Alam tidak lagi dianggap suci atau sacral, tetapi
dipandang sebagai ciptaan Allah. Dengan mematuhi ketertiban
alam, maka orang akan tunduk kepada kehendak Allah. Dengan
demikian, manusia melakukan kebajikan keadilan. Kalau manusia
melanggar kehendak Allah, maka akan mendapatkan hukuman
karena keadilan Allah.
CIRI-CIRI HUKUM
Kemudian pada abad XIX, pendapat tersebut dilepas
sebagai konsekwensi dari kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan. Hukum ditentukan oleh sejarah. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa tatanan hukum adalah
hukum positif yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pemerintah adalah sumber hukum. Sistem hukum tidak
diberikan kepada kita, melainkan diserahkan untuk kita
kerjakan.
2. Hukum itu bukan hanya dalam keputusan, melainkan juga dalam
realisasi.
Menurut Prof. Padmo Wahyono, hukum yang berlaku bagi suatu
negara mencerminkan perpaduan antara sikap dan pendapat
pimpinan dalam sebuah pemerintahan Negara, dan keinginan
masyarakat luas mengenai hukum tersebut, bagaimana cara
masyarakat luas memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip
negara berdasarkan hukum, tidak dapat di lepaskan dari tingkat
pengetahuannya mengenai hukum atau pendidikan hukumnya.
Hukum akan sungguh-sungguh merupakan hukum apabila apa yang
benar-benar oleh kita sebagai anggota masyarakat dikehendaki
kemudian diterima, apabila anggota masyarakat dapat betul-betul
berfikir seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang dan
terutama juga hal itu telah benar-benar menjadi sebuah realitas
hidup dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat.
3. Hukum itu mewajibkan
Menurut golongan Neopotisme, hukum itu betul-betul telah
menjadi hukum karena kewajiban instansi yang kompeten.
Hans Kelsen berpendapat bahwa kewajiban yudiris merupakan
sebuah kategori yang lepas dari realitas social. Hukum positif
mengandaikan kemungkinan paksaan, hukum bertitik tolak dari
ide bahwa ada orang-orang yang tidak taat terhadap perintah
yang diberikan kepada mereka secara sah.
Hal itu mengandung makna bahwa hukum itu dilakukan dengan
pertolongan paksaan yaitu paksaan yang diatur dalam Negara
untuk dilakukan dalam kehidupan. Apabila hukum telah
terbentuk sesuai dengan undang-undang dasar, maka setiap
warga Negara berkewajiban untuk menaatinya agar tercapai
kebaikan bersama dan pemerintah adalah menjadi orang yang
paling bertanggungjawab dalam mengawasinya.
Berdasarkan pada uraian-uraian diatas, maka dapat dikatakan
bahwa hukum adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban
manusia. Manusia yang hidup menutut hukum adalah manusia
yang menyadari apa yang menjadi hak dan kewajibannya didalam
kehidupannya. Taat akan hukum Allah adalah merupakan bagian
dari adanya kesadaran terhadap realitas kehidupan, karena hukum
bertujuan untuk:
a. Melindungi seluruh manusia dari segala macam kepentingan yang
telah dirumuskan dalam bentuk kaidah dan norma yang berlaku,
b. Memajukan kesejahteraan umum. Kersejahteraan umum akan
tercapai apabila hukum telah terlaksana dengan baik dan benar,
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepatuhan terhadap hukum
akan melahirkan peluang bagi setiap orang untuk memperoleh
kesempatan mencerdaskan kehidupan.
d. Menertibkan kehidupan. Kehidupan tanpa ketertiban maka
kehidupan akan menjadi kacau.
HUKUM DALAM PANDANGAN KRISTEN
BAB V
Setiap hari dan setiap saat dalam kehidupan
yang sadar, kita selalu dihadapkan dengan
berbagai pilihan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Tentu saja pilihan-pilihan
tersebut terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti:
makan apa,
pakai apa,
belajar apa,
pergi ke mana dan sebagainya
Dari berbagai pilihan tersebut, tidak semua pilihan
berkaitan dengan masalah etika, tetapi bisa jadi
berkaitan dengan selera, kesukaan dan atau yang lain.
Tidak dapat disangkal bahwa banyak sekali pilihan
yang kita hadapi adalah pilihan- pilihan dalam bidang
etika yakni berkaitan dengan :
apa yang baik,
Apa yg benar,
Bertanggung jawab
atau sebaliknya.
Pilihan dan keputusan etis tentu saja sangat
penting dalam kehidupan manusia
karena bukan hanya berkaitan dengan kepentingan
diri sendiri, melainkan juga berkaitan dengan
kepentingan orang banyak dan bahkan berkaitan
dengan kelestarian alam lingkungan hidup.
Apalagi bagi mereka yang mempunyai jabatan
publik, keputusan dan kebijakannya sangat
menentukan kehidupan banyak orang, dan
karenanya tuntutan dan pertimbangan etis sangat
penting.
Pejabat publik yang amanah selalu membuat kebijakan pembangunan yang
ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat karena dana
pembangunan diperoleh dari rakyat melalui pajak (Sumber: finance.detik.com)
Seorang ahli etika yang bernama David W. Gill
mengatakan bahwa kini kita hidup dalam suatu
masa yang sulit ketika orang tidak sepakat
mengenai apa yang baik dan buruk, bukan saja di
kalangan akademisi, filsuf, tetapi juga pada akar
rumput.
Dalam ketidaksepakatan itu muncullah saling
menyerang dan menyalahkan bahkan dengan
cara- cara yang kasar
Karena itulah, perlu pengkajian yang lebih
saksama apa sesungguhnya yang baik dan
benar, dan bagaimana hal itu terbangun dalam
diri kita menjadi karakter. Karakter menjadi
sangat penting bukan saja bagi individu dan
keluarganya, tetapi juga bagi masyarakat dan
bangsa. Bangsa yang kuat hanya mungkin,
bilamana karakter masyarakatnya juga kuat
termasuk pemimpinnya.
A. Menelusuri Pengertian Etika Secara
Umum
Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos dan ‘ethos
atau ta ethika
Kata ethos berarti kebiasaan atau adat dan tentu saja
yang sesuai kebiasaan dan adat dianggap baik.
Sedangkan ‘ethos dan ‘ethikos lebih berarti kesusilaan,
perasaan batin, atau kecenderungan hati yang menyertai
seseorang terdorong untuk melakukan suatu perbuatan
Secara Etimologi Etika yang artinya tempat kediaman
yang biasa dari seseorang , kebiasaan, kelaziman, adat
istiadat,tingkah laku, sikap
Kata etika muncul pertama kali dalam buku Etika
Nikomachea yang dikarang oleh Aristoteles, seorang
ahli filsafat Yunani. Buku tersebut memuat kaidah-
kaidah perbuatan manusia. Dari buku itu, kata etika
menjadi istilah teknis khusus untuk “ilmu pengetahuan
yang mempelajari/menyelidiki soal kaidah- kaidah
dalam rangka mengukur perilaku dan perbuatan
manusia.”
Untuk mendefinisikan apa itu etika, ada baiknya terlebih
dahulu dibedakan antara pertimbangan etis dan nonetis.
Bilamanakah suatu pertimbangan itu berkaitan atau tidak
berkaitan dengan etika.
Sebagai contoh pertimbangan dan keputusan seseorang
untuk memilih makan nasi goreng atau KFC didasarkan
pada pertimbangan etis? Bisa ya, bisa tidak.
Tidak merupakan pertimbangan etis bila tindakan itu
semata-mata didasarkan pada pertimbangan selera. Jadi,
seseorang yang memilih makan nasi goreng dan bukan
KFC tidak bisa kita adili, apakah dia itu baik atau jahat.
Bila pertimbangan untuk makan nasi goreng dan bukan
KFC didasarkan pada pertimbangan kesehatan, karena
menjaga kesehatan, tindakan itu adalah tindakan yang
dianggap bertanggungjawab.
Dengan contoh ini, jelaslah bahwa pertimbangan dan
keputusan etis adalah pertimbangan dan keputusan yang
terkait dengan masalah baik, benar atau
bertanggungjawab atau sebaliknya.
Pertimbangan nonetis adalah pertimbangan yang
didasarkan bukan pada pertimbangan baik, benar,
bertanggungjawab atau tidak, melainkan didasarkan
pada, misalnya: selera makan atau mode pakaian dan
sebagainya.
Hal ini berbeda dengan ungkapan “sikap/tindakan etis
dan tindakan yang tidak etis.” Keduanya adalah sikap
dan tindakan yang didasarkan pada pertimbangan etis.
Yang pertama bermakna bahwa sikap dan tindakannya
itu baik secara etis, sedangkan yang kedua adalah sikap
dan tindakannya itu tidak baik secara etis.
Apakah penilaian etis itu hanya sebatas perilaku yang
kelihatan? Bagaimana suatu tindakan yang
kelihatannya baik tetapi didorong oleh motivasi
menginginkan pujian atau motivasi tersembunyi yang
bersifat egoistis?
Masihkah kita menilai perilaku yang kelihatan itu suatu
hal yang baik jika akhirnya ketahuan bahwa
motivasinya hanya ingin mencari pujian atau
mempunyai kepentingan pribadi? Tentu saja tidak. Apa
yang dinilai baik, tidak sebatas terhadap perilaku yang
kelihatan saja melainkan juga motivasi yang mendorong
perilaku itu harus dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam kaitan ini, masih perlu dibedakan lagi antara
istilah baik dan benar sebab baik dan benar tidak selalu
berkonotasi etis. Misalnya dalam ungkapan bahwa “apel
ini masih baik” atau dalam ungkapan “2+2= 4 adalah
benar” keduanya tidak ada konotasi etis.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa penilaian dan
pertimbangan etis itu selalu berkaitan dengan penilaian
atau pertimbangan mengenai baik, benar,
bertanggungjawab atau sebaliknya, tentang perilaku
dan motivasi manusia.
Karena itu, sebagai ilmu, etika didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari nilai- nilai atau norma-norma
sebagai dasar untuk menilai perilaku dan motivasi
manusia itu dikatakan baik, benar, bertanggungjawab
atau sebaliknya.
B. Etika Kristen
Kata “Etika Kristen” berasal dari Bahasa Yunani “etos” yang
memiliki arti adat istiadat dan kebiasaan.
Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan Etika dalam
Kristen, antara lain:
uatu cabang ilmu yang membahas tata cara atau penyelesaian
masalah dari sudut pandang Kristen
Sebagai suatu ilmu yang membahas tentang moral manusia
secara kritis
Menurut Hukum Taurat, Etika dalam Kristen adalah segala
perbuatan yang dikehendaki oleh Allah untuk selalu melakukan
perbuatan baik
Tanggapan akan kasih setia Allah yang akan menyelamatkan
hidup manusia
1. Fungsi Etika Dalam Kristen
Etika dalam Kristen ini sebagai penuntun arah tujuan hidup kita,
ternyata fungsi etika juga banyak membuat contoh yang besar
dalam kehidupan kita. Secara umum, etika dalam Kristen memiliki
10 fungsi yaitu:
Untuk mengetahui atau membandingkan mana perilaku yang baik dan
perilaku yang buruk
Menjadikan umat Kristiani hidup dalam kedamaian, kesejahteraan,
dan keharmonisan di dalam cinta kasih
Etika memberikan gambaran atau orientasi hidup bagi umat Kristiani
Etika membuat manusia dapat bertanggung jawab atas hidupnya. Baik
buruknya perbuatan yang dilakukan, hasilnya akan dirasakan sendiri
oleh orang yang bersangkutan
Membuat manusia menjadi lebih baik dari yang sebelumnya
Mengajak umat Kristiani untuk bersikap rasional saat mengambil
keputusan di tengah-tengah kehidupan Kristiani
Etika dalam Kristen mempengaruhi umat Kristiani untuk
selalu menjunjung tinggi moralitas dalam kehidupan
beragama
Menjadikan umat Kristiani lebih independen alias tidak
mudah diombang-ambingkan oleh bisikan bahasa Roh
Menjadikan manusia lebih dekat dengan Sang Pencipta dan
taat pada aturan-Nya
Etika Kristen membantu manusia untuk dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
Kristiani
Di dalam hidup, etika dalam Kristen bertugas untuk
menyelidiki, mengoreksi, mengontrol, dan mengarahkan
tentang mana yang harusnya dilakukan dan mana yang
tidak boleh dilakukan. Tolak ukur untuk melakukan
perbuatan baik bersumber pada titah Yesus Kristus, dimana
landasan untuk berbuat baik tertuang dalam Hukum Taurat.
Apa sajakah pandangan Kristen terhadap etika?
Etika dalam Kristen bersumber dari Allah Tritunggal.
Etika dalam Kristen didasarkan pada Wahyu Allah.
Sifatnya yang mutlak alias tidak dapat duganggu gugat oleh
manusia.
Bersifat menentukan jalan hidup umat Kristiani.
2. Ciri-ciri Etika Dalam Kristen
Etika Teleologis
Etika teleologis ini menjadi tolak ukur tentang baik buruknya
suatu perbuatan. Agar perbuatan baik dapat terwujud,
seseorang perlu mempertimbangkan suatu tindakan sebelum
melakukannya. Dalam etika ini, perbuatan yang memiliki
tujuan yang baik akan selalu dinilai baik.
Pengertian Moral Menurut Para Ahli
dan secara umum
Apa yang dimaksud dengan moral? Secara umum pengertian
moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap
individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin
rasa hormat dan menghormati antar sesama.
Pendapat lain mengatakan arti moral adalah sesuatu yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak, budi
pekerti, dan mental, yang membentuk karakter dalam diri
seseorang sehingga dapat menilai dengan benar apa yang baik dan
buruk.
Moral adalah produk yang dihasilkan oleh budaya dan agama yang
mengatur cara berinteraksi (perbuatan, perilaku, dan ucapan) antar
sesama manusia. Dengan kata lain, istilah moral merujuk pada
tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai
dengan norma yang ada di suatu masyarakat.
Pengertian Moral Secara Etimologi
Moral berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak:
mores) yang berarti kebiasaan, adat. Kata “mos”
(mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos
dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia,
kata moral diterjemahkan dengan “aturan kesusilaan”
ataupun suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan sebuah batas-batas dari sifat peran lain,
kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik
maupun buruk.
Pengertian Moral Menurut KBBI
Pengertian moral menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) bisa diartikan sebagai berikut,
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi
pekerti; susila:
kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati
atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam
perbuatan:
ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
a. Pengertian Moral Menurut Para Ahli
Agar lebih memahami apa itu moral, maka kita dapat
merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
1. Maria Assumpta
Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan
aturan (rule) mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia
(human behavior) sebagai manusia.
2. Russel Swanburg
Menurut Russel Swanburg, arti moral adalah suatu
pernyataan dari pemikiran yang berhubungan dengan
keantusiasan seseorang dalam bekerja dimana hal itu dapat
merangsang perilaku seseorang tersebut.
3. Elizabeth B. Hurlock
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah
suatu kebiasaan, tata cara, dan adat dari suatu peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya dalam masyarkat.
4. Sonny Keraf
Menurut Sonny Keraf, moral adalah sesuatu yang dapat
dipakai sebagai dasar untuk menentukan tindakan
seseorang yang dianggap baik atau buruk di dalam suatu
masyarakat.
b. Tujuan dan Fungsi Moral
Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk
mewujudkan harkat dan martabat kepribadian manusia
melalui pengamalan nilai-nilai dan norma. Adapun
beberapa tujuan dan fungsi moral adalah sebagai
berikut:
Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi
seseorang dan kemanusiaan.
Untuk memotivasi manusia agar bersikap dan bertindak
dengan penuh kebaikan dan kebajikan yang didasari atas
kesadaran kewajiban yang dilandasi moral.
Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antar
manusia, karena moral menjadi landasan rasa percaya
terhadap sesama.
Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani
karena menunaikan fungsi moral sehingga tidak ada rasa
menyesal, konflik batin, dan perasaan berdosa atau kecewa.
Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada
manusia, baik sanksi sosial maupun konsekuensi dalam
kehidupan sehingga manusia akan penuh pertimbangan
sebelum bertindak.
Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan
kesabaran dalam bertahan dalam setiap dorongan naluri
dan keingingan/ nafsu yang mengancam harkat dan
martabat pribadi.
Moral dalam pandangan Iman Kristen
Seperti yang telah dibahas tadi, dalam setiap agama pasti manusia
diajarkan bagaimana menggunakan moral dalam kehidupannya.
Dalam agama Kristen, moral kita di tempa dengan berbagai firman
dan hukum yang sudah di tuliskan didalam firman Tuhan.
Dengan firmannya Tuhan mengajarkan tentang bagaimana jalan hidup
yang benar dan bagaimana cara mendapatkan jalan keselamatan.
Dengan bermoral dan memiliki moral yang baik kita akan mejalankan
setiap hukum Tuhan yang ada dengan penuh rasa tanggung jawab, dan
itu menjadi salah satu jalan mendapatkan keselamatan.
Oleh iman kepada Tuhan dan mengarahkan hati serta pandangan kita
kepada Tuhan kita dengan sendirinya akan membangun moral yang
baik didalam hidup kita. Akan tetapi cobaan akan selalu menghampiri
setiap manusia, untuk mencobai iman kita. Secara tidak langsung
setiap cobaan yang ada selain menguji iman kita hal tersebutpun akan
mencobai pertumbuhan moral kita.
Dalam firmannya, Tuhan selalu mengajarkan tentang
bagaimana agar kita tetap memiliki moral yang baik.
Salah satunya dengan menjalankan 10 hukum Tuhan.
Pada hukum yang ke-5 samapai dengan yang ke-10
Tuhan menekankan agar kita menjaga moral kita dari
cobaan seperti yang ada tertulis :
Hormatilah Ayah dan Ibumu.
Jangan membunuh.
Jangan berzinah.
Jangan mencuri
Jangan mengucapkan saksi dusta tentang
sesamamu
Dari beberapa Hukum Tuhan tadi dapat kita jabarkan dan kita
pelajari bersama bagaimana dan dengan apakah kita dapat
menjaga dan tetap memiliki moral yang baik. Dan dengan
hal ini kita dapat mengetahui sejauh mana moral kita berada
dan sebaik apakah moral kita, Yaitu dengan tetap bercermin
pada hukum dan firman yang sudah Tuhan berikan bagi kita
melalui para nabi yang dipercayai-Nya
Dengan menjaga moral, seseorang akan berjalan pada
kehendak dan maksud Tuhan. Dan oleh moral yang baik
seseorang baik itu anak muda, orang tua, bahkan anak-anak
akan membuka pintu keselamatan yang Tuhan berikan.
Dengan kata lain moral yang baik menyelamtakan jiwa
seseorang. Baiknya kita menjalankan setiap hukum yang
sudah Tuhan buat demi menjamin moral serta menjaga moral
kita tetap baik di mata sesame kita terutama di mata Tuhan.
H