Anda di halaman 1dari 12

MANUSIA MENURUT

AJARAN KRISTEN
MENELUSURI PEMIKIRAN PEMIKIRAN MODERN TENTANG MANUSIA
Sebelum kita membahas beberapa aspek penting dari hakikat manusia berdasarkan kesaksian Alkitab, ada baiknya kita melihat
beberapa pernyataan modern tentang siapakah manusia itu. McDonald dalam bukunya The Christian View of Man
menyebutkan beberapa pemikiran modern yang penting yang relevan dengan pengkajian kita (McDonald 1981, 115). Berbagai
pandangan yang relevan adalah sebagai berikut:

 Manusia Komunis
Filsafat sosial dan politis komunis bersumber dari teori antropologis Karl Marx (1818-
1883). Pemahamannya mengenai hakikat manusia, menempatkan manusia pada
pusat kepentingannya, dan karena itu berpendapat bahwa karena manusia adalah
ciptaan dirinya sendiri, hanya manusia yang dapat menjawab kepada dirinya sendiri,
dan mampu dengan upaya sendiri menemukan tujuannya dengan kebebasan yang
absolut.
Manusia Komunis
Filsafat sosial dan politis komunis bersumber dari teori antropologis Karl Marx (1818-1883). Pemahamannya
mengenai hakikat manusia, menempatkan manusia pada pusat kepentingannya, dan karena itu berpendapat
bahwa karena manusia adalah ciptaan dirinya sendiri, hanya manusia yang dapat menjawab kepada dirinya
sendiri, dan mampu dengan upaya sendiri menemukan tujuannya dengan kebebasan yang absolut.

 Pertama, manusia sebagai suatu produk alami (natural) : karena tiada Tuhan,
ditolak juga pendapat bahwa manusia adalah ciptaan yang khusus.
 Kedua, manusia sebagai ciptaannya sendiri yang bekerja. Dalam istilah Marx,
manusia adalah “homo faber” (pembuat)
 Ketiga, manusia sebagai unit yang teralienasi. Ide alienasi adalah tema yang
terulang sejak Hegel dan filsafat pasca Hegelian, dan juga mempunyai tempat
yang sentral dalam antropologi masa kini
Manusia Humanis
Tak ada pola tunggal pemikiran humanis. Ia bisa mencakup eksistensialis, ilmiah, positivisme,
liberal atau popular yang kadang-kadang saling bertentangan satu sama lain.

 Manusia adalah makhluk ciptaan Allah (Kej. 1&2)


Fakta yang pertama dari kesaksian Alkitab tentang manusia adalah bahwa manusia
makhluk ciptaan Allah. Hal ini perlu ditegaskan untuk menolak anggapan bahwa
semua hal, termasuk manusia, terjadi dalam proses evolusi, dan karenanya sulit
untuk memberi landasan mengapa manusia adalah makhluk pencari makna
Manusia diciptakan menurut gambar Allah (Imago Dei)
Salah satu aspek hakikat manusia berdasarkan ajaran Alkitab adalah bahwa manusia diciptakan menurut
gambar Allah. Gambar Allah inilah yang dikenal dengan istilah “Imago Dei.” Tradisi Kristen yang
mendasarkan dirinya pada cerita Alkitab dalam Kejadian 1, telah menafsirkan makna kesegambaran
manusia dengan Allah dengan bermacam-macam arti.

 Manusia diciptakan sebagai gambar Allah berarti manusia diciptakan


sedemikian rupa untuk menjadi pihak lain yang diajak komunikasi oleh Allah
(Allah menyatakan diri dan kehendak-Nya serta menuntut responsnya).
Manusia diciptakan sebagai gambar Allah berarti manusia diciptakan
sedemikian rupa untuk menjadi pihak lain yang diajak komunikasi oleh Allah
(Allah menyatakan diri dan kehendak-Nya serta menuntut responsnya).
Kenyataan bahwa Alkitab menyatakan bahwa Allah berfirman/memberi
perintah kepada manusia adalah bukti bahwa manusia dengan satu dan lain
cara dapat menyatakan hubungannya dengan Allah
Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia adalah tidak
sendirian dan selalu dalam keterhubungan dengan orang lain dan berorientasi kepada
sesama (Kej.2:18).
Manusia sebagai makhluk rasional dan berbudaya
Allah (menurut Alkitab) memberi perintah kepada manusia untuk memerintah, menaklukkan serta memelihara
alam semesta, menunjukkan adanya hubungan yang tidak terpisahkan antara manusia dengan alam semesta
ini. Dalam kekristenan, kita mengenal “Hukum Kasih” yakni yang kita sebut “Hukum Utama.” Dalam
hukum utama Tuhan Yesus menuntut agar kita “mengasihi Allah dengan segenap hati, dan dengan
segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi” (lih. Mat.22:37-38).
 Manusia sebagai makhluk rasional dan berbudaya
Allah (menurut Alkitab) memberi perintah kepada manusia untuk memerintah,
menaklukkan serta memelihara alam semesta, menunjukkan adanya hubungan yang
tidak terpisahkan antara manusia dengan alam semesta ini.
Dalam kekristenan, kita mengenal “Hukum Kasih” yakni yang kita sebut “Hukum
Utama.” Dalam hukum utama Tuhan Yesus menuntut agar kita “mengasihi
Allah dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal
budi” (lih. Mat.22:37-38). Jadi, potensi rasional manusia dengan segala produk dan
hasilnya, perlu dipakai untuk mengasihi Allah juga. Tanpa itu, kita akan berulang kali
menyaksikan pemusnahan umat manusia dan peradabannya seperti dalam
pemboman Hiroshima dan Nagasaki pada waktu yang lalu.
 Manusia sebagai makhluk etis
Secara klasik, Alkitab menggambarkan bahwa manusia diberi “hukum” (nomos) oleh Allah
dalam bentuk larangan memakan buah pohon pengetahuan hal yang baik dan jahat. Nomos
ini menempatkan manusia pada persimpangan jalan ketika ia dapat memilih di antara dua
alternatif. Dua alternatif itu adalah ketaatan atau pelanggaran terhadap nomos (dapat juga
berarti berbuat yang baik atau jahat). Kesempatan untuk memilih ini menunjukkan bahwa
manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dari dua alternatif yang diperhadapkan
kepadanya. Dengan kata lain, manusia tidak secara determinatif harus memilih salah
satunya. Memang ada pandangan yang mengatakan bahwa manusia tidak bisa berbuat lain
kecuali mengikuti nalurinya.
Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk etis dalam arti
sebagai berikut. Pertama, manusia mempunyai kesadaran etis yakni kesadaran untuk
membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang bertanggung
jawab dan yang tidak bertanggung jawab. Kedua, manusia mempunyai kebebasan etis
yakni memilih secara bebas dari alternatif di atas. Ketiga, manusia mempunyai
pertanggungjawaban etis, yakni bertanggung jawab atas pilihannya.
PARADOKS DALAM KEHIDUPAN MANUSIA DAN
MASYARAKAT

Yang dimaksudkan paradoks adalah pada satu sisi penciptaan manusia


sebagai makhluk religius, sosial, rasional dan berbudaya serta etis
menunjukkan sisi keagungan manusia dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan
Tuhan yang lain. Kitab Kej. 1:31 mengatakan: “maka Allah melihat segala
sesuatu yang dijadikan- Nya itu, sungguh amat baik.”
Yang dimaksudkan paradoks adalah pada satu sisi penciptaan manusia
sebagai makhluk religius, sosial, rasional dan berbudaya serta etis
menunjukkan sisi keagungan manusia dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan
Tuhan yang lain.
 PANDANGAN PANDANGAN TEOLOGI KONTEMPORER TENTANG MANUSIA DAN
MASA DEPANNYA
Salah satu aspek yang penting dalam membicaraan manusia dan
hakikatnya adalah manusia dan pengharapannya. Akhir-akhir ini ada tekanan
yang kuat tentang dimensi pengharapan baik dalam pemikiran filosofis maupun
dalam teologi. Maksudnya adalah hakikat manusia harus dikaitkan dengan
pengharapannya. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berharap akan
masa depan yang lebih baik. Karena itu perlu mencari deskripsi mengenai
tekanan ini dalam dua tokoh penting yakni orang ateis seperti Ernst Bloch dan
orang beriman seperti Jurgen Moltman.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai