PENDAHULUAN
I. Pengertian dan Latar Belakang Gerakan Oikumene.
1. Pengertian Etimologi.
Kata Ekumene {Ecumnen Inggris} atau Oikumene diambil
bahasa Yunani { Oikumene } yang terdiri dari dua suku kata, yakni
Oikos {Oikos} berarti Rumah dan Mene{Menein} artinya Berdiam
atau Tempat berdiam. Istilah Oikumene ini adalah Istilah yang
digunakan dalam dunia militer. Istilah Oikumene ini, menunjuk kepada
keseluruhan tempat atau wilayah di bumi yang dihuni oleh manusia.
Oikumene dalam Zaman Yunani Kuno, di bawah Pemerintahan
Alexander Agung, ini menunjuk kepada keseluruhan bagian bumi yang
di diami oleh manusia. Kata ini seringkali digunakan untuk menyebut
daerah-daerah yang di diami oleh orang-orang Yunani, sedangkan
daerah yang tidak di diami oleh Orang bukan Yunani tidak disebut
Ekumene.
Dalam bahasa Yunani Koine di bawah kekaiseran Romawi dan
dalam perjanjian Baru, kata Oikumene secara harafiah artinya dunia,
namun yang dimaksud adalah Dunia di bawah kekuasaan Romawi.
Dalam Surat Ibrani 2:5 kata Oikumene ten mellousan { Oikumene ten
Mellousan } memberikan makna yang merujuk kepada Kerajaan Yesus
Kristus yang akan datang { Dunia yang akan datang }.
Kata Oikumene ini pada awal tidak memiliki makna yang
berkaitan atau berhubungan dengan kehidupan Gereja atau Kekristen.
Namun sejak Konsili di Nicea, { 325 }, yang merupakan Konsili
Oikumene pertama. Istilah Oikumene ini diterima dan disahkan atau
diteguhkan pemakaiannya sebagai Istilah Gerejawi.
Dalam Konsili pertama ini mengundang semua perwakilan
Gereja yang ada di Wilayah Kekaiseran atau Wilayah Kekuasaan
Romawi, dan Istilah Oikumene ini, yang disebut sebagai Wilayah
Kekuasaan Romawi, dan dalam kenyataan inilah dikenal sebagai
Selurh Dunia pada waktu itu. Dengan kata lain, dalam pandangan
Politik dan Keagamaan, maka memang pada waktu itu hanya Wilayah
Romawi yang dipahami sebagai Wilayah yang di diami Manusia dan
sekaligus Masyarakat Gereja.
PANDANGAN THEOLOGIS
1. Pandangan Theologis WCC
Gerakan oikumene yang dimulai dari gerakan penginjilan sedunia,
semakin lama semakin berubah kea rah penginjilan yang bersifat politik
dan social hingga kehilangan konsep PI lintas budaya yang sebenarnya.
Hal tersebut pantas disebut sebagai Ecumenical Political Mission.
Setelah IMC diambil alih oleh pihak WCC. Konsep penginjilan yang
tradisional dikuasai oleh teologia yang menekankan pelayanan social
(keselamatan social). Akibatnya WCC lebih memperhatikan masalah
politik, social dan ekonomi daripada masalah rohani (bagaimana orang
yang belum mendengar Injil Yesus bisa dibawa kepada Kristus, dan
bagaimana gereja di bumi bisa menjadi gereja Allah?). Oleh karena itu
pokok pembahasan dalam konferensi WCC sama dengan pokok
pembahasan yang dibicarakan dalam PBB yang selalu membahas
masalah politik dunia.
Kemudian teologi-teologi yang mengubah konsep gerakan oikumene yang
pernah muncul sejak konferensi Edinberg dan dalam setiap konferensi
WCC juga mempengaruhi keadaan konsep oikumene pada zaman ini.
Khususnya teologi yang menekankan keselamatan social yang muncul
sejak 1950, akhirnya mengakibatkan teologi pembebasan berkembang
dengan leluasa, hal ini sangat membahayakan konsep keselamatan dan PI
sedunia yang bersifat tradisi.
Proses Pengaruh Pandangan Liberal Dalam Gerakan Oikumene
Sebelum perang dunia ke-2 teologi Neo-ortodox sangat mempengaruhi
bidang penginjilan, namun setelah perang selesai, situasinya menjadi
berubah dan kemudian pandangan liberal muncul kembali. Melalui
pengaruh ini teologia sekuler menyusup dalam pandangan penginjilan.
Selanjutnya dalam setiap konferensi oikumene dunia mempunyai tujuan
menjalin kerjasama dalam bidang penginjilan sehingga terjadilah
perpecahan karena timbul beberapa perbedaan pandangan teologia dari
tokoh-tokoh di setiap denominasi gereja.
Pada tahun 1948 organisasi WCC berdiri dengan tujuan untuk
mewujudkan kesatuan gereja dalam setiap bidang, khususnya bidang
penginjilan. Bidang penginjilan ini mulai dikuasai oleh pandangan teologi.
Hal ini menyebabkan banyak denominasi gereja tidak setuju pada arah
dan tujuan yang semakin menyimpang dari pandangan teologia yang Injili
tersebut dan akhirnya mereka memisahkan diri dari WCC.
Sebenarnya pandangan teologia yang liberal sudah muncul sejak
konferensi pertama, tetapi hal itu tidak menyebabkan denominasi gereja
di dunia mengalami perpecahan secara langsung. Setelah konferensi
Yerusalem, barulah teologia liberal mulai secara langsung dan bahkan hal
itu menjadi motto dalam penginjilan sedunia.
Teologia Pembebasan
(1) Praxia
(2) Dependence Theory
(3) Kontext: Text
NADA SILITONGA
III
GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA
a. Anggaran Dasar
Pada sidang raya I DGI, telah disahkan Anggaran Dasar (AD) yang
kemudian menjadi salah satu alat organisasinya. Selain AD disahkan dan
diterima pula Anggaran Rumah Tangga (ART), yang menjadi acuan
operasional DGI.
b. Perlengkapan
Selaras dengan AD DGI pasal 6, di dalam tubuh DGI dikenal adanya
sidang-sidang dan badan-badan sebagai berikut:
1) Sidang Raya adalah:
a) Sidang dari para utusan seluruh anggota DGI
b) Badan tertinggi dalam struktur DGI
c) Mempunyai hak untuk menelorkan keputusan-keputusan yang
prinsipil, misalnya:
i) Hak-hk untuk menempatkan dan mengangkat badan pekerja
ii) Melakukan perubahan/penambahan AD
iii) Pembubaran DGI dan lain-lain
2) Badan Pekerja adalah:
a) Anggotanya dipilih dan diangkat oleh SR DGI
b) Memiliki masa kerja tertentu
c) Tugasnya: menjalankan keputusan-keputusan SR DGI
i) Menyiapkan bahan/usulan untuk sidang berikutnya
ii) Menyiapkan konsep anggaran belanja DGI
iii) Melaporkan/mempertanggungjawabkan hal-hal tersebut pada
sidang berikutnya.
d) Bertugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui BPH-nya
e) Sehubungan dengan tugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui
BPH-nya maka berhak mengangkat pihak-pihak tertentu dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugasnya.
Sejak SR III DGI (di Jakarta 8-17 Juli 1956) dikenal badan pekerja lengkap
(BPL), mengingat semakin berat dan meluasnya tugas yang diembannya.
Sehingga dikenal adanya BPL dan Badan Pekerja Harian (BPH).
3) Badan-badan lainnya adalah:
a) Komisi-komisi, panitia-panitia dll
b) Diangkat oleh SR DGI untuk mengemban tugas khusus
c) Mempertanggungjawabkn segala pekerjaannya kepada SR DGI
4) Lembaga DGI adalah:
a) Sebuah kapal, tersalib yang tengah berlayar di seluruh perairan dunia
dengan muatan Iman Persekutuan Pengharapan.
b) Artinya: kapal oikumenika yang di tengah-tengahnya tertanam salib
itu mengingatkan tentang kapal yang dipergunakan oleh Tuhan Yesus
beserta para murid-Nya di tasik Galilea.
8. Sidang-sidang Raya DGI/PGI
Sampai dengan tahun 1995 DGI telah mengadakan Sidang Raya sebanyak
12 kali. Beberapa sidang raya tersebut (kecuali SR I DGI), biasanya
menggunakan tema-tema tertentu yang dijadikan arahan bagi setiap SRl;
dilakukan berdasarkan pertimbangan yang masak. Karena tema-tema
yang dipakai biasanya dihubungkan dengan konteks pergumulan gereja-
gereja dan masyarakat di Indonesia dan di dunia; selain itu tentunya juga
dikaitkan dengan kehidupan oikumene itu sendiri.
No URUTAN SIDANG RAYA TANGGAL TEMPAT
1 Sidang Lengkap I (pembentukan 21-28 Mei 1950 Jakarta
DGI)
2 Sidang Lengkap II DGI 20-30 Juni 1953 Jakarta
3 Sidang Lengkap IIi DGI 8-17 Juli 1956 Jakarta
4 Sidang Lengkap IV DGI 3-13 Juli 1960 Jakarta
5 Sidang Lengkap V DGI 3-14 Mei 1964 Jakarta
6 Sidang Lengkap VI DGI 29 Okt-8 Nov Makasar
1967
7 Sidang Raya VII DGI 18-28 April 1971 Pematang Siantar
8 Sidang Raya VIII DGI 1-12 Juli 1976 Salatiga
9 Sidang Raya XI DGI 19-31 Juli 1980 Tomohon
10 Sidang Raya X DGI 21-31 Okt 1984 Ambon
11 Sidang Raya XI DGI 23-30 Okt 1994 Jayapura
IV
KESATUAN GEREJA YANG ALKITABIAH
8. Jangan mengkritik dan memojokkan pihak lain baik itu secara pribadi,
secara organisasi gereja maupun secara denominasi gereja karena
adanya perbedaan dan ketidaksamaan, tetapi hendaklah satu sama lain
saling membantu, memperbaiki dan menolong melalui kebenaran dalam
proses kesatuan. Prinsip Kristen adalah melakukan segala sesuatu dengan
jiwa dan kasih Yesus Kristus sebab kebenaran senantiasa terikat pada
kash.