Kelompok IV :
UNIVERSITAS RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan pada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan
berkat dan kasih karunia-Nya pada kita semua serta telah mengizinkan kami menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran.
Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen. Dalam makalah ini dijelaskan tentang apa itu Etika Kristen dan bagaimana Etika
Kristen Terhadap Politik.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa apa yang kami sajikan pada makalah ini
keberadaannya masih sederhana dan jauh dari kesempurnaan karena sumber bacaan dan
pengetahuan yang kami miliki masih sangat terbatas.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca terlebih dari Dosen Pendidikan Agama Kristen kami, Bapak Ardikal Bali, demi
perbaikan mutu dan kesempurnaan makalah ini.
Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan, bila ada hal-hal yang
kurang berkenan, kami mohon maaf. Atas perhatian Bapak dan pembaca lainnya kami
ucapkan banyak terima kasih.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kristen. Cukup banyak orang Kristen, termasuk mahasiswa Kristen, yang takut
atau antipati terhadap politik. Hal ini terjadi akibat image negatif dari politik yang
dianggap tempat iblis atau setan bermain. Adanya konsep pemikiran seperti ini
timbul karena mereka tidak memahami esensi dan makna politik dengan benar.
sebab mau tidak mau masyarakat, khususnya umat Kristen, pasti dihadapkan
dengan masalah politik. Melalui tulisan ini Penulis ingin mendorong umat Kristen
di Indonesia meningkatkan jiwa Nasionalisme sesuai dengan UUD 1945 dan jiwa
Pancasila.
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari lebih
dalam lagi tentang Etika Kristen Terhadap Politik. Hal yang paling utama dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen.
2
BAB II
ISI
3
d. Ramsey, 1950
Menjelaskan bahwa etika Kristen adalah perbuatan yang dikehendaki oleh Allah,
yang didasarkan pada nilai-nilai yang sesuai dengan sifat Allah, sehingga orang
Kristen melalukan perbuatan baik dan sebagai tanggapan atas keselamatan yang
dianugerahkan Allah.
e. Mealey, 2009
Menyatakan bahwa etika Kristen merupakan cara berperilaku atau cara bertindak
yang sesuai dengan ajaran-ajaran Alkitab dan mempunyai tujuan untuk berperilaku
yang berbeda dengan orang yang belum percaya, seperti bertindak jujur dalam segala
hal.
Dalam abad pertengahan, hal-hal yang berhubungan dengan etika diterangkan dalam
kumpulan tulisan yang disebut kitab-kitab pengakuan dosa. Tokoh-tokoh yang berperan
pada saat itu antara lain Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza. Tokoh-tokoh ini sering kali
menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti masalah
kesusilaan, masalah perang, etika politik, etika jabatan, serta tentang pengajaran iman
yang terdapat dalam Hukum Taurat. Karl Barth juga memberikan pandangannya
mengenai etika, ia menyatakan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang
ditunjukkan melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu manusia tidak dapat menghindar dari
kasih Allah yang meletakkan Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.
Melalui nabi yeremia, mengajarkan agar setiap orang turut bertanggungjawab untuk
membangun kesejahteraan kota di mana ia ditempatkan oleh Tuhan (Yer. 29:4-7 ; Rm.
13:17). Bila hal seperti ini berlaku dalam masa dan terhadap pemerintah yang sedang
menjajah apalagi terhadap pemerintah bangsa Indonesia. Pemerintah Publik Indonesia
4
adalah pemerintah kita sendiri dan kehadiran kita pada saat seperti ini di tengah Republik
ini adalah ketetapan Tuhan, bukan atas pilihan kita sendiri karena itu harus kita terima
dan syukuri. Dengan demikian dapat di garis bawahi pemerintah itu adalah Ketetapan
Tuhan, bukan atas pilihan kita. Sama seperti bagian komponen bangsa yang lain, umat
kristiani baik secara individu maupun kelompok ikut bertanggung jawab untuk menjaga
kelangsungan kemerdekaan bangsa ini, dalam arti bebas dari pengaruh dan kekuatan luar
manapun dan memaksanya untuk melakukan apa yang sesungguhnya tidak di inginkan.
Maka umat yang mengemban tugas bersama untuk turut serta mewujudkan cita-cita
yang terkandung dalam Pancasila. Yesus sendiri adalah seorang aktivitis dan pembaharu
politik. Walaupun Yesus tidak pernah membentuk Gereja atau partai politik, tetapi Yesus
aktif melakukan gerakan moral untuk membaharui, memperbaiki, bahkan dengan cara-
cara damai Dia pernah menggoyangkan kemapanan dan status quo pada zamannya.
Selama hidup dan pelayanan di dunia ini, tiga setengah tahun, Dia berjuang tanpa rasa
takut menentang penjajahan Romawi dan pemerintahan “Boneka” Romawi yakni
Sanhedrin dan Imam Kepala yang diberikan wewenang terbatas memerintah Yahudi di
Palestina. Dan demikian halnya dalam masalah pajak, ketika Yesus ditanya tentang pajak
kepada Kaisar (negara), Dia mengatakan prinsip pemisahan Gereja dengan Negara.
“Berikanlah kepada Allah yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat.22:21).
Pengajaran ini juga dijadikan untuk menjerat Yesus.
Dalam prinsip etika politik Alkitabiah, suatu pemerintahan yang baik memang
terfokus dalam ketiga urusan ini:
5
adalah ketaatan kepada Allah yang ditandai dengan berlakunya hukum Taurat dan
keadilan. Ada beberapa aspek dari kehidupan yang menonjol dalam pengajaran dan
kehidupan Yesus Kristus yakni hubungan dan perhatian-Nya terhadap rakyat jelata atau
miskin dan termarginalkan. Jika kita menelusuri latar belakang kehidupan Yesus maka
Dia sebenarnya berasal dari kalangan rakyat kecil dan melakukan pemberitaan dan
pelayanannya terutama di wilayah pedalaman Galilea di antara rakyat kecil. Laporan
Injil-injil mengenai pekerjaan dan pengajaran Yesus memperlihatkan perhatian terhadap
dan keakrabanya dengan dunia orang kebanyakan. Ia berbelas kasihan terhadap orang
banyak (Mat. 9:36). Orang-orang yang dilayani Yesus secara langsung adalah rakyat
miskin dan mereka yang dikucilkan dari masyarakat. Penyembuhan-penyembuhan-Nya
adalah atas rakyat kecil yang sakit seperti orang buta dan orang timpang. Ia memberi
makan kepada orang banyak, yaitu rakyat yang datang berkumpul mendengar
pengajarannya tanpa bekal yang cukup.
Pengajaran Yesus Kristus sendiri memihak kaum jelata. Sabda bahagia dalam khotbah
di bukit (Luk. 6:20-21) tertuju kepada mereka:
“Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan
Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan
dipuaskan. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini menangis karena kamu
akan tertawa (Luk. 6:20-21; Mat. 5:1-2..
Pengajaran Yesus Kristus bertolak dari pemahaman akan misinya selaku Mesias
pembawa kabar sukacita bagi kaum miskin dan menderita. Dalam khotbah-Nya di
Nazaret, Yesus merujuk kepada nubuatan nabi Yesaya (Yes. 61:1-2): “Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab ia mengurapi aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku dan memberitakan pembebasan kepada orang-
orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).
Mesias dikaruniakan dan diperlengkapi Tuhan dengan kemampuan untuk mengatasi
krisis yang melanda masyarakat, tugas mesias adalah menegakkan keadilan bagi rakyat
yang tertindas, dan memulihkan damai sejahtera di tengah-tengah masyarakat, serta
membawa umat pada pertobatan, mesias bekerja tidak terutama dengan mengandalkan
kekuatan kekuasaan, melainkan dengan kerelaan untuk menderita.
6
2.3 Hubungan Gereja dan Negara
Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Yunani “Ekklesia” yang didefinisikan
sebagai “perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Akar kata ”Gereja”
tidak berhubungan dengan gedung, tetapi dengan orang. Sedangkan Negara merupakan
sebuah organisasi tertinggi yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan masyarakat umum. Negara juga memiliki peran untuk
melindungi setiap penduduknya dan mencerdaskan dengan mensejahteraan kehidupan
warganya. Hubungan antara Gereja dan Negara merupakan hal yang sangat penting
dibicarakan baik dalam lingkup akademis maupun dalam lingkup masyarakat pada
umumnya.
Sebagai orang Kristen kita memiliki dua kewarganegaraan yaitu warga negara
kerajaan Allah ( 1 Yoh. 3:16) dan lalu kita diutus ke dunia Indonesia sehingga kita
menjadi warga negara Indonesia. Oleh karena itu, kita disuruh Allah untuk berdoa demi
kebaikan Indonesia (1 Tim. 2:1-2, Yes. 2:27). Sebagai orang Kristen kita harus menjadi
garam dan terang di tengah – tengah masyarakat dan negara kita. Dengan sikap dan
ketaatan kita kepada pemerintah sebagai warga negara yang baik merupakan tanggung
jawab kita kepada Tuhan. Ketaatan kita kepada pemerintah adalah dalam rangka ketaatan
kita kepada Allah (Kis. 5:29).
Paulus menekankan bahwa orang Kristen tidak boleh menjungkirbalikkan system
atau melarikan diri dari system yang ada. Orang Kristen harus tetap ada dalam system
itu, sehingga orang Kristen bisa mentransformasi system itu atas dasar dan kekuatan
iman Kristen itu sendiri. Itulah sebabnya Paulus mengatakan: “tiap-tiap orang harus
takluk kepada pemerintah yang diatasnya…(Roma 13:1a).
9
bidang politik sesuai dengan keyakinan Kristiani. Setiap orang yang telah menjadi
anggota gereja di Indonesia adalah penduduk Indonesia yang dilindungi oleh
pemerintah negara Indonesia, bergantung kepada pemerintah negara Indonesia.
Sehingga dengan demikian orang Kristen yang merupakan anggota masyarakat dan
penduduk negara Indonesia punya hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang
sama seperti penduduk lainnya. Sebagai orang beriman percaya bahwa pemerintah
suatu negara dipakai Allah sebagai wakil-Nya di dunia untuk menata kehidupan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dan diterangkan oleh
penulis surat Roma 13:1-7. Oleh sebab itu dikatakan bahwa Kepedulian terhadap
kehidupan bersama negarawi merupakan tanggung jawab yang tidak dapat diabaikan
oleh orang Kristen/gereja. Kristus bukannya tidak peduli akan kemiskinan, korupsi,
dan ketidakadilan. Alkitab memperlihatkan bahwa Ia sangat prihatin dengan keadaan
yang mengenaskan di sekitarnya. (Markus 6:33, 34). Maka diperlukan peran etika dan
moral kristen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melihat perkembangan
terkini, sikap politik orang Kristen dapat di bagi menjadi tiga kelompok:
1. Apolitik
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kesenjangan antara gereja atau orang
Kristen dengan negara dewasa ini. Kesenjangan yang terjadi antara orang Kristen
dengan negara dapat dilihat dari adanya sebagian jemaat Kristen yang anti
pemerintah/negara (Apolitis), politik dianggap kotor, dan pemerintah dianggap
mendiskreditkan gereja/orang Kristen. Gereja dan warga Kristen di Indonesia
yang meninggalkan persepsi (warisan Pietisme) ini, namun dalam batas tertentu
masih banyak warga yang menganut pandangan yang demikian. Masih banyak
pemimpin dan warga gereja yang Apolitik. Walau gereja bukanlah kekuatan
politik, tetapi kekuatan moral namun sikap apolitik terlalu ekstrim.
2. Perebut Kekuasaan
Suatu kelompok yang ingin merebut kekuasaan politik atau paling sedikit
mempunyai kekuatan signifikan dalam bentuk struktur pemerintahan agar dapat
menentukan jalannya negeri ini. Sikap seperti ini lahir dari pengalaman pahit
penganut pandangan dimana orang Kristen di Indonesia dianggap sedang di
marginalkan bahkan dianiaya. Untuk membela nasib orang Kristen di Indonesia
penganut pandangan ini “Bermimpi” untuk masuk dalam struktur kekuasaan
dalam rangka menentukan arah pemerintahan.
10
3. Alat Kristus
Orang Kristen di Indonesia terpanggil sebagai garam dan terang dunia
yang melalui iman Kristianinya dapat melakukan transformasi politik secara
positif, kritis, kreatif,dan realistis.
Gereja atau umat Kristen tidak diperkenankan membiarkan kekuasaan duniawi
berkembang ke arah yang cenderung destruktif. Dengan demikian etika kristen sangat
perlu dalam dunia politik, Robert P Borong dalam bukunya yang berjudul “Etika Politik
Kristen,serba-serbi politik praktis” mengapa pentingnya Etika Kristen dalam politik
karena:
Allah melalui Firman-Nya selalu mengajarkan dan mengkehendaki yang baik dan
benar dalam kehidupan manusia, termasuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara
supaya ada kedamaian dan kesejahteraan lahir batin.
Politik adalah kegiatan yang bertujuan untuk kebaikan dan kebenaran dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Politik tidak bertujuan untuk mencapai
kepentingan sendiri atau kelompok saja, melainkan dan terutama kepentingan
bersama sebagai bangsa.
Para pelaku politik adalah orang-orang yang menerima kuasa dan wibawa dari Tuhan
untuk menegakkan kebaikan dan kebenaran.
Para politisi adalah manusia “berdosa” penuh kekurangan bahkan cenderung kepada
kejahatan (Destruktif) sehingga memerlukan paduan, arahan dan norma dari agama.
Kegiatan politik adalah juga misi Allah (misio Dei) yang bertujuan mewujudkan
kekuasaan dan kedaulatan Allah di dunia.
12
memprotes ketidakadilan hukum atau rencana jahat Kerajaan Romawi.
Sebaliknya, para rasul memerintahkan orang Kristen mula-mula, termasuk semua
orang-percaya hari ini, untuk memberitakan Injil dan menjalani hidup yang
menunjukkan bukti nyata dari kekuatan Injil yang mengubahkan.
Sudah dipastikan bahwa tanggung jawab kita kepada pemerintah adalah untuk
menaati hukum dan menjadi warga negara yang baik (Rom 13:1-2). Allah telah
menetapkan semua otoritas. Dia melakukannya untuk kepentingan kita, “dan
menghormati orang-orang yang berbuat baik” (1 Ptr 2:13-15). Paulus berkata di surat
Roma 13:1-8 bahwa merupakan tanggung jawab pemerintah untuk berkuasa dengan
penuh otoritas atas kita semua – semoga demi kebaikan kita – dengan memungut
pajak, dan memelihara kedamaian. Ketika kita memiliki hak suara dan dapat
memilih pemimpin sendiri, kita harus menggunakan hak tersebut untuk memilih
mereka yang memiliki pandangan yang sama dengan kita.
Salah satu dusta Setan yang terbesar adalah: kita bisa menaruh harapan kita
mengenai moralitas budaya dan kehidupan yang saleh di tangan para pejabat politik
dan pemerintahan. Sebuah bangsa tidak bisa berharap pihak penguasa yang akan
mengadakan perubahan. Gereja melakukan kesalahan jika mengira para politikus
yang bertugas untuk membela, mendahulukan, dan menjaga kebenaran Alkitab dan
nilai-nilai Kekristenan.
Sebagai orang Kristen, kita diberikan amanat untuk mengabarkan Injil Kristus dan
berkhotbah untuk menegur dosa di jaman ini. Sebuah budaya hanya bisa berubah jika
hati para individunya telah diubahkan oleh Kristus. Orang-percaya, di sepanjang jaman
telah hidup dan bahkan semakin bertambah, di bawah pemerintahan yang antagonis,
penuh penindasan dan tak beriman. Hal ini benar-benar terjadi pada orang-percaya mula-
mula yang, meskipun berada di bawah rezim politik yang tidak memiliki belas kasihan,
tetap dapat memelihara iman mereka di bawah tekanan budaya yang sangat besar.
Mereka memahami bahwa merekalah, dan bukan para penguasa, yang merupakan terang
dan garam dunia. Mereka berpegang kepada ajaran Paulus untuk menaati otoritas
pemerintah, bahkan menghormati, menghargai dan berdoa untuk mereka (Rom 13:1-8).
Yang lebih penting, mereka memahami bahwa, sebagai orang percaya, harapan mereka
terletak dalam perlindungan yang disediakan oleh Allah sendiri.
13
Hal yang sama juga berlaku bagi kita pada hari ini. Ketika kita menaati apa yang
diajarkan oleh Alkitab, kita menjadi terang dunia, sesuai dengan maksud Allah bagi diri
kita.Para pelaku politik bukanlah juru selamat dunia ini. Keselamatan bagi seluruh umat
manusia telah diwujudkan melalui Yesus Kristus. Allah mengetahui bahwa dunia ini
memerlukan keselamatan, jauh sebelum ditemukannya sistem pemerintahan. Dia
menunjukkan kepada dunia bahwa penyelamatan tidak bisa dilakukan oleh kekuatan
manusia, baik melalui kekuatan ekonomi, kekuatan militer, atau kekuatan politik. Damai
sejahtera, kepuasan, harapan dan sukacita – dan keselamatan umat manusia – hanya
dapat digenapi melalui karya iman, kasih dan karunia Yesus Kristus.
14
dari pada terhadap manusia“ (Kis. 4 : 19, 5:29). Kata lain yang dimaksud ialah kata
“takluk” yang menunjuk kepada sikap kerendahan hati dari warga negara kepada
pemerintah atau yang berkuasa.
Pemerintah menjalankan kuasanya selaku hamba Allah dan negara. Orientasi
pemerintahan ialah melayani rakyat demi Allah. Warga negara harus menjalankan
hak dan kewajibannya dengan kepatuhan. Di sini acuan tertinggi adalah hukum
Allah. Peran orang Kristen sebagai warga negara terhadap pemerintahan adalah
mengawal atau mengontrol bahkan jika dibutuhkan memberikan nasihat (teguran)
jika pemerintahan menyimpang dari hukum yang sudah ditentukan atau yang berlaku
di negara tersebut. Gereja (orang Kristen) tidak boleh berdiam diri terhadap
pemerintahan yang sewenang-wenang atau menyimpang dari hukum atau peraturan
yang sah. Secara konkret dan khusus rasul Paulus memberikan nasihat yang
berhubungan hak dan kewajiban warga negara untuk membayar pajak (Rm 13:6,7).
Pada masa itu kewajiban ini merupakan hal begitu kuat menjelaskan tentang
kepatuhan atau pengakuan orang atau sekelompok orang terhadap pemerintah atau
penguasa. Masalah membayar pajak bukti nyata keterlibatan rakyat mendukung
pemerintahan yang sedang berkuasa. Paulus menyadari bahwa bukan berarti orang-
orang Kristen baik yang di Roma maupun belahan bumi lainnya tidak mengalami
kesulitan dalam hal membayar pajak.
Kepatuhan orang-orang Kristen saat itu menjelaskan pengakuan bahwa
pemerintahan tersebut berasal dari Allah. Orang Kristen sebagai orang yang percaya
yang terpanggil dan telah menerima tugas dari Yesus Kristus harus menunjukkan
ketaatan kepada Tuhan di segala bidang kehidupan. Orang Kristen harus mempunyai
kebiasaan untuk melihat seluruh masyarakat yang berpolitik dan peraturan-peraturan
politik di bawah penghukuman dan anugerah Allah. Itu dapat diartikan bahwa orang
Kristen berpartisipasi dibidang politik ialah karena segi politik itu tetap di bawah
kuasa dan anugerah Allah (bnd. Rm.13:4). Orang Kristen atau Pendeta sebagai warga
negara harus aktif dalam politik dengan cara tetap hidup sebagai garam dan terang.
Orang Kristen tidak hanya sebagai warga negara yang baik tetapi dia harus mampu
menggambarkan atau memperlihatkan kehendak Allah di dalam kehidupannya yaitu
di dalam kehidupan berpolitik. Orang Kristen bertanggung jawab untuk memelihara
dan menumbuhkan kesatuan dan persatuan antara umat yang berbeda agama (bnd.
Mat. 5:13-16; I Ptr. 2:12).
Orang Kristen boleh berpolitik dan boleh berkuasa. Orang Kristen berpolitik
15
bukan untuk menghapuskan kuasa, tetapi untuk berusaha supaya kuasa dapat dipakai
untuk tujuan yang benar dan adil. Dengan ikut politik, orang percaya ikut
menentukan nasib hari depan masyarakat sebab suara setiap orang percaya yang
berhak ikut dalam demokrasi politik akan ikut dihitung. Di situlah orang percaya bisa
memilih pemimpin yang bersih, gesit, cakap, kreatif, produktif, berintegritas dan
dapat dipercaya, serta adil terhadap semua golongan etnik atau agama. Dengan
partisipasi itu orang percaya sedang bersikap politis yang alkitabiah. Politik yang
alkitabiah adalah suatu upaya dan proses sadar untuk memahami dan memaknai
realitas politik dari cara pandang dan pola pikir Alkitab.
Sebagai orang percaya yang mau atau sudah terjun dalam dunia politik agar hidup
sesuai kebenaran firman Tuhan. Lakukanlah yang baik dan berkenan kepada Tuhan,
bersikaplah jujur dan miliki integritas sebagai orang-orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus, berani menanggung risiko dari prinsip kebenaran yang
dipegang teguh, dan menolak dosa dan tawaran duniawi. Berpolitik bukan berarti
boleh kompromi dengan dosa atau hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Dalam
berpolitik semua orang percaya harus mengedepankan prinsip firman Tuhan supaya
tidak terjadi hasil keputusan yang bertentangan dengan isi firman Tuhan. Mazmur
37:27 berkata: “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan
tetap tinggal untuk selama-lamanya.” Kalau engkau setia dan taat kepada firman-Nya
dan melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang dikehendaki Tuhan dalam
hidupmu, maka engkau akan diangkat Tuhan kepada posisi yang terbaik sehingga
nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupanmu. Politik itu bersih di tangan orang
yang bersih hati dan sikapnya, tetapi kotor di tangan orang yang jahat. Ingatlah akan
penderitaan sesamamu dan lakukanlah yang terbaik untuk kebaikan semua tanpa
mengabaikan kebenaran iman Kristiani.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika dan moral Kristen adalah ajaran yang mengandung nilai-nilai etika
dan dapat menjadi paduan bagi kehidupan individu maupun kelompok yang
aktif dalam bidang politik sesuai dengan keyakinan Kristiani. Alasan mengapa
pentingnya Etika Kristen dalam politik adalah:
A. Allah melalui Firman-Nya selalu mengajarkan dan mengkehendaki yang
baik dan benar dalam kehidupan manusia, termasuk kehidupan
bermasyarakat dan bernegara supaya ada kedamaian dan kesejahteraan lahir
batin.
