Anda di halaman 1dari 9

Timothy Marvel

17212037
PAK 2017

Laporan Baca buku


“Cara Mempersiapkan Khotbah” – Dr. William Evans

Definisi
 Homiletika berasal dari bahasa Yunani Homilia, yang berarti suatu percakapan atau
suatu ceramah. Yang dimaksud ilmu homiletika ialah suatu ilmu pengetahuan atau
keterampilan dalam hal homilia atau keduanya sekaligus; yaitu menguraikan hal
susunan khotbah-khotbah menurut ilmu pengetahuan, dan bagaimana cara
menyampaikannya dengan berhasil
 Berkhotbah adalah kegiatan memberitakan kabar kesukaan, dilakukan oleh seorang
manusia dan ditujukan kepada sesamanya. Terdiri dari dua unsur: manusia dan berita
 Pengkhotbah adalah orang yang dikhususkan oleh Allah untuk melakukan
pemberitaan Injil, ia adalah orang yang menerima kebenaran dari pada Allah dan
menyampaikan kebenaran itu kepada orang lain
1. Seorang pengkhotbah janganlah merasa seperti mesin atau otomat saja; ia
harus seorang yang penuh kesungguhan “harus orang baik, penuh dengan Roh
Kudus dan iman”
2. Kepribadian pengkhotbah banyak sekali sangkut-pautnya dengan berhasil-
tidaknya pemberitaan yang dilakukannya
3. Kepribadian adalah tergolong suatu unsur khotbah

Kepribadian Pengkhotbah
 Berkhotbah memiliki dua unsur yang pokok: kebenaran dan kepribadian, oleh karena
itu seorang pengkhotbah harus memiliki kepribadian yang baik
1. Seorang Pengkhotbah janganlah menjadi peniru saja, jikalau orang meniru
cara dan adat kebiasaan para pengkhotbah yang telah beroleh sukses, maka
yang ditiru kebanyakan hanyalah kesalahannya saja, bukan kebaikannya;
lagipula meniru itu menjadi tertawaan orang. Pengkhotbah haruslah bertindak
menurut keadaan dirinya yang sesungguhnya, yang sebaik-baiknya, yang
setinggi-tingginya, yang telah dikuduskan. Dengan bertindak demikian ia
membuktikan kelurusan hatinya dan memuliakan Allahnya, serta menjadi alat
yang mendatangkan berkat besar bagi orang-orang yang dilayaninya
2. Seorang Pengkhotbah haruslah yang betul-betul berbakti, Dalam suratnya
kepada Timotius, Rasul Paulus berkali-kali menganjurkan supaya Timotius
menjalani kehidupan yang suci dan berbakti. Para Pengkhotbah haruslah suci
di dalam hidupnya, karena barang siapa berbuat dosa dengan sembunyi-
sembunyi, Allah akan memberi malu kepadanya dengan nyata-nyata.
Pengkhotbah juga harus selalu benar. Melebih-lebihi atau menambah-
nambahkan adalah dusta; membelokkan kebenaranpun adalah suatu yang
dusta pula; dan dusta yang diucapkan dari atas mimbar adalah suatu tindakan
yang lebih jahat dibandingkan berbohong di lain tempat. Tugas kita ialah
mengatakan kebenaran kepada Allah dan kepada manusia
3. Seorang Pengkhotbah harus penuh dengan kesungguhan, Seorang
Pengkhotbah harus ingat kepada siapa ia memperhambakan dirinya dan untuk
kerajaan manakah ia merupakan duta. Sehingga tindakannya benar-benar
mencermikan kerajaan dan Tuan yang dilayaninya
4. Seorang Pengkhotbah harus memelihara kesehatan badannya, biasanya
sebelum menjadi Pengkhotbah yang baik, ia haruslah menjadi seorang yang
baik terlebih dahulu. Seorang Pengkhotbah haruslah bisa mengatur pola hidup
nya sehingga bisa menjadi teladan bagi orang lain. Rasul Paulus pernah
berkata “senam bagi tubuh itu adalah berguna, oleh sebab itu berlatihlah”

Nats dan bagaimana memilihnya


 Definisi Nats
Kata Nats, berasal dari bahasa latin yaitu textus atau texturm, yang mengandung arti
sesuatu yang terjalin atau dipintal. Suatu khotbah terjalin dari pada sebuah nats; oleh
sebab itu nats disebut sebagai dasar khotbah atau ceramah.
 Memilih Nats
Memilih nats yang tepat bagi dasar khotbah adalah suatu perkara yang penting sekali.
Memilih nats yang tepat seringkali merupakan suatu tugas yang sukar bagi seorang
pengkhotbah
 Faedah menaruh sebuah nats
1. Nats membangkitkan minat para mendengar, faedah minat itu janglah
dipandang remeh, apalagi jika pengkhotbah mengabaikannya, maka hal itu
akan sangat merugikan. Apabila pengkhotbah dapat menarik minat dan
perhatian pendengar, maka hal itu merupakan sebuah keuntungan besar
baginya. Akibatnya adalah segala sesuatu yang diuraikannya akan diikuti
dengan sungguh-sungguh oleh para pendengarnya
2. Nats menimbulkan kepercayan di dalam hati para pendengar, firman Allah
merupakan kesudahan dari segala perbantahan
3. Nats memberi kewibawaan dan keberanian kepada pengkhotbah dalam
memberitakan kabar kesukaan, seorang pengkhotbah perlu berkata-kata
dengan nada yang tetap, tidak dengan suara yang ragu-ragu. Sehingga
dibutuhkannya kewibawaan dan keberanian untuk melakukan hal itu, nats
berfungsi memberikan kedua hal itu kepada para pengkhotbah
4. Nats mencegah supaya uraian pengkhotbah jangan melayang kemana-mana,
hal ini merupakan sesuatu yang diharapkan sekali jangan terjadi oleh setiap
pengkhotbah maupun oleh setiap pendengar
5. Nats menjaga supaya pengkhotbah tetap memberitakan Alkitab, nasihat ini
perlu sekali bagi seorang pengkhotbah agar tetap menjaga kemurnian firman
Tuhan, sehingga apa yang diberitakan oleh pengkhotbah berasal dari firman
Tuhan di dalam Alkitab
 Asas-asas yang perlu dalam hal memilih nats
Phillips Brooks tekah berkata dengan indahnya: “Ada dua hal yang menyebabkan kita
menjadi mudah dan terampil memilih nats, yaitu: pikiran si Pengkhotbah itu sendiri,
dan pikiran tentang sebuah Khotbah”.
Maksud sebuah khotbah ialah memberitakan kabar kesukaan yang daripada Allah,
yang dinyatakan melalui kehidupan seorang Pengkhotbah dan yang disampaikan ke
dalam hati para pendengar, dari hati langsung ke dalam jiwa
Segala khotbah haruslah merupakan kabar kesukaan yang terbit dari hati
pengkhotbah, yang ditujukan kepada jiwa para pendengarnya
 Asas-asas yang umum
1. Harus diadakan penyelidikan yang saksama mengenai keperluan rohani jemaat
yang dilayaninya
2. Harus diadakan penyelidikan yang saksama mengenai lingkungan kebenaran
yang dikhotbahkan. Seluruh lingkaran hal-hal yang sudah diberitakan dahulu,
haruslah dipertimbangkan pula
3. Harus mempertimbangkan kesanggupan kita sendiri dalam hal memahami nats
dan mengambil pokok khotbah daripada nats itu, janganlah memilih pokok-
pokok yang pelaksanaannya di luar kesanggupan kita sendiri. Oleh sebab itu
ketika memilih nats, berpeganglah kepada ketiga asas umum ini
 Asas-asas yang khusus
1. Adakan pembacaan firman Allah dengan tetap, pelajarilah Alkitab karena di
dalamnya terdapat harta yang besar nilainya bagi seorang Pengkhotbah
2. Sediakanlah sebuah buku catatan, sementara membaca, sediakanlah buku
catata agar dapat mencatat poin-poin atau nilai-nilai penting yang didapatkan
dari proses pembacaan firman Allah
3. Bacalah buku-buku yang dapat memberi petunjuk, membaca buku bukan
dilakukan untuk mencontohnya begitu saja, melainkan agar mendapatkan
ilham dari padanya. Anggaplah itu sebagai obat untuk menguatkan pikiran
4. Carilah pimpinan Roh Kudus, orang yang senantiasa hidup di bawah tuntunan
atau pimpinan Roh Kudus, hampir tidak pernah kekurangan apa yang akan
dikhotbahkannya
 Faktor-faktor yang perlu dihindarkan dalam hal memilih nats
1. Janganlah memilih nats yang aneh-aneh
2. Janganlah memilih nats, yang dipandang dari keadaan sekitar dapat
menerbitkan geli dan tawa
3. Janganlah memilih nats yang tidak mungkin digenapi oleh khotbah dan
pengkhotbah sendiri
4. Janganlah memilih nats yang menyebabkan keragu-raguan
5. Janganlah memilih nats yang dipotong sebagian
6. Janganlah mengabaikan nats dari kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama
Nats dan tafsirannya
Peraturan menafsirkan nats
Hendaklah disadari bahwa ada peraturan yang menentukan arti nats yang kita jadikan dasar
khotbah itu, diantaranya:
 Tentukanlah, apakah bahasa nats itu mengandung arti yang sebenarnya atau
mengandung arti kiasan. Pada umumnya Alkitab sendiri sudah memberi tafsir kepada
istilah yang dipakainya, dan biasanya kalimat yang sebelum dan sesudahnya memberi
tahu, apakah nats itu mengandung arti yang sebenarnya atau arti kiasan. Bahasa
Alkitab haruslah dipandang mengandung arti yang sesungguhnya, kecuali yang telah
dinyatakan berarti secara kiasannya oleh kalimat-kalimat sebelum dan berikutnya,
serta oleh ayat-ayat yang sejajar
 Tentukanlah arti kata-kata menurut maksud penulisnya masing-masing, masing-
masing penulis tidak memberi arti yang sama terhadap suatu kata. Arti kata itu
ditentukan oleh cara penulisnya memakai kata itu dan hubungannya di dalam kalimat
1. Kadang-kadang arti itu diterangkan sendiri oleh penulisnya
2. Kadang-kadang arti kata itu berlawanan dengan arti kata yang sesungguhnya,
sebagai yang dinyatakan di dalam kalimat di dekatnya
 Harus mengingat kepada keadaan penulis dan orang yang diceritakannya. Apa yang
terdapat di dalam kitab-kitab berisi sejarah, hendaklah lebih diartikan dengan arti
yang sesungguhnya
 Sesuai dengan iman, membandingkan ayat yang satu dengan ayat yang lain, supaya
sampai kepada arti yang sebenarnya. Istilah sesuai dengan iman adalah sama artinya
dengan menurut bunyi seluruh Firman
 Pengetahuan tentang adat kebiasaan orang-orangyang pada mulanya diberi kitab itu
merupakan bantuan yang besar dalam hal menafsirkan Alkitab
Yang menjadi sumber tafsiran:
1. Nats itu sendiri
2. Hubungan nats (konteks)
3. Penggunaan ayat-ayat yang sejajar
4. Sumber dari luar nats

Tema
Tema dari suatu khotbah harus dipilih dengan bijaksana dan diberi nama yang tepat; hal itu
tidak dapat dihasilkan dalam waktu yang singkat. Beberapa saran umum berikut dapat
dipakai untuk dijadikan pedoman di dalam hal mempersiapkan suatu tema khotbah:
1. Tema harus sudah dikenal dengan saksama, bukan berarti harus mengetahui segala
perkara yang berhubungan dengan pokok itu
2. Usahakanlah memilih tema yang mudah dipahami oleh orang yang mendengarnya.
Janganlah menyampaikan khotbah yang melampaui batas pengertian para pendengar
3. Janganlah memilih tema yang kurang berisi, suatu tema harus memiliki isi yang
dalam, berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi yang
menjawab kebutuhan
4. Usahakanlah supaya tema itu mempunyai titik tujuan yang tertentu
5. Janganlah memilih tema yang tidak sesuai dengan pengamatan pengkhotbah dan tidak
berkenan di hati pengkhotbah
6. Hendaklah tema itu sesuai dengan waktu, tempat dan keadaan. Hal ini sangat penting
agar tema yang dibawakan berhubungan dengan situasi dan kondisi saat seorang
pengkhotbah menyampaikan khotbah atau ceramah nya

Cara mengumpulkan bahan khotbah


Setelah menentukan nats dan bahan khotbah, kita harus mengajukan pertanyaan kepada diri
sendiri dan membiarkan diri berpikir sesuai dengan kepribadian yang tetap tanpa meniru-niru
orang atau pengkhotbah lain, ada beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan kepada diri
sendiri pada saat mengumpulkan bahan khotbah:
1. Apakah yang pernah saya baca mengenai hal ini?
2. Apakah yang harus saya amati untuk menerangi pokok ini?
3. Apakah yang pernah kupikirkan mengenai hal itu?
4. Apakah yang sudah kukumpulkan mengenai hal ini?

Cara menyusun bahan khotbah


 Sudah tidak perlu dipersoalkan lagi bahwa bahan khotbah itu perlu sekali disusun
dengan setepat-tepatnya. Kurang-baik nya sebuah susunan khotbah, juga kurang-
telitinya merupakan kesalahan yang umum dewasa ini. Pengkhotbah boleh
diumpamakan dengan seorang arsitek, ia harus mendirikan bangunan dari bahan-
bahan yang telah tersedia

 Faedahnya bahan khotbah disusun:


1. Bagi pengkhotbah
Susunan itu besar sekali gunanya bagi pengkhotbah sendiri. Susunan yang
jelas memperlihatkan jelasnya buah pikiran yang diutarakan, serta
memudahkan pendengar untuk mengerti maksudnya
2. Bagi khotbah itu sendiri
Jelas-tidak nya sebuah pikiran yang keluar dari dalam jiwa pengkhotbah, besar
sekali artinya bagi hasil khotbah itu
3. Bagi pendengar
Orang yang mendengarkan khotbah haruslah dijadikan faktor utama dalam hal
menyusun khotbah
4. Bagi tema
Suatu tema atau pokok khotbah membutuhkan susunan yang setepat-tepatnya
dan serapih-rapihnya
1. Ciri dan sifat susunan yang baik
1. Satu tema
Hal yang pertama-tama harus dipelajari oleh seorang pengkhotbah ialah
bahwa di dalam khotbah itu harus ada pemusatan atau suatu tema
2. Bagian-bagian suatu khotbah haruslah mempunyai hubungan dan urutan yang
logis satu sama lain
3. Ingatlah bahwa semua bagian suatu khotbah tidak sama pentingnya menurut
waktu dan gunanya
2. Susunan suatu khotbah
Sebagaimana seorang manusia memerlukan tulang rangka, demikian juga suatu
khotbah memerlukan suatu bagan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa rancangan suatu khotbah hendaknya dapat
diikuti dengan mudah, terutama oleh para pendengarnya
Perihal Khotbah: Pendahuluan
Setiap khotbah atau pidato yang baik dan sempurna mengandung tiga macam bagian, yaitu:
Pendahuluan, tubuh atau inti, dan kesimpulan
3. Pendahuluan menjadi suatu hal yang penting dalam khotbah karena pendahuluan
bertujuan:
1. Untuk membangkitkan minat terhadap tema
2. Untuk mempersiapkan para pendengar bagi hal-hal selanjutnya
4. Sumber Pendahuluan
1. Nats
a) Di dalam susunan nats
b) Dari hal-hal yang berhubungan dengan nats
c) Dari kesalahan-kesalahan umum mengenai nats
2. Dari konteks atau ayat yang berhubungan
3. Keadaan historis
4. Pengetahuan geografis yang bertalian dengan kitab suci
5. Adat kebiasaan dan benda purbakala pada masa kitab suci
6. Peristiwa khusus bagi seorang penulis dan orang-orang yang dihadapinya
7. Keadaan
8. Pokok khotbah
a) Disesuaikan dengan masa atau waktu
b) Kerugian yang timbul karena kurang mengenal pokok khotbah
c) Sebaliknya, kalau kita mengenal betul-betul natsnya, kita akan dapat
memberi pendahuluan yang tepat
d) Penggunaan pokok khotbah
5. Sifat-sifat pendahuluan yang baik
1. Jangan banyak memegahkan diri
2. Janganlah berbicara terlalu nyaring atau gempar
3. Janganlah pendahuluan itu terlalu panjang
4. Tujuan pendahuluan haruslah ada hubungannya dengan tujuan tema
5. Haruslah mempunyai satu tema saja
6. Peralihannya kepada tubuh khotbah haruslah wajar
7. Pendahuluan haruslah dipersiapkan dengan saksama

Perihal Khotbah: Tubuh Khotbah


Bagian ini juga disebut rencana atau alasan. Oleh sebab itu sebaiknya diisi dengan banyak
pendapat dan diberi alokasi waktu sebanyak-banyaknya
6. Pembagian tubuh khotbah
Bermacam-macam saran orang tentang banyaknya pembagian ini. Setiap orang
haruslah menemukan sendiri betapa banyaknya pembagian itu dari pengalamannya
sendiri, supaya khotbah-khotbah nya memberi faedah yang sebesar-besarnya, dan
tidak mengurangi kelancaran dan kebebasannya
7. Sifat-sifat pembagian tubuh khotbah
Secara umum:
1. Janganlah pembagian itu dijadikan persoalan yang panjang
2. Pembagian itu haruslah menyebabkan jelasnya dan terangnya pokok khotbah
3. Pembagian itu haruslah wajar; urutan dan peralihannya dari bagian yang satu
ke bagian yang lain haruslah logis
8. Sifat masing-masing bagian
Pertanyaan apakah? Dapat dijawab dengan:
1. Pokok berita dinyatakan dengan definisi atau istilah
2. Boleh juga dijawab dengan penjelasan
3. Menggunakan perumpamaan, persamaan dan pertentangan
4. Mengggunakan pelukisan-pelukisan
Pertanyaan mengapa? Dapat dijawab dengan menerangkan seperlunya tema atau dalil,
beserta dengan alasan dan bukti-buktinya
Yang menjadi sumber bukti:
1. Sebab dan akibat
2. Kesaksian
3. Kewibawaan
4. Induksi
5. Analogi
6. Deduksi
7. Penyangkalan
8. Pengalaman
Pertanyaan bagaimanakah? Dapat dijawab dengan membagi nya ke dalam tiga buah
pikiran, yaitu:
1. Pekerjaan atau bagian Allah
2. Pekerjaan atau bagian manusia
3. Soal dan peralatan
Pertanyaan kalau begitu, lalu bagaimanakah? Dapat dijawab dengan memberikan
bukti-bukti sebagai penjelasan yang konkret
Pengenaan itu dapat bermacam-macam bentuknya:
1. Memberi nasihat
2. Mengajak

Perihal Khotbah: Kesimpulan


 Kesimpulan menjadi hal yang sangat penting, hal ini juga dikemukakan oleh para ahli
pidato Yunani sehingga mereka menamakannya “perjuangan akhir yang menentukan”
 Kesimpulan dapat memiliki berbagai macam bentuk, diantaranya:
1. Rekapitulasi
Rekapitulasi adalah bentuk permusan tentang gagasan dan tujuan utama yang
tersimpul dalam sebuah khotbah
2. Syair atau lukisan/pelukisan
Khotbah yang berdasarkan perikop
 Khotbah berdasarkan perikop, teristimewa mengutamakan penafsiran tentang suatu
bagian Alkitab, dibandingkan dengan khotbah yang hanya berdasarkan nats (satu
ayat)
 Khotbah beradasarkan sebuah perikop memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Menghasilkan pengkhotbah dan pendengar yang bercorak Alkitabiah
2. Sesuai dengan khotbah yang dikehendaki oleh Alkitab
3. Lapangannya menjadi lebih luas
 Keburukan yang mungkin timbul dari khotbah berdasarkan perikop:
1. Membosankan
2. Menimbulkan kemalasan
3. Nats yang dipilih terlalu panjang
4. Sangat terbatas
 Saran-saran bagi khotbah yang berdasarkan perikop:
1. Yang dijadikan nats haruslah dipilih dari suatu bagian Alkitab yang hanya
berisi satu gagasan atau satu tema saja
2. Pilihlah nats dari bermacam-macam bagian Alkitab
3. Penyelidikan seluruh nats secara saksama adalah merupakan syarat mutlak
bagi berhasilnya khotbah
4. Jaganlah hanya teori semata-mata; haruslah bersifat praktis agar orang dapat
mengimplementasikan nya dalam kehidupan sehari-hari

Pembacaan Alkitab
 Ada perbedaan antara pembacaan Alkitab dengan khotbah yang berdasarkan nats.
Pembacaan Alkitab terdiri dari sejumlah besar atau kecil ayat-ayat Alkitab yang
dibandingkan satu sama lain, sedangkan khotbah yang berasalkan nats umumnya
terdiridari pengutaraan sebuah nats saja
 Keuntungan pembacaan Alkitab pada khotbah yang berdasarkan perikop, apabila
dibandingkan dengan khotbah yang berdasarkan nats:
1. Pembacaan Alkitab adalah lebih sederhana dan tidak mudah
2. Pembacaan Alkitab itu sendiri mencegah menyelewengnya pikiran
3. Pembacaan Alkitab itu menyebabkan pengkhotbah tetap bercorak Alkitabiah
4. Pembacaan Alkitab itu mencegah terjadinya pandangan berat-sebalah terhadap
kebenaran Tuhan
 Keuntungannya bagi pendengar:
1. Dalam khotbah semacam ini, pendengar terus menerus diajar dalam kebenaran
Allah
2. Pembacaan Alkitab itu menyebabkan para pendengar selalu menaati dengan
bersemangat
 Alat-alat yang berguna dalam menyusun pembacaan Alkitab
1. Sebuah buku konkordasi
2. Buku nats yang menyatakan pokok-pokok kebenaran
3. Daftar kata-kata
4. Sebuah Alkitab yang berpetunjuk atau bereferensi
 Rencana dan cara menyusun pembacaan Alkitab
1. Carilah ajaran seluruh Alkitab mengenai pokok yang telah dipilih itu
2. Sediakanlah beberapa lembar kertas yang telah diberi kepala atau judul
3. Ambillah sebuah buku konkordansi, lalu bukalah laman tempat kata “iman”
 Beberapa saran dan nasihat
1. Jangan terlalu banyak menggunakan nats
2. Susunlah nats-nats itu dengan hati-hati menurut ukuran yang logis
3. Berilah penjelasan yang teliti tentang setiap ayat atau kelompok ayat-ayat
4. Setiap hal haruslah diberi lukisan yang jelas
5. Pokok pembicaraan haruslah dibatasi luasnya

Khotbah berdasarkan pasal-pasal Alkitab


Banyak khotbah yang mahsyur dan berfaedah yang mempunyai nats satu pasal lengkap dari
Alkitab. Namun ada beberapa saran untuk menerapkan khotbah berdasarkan pasal-pasal di
Alkitab ini, diantaranya:
1. Ketahuilah dengan pasti bahwa pasal yang dipilih itu lengkap dan berisi pokok yang
lengkap pula
2. Tentukanlah benar-benar tempat pasal itu
3. Uraikanlah pasal itu
4. Berusahalah mengetahui tema daripada pasal tersebut
5. Periksalah tema pokok itu dengan pertanyaan-pertanyaan
6. Bandingkanlah pasal-pasal yang sejajar dengan pasal yang ingin dijadikan bahan
khotbah

Anda mungkin juga menyukai