Anda di halaman 1dari 6

PAK Materi Bab 3

MANUSIA MENURUT AJARAN KRISTEN

Pembicaraan tentang manusia adalah hal yang sangat pokok dan sentral
dalam kekristenan karena manusia ada di pusat kehidupan beragama dan
pengambilan keputusan etis. Siapakah mausia itu? Pada dasarnya jawaban
terhadap pertanyaan ini akan membawa dampak dan konsekwensi serius bagi
berbagai aspek terutama yang berkaitan dengan sikap dan perlakuan kita bagi
sesame manusia maupun diri sendiri. Misalnya, bila manusia dianggap
sebagai ‘Makhluk ekonomis’ yang menghasilkan barang dan jasa, nilai
manusia tergantung pada produktifitasnya.

A. Menulusuri Pemikiran-Pemikiran Modern tentang Manusia.


McDonald, 1981, menyebutkan beberapa pemikiran modern tentang
manusia, yakni:
1. Manusia Komunis.
Filsafat sosial dan politis komunitas bersumber dari teori Karl Marx
(1818-1883), hakikat manusia menempatkan manusia pada pusat
kepentingannya dank arena itu berpendapat bahwa karena manusia
adalah ciptaan dirinya sendiri dan mampu dengan upaya sendiri
menemukan tujuannya dengan kebebasan yang absolute. Marx juga
menerima pendapat Ludwig Feuerbach, bahwa Allah orang Kristen
hanya suatu refleksi fantastis, suatu gambaran dalam cermin dari
dirinya sendiri. Karena itu Marx percaya bahwa Allah hanya khayalan
atau pemenuhan kebutuhan manusia.
Ada tiga ciri dari antropologi Marxist: Pertama, Manusia sebagai suatu
produk alami (natural), karena tiada Tuhan, di tolak juga pendapat
bahwa manusia adalah ciptaan yang khusus. Kedua, manusia adalah
ciptaannya sendiri yang bekerja. Dalam istilah Marx, manusia adalah
homo faber (pembuat) Hakikatnya adalah untuk bekerja dan menjadi
pencipta. Ketiga, manisia adalah unit yang teralienasi. Ide alienasi
adalah tema yang terulang sejak Hegel dan filafat pasca Hegelian, dan
juga memiliki tempat yang sentral dalam antropologi masa kini.
2. Manusia Humanis.
Tidak ada pola tunggal pemikiran humanis. Ia bisa mencakup
eksistensialis, ilmiah, positivism, liberal atau populas yang kadang-
kadang saling bertentangan satu sama yang lain. Dalam pengertian
yang luas, humanism berpusat pada realitas manusia yang member
manusia semua kepentingsan dan inspirasinya yang memadai/cukup.
Semua humanis percaya bahwa manusia adalah bentuk eksistensi yang

1
paling tingggi dan karenan hya adalah satu-satunya objek yang pantas
disembah dan dilayani. Humanisme adalah suatu pengakuan akan rasa
percaya kepada hakikat manusia yang menolak ide tentang Allah
sebasgai hal yang perlu karena manusia dapat membentuk kembali
dirinya sendiri.

