Anda di halaman 1dari 9

553

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Stres pada Tenaga Kesehatan


di RS Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2015

Dwi Tirta Perwitasari1, Novie Nurbeti2, Ita Armyanti3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN
2
RS UNTAN, Pontianak
3
Departemen Farmakologi, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Stres merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya. Stres satu di antaranya dapat dialami oleh tenaga kesehatan.Tingkatan stres dibagi
menjadi ringan, sedang, dan berat yang dipengaruhi oleh faktor yang berbeda-beda dari setiap
individu. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan potong
lintang. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Hasil. Tingkat
stres tenaga kesehatan sebagian besar dalam kategori tidak stres sebanyak (66%). Didapatkan juga
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres yaitu faktor kemampuan individu mempersepsikan
stresor (84%), faktor intensitas terhadap stimulus (88%), faktor jumlah stresor yang harus dihadapi
dalam waktu yang sama (68%), faktor lamanya pemaparan stresor (74%), faktor pengalaman masa
lalu (82%), dan faktor tingkat perkembangan (78%). Kesimpulan. Faktor kemampuan individu
mempersepsikan stresor, faktor intensitas terhadap stimulus, faktor jumlah stresor yang harus
dihadapi dalam waku yang sama, faktor lamanya pemaparan stresor, faktor pengalaman masa lalu
dan faktor tingkat perkembangan mempengaruhi tingkat stres.

Kata Kunci: Tenaga kesehatan, tingkat stres, faktor stres.

Background. Stress is a body’s response of nonspecific natureto any burden on it. Health
professionals are among those who may experiencestress. Stress levels are divided into mild,
moderate, and severe, influenced by different factors depending on each individual. Method. This
research used a descriptive design with cross sectional approach. The data obtained through
questionnaires were used as the primary data. Result. The stress levels in most of the health
professionals were in the category of not stressed out (66%). This study also revealed that the
factor that influenced the stress level were individual's ability to perceive stressors (84%),
intensity of the stimulus (88%), the number of stressor faced at the same time (68%), length of
exposure to stressors(74%), past experiences (82%), and level of development (78%).
Conclusion. Factors of individual's ability to perceive stressors, intensity of the stimulus, the
number of stressors faced at the same time, length of exposure to stressors, pastexperiences and
level of development affected the stress level.

Keyword: Health professionals, stress level,stress factor.

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


554

PENDAHULUAN 1-3% dan stres berat mencapai 7-

Stres merupakan respon 10%. Di Jawa Tengah tercatat

tubuh yang sifatnya nonspesifik 704.000 orang mengalami gangguan

terhadap setiap tuntutan beban kejiwaan, dan dari jumlah tersebut

atasnya.1 Stres yaitu mengacu pada sekitar 96.000 orang mengalami

peristiwa yang dirasakan kegilaan dan 608.000 orang

membahayakan kesejahteraan fisik mengalami stres.4 Di Kalimantan

dan psikologis seseorang. Situasi ini Barat tercatat 0,5% atau mendekati

disebut sebagai penyebab stres dan 13 ribu penderita yang tersebar

reaksi individu terhadap situasi stres diseluruh pelosok Kota/Kabupaten,

ini disebut sebagai respon stres.2 dan Kota Pontianak diperkirakan

World Health Organization menyumbang 1500 penderita stres

(WHO) menyebutkan bahwa sekitar dari angka tersebut.5 Data tersebut

450 juta orang di dunia mengalami menunjukan bahwa stres bersifat

stres. Di Indonesia tercatat sekitar 10 universally, yaitu semua orang dapat

% dari total penduduk Indonesia merasakannya tetapi cara

mengalami stres.3 Data Riset pengungkapannya yang berbeda atau

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun diversity.6,7

2013 menyebutkan bahwa sekitar Stres satu di antaranya dapat

1,33 juta penduduk DKI Jakarta dialami oleh tenaga

mengalami stres. Angka tersebut kesehatan.Tenaga kesehatan adalah

mencapai 14% dari total penduduk setiap orang yang mengabdikan diri

dengan tingkat stres akut mencapai dalam bidang kesehatan, memiliki

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


555

pengetahuan dan atau keterampilan Rumah Sakit Universitas

melalui pendidikan di bidang Tanjungpura (RS UNTAN) adalah

kesehatan yang memerlukan satu di antara rumah sakit di

kewenangan dalam menjalankan Kalimantan Barat (Kalbar) yang

pelayanan kesehatan. Tenaga sudah beroperasi selama dua tahun

kesehatan bertanggungjawab sejak tanggal 20 Mei 2013. RS

terhadap tugas fisik dan administratif UNTAN merupakan rumah sakit

dari instansi tempat ia bekerja.8 baru berdiri 2 tahun, sedangkan

Rumah sakit merupakan unit faktor resiko stres pada tenaga

pelayanan kesehatan yang beroperasi kesehatan terjadi apabila tenaga

terus menerus selama 24 jam dengan kesehatan sudah bekerja lebih dari

tenaga kesehatan sebagai tenaga lima tahun. Rumah sakit ini memiliki

kerja yang dituntut kesediaan dan rata-rata 115 pasien di UGD, 462

kesiapan selama 24 jam itu pula. pasien rawat jalan, dan 23 pasien

Berbagai situasi dan tuntutan kerja rawat inap setiap bulannya selama

yang dialami dapat menjadi sumber bulan Januari hingga Agustus

potensial terjadinya stres dan 2014.RS UNTAN memiliki visi

memiliki resiko kematian pada menjadi rumah sakit yang

pasien jika tenaga kesehatan tidak melaksanakan pelayanan,

bisa menanganinya.9 Oleh karena itu, pendidikan, dan riset yang unggul,

perlu diadakan kerja gilir atau shift berku-alitas, mandiri, bermartabat,

kerja agar mencapai hasil kerja yang dan mengabdi kepada kepentingan

optimal. masyarakat.Dengan visi tersebut

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


556

maka RS UNTAN harus mampu metode pengambilan sampel

memberikan pelayanan yang optimal dilakukan secara total sampling yaitu

dan meningkatkan mutu pelayanan semua populasi terjangkau dijadikan

kesehatan melalui pendidikan dan sampel sesuai dengan kriteria inklusi

riset. Dengan usaha untuk mencapai dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi

visi tersebut, RS UNTAN akan pada penelitian ini tenaga kesehatan

mampu menjadi rumah sakit yang bekerja dengan shift kerja 24

percontohan di Kalbar. jam di RS UNTAN yaitu, Dokter

Berdasarkan hal tersebut umum, Perawat, Bidan sedangkan

maka peneliti tertarik untuk kriteria eksklusi pada penelitian ini

melakukan penelitian dengan judul yaitu tenaga kesehatan yang tidak

Faktor yang Mempengaruhi hadir dalam penelitian. Data yang

Tingkatan Stres pada Tenaga dikumpulkan pada penelitian ini

Kesehatan di Rumah Sakit berasal dari data primer.Data primer

Universitas Tanjungpura Tahun didapatkan langsung dari responden

2015. yaitu melalui wawancara

menggunakan kuesioner.Kuesioner

METODE mengenai faktor stres dan tingkat

Penelitian ini merupakan stres diukur dengan kuesioner DASS

penelitian deskriptif dengan (Depression Anxiety and Stress

pendekatan potong lintang. Sampel Scale).

dalam penelitian ini adalah 50 orang

yang bekerja di RS UNTAN dengan

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


557

HASIL kerja dapat memicu terjadinya stres

Responden terbanyak yang menyebabkan kinerja yang rendah,

mengalami stres ringan pada komunikasi tidak lancar, keputusan

kelompok usia 28-30 tahun yaitu yang jelek, kreativitas, dan inovasi

sebanyak 7 orang (14%).Usia dewasa kurang sehingga bergulat dengan

pertengahan dimana merupakan usia tugas-tugas yang tidak produktif.10

produktif bagi seseorang. Pada usia Berdasarkan jenis kelamin

produktif seseorang cenderung untuk responden terbanyak yang

bekerja lebih keras sehingga mengalami stres ringan adalah

kemungkinan untuk mendapatkan perempuan yaitu sebanyak 11 orang

stres sangat tinggi.10 (22%).Wanita lebih menggunakan

Berdasarkan tingkat perasaannya dalam menghadapi

pendidikan sebanyak 16 orang (32%) suatu masalah. Berbeda dengan laki-

dengan pendidikan D3 mengalami laki yang dituntut untuk lebih kuat

stres ringan. Semakin tinggi daripada wanita, sehingga laki-laki

pendidikan seseorang maka semakin lebih menggunakan akalnya daripada

banyak pengetahuan yang didapatkan perasaannya.10Secara umum

sehingga mereka akan lebih mampu perempuan mengalami stres 30%

mengatasi stres yang terjadi dalam lebih tinggi daripada laki-laki.11

dirinya dibandingkan dengan mereka Berdasarkan status

yang pendidikannya lebih rendah. pernikahan responden terbanyak

Tingkat pengetahuan yang kurang yang mengalami stres ringan adalah

dalam menghadapi masalah ditempat sudah menikah yaitu sebanyak 14

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


558

orang (28%). Sudah menikah lebih Peran perawat sangat penting karena

banyak masalah yang dihadapi di merupakan tenaga kesehatan yang

rumah tangga terutama pada keluarga paling lama kontak atau berhubungan

muda yang masih memiliki anak dengan pasien yaitu 24 jam, hal ini

balita dimana kondisi keluarga yang akan menyebabkan stressor yang

membutuhkan perhatian khusus kuat pada perawat di dalam

seperti pada saat anak atau pasangan lingkungan pekerjaan. Stres terjadi

sakit sementara harus tetap bekerja karena adanya tekanan dalam

sehingga dapat menjadi stres pekerjaan melebihi ambang

tersendiri bagi tenaga kesehatan yang kewajaran dan disertai kurangnya

sudah berkelurga dibandingkan dukungan yang dibutuhkan

dengan yang belum menikah, seseorang dari berbagai pihak.10

sehingga pada waktu melaksanakan

pekerjaan sering terganggu akan

pikiran-pikiran diluar dari pekerjaan PEMBAHASAN

sehingga membuat kurang


Ditinjau dari segi faktor
konsentrasi didalam melaksanakan
kemampuan individu dalam
pekerjaan yang akhirnya dapat
mempersepsikan stresor, mayoritas
menimbulkan stres.10
beranggapan bahwa stresor yang
Berdasarkan tenaga kesehatan
dihadapi ringan (84%) dan tidak
responden terbanyak yang
akan berdampak buruk dalam
mengalami stres ringan adalah
kehidupan selanjutnya (82%). Sesuai
perawat sebanyak 13 orang (26%).
dengan hasil penelitian ini juga yang

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


559

menyatakan bahwa responden Ditinjau dari faktor jumlah

mayoritas tidak stres (66%) sehingga stresor yang harus dihadapi dalam

faktor kemampuan individu waktu yang sama, tidak pernah

mempersepsikan stresor dapat menghadapi sejumlah stresor dalam

dikatakan mempengaruhi tingkat waktu yang bersamaan (68%) serta

stres seseorang.Peneliti menduga tidak ada stresor yang bertumpuk

dikarenakan tenaga kesehatan di RS yang harus dihadapinya sehingga

UNTAN tidak mendapatkan tugas- individu dapat menyelesaikan

tugas yang sangat berat dari atasan pekerjaannya tepat waktu dan sangat

nya sehingga stresor yang dihadapi baik.

dapat di manajemen dengan baik Ditinjau dari faktor lamanya

oleh responden. pemaparan stresor, tidak pernah

menghadapi stresor yang


Ditinjau dari faktor intensitas
berlangsung lebih dari satu minggu
terhadap stimulus, mayoritas
(74%).Kondisi lingkungan kerja
responden diketahui jarang
yang menunjang seperti hubungan
menghadapi stresor yang berat
interpersonal yang baik dengan rekan
(88%). karena responden memiliki
kerja, atasan dan pasien serta
intensitas serangan stres yang jarang
rutinitas kerja yang tidak monoton
maka kekuatan fisik dan mental
dan tidak membosankan
tenaga kesehatan mampu
meningkatkan kemampuan
mengadaptasinya sehingga individu
responden dalam mengatasi stres.
tidak kehabisan tenaga untuk

menghadapi stresor.

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


560

Ditinjau dari faktor perkembangan juga mempengaruhi

pengalaman masa lalu, mayoritas tingkat stres seseorang.

responden menjadikan pengalaman

masa lalu mereka untuk menghadapi


KESIMPULAN
stressor yang sama (82%).
1. Proporsi tenaga kesehatan di RS
Pengalaman secara psikologis akan
UNTAN yang memiliki tingkat
timbul kesan yang sangat mendalam
stres ringan sebesar (34%),
dan membekas dalam emosi
sedang (0%), dan berat (0%).
kejiwaannya, dan akhirnya dapat
Hasil penelitian menunjukkan
pula membentuk sikap positif dalam
bahwa mayoritas tenaga
kehidupannya.
kesehatan di RS UNTAN

Pada tingkat perkembangan zaman cenderung tidak mengalami

stresor yang mereka hadapi semakin stres (66%).

tinggi dan banyak.Hal ini 2. Faktor kemampuan individu

dikarenakan stresor pada tahap mempersepsikan stresor (84%),

perkembangan berhubungan dengan faktor intensitas terhadap

perkembangan jiwa seseorang, stimulus (88%), faktor jumlah

semakin tinggi tahap perkembangan stresor yang harus dihadapi

semakin tinggi pula resiko terjadinya dalam waku yang sama (68%),

stres.Hal ini juga sesuai dengan hasil faktor lamanya pemaparan

yang menyatakan bahwa responden stresor (74%), faktor

sebanyak 34% mengalami stres pengalaman masa lalu (82%),

ringan sehingga faktor tingkat faktor tingkat perkembangan

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


561

(78%) mempengaruhi tingkat 11. Gunawati, R., Hartati, S., &


Listiana, A. Hubungan antara
efektivitas komunikasi mahasiswa
stres pada tenaga kesehatan di dosen pembimbing utama skripsi
dengan stres dalam menyusun
RS UNTAN. skripsi pada mahasiswa program
studi psikologi fakultas kedokteran.
Jurnal Psikologi Universitas
Diponegoro Vol.3 No.2.
Ejournal.undip.ac.id/index.php/psik
DAFTAR PUSTAKA ologi/article/download/659/533.
2006.
1. Hawari, D. Manajemen Stres,
Cemas dan Depresi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2008.
2. Atkinson, Smith, dkk. Introduction
to Psychology (13rd Edition).
Harcourt College Publisher. 2000.
p. 491.
3. Depkes RI. Profil Kesehatan
Indonesia 2008. Jakarta. 2009.
Diperoleh dari
http://www.depkes.go.id.
4. Tim Balitbangkes. RisetKesehatan
Dasar Riskesdas. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2013.
5. Tim Balitbangkes. RisetKesehatan
Dasar Riskesdas. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2007.
6. Rasmun. Stres, Koping, dan
Adaptasi. Edisi Pertama. Jakarta:
Sagung Seto. 2004. h. 9-16, 24-30.
7. Crowford, J.C., & Henry, J.D. The
Depression Anxiety Stress Scale
(DASS): Normative data and latent
structure in a-large non-clinical
sample. British Journal of Clinical
Psycology. 2003. p. 42, 111-31.
8. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
9. Indonesia Departemen Kesehatan.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No. 128 tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta, Depkes. 2004.
10. Ismafiaty. Hubungan Antara
Strategi Koping Dan Karakteristik
Perawat Dengan Stres Kerja Di
Ruang Perawatan Intensif Rumah
Sakit Dustira Cimahi (Skripsi).
2011.

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai