Anda di halaman 1dari 20

ABORSI DALAM PANDANGAN ETIKA KRISTEN

NAMA : ANDOKO SURYO CAHYONO

NIM : PO.62.20.1.17.204

PRODI : D-III KEPERAWATAN REG XX

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat
dan kasih karunia-NYA lah maka saya boleh menyelesaikan makalah ini tepatwaktu. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pendidikan.

Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah agama kristen. Dengan makalah ini juga dapat di buat untuk bahan pembelajaran
mata kuliah agama kristen tentang aborsi dalam pandangan etika kristen

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini terdapat kekurangan dan tulisan yang kurang tepatatau
menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dansemoga Tuhan Yesus memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Palangka Raya, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

A. Definisi Aborsi ...............................................................................................


B. Bentuk-Bentuk Aborsi ...................................................................................
C. Pandangan Kristen Terhadap Aborsi .............................................................
D. Sikap Orang Kristen Terhadap Aborsi ...........................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai saat setelah pembuahan terjadi. Jika dengan sadar dan
dengan segala cara kita mengakhiri hidup manusia tak berdosa, berarti kita melakukan suatu
perbuatan tak bermoral dan asosial. Tidak semestinya kita membiarkan penghentian nyawa
hidup siapapun atau hidup kita sebagai manusia menjadi tidak berharga lagi.
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka
pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat
besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Kristen dan aborsi memiliki sejarah panjang dan rumit, meskipun aborsi tidak pernah
disebutkan dalam Alkitab Kristen . Sementara beberapa penulis mengatakan bahwa orang
Kristen awal memegang keyakinan yang berbeda pada waktu yang berbeda tentang aborsi,
lain mengatakan bahwa, meskipun keheningan Perjanjian Baru pada masalah ini, mereka
mengutuk aborsi pada setiap titik kehamilan sebagai dosa besar, kutukan bahwa mereka
mempertahankan bahkan ketika beberapa dari mereka tidak memenuhi syarat sebagai kasus
pembunuhan penghapusan janin belum "terbentuk" dan animasi oleh jiwa manusia.
Secara umum, beberapa denominasi Kristen dapat dianggap pro-kehidupan sementara
yang lain dapat dianggap pro-choice Selain itu, ada minoritas yang cukup besar dalam
semua denominasi yang tidak setuju dengan sikap denominasi mereka pada aborsi. Para
denominasi terbesar, gereja-gereja yang mewakili lebih dari setengah dunia kekristenan
(termasuk Gereja Katolik Roma , yang Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental )
menentang langsung aborsi dalam segala situasi.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu aborsi?
b. Bagaimana aborsi menurut pandangan kristen?
c. Bolehkan aborsi itu dilakukan?
d. Hukum apa yang diberikan bagi orang yang aborsi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Menambah wawasan penulis
b. Memberi informasi pada pembaca
c. Melengkapi syarat kuliah pendidikan agama kristen

2
BAB II

ABORSI DALAM PANDANGAN ETIKA KRISTEN

A. Definisi Aborsi
Oxford Dictionary mendefinisikan aborsi sebagai berikut, “memperoleh persalinan
prematur, sehingga dapat menghancurkan keturunan.” Aborsi adalah berbagai cara yang
digunakan manusia untuk menghancurkan janin yang sedang berkembang. Beberapa cara
tersebut ialah:
 Pil “Pagi Hari”
Zat kimia yang ditelan triwulan pertama dalam waktu 72 jam pertama dari kehamilan.
Obat ini mengandung zat kimia yang sangat tinggi sebagai pengendali kelahiran, tetapi
khasiatnya tiga atau empat kali lebih kuat. Pil ini dirancang untuk menghentikan
kemungkilan kehamilan dengan mengeluarkan sel telur yang sudah dibuahi, meskipun
wanita tersebut tidak mengetahui apakah ia sedang mengandung atau tidak.

 Metode RU-486-“Pil Aborsi Prancis”


Zat kimia yang ditelan dalam triwulan pertama, dari 4 sampai 9 minggu. Obat RU-486
merupakan steroid sintesis yang menghancurkan hormon (progesteron) yang
diperlukan untuk kelangsungan kehidupan dalam kandungan. Bayi akan meninggal
ketika lapisan yang kaya nutrisi hancur. Ibu di beri obat 2 kali dalam 10 hari. Ia akan
menjadi sangat sakit, dan biasanya menghasilkan (tetapi tidak selalu) kelahiran bayi
yang sudah meninggal.

 Metode Sedotan Vakum-Aspirasi Sedotan


Pembedahan dalam triwulan pertama. Kandungan dilebarkan (dilasi) dan alat-alat
seperti pensil dimasukkan (dilator). Kemudian, sebuah selang cannula dimasukan
dengan disambungkan pada alat penyedot. Vakum tersebut sangat kuat sehingga dalam
kehamilan awal bayi itu seketika hancur dan disedot keluar. Cara ini merupakan
prosedur yang paling umum digunakan untuk aborsi

3
 Cara Dilasi dan Kuret- “D & K”
Pembedahan pada bagian awal triwulan kedua-13-14 minggu. Kandungan dilasi untuk
memasukan pisau berbentuk bulat (carelle). Dokter menggunakan pisau untuk
memotong bayi dan plasenta menjadi potongan-potongan dan mengeruk dinding
kandungan. Kemudian, dokter mengeruk dan mengeluarkan potongan-potongan
tersebut dari kandungan.

 Metode Dilasi dan Evakuasi-“D & E”


Pembedahan dalam triwulan kedua atau ketiga. Mulut rahim ditarik (dilasi) untuk
memasukan forcep (tang) besar yang digunakan untuk menghancurkan kepala bayi.
Tubuh bayi kemudian dipotong-potong dan dikeluarkan satu per satu. Cara alternatif
prosedur ini termasuk penyedotan otak agar kepala kolaps atau meledakkan jantung
bayi.

 Metode Saline-“Penggaraman” atau “Keracunan Garam”


Bahan kimia yang disuntikan dalam triwulan kedua atau ketiga. Sebuah jarum
dimasukan melalui perut ibu dan secangkir air ketuban yang mengelilingi bayi disedot
dan diganti dengan saline yang mematikan. Bayi menghirup itu, menelan garam, dan
diracuni sampai mati dalam waktu 2 jam. Bayi mati karena tercekik, pendarahan otak,
dan kejang-kejang. Garam kadang-kadang membakar kulit bayi. Ibu tersebut diberi
obat (pitocin) yang merangsang kelahiran. Dengan proses ini, organ-organ dan
jaringan-jaringan tubuh terbakar, dan bayidilahirkan mati atau hampir mati.
Dikebanyakan klinik, metode ini tidak digunakan.

 Metode Prostaglandin
Zat kimia disuntikan dalam triwulan kedua dan ketiga. Prosedur ini serupa dengan
metoda saline, kecuali kulit bayi tidak terbakar. Badan wanita secara alamiah
menghasilkan prostaglandin, yang membantu proses kelahiran. Suntikan prostaglandin
buatan mendorong kandungan berkontraksi sehingga mendorong sang ibu melahirkan
bayinya berapapun ukuran bayinya. Metode ini dapat menghasilkan kelahiran yang
hidup, tetapi biasanya bayi tersebut dibiarkan mati. Metode ini tidak lagi digunakan di
kebanyakan klinik.

4
 Cara Kelahiran Parsial-Dilasi dan Ekstrasi, “D & N”
Pembedahan dalam triwulan kedua atau ketiga, setelah 20 minggu sering kali antara 6
sampai 9 bulan. Kaki bayi dipegang dengan forcep dan ditarik melalui saluran
kelahiran. Seluruh badan bayi kemudian dilahirkan, kecuali kepalanya. Gunting-
gunting ditusukan kedalam tengkorak bayi dan dibuka untuk memperbesar lubang.
Selang penyedot dimasukan dan menyedot otak, yang mengakibatkan tengkorak
kolaps. Bayi yang mati itu kemudian dikeluarkan. Prosedur ini digunakan setelah
kehamilan 20 minggu, kadang-kadang antara 6 sampai 9 bulan. Bagi orang yang tidak
setuju dengan cara tersebut di atas menamakan hal ini “pembunuhan”.