B. Pandangan Kristen tentang Hakikat Manusia.


Ada anggapan bahwa hanya dalam relasi dengan Tuhan manusia
memahami hakikat kemanusiaannya dan menemukan arti serta tujuan
hidupnya. Seberapa benar pernyataan itu?
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah (Lih. Kejadian 1 -2).
Dalam kitab Kejadian, menegaskan bahwa manusia adalah makhluk
ciptaan Allah. Hal ini ditegaskan untuk menolak anggapan bahwa
semua hal, termasuk manusia, terjadi dalam proses evolusi, dan
karenanya sulit untuk member landasan mengapa manusia adalah
makhluk pencari makna.
Alkitab menggambarkan hubungan manusia dengan Allah PenciptaNya,
sebagai tanah liat di tangan penjunan. Allah berhak dan berdaulat
untuk tujuan apa benda-benda atau peralatan tanah liat yang
dibuatNya. Demikianlah manusia ditangan Allah Pencipta, tujuan
hidupnya ditentukan oleh khalikNya. Agustinus, seorang teolog terkenal
mengatakan bahwa “jiwaku gelisa sampai aku menemukan kedamaian
dalam Tuhan”.
2. Manusia diciptaan menurut Gambar Allah (imago Dei).
Salah satu aspek hakekat manusia berdasarkan ajaran alkitab adalah
bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah. Gambar Allah inilah
yang dikenal dengan istilah imago Dei.
Tradisi Kristen ysang mendasarkan dirinya pada cerita alkitab daslam
kejadia 1, telah menafsirkan makna kesegambaran manusia dengan
Allah dengan bermacam-macam arti. Hal ini bisa diartikan secara salah,
seolah-olah manusia mirip dengan Allah. Sebagai makhluk yang
diciptakan, manusia akan tetap berbada dengan Allah sebagai Pencipta.
Ini mau menunjukan bahwa manusia adalah wakil Allah di dunia,
dalam arti pelaksana atau mandataris Allah untuk melaksanakan
tugasnya.
Dari berbagai arti yang ditawarkan, arti yang paling mendasar yakni
Potensi/kemampuan manusia untuk berhubungan atau merespons
Alah, dan dalam arti ini manusia adalah makhluk religious. Manusia
diciptakan menurut gambar Allah berarti manusia diciptakan
sedemikian rupa untuk menjadi pihak lain yang diajak komunikasi oleh

2
Allah (Allah menyatakan diri dan kehendakNya serta menuntut
responsnya). Kenyataan Alkitab menyatakan bahwa Allah berfirmasn
dan member perintah kepada manusia adalah bukti bahwa manusia
dengan satu dan lain cara dapat menyatakan hubungannya dengan
Allah.
3. Manusia sebagai Makhluk Sosial.
Manusia sebagai makhluk ssosial menunjuk pada kenyataan bahwa
manusia adalah tidak sendirian dan selalu ada keterhubungan dengan
orang lain dan berorientasi kepada sesame (Kej. 2: 18). Perdebatan
mengenai hakikat manusia dalam dimensi individual dan kelektif telah
berjalan lama yang menhasilkan dua idiologi besar yang memengaruhi
system kemasyarakatan , politik dan ekonomi dari penganutnya.
Negara-negara besar yang memperjuangkan kemerdekaannya secara
individual telah melahirkan masyarakat dan ekonomi yang kapitalis
dengan ideology pasar bebasnya. Ideologi ini berpendapat bahwa
bilamana manusia diberi kebebasan, manusia akan bekerja keras
untuk menjadi efisien, dan jika semua bekerja efisien maka semua akan
maju. Benarkah demikian? Atau dengan ideologi ini maka yang kaya
akan tetap kaya dan yang miskin tetap miskin?
Demikian pula pihak yang sangat mengagungkan dan menomorsatukan
dimensi sosial dari kemanusiaan telah melahirkan system
kemasyarakatan yang dikenal dengan nama sosialisme. Pada system ini
hak-hak dan kebebasan individu harus tunduk kepada kepentingan
kelompok atau masyarakat.
Persaingan idiologis seperti ini (individu dan sosial) telah berlangsung
yang disebut perang dingin. Dan meskipun kelihatannya ideology
individualime (kapitalis) tampak unggul, hal ini tidak berarti bahwa
pemutlakan dimensi individual manusia adalah suatu kebenaran yang
didukung oleh kekristenan.
Dalam Kitab Kejasian pasal 2 menyatakan bahwa, tidak baik kalau
manusia itu hidup seorang diri saja. Karena itu Allah menciptakan
penolong yang sepadan. Hal ini tidak terbatas pada persoalan manusia
dengan jenis kelaminnya, namun Allah menghendaki manusia bisa
hidup sebagai makhluk sosial yang selalu berdampingan dan saling
membatu dengan sesame yang lain.
4. Manusia sebagai Makhluk Rasional dan Berbudaya.
Allah (menurut alkitab) member perintah kepada manusia untuk
memerintah, menaklukan serta memelihara alam semesta, menunjukan
adanya hubungan yang tidak terpisahkan antara manusia dengan alam
semesta. Ini yang biasa disebut sevagai tugas kemandatarisan mausia

3
(manusia sebagai mandataris Allah) dalam arti pelaksana dan wakil
Allah dalam memerintah dan memelihara alam semesta. Jadi berbudaya
adalah perintah atau mandate yang kita sebut dengan mandat
kebudayaan. Mandat itu hanya bisa dilaksanakan karena Tuhan
memperlengkapi manusia dengan potensi rasional (kemampuan
rasional) yang menjadi salah satu ciri khas manusia dibandingkan
dengan makhluk ciptaan yang lain.
Konsisten dengan tugas sebagai mandataris Allah, manusia dilengkapi
dengan rasio, akal budi dank arena itu berbudaya. Ini juga salah satu
keunikan manusia yang membedakan manusia dengan ciptaan yang
lain.
Potensi akal budi yang diberikan Allah kepada manusia, adalah hal
yang mengagumkan sehingga manusia bukan saja dapat menciptakan
teknologi modern, tetapi dapat memecahkan rahasia yang selama ini
belum terpecahkan termasuk bepergian ke planet yang lain. Potensi itu
juga bisa mengejutkan, bahwa manusia bisa menciptakan persenjataan
modern yang bisa juga menghancurkan planet.
Dapatkah dibayangkan bahwa dasyatnya potensi rasional manusia itu
bisa sangat positif, dan bisa juga sangat negatif.
Dalam kekristenan, kita kenal ‘hukum kasih’ yang kita sebut sebagai
hukum yang terutama. Dalam hokum itu Tuhan menuntut kita agar
dapat mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal
budi (Matius 22: 37-38). Jadi potensi rasional manusia dengan segala
produk dan hasilnya, perlu dipakai untuk mengasihi Allah juga. Tanpa
itu, maka kita akan menyaksikan permusuhan umat manusia dan
peraadabannya.
5. Manusia sebagai Makhluk Etis.
Secara klasik, alkitab menggambarkan bahwa manusia diberi ‘hukum’
(nomos) oleh Allah dalam bentuk larangan (larangan memakan buah
pohon pengetahuan dan yanbg jahat, lih. Kej.2: 17). Agar manusia
dapat menaati dan melakukan perintah itu.
Manusia diciptakan sebagai makhluk etis berarti manusia memiliki
kesadaran etis: kesadaran untuk membedakan mana yang baik dari
yang buruk, yang benar dari yang salah, dan yang bertanggung-jawab
dari yang sebaliknya.
Manusia disebut makhluk etis, artinya: Pertama, Manusia memiliki
kesadaran untuk membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar
dan yang salah, yang bertanggung-jawab dan yang tidak bertanggung-
jawab. Kedua, manusia mempunyai kebebasan etis yakni memilih

4
secara bebas dari alternatif. Ketiga, manusia mempunyai pertanggung-
jawaban etis, yakni bertanggung-jawab atas pilihannya.

C. Paradoks dalam kehidupan Manusia dan Masyarakat.


Yang dimaksudkan paradox adalah pada satu sisi penciptaan manusia
sebagai makhluk religius, sosial, rasional dan berbudaya serta etis
menunjukan sisi keagungan manusia dibandingkan cinptaan Tuhan yang
lain. Kitab Kejadia 1: 31 mengatakan ‘maka Allah melihat segala segala
sesuatu yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik’. Pada sisi yang lain
kita belajar atau menyaksikan dan bahkan mengalami sendiri sisi-sisi
kedalam dari kehidupan manusia. Berapa perang yang terjadi karena
masalah agama atau ideology? Berapa banyak koruptor yang tega
memperkaya diri dan membuat orang lain menderita? Inilah paradox
manusia. Semua dijadikan baik, namun manusia yang selalu mau
merusakannya.
Dalam kekristenan, paradox ini terjadi karena manusia sudah jatuh
kedalam dosa (lih. Kejadia 3). Dosa inilah yang membuat manusia
dipandang berbeda dengan yang sesungguhnya.

D. Membaharui Hubungan dengan Alllah, Sesama dan Alam Ciptaan.


Bagaimana hubungan yang rusak akibat ulah manusia diperbaiki dan
dibaharui? Alkitab tidak mengakhiri kesaksiannya dan meninggalkan
manusia dalam kegelapan yang tidak berpengharapan. Alkitab
menyaksikan bahwa ada pengharapan akan kemungkinan restorasi
hubungan-hubungan yang telah rusak akibat dosa. Konsisten dengan
kepercayaan kepada Allah sebagai penyelamat dan pembaharu,
kekristenan percaya akan penyelamatan sebagai pembaharuan relasi
dengan Allah melalui Yesus Kristus dan RohNya. Keselamatan tidak boleh
dipahami hanya bersifat individual dan di seberang sana tetapi juga
dipahami secara sosial, dan berlaku kini dan disini. Orang Kristen
terpanggil untuk menolak berbsgai ketidakadilan dalam tatanan sosial
(sosial, ekonomi dan politik) dan memperjuangkan adanya keadilan
didalamnya sehingga ada perdamaian.

E. Pandangan-Pandangan Teologi Kontemporer tentang Manusia dan masa


depannya.
Salah satu aspek yang penting dalam membicarakan tentang manusia
dan hakikatnya adalah manusia dan pengharapannya. Ernst Bloch
seorang filsuf ateis, berpendapat bahwa manusia hidup dalam suatu dunia
yang sedang menjadi, yang belum terjadi. Karena itu, selalu ada

5
kemungkinan baru. Manusia pada dirinya sendiri adalah makhluk dengan
bermacam kemungkinan (creature of possibility). Ia dapat menciptakan
dunia yang lebih baik bagi dirinya dan dia sendiri menjadi keberadaan
yang lebih baik tanpa batas.
Teolog ternama, Jurgen Moltman justru sebaliknya memberi tempat
kepada peranan manusia untuk mewujudkan pengharapan eskatologis,
bukan saja bagi dunia diseberang sana, melainkan kini dan di sini.
Artinya, bahwa pengharapan eskatologis tidak hanya menyangkut
keselamatan jiwa saja di sebarang sana, tetapi juga perdamaian, keadilan,
kebebasan dari penindasan harus diusahakan diwujudkan sekarang dan
di sini, meskipun penyempurnaan adalah karya Tuhan. Jadi pengharapan
itu menjadi kekuatan pengggerak sejarah untuk mewujudkan apa yang
diharapkan sekarang.

Kesimpulan:

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dikarunia hakekat sebagai


makhluk religius yang selalu sadar akan adanya kodrat ilahi. Manusia juga
sebagai makhluk sosial yang selalu berorientasi bagi sesama. Manusia juga
adalah makhluk yang memiliki pengharapan, yakni pengharapan kepada
Allah. Dan pengharapan ini mesti menjadi kekuatan penggerak sejarah untuk
mewujudkan apa yang diharapkan kini dan di sini, meski diakui tidak akan
sempurna karena penyempurnaan adalah karya dan anugrah Tuhan.

Tugas:

1. Baca materi ini dan beri laporan baca (apa yang anda ketahui dari materi
ini), (Lapoan baca: minimal 1 halaman Folio bergaris, jika catat tangan/HVS
F4 untuk ketik).
2. Buatlah suatu puisi atau syair yang menggambarkan kepercayaan anda
tentang siapakah manusia itu berdasarkan kesaksian alkitab. Tulis
puisinya, kirim dan buat video sendiri “baca puisinya” dengan durasi
pendek) ATAU bisa VC dengan Dosen dan langsung membacakan puisinya.
(pilih salah satu alternatif: kirim Video atau VC).

Anda mungkin juga menyukai