B. Politik adalah kegiatan yang bertujuan untuk kebaikan dan kebenaran dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Politik tidak bertujuan untuk
mencapai kepentingan sendiri atau kelompok saja, melainkan dan terutama
kepentingan bersama sebagai bangsa.
C. Para pelaku politik adalah orang-orang yang menerima kuasa dan wibawa
dari Tuhan untuk menegakkan kebaikan dan kebenaran.
D. Para politisi adalah manusia “berdosa” penuh kekurangan bahkan
cenderung kepada kejahatan (Destruktif) sehingga memerlukan paduan,
arahan dan norma dari agama.
E. Kegiatan politik adalah juga misi Allah (misio Dei) yang bertujuan
mewujudkan kekuasaan dan kedaulatan Allah di dunia.
3.2 Saran
1. Sebagai orang percaya, kita harus memahami dan menerapkan Etika kristen
dalam kehidupan politik.
2. Sebagai utusan Allah, Gereja juga perlu terlibat dalam politik dan hukum,
dalam arti yang luas mengikuti dengan seksama berbagai perkembangan
politik di Indonesia. Gereja wajib dalam menggunakan suaranya dalam
pemilihan umum yang diadakan di tengah bangsa ini. Gereja perlu
menyelenggarakan pembinaan ataupun seminar yang membahas tentang
tindakan etika Kristen dalam politik, sehingga pemahaman salah yang
dimiliki oleh anggota dapat dipatahkan dengan memperdalam kehidupan
politik dan hukum sesuai kapasitas dan kemampuaannya. Melalui itu
17
diharapkan dapat membentuk moral atau etika umat Kristen ketika
berhadapan dengan kehidupan politik.Demikian yang dapat penulis paparkan
mengenai materi keterkaitan teknologi dengan IPA khususnya di bidang ilmu
fisika, tentunya pada pokok pembahasan ini banyak sekali kesalahan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritikan untuk perbaikan pada masa
mendatang.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etika_Kristen#:~:text=Etika%20Kristen%20(Yunani%3A
%20ethos%2C,Allah%20dan%20itulah%20yang%20baik
http://onego1993.blogspot.com/2013/05/pengertian-tentang-etika-kristen-dan.html?m=1
Kristina, Oktavia. Pentingnya Pendidikan Etika Kristen untuk Perguruan Tinggi.
https://osf.io/jh7rc/download/?format=pdf
https://www.researchgate.net/publication/337496689_ENTITAS_GEREJA_DALAM_BE
RPOLITIK_DI_INDONESIA_TINJAUAN_SUDUT_ETIKA_KRISTEN
Fransiska. 2019. Entitas Gereja Dalam Berpolitik Di Indonesia (Tinjauan Sudut Etika
Kristen). Voice of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik Dan Agama, 2(1), 24–40.
Seda, F. 1998. OB.22.02.OKT.2013-05 Francisia SSE Seda - Gereja dan Negara Refleksi
atas Tantangan Masyarakat Indonesia dan Pancasila Suatu Pendekatan Sosiologis. Jurnal
Orientasi Baru, 22(02), 155–186.
Daulay, Richard, Kekristenan dan Politik. Jakarta: Waskita Publishing, 2013, hal 9
https://jurnalvow.sttwmi.ac.id/index.php/jvow/article/download/18/18
Simamora, Adolf Bastian. (2019). POLITIK MENURUT ALKITAB DAN
IMPLIKASINYA BAGI PERAN GEREJA DALAM PUSARAN POLITIK DI
INDONESIA.
https://www.researchgate.net/publication/337497408_POLITIK_MENURUT_ALKITAB
_DAN_IMPLIKASINYA_BAGI_PERAN_GEREJA_DALAM_PUSARAN_POLITIK_
DI_INDONESIA
Manafe, F. S. (2017). SIKAP KRISTEN DALAM ARENA POLITIK. Missio
Ecclesiae, 6(1), 1-16. Retrieved from
https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/66
19