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim
(uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran
janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan
ke empat masa kehamilan).

Untuk lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli tentang
aborsi, yaitu:

a) Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400 – 1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu
b) Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu, yaitu
fetusbelum viable by law
c) Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana plasentasi
belum selesai

5
Ada dua dasar penting melawan aborsi:

1. Posisi Pro-Hidup
Beberapa orang percaya bahwa janin manusia sesungguhnya sudah bisa disebut sebagai
manusia sejak dalam kandungan. Bayi yang belum dilahirkan harus menerima
perlindungan hidup sesuai konstitusi. Posisi ini sesuatu dengan posisi Alkitab, yang
menghargai kehidupan bayi yang belum dilahirkan sama seperti kehidupan ibunya.
2. Posisi Pro-Pilihan
Beberapa orang percaya bahwa janin hanyalah “calon manusia” (Roe.V.Wade,1973)
dan karena itu tidak berhak atas perlindungan menurut konstitusi.mereka percaya
keputusan tentang hidup atau mati bayi yang belum dilahirkan harus merupakan pilihan
ibu mengandung. Posisi ini mengundang ketidak setujuan Tuhan karena hal itu tidak
memberi perlindungan bagi kehidupan yang belum dilahirkan dan tidak berdosa.

Pada zaman Nazi Jerman, pemerintah mengizinkan rezim Helter mendukung. Sekalipun
demikian, kebanyakan orang kristen dalam upaya untuk menolong mereka yang dibawa untuk
dibunuh. Umat kristiani yang terlibat dalam demostrasi tanpa keserakahan adalah mereka yang
tidak melanggar hukum tetapi mereka percaya bahwa mereka telah diberi mandat Alkitab
sebagai penolong.

Setiap orang yang membunuh atau melakukan tindakan kekerasan berarti melanggar
hukum Negara, maupun hukum Tuhan. Seorang pro-hidup yang sejati tidak akan pernah
mengambil nyawa manusia lain. Tuhan tidak berkena dengan kekerasan, bahkan atas nama
pro-hidup.

Para wanita yang telah melakukan aborsi atau sedang mempertimbangkan melakukan
aborsi sering kali merasa cemas dan terluka secara emosional. Mereka memerlukan perhatian
dari orang yang penuh kasih sayang untuk membantu mereka pada waktu yang dibutuhkan

Status janin memiliki hubungan penting bagi aneka pandangan yang ada, sebab jika janin
adalah benar-benar manusia, maka larangannya mengakhiri hidup berlaku bagi janin tersebut.
Di sisi lain, jika janin hanyalah tambahan atau perluasan dari tubuh ibu, maka aborsi tidak lebih
serius dari pada operasi usus buntu.

Persoalan penting lain adalah hubungan antara hak hidup dan hak privasi. Jika hidup
manusia berdasarkan hak kebebasan pribadi tidak dibenarkan. Sebaliknya, jika hak kebebasan
pribadi si ibu menempati prioritas lebih dari hak sang bayi untuk hidup, maka aborsi dibenarkan

6
Permintaan aborsi diakui oleh pengadilan tinggi Amerika melalui dua keputusan besarnya (Doe
V. Bolten dan Roe V. Wade) pada tahun 1973. Dalam keputusan-keputusan ini, pengadilan
berpendapat bahwa hak kebebasan pribadi wanita berlaku melebihi kepentingan negara di
dalam mengatur aborsi. Sebagai akibat dari kedua putusan ini, aborsi dengan alasan apapun
menjadi sah di keseluhkan 50 negara bagian. Keputusan Webster (1987) memberikan hak-hak
yang lebih teratur kepada negara bagian, tetapi tidak melarang aborsi.

Yang menamakan dari kelompok pro-aborsi sebagai kelompok propilihan memberi


penekanan pada hak sang ibu untuk memutuskan apakah dia mau punya bayi. Ini menyatakan
keyakinan bahwa hak privasi itu dominan dalam pengambilan keputusan. Banyak pendukung
pandangan ini pecaya bahwa bayi yang tidak diinginkan seharusnya tidak dilahirkan. Tak ada
perempuan yang boleh di paksa punya anak di luar kehendak.

Pendapat-pendapat Alkitab yang dipakai untuk menunjukan bahwa janin adalah bagian tubuh
manusia :

 Kejadian 2-7 menyatakan bahwa manusia “menjadi mahkluk yang hidup" sesaat setelah
Allah memberi nyawa. Karena bernafas tidak terjadi sampai kelahirannya.
 Ayub 34:14-15 berkata bahwa jika Allah “menarik kembali rohnya, maka binasalah
bersama-sama segala yang hidup.” Sekali lagi disini, karena hidup dihubungkan dengan
nafas, ada alasan bahwa tidak ada kehidupan manusia sebelum bernafas.
 Yesaya 57:16 menunjukan pada “Aku Allah yang membuat nafas kehidupan.” Ayat ini
juga tampaknya juga membuat awal bernafas sebagai titik awal penciptaan manusia.
 Pengkhotbah 6:3-5 menyatakan bahwa “anak gugur” datang kedunia “dalam kesia-siaan
dan pergi dalam kegelapan, ia tidak melihat matahari dan tidak mengetahui apa-apa.”
Bagian ini diambil untuk menunjukan bahwa janin itu tidak lebih dari orang mati, yang
tidak tau apa-apa tetap terbaring didalam kegelapan dunia orang mati.
 Matius 26:24 mencatat pernyataan Yesus mengenai Yudas yaitu bahwa “lebih baik bagi
orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Implikasi yang ditarik dari bagian ini adalah bhwa
hidup manusia bermula dari kelahiran. Sebaliknya, Yesus seharusnya berkata bahwa lebih
baik bagi dia sekiranya ia tidak pernah dikandung.

7
Pendapat-pendapat lain tentang janin sebagai bagian tubuh manusia:

Ada beberapa pendapat di luar Alkitab dan yang dikemukakan para pendukung aborsi.
Pendapat-pendapat yang paling penting akan dibahas secara singkat disini. Pendapat-pendapat
lainya akan dibahas nanti ketika keberatan keberatan-keberatan terhadap pangan prokehidupan
dibahas.

 Pendapat kesadaran diri. Sebagian orang yakin bahwa bayi bukanlah manusia sampai dia
memiliki kesadaran diri. Karena tak ada bayi dalam kandungan yang memiliki kesadaran
diri, ini berpihak pada status bagian tubuh manusia untuk janin, dan berdasarkan inilah
aborsi diperbolehkan.
 Pendapat ketergantungan fisik. Alasan lain yang adakalanya di berikan para penduduk
aborsi adalah bahwa bayi merupakan perluasan tubuh sang ibu, dan sang ibu memiliki hak
mengendalikan tubuh dan system reproduksinya sendiri. Bayi mengganggu daerah
kekuasaan sang ibu, sang ibu berhak mengaborsinya sendiri.
 Pendapat transmisi sinyal-sinyal hormonal. Banyak pendukung propilihan berpendapat
bahwa janin bukanlah manusia sampai implantasi (yang terjadi sekitar seminggu sesudah
pembunuhan). Sebelumnya implantasi si janin mungkin memiliki struktur genetisnya yang
lengkap, tetapi tak memiliki batas dengan komunitas manusia dan berkemampuan
berkomunikasi yang kenyataannya diyakini, merupakan unsur penting kehidupan manusia.
Ini dimulai hanya ketika konseptus yang tertanam mengirimkan sinyal-sinyal homonal
kepada tubuh ibunya sebagai tempat tinggalnya dan perkembangan selama sembilan bulan
mendatang.
 Pendapat keselamatan si ibu. Disini diyakini bahwa aborsi illegal berbahaya. Angka
kematian ibu yang berkisar antara lima ribu hingga sepuluh karena aborsi ilegal di beri
segala bukti

B. Bentuk-Bentuk Aborsi

Bentuk-bentuk aborsi dapat dibagi berdasarkan kepada beberapa sisi berikut:

1. Dari sisi tujuan dapat dibagi sebagai berikut:

8
 Aborsi Spontan (Alamiah). Bentuk ini berlangsung tanpa tindakan apapun.
Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma

 Aborsi yang didasarkan kepada beberapa faktor pendorong berikut:

- Dorongan sosial, sperti dorongan ingin menjaga nama baik pada saat menggugurkan
kandungan yang dihasilkan dari perbuatan zina

- Dorongan medis, atau yang dikenal dengan istilah aborsi Terapeutik. Aborsi
terapeutik adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.

2. Dari sisi sarana yang dipakai, aborsi dapat dibagi sebagai berikut:
 Aborsi dengan sarana-sarana yang lansung. Seperti aborsi yang disebabkan oleh
pukulan, benturan, atau kesalahan dalam memakai alat kedokteran.
 Aborsi dengan sarana-sarana yangn tidak lansung. Seperti aborsi yang disebabkan
oleh suara yang terlalu keras, cacian, atau aancaman dengan pukulan atau kematian.

3. Dari sisi fase kehamilan, aborsi dapat dibagi sebagai berikut:


 Aborsi sebelum empat puluh hari kehamilan.
 Aborsi antara 40 hari dan 4 bulan kehamilan.
 Aborsi setelan bulan keempat kehamilan.

a. Aborsi Terapeutik

Aborsi terapeutik ialah “aborsi yang diinduksi untuk menyelamatkan hidup atau
kesehatan (fisik dan mental) seseorang wanita hamil: kadang-kadang dilakukan sesudah
pemerkosaan atau inses”.

Kalau kita berbicara lebih sempit, sebenarnya jenis aborsi ini selalu tepat kalau dikatakan
terapeutik. Terapi adalah pengobatan penyakit. Misalnya wanita yang mengandung dan punya
penyakit jantung, kalau kehamilanny diteruskan sampai dengan kelahirannya akan sangat
berbahaya baginya, maka kandungan itu harus dihentikan dengan melakukan aborsi. Tindakan

9
aborsi ini sebenarnya tidak bisa disebut terapeutik sebab tindakan aborsi itu tidak dibuat dalam
kerangka menyembuhkan penyakit. Dengan kata lain dengan dilakukannya aborsi, penyakit
jantungnya tidak disembuhakan. Oleh karena itu dalam arti sempit, aborsi macam itu tidak bisa
diartikan sebagai suatu terapi.

Jadi, tindakan itu bukanlah suatu intervensi medis terapeutis untuk menghilangkan suatu
penyakit agar menjadi sehat tetapi suatu intervensi atas sesuatu yang sehat (janinnya) untuk
menghindarkan ibunya dari suatu penyakit atau resiko kematian sedangkan penyakit si ibu
sendiri justru tidak tersentuh. Dalam beberapa hal, lebih tepat dipakai istilah aborsi oleh karena
adanya indikasi medis.

b. Aborsi dengan Indikasi Medis

Yang disebut dengan indikasi medis adalah aborsi yang dilakukan oleh karena adanya
tanda atau keadaan yang menunjukan atau menggambarkan pelangsungan kehamilan akan
menyebabkan kerusakan serius pada kesehatan ibu yang tidak bisa dipulihakan (irreversible)
atau bahkan bisa menyebabkan kematian ibu.

Penilaian moral terhadap kasus ini perlu menimbangkan beberapa hal berikut ini:

1. Kita tidak boleh menghukum orang yang tidak bersalah. Menghukum orang yang tidak
bersalah adalah bentuk dari ketidakadilan. Lebih-lebih lagi kalau hukuman itu berupa
hukuman mati, maka menghukum mati orang yang tidak bersalah merupakan pelanggaran
berat terhadap keadilan.
2. Memperalat orang lain. Aborsi langsung demi kesehatan ibu merupakan bentuk
pemanfaatan (instrumentalisasi) orang lain demi kepentingan pribadi. Walaupun benar
bahwa tugas dan kewajiban tenaga medis ialah untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada semua orang yang datang meminta kesembuhan, tetapi pelaksanaannya tidak boleh
dengan mematikan orang lain secara langung (abortus provocatus directus). Kalau terjadi
bahwa janin digugurkan demi keselamatan ibunya, maka ini adalah bentuk pemanfaatan
orang lain demi kepentingan pribadi (ibu). Yang diperbolehkan hanyalah aborsi
terpapeutik tidak langsung dimana tujuan intervensi medis itu adalah untuk menyembukan
penyakit yang dallam prosesnya terpaksa janinnya gugur. Gugurnya janin bukanlah
maksud dari intervensi medis itu sendiri. Misalnya: seorang wanita yang terkena kanker
rahim yang ganas padahal dia sedang mengandung dalam usia kehamilan muda. Kalau

10
rahim tidak diangkat maka kanker akan menjalar ke tempat lainnya dan akan mematikan
si ibu. Dalam hal seperti ini dokter diperkenankan memangakat rahim yang kena kanker
itu walaupun didalam rahim itu ada janinnya yang terpaksa mati. Kematian bayi itu sendiri
tidak dimaksudkan oleh tindakan intervensi medis itu. Demikian juga, intervensi medis itu
tidak langsung ditujukan kepada si janin tetapi kepada rahim itu sendiri. Penilaian moral
di sini berdasarkan apa yang disebut prinsip double effeck. Menurut prinsip ini dalam
sebuah tindakan bila terjadi dua efek, yang satu yang baik dan yang lainnya tidak baik,
maka tindakan itu bisa dibenarkan billa: yang dimaksudkan oleh tindakan itu adalah yang
baik, sedangkan yang tidak baik hanyalah efek yang tidak bisa dielakkan; perbuatan itu
sendiri adalah baik (atau sekurang-kurang-nya netral); hasil baik itu bukan dihasilkan
dengan suatu cara yang baik itu proporsional bila dibandingkan dengan hasil negatifnya.
3. Adanya kemajuan teknologi kedokteran sudah sangat mengurangi banyak sekali apa yang
tadinya digolongkan sebagai indikasi kesehatan yang valid untuk bisa diatasi tanpa harus
melakukan aborsi. Dewasa ini ada banyak penyakit yang bisa diatasi tanpa harus
melakukan aborsi sehingga alasan indikasi medis itu banyak yang kehilangan dasarnya.
Yang sering terjadi adalah ditempuh jalan yang paling mudah meskipun sebenarnya hal
itu melanggar hak asasi manusia.
4. Harus ada usaha serius untuk mengetahui apakah memang aborsi ini secara objektif
menjadi satu-satunya cara untuk menjaga kesehatan si ibu. Apakah masih ada
kemungkinan lain untuk menjaga kesehatan si ibu. Apakah masih ada kemungkinan lain
untuk menjaga kesehatan itu dengan cara lain tanpa harus melakukan aborsi. Di sini
diperlukan suatu kejujuran dalam menegakan diagnosis medis dan sekaligus tugas mulia
riset medis untuk menemukan cara-cara baru dalam menjaga dan memelihara hidup
manusia.
5. Indikasi sosio-ekonomis tidak bisa jadi alasan untuk dilakukannya aborsi sebab hidup
manusia itu jauh lebih bernilai dari pada nilai ekonomi dan sosial. Prinsip etika yang paling
mendasar bahwa pribadi manusia mempunyai nilai yang sangat luhur dan tinggi didunia
ini dan oleh karena itu mengatasi nilai-nilai lainnya. Nilai-nilai lain seperti ekonomi dan
sosial (anak banyak, sulit menyekolahkan, dll.) tidak bisa mengalahkan nilai hidup
manusia. Hidup manusia itu tidak bisa diganggu gugat (inviolable).
6. Hidup fisik manusia, meskipun ini bukan keseluruhan pribadi manusia, namun hidup
manusia merupakan dasar pertama yang menjadi dasar bagi segala sesuatu yang lainnya.
Oleh karena itu, walaupun secara filosofis ada orang tidak setuju bahwa janin itu seorang
personal (pribadi) tetapi haknya untuk hidup harus diakui dan dihormati. Semua ahli

11
biologi dan embriologi mengakui bahwa hidup manusia itu mulai sejak saat selesainya
proses pembuahan. Ini adalah suatu data objektif dari biologi yang tidak mengenal ideologi
tertentu.
7. Martabat hidup manusia tidaklah tergantung pada penampilan seseorang badaniah, tetapi
martabat manusia itu ada bersama dengan adanya manusia. Oleh karena itu, hal-hal yang
eksternal seperti cacat atau lengkap, berbentuk atau belum berbentuk, laki-laki atau
perempuan, dan sebagainya tidaklah mempengaruhi nilai martabat manusia. Oleh karena
itu, tidak bisa dibenarkan bahwa aborsi oleh karena janin yang cacat atau belum berumur.
Aborsi ini lebih dikenal dengan aborsi eugenik, karena janin diaborsi oleh karena kualitas
gen/keturunan yang tidak baik.
8. Ada suatu situasi konflik dimana antara hidup ibu dan bayinya, secara medis hanya bisa
diselamatkan nyawa bayinya. Misalnya, seorang wanita hamil mengalami kecelakaan
kendaraan sampai koma atau mati otaknya. Kalau pada waktu kecelakaan itu umur
kehamilan itu sudah cukup supaya bayinya bisa hidup diluar (viable), maka janin bisa
dikeluarkan (lewat operasi caesar) meskipun dengan demikian ibunya meninggal tetapi
bisa menyelamatkan anaknya. Kalau seandainya bayinya tidak bisa hidup diluar, maka
dibenarkan seandainya ibu yang koma atau mati otaknya ditopang dengan peralatan medis
supaya bayinya dapat berkembang sampai umur bisa hidup diluar rahim. Ketika umur itu
tercapai, maka bisa dilakukan bedah caesar untuk menyelamatkan anaknya. Dalam situasi
dimana sudah ada kepastian medis bahwa ibunya tidak bisa diselamatkan, maka tidak
dibenarkan dibuat usaha untuk menyelamatkan ibu dengan menggugurkan bayi.

c. Aborsi untuk Menyelamatkan Nyawa Ibu

Kasus yang paling dramatis ialah kasus dimana terjadi konflik frontal antara nyawa ibu
dan bayinya. Kasus ini secara medis memang sudah semakin jarang terjadi tetapi dalam
keadaan tertentu bisa saja terjadi hal yang sedemikian. Apabila secara objektif dalam
perhitungan medis memang terjadi suatu keadaan dimana melanjutkan kehamilan bisa
mematikan baik ibu maupun bayinya, maka para moralis Katolik, seperti Franz Boeckle dan
E. Pousset, dan Bernard Haring pada umunya menyetujui bahwa dalam situasi macam ini,
yang diharus dipilih ialah apa yang paling mungkin diselamatkan. Kalau yang paling mungkin
diselamatkan adalah ibunya, maka ibunya yang harus diselamatkan; bila bayinya yang paling

12
mungkin diselamatkan, maka bayinya yang diselamatkan. Dari pada mati kedua-duanya,
maka lebih baik menyelamatkan salah satu.

Dalam situasi macam ini bukan berarti bahwa hidup ibunya lebih berarti dari pada
bayinya tetapi disini kita berhadapan dengan situasi dimana hanya ada dua pilihan:
membiarkan keduanya mati atau menyelamatkan nyawa ibunya. Maka, pilihan untuk
menyelamatkan ibunya bisa menjadi pilihan yang baik.

Bernard Haring, mengutip Frans Boeckle yang mengatakan, “ Disini bukanlah masalah
lebih memilih ibunya dari pada bayinya atau memilih bayinya dari pada ibunya, tetapi sebuah
pilihan di antara hidup yang dapat diselamatkan dan hidup yang tidak bisa diselamatkan.”

C. Pandangan Kristen Tentang Aborsi

Gereja Kristen protestan saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi yang
masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana Negara tersebut
masih memperbolehkan diadakannya aborsi.

Dalam perintah Allah yang ke-6 berbunyi “Jangan Membunuh”, gereja masih bertanya-
tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih berlaku? Dan kalau kita
melihat konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi
masalah utama adalah tentang status fetus/janin itu sendiri;

Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat dicap
sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang
sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu
pembunuhan.

Alkitab sebagai sumber acuan hidup orang Kristen, tidak pernah secara khusus berbicara
mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa
pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita
sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran
aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25
memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian seorang bayi
yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas
mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama

13
seperti orang dewasa. Bagi orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan
untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam
rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).

Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal
aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara.
Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar
saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan
kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat
saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak – atau anak
tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena
perbuatan jahat ayahnya.

Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal
aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?” Secara jujur ini adalah
pertanyaan paling sulit untuk dijawab dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa
situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di
dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena merka tidak mau
“merusak tubuh mereka” daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan
jiwa mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat
menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya,
keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang
menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5)
untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.

Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan kelahiran
secara retroaktif.” Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak
menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari
bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam
kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia
dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.

Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni
dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat
diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi,

14
atau laki-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya
dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.

D. Sikap Orang Kristen Terhadap Pelaku Aborsi

Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan
kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati, kasih,
bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak
label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak
tahu apa yang harus dilakukan.

Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah menjadi
pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif fundamentalis dan liberalis. Substansi
permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan
di media massa menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah
dingin, atau membunuh secara sederhana.

Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah pihak pada
dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang dianggap perkecualian.
Memang ada perbedaan di antara dua kutub.

15
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Oxford mendefinisikan aborsi sebagai memperoleh persalinan secar prematur sehingga


dapat menghancurkan keturunan. Aborsi adalah berbagai cara yang digunakan manusia untuk
menghancurkan janin yang sedang berkembang. Ada dua dasar penting argumentasi melawan
aborsi :

1. Posisi pro-hidup, beberapa orang percaya bahwa manusia sesungguhnya sudah bisa
disebut sebagai manusia sejak dalam kandungan atau bayi yang belum dilahirkan,
yang belum menerima perlindungan hidup sesuai konstitusi. Posisi ini merupakan
sesuatu dari Al-Kitab yang menghargai kehidupan bayi sama seperti kehidupan
ibunya.
2. Posisi pro-pilihan, mereka percaya keputusan tentang hidup atau mati bayi yang
belum dilahirkan harus merupakan pilihan ibu mengandung. Hal ini mengundang
ketidaksetujuan Tuhan karena hal itu tidak memberi perlindungan bagi kehidupan
bayi yang belum dilahirkan dan tidak berdosa.

Dan yang lebih penting, aborsi itu sangat beresiko pada kesehatan dan psikologi terlebih tidak
baik di mata Tuhan.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari segi bahasa maupun penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran
sangat saya harapkan dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan pembuatan
makalah di kemudian hari. Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan
dapat menjadi bahan bacaan maupun diskusi.

16
DAFTAR PUSTAKA

- Bertens, K. 2011. Etika Biomedis. Yogyakarta: Percetakan Kanisius Yogyakarta.


- Geisler, Norman L. 2010. Etika Kristen. Malang: Literatur SAAT.
- Hunt, June. 2014. Pastoral Konseling Alkitabiah 1. Yogyakarta: ANDI Offset.
- C.B. Kusumaryanto. 2002. Kontroversi Aborsi. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
- Kartono, Muhammad. 2005. Teknologi Kedokteran dan Tantangan Terhadap
Bioetika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

17

Anda mungkin juga menyukai