Anda di halaman 1dari 9

Makalah Pendidikan Agama Kristen Manusia Sebagai Makhluk Sosial

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
– Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia Sebagai Makhluk
Sosial”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama kristen.

Makalah ini berisi tentang penjelasan. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca
untuk memperluas ilmu pengetahuan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah pendidikan agama
kristen, yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan dan saran sehingga penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca, khususnya mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Kritik dan saran penulis
harapan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Mei 2015

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah hal yang sangat pokok dan sentral dalam kekristenan karena manusia adalah di
pusat kehidupan beragama dan ada pada pusat pengambilan keputusan etis. Pembahasan tentang
manusia dari perspektif Kristen dapat menolong kita untuk memahami berbagai aspek lain dalam
kehidupan beragama, bermasyarakat maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi moderen.
Termasuk berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia.

Aspek mendasar dari kesaksian alkitab tentang hakikat manusia menurut pandangan Kristen yaitu
manusia adalah makhluk ciptaan Allah, manusia adalah gambar Allah (Imago Dei), manusia sebagai
makhluk sosial, manusia sebagai makhluk rasional dan berbudaya, manusia sebagai makhluk etis,
manusia sebagai pendosa, manusia dimampukan untuk merestorasi (memperbaiki) hubungan
dengan Allah, Sesama, daan Alam Ciptaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah manusia itu?

2. Bagaimana pengertian hakikat manusia dalam alkitab?

3. Bagaimana implikasi manusia sebagai makhluk sosial?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pemahaman tentang manusia.

2. Untuk mengetahui apa itu hakikat manusia.

3. Untuk mengetahui implikasi manusia sebagai makhluk sosial.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia


Secara umum, manusia adalah makhluk yang memiliki akal. Memiliki perasaan dan logika. Serta
makhluk individu yang bersifat sosial. Menurut kamus Alkitab, manusia di refleksikan sebagai daging,
makhluk lemah yang berdosa dan keadaan itu menentukan seluruh kehidupannya lahir dan batin.

Kejadian 1 : 26 – Manusia adalah segambar dan serupa dengan Allah

Kejadian 1 : 2 – Manusia adalah makhluk ciptaan Allah.

1 Tesalonika 5 : 23 mengemukakan ucapan berkat rasul Paulus. Di dalamnya terkadung konsep


manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh berkaitan dengan pancaindera. Jiwa sering
diartikan terkait dengan pikiran (akal), emos (perasaan), dan kehendakan (will).

Ibrani 4 : 12 mengindifikasikan bahwa manusia memiliki roh dan jiwa, itu berrarti aspek roh
(pneuma) memiliki perbedaan dengan jiwa (psyche). Roh manusia berhubungan dengan Tuhan. Jiwa
terkait dengan diri sendiri dan lingkungan kita responi melalui jiwa – akal, pikiran, kehendak.

Ruth Beechick dalam tulisannyaa A Biblical Psychology of Learning (Accent Books, 1982)
mengemukakan bahwa dalam Alkitab terdapat 800 lebih istilah hati, sedangkan pikiran hanya sekitar
80 kali. Itu berarti, menurut Beechick, hati sangat sentral dalam kegiatan belajar.

2.2 Hakikat Manusia

Manusia sebagai makhluk individu, adalah hakikat manusia sebagai makhluk yang mempunyai
keinginan, kebutuhan, dan perasaan yang berbeda dengan manusia lain. Pandangan iman Kristen
mengenai hakikat manusia berpijak kepada Alkitab, khususnya dalam Kejadian 1:26-27, yaitu
pernyataan Allah disekitar penciptaan alam semesta dimana manusia termasuk didalamnya.
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dalam hal ini menunjuk pada unsur kesamaan.
Dalam kitab Kejadian ada beberapa prinsip mengenai hakikat manusia, yaitu:

Manusia adalah hasil ciptaan Allah (Kejadian 1:26-27; 2:7) Manusia bukanlah “pletikan” Allah,
jelmaan dari sebagian diri Allah, bukan pula anak dalam arti biologis yang keluar dari diri Allah.
Manusia adalah mahluk yang riil ada, hasil karya dari tangan agung Sang Khalik. Untuk ini harus
dicamkan bahwa manusia bagaimanapun berbeda dengan Allah. Allah adalah khalik dan manusia
adalah hasil karyaNya.

Allah menciptakan manusia tidak seperti Allah menciptakan ciptaanNya yang lain (unik). Manusia
diciptakan dari tanganNya sendiri. Kemudian Allah menghembuskan nafas kehidupan ke lubang
hidung manusia.

Manusia diciptakan melalui sebuah musyawarah dalam diri Allah (Kejadian 1:26-27). Ini bisa berarti
konsekuensi dan risiko menciptakan manusia telah dipertimbangkan.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ini menunjuk bahwa manusia adalah sebuah
eksistensi sangat unik dan dahsyat. Dalam hal ini tersimpul hakekat manusia yang menunjukkan
perbedaan yang hakiki dan prinsipal antara ciptaan Allah yang lain. Hal ini juga menunjukan adanya
potensi hubungan intim yang terjalin antara manusia dengan Allah.

Pengertian Manusia menurut para Ahli

Filosuf Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan
untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia
terletak pada pikirnya.
Tokoh Dunia Barat melanjutkan pendapat Plato & Aristoteles tentang hakekat kebaikan manusia
yang selanjutnya bergeser kepandangan humanistik yang menyatakan manusia merupakan
kemenyuluruhan dari segala dimensinya.

Spinoza berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama dengan Tuhan dan
sama pula dengan hakekat alam semesta.

Voltaire mengatakan hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu yang
sangat panjang untuk mengungkapkannya.

Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang merupakan
kesatuan dari jiwa dan raga yang tak terpisahkan.

Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani,
atau wadag dengan segala perkembangannya. Pandangan bebasnya ini dipelopori
oleh Darwindengan teori evolusinya.

2.3 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia adalah tidak sendirian
dan selalu dalam keterhubungannya dengan orang lain dan berorientasi kepada sesama. (Kejadian 2
: 18).

Perdebatan mengenai hakikat manusia dalam dimensi individual dan kolektif telah berjalan lama
yang menghasilkan dua ideologi besar yang mempengaruhi sistem kemasyarakatan, politik, dan
ekonomi dari penganutnya. Misalnya saja, negara – negara dunia pertama yang sangat
mengagungkan dimensi individual dengan memperjuangkan kemedekaan dan kebebasan individu
telah melahirkan sistem masyarakat dan ekonomi yang kapitalis dengan ideologi pasar bebasnya.
Demikian pun pihak yang sangat mengagungkan dan menomorsatukan dimensi sosial dari
kemanusiaan telah melahirkan sistem kemasyarakatan yang kita kenal dengan sosialisme. Pada
sistem ini hak – hak dan kebebasan individu harus tunduk kepada kepentingan kelompok atau
masyarakat. Persaingan ideologis seperti ini telah terjadi dalam apa yang kita kenal dengan perang
dingin itu kini telah berakhir dan sepertinya sistem kemasyarakatan dan ekonomi kapasitalis
nampaknya unggul, tak berarti bahwa pemutlakkan dimensi individual manusia adalah suatu
kebenaran yang didukung oleh kekristenan. Bagaimanakah sesungguhnya sikap Kristenyang
bertanggung jawab.

Teologi Kristen banyak berkembang di Barat di mana dimensi individu itu sangat diunggulkan maka
kitaharus mulai dengan kritik terhadap segala bentuk privatisasi ajaran Kristen yang fundamental
seperti privatisasi dosa dan keselamatan maupun pemahaman diri yang sangat individualisik.

Kejadian 2 diatas menyatakan bahwa tak baik kalau manusia itu sendiri, dan karena itu Allah
menciptakan penolong yang sepadan. Hal ini tak hany terbatas pada mnusia jenis kelamin yang lain,
tetapi juga bahwa manusia sendirian adalah tidak baik. Allah menghendaki manusia hidup dengan
sesamanya.

Ada ahli teologi bahkan yang mengatakan bahwa hanya dalam hubungan dengan orang lain kita
memaham dan menemukan hakikat kita sebagai manusia. Hal ini membawa implikasi bahwa
manusia selamanya dan selalu berorientasi kepada sesamanya. Manusia tak tahan dalam
kesendirian. Orientasi kepada sesama juga menyebabkan lahirnya berbagai pranata dan lembaga
sosial ( misalnya keluarga, komunitas dari lokal sampai internasional, maupun pranata politik,
ekonomi, dll)

Dengan kata lain, lahirnya sebagai pranata sosial merupakan konsekuensi logis dari penciptaan
manusia sebagai makhluk sosial. Orientasi pada sesama manusia juga turut berperan dalam berbagai
tindakan religius dan pertimbangan serta pengambilan keputusan etis. Itulah sebabnya orang tak
bisa beragama sendiri. Agama selalu merupakan fenomena sosial, walaupun hubungan seseorang
dengan Tuhan, atau yang dianggap Tuhan sangat Tuhan sangat bersifat pribadi.

Namun kita harus berhati – hatidengan pandangan yang memutlakkan dan menggunggulkan dimensi
sosial serta meremehkan dimensi individu. Sebaliknya ada juga pendapat yang begitu
mengutamakan dimensi individu di atas dimensi sosial, dan karenanya jatuh ke dalam
individualisme. Sikap yang lebih bertanggung jawab adalah bahwa kita adalah individu dalam
kolektivitas, sebaliknya kolektivitas tak bisa diabaikan demi individualitas.

2.4 Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada
pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan
biologis, yang terdiri dari:

1. Dorongan untuk makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri

3. Dorongan untuk melangsungkan jenis

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang
makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan
membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai
makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti
membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

1. Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk


pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

2. Penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu
menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan
secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi
didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu
sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui
proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk
sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang
mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan
maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi
tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih sayang orang lain atau dukungan
moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau
sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai
apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya.
Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada
manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia adalah makhluk yang memiliki akal. Memiliki perasaan dan logika. Serta makhluk individu
yang bersifat sosial. Menurut kamus Alkitab, manusia di refleksikan sebagai daging, makhluk lemah
yang berdosa dan keadaan itu menentukan seluruh kehidupannya lahir dan batin. Manusia sebagai
makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia adalah tidak sendirian dan selalu dalam
keterhubungannya dengan orang lain dan berorientasi kepada sesama. (Kejadian 2 : 18).
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial
didalam hubungannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu
dengan manusia yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nuhamara, Daniel dkk.2005. Pendidikan Agama Kristen. Bandung; Bina Media Informasi.

https://danielgrg.wordpress.com/2013/06/23/hakekat-manusia-menurut-pandangan-kristen/

https://satriabangkit.wordpress.com/2012/12/06/pengertian-manusia-dari-sudut-pandang-iman-
kristen/

http://www.slideshare.net/DarkChocolatte/pendidikan-agama-kristen-kuliah-smt1-bab-2-done

http://galangalfarisi22.blogspot.com/2013/11/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai