Mata kuliah :
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Etika Kristen Terhadap Pergaulan Bebas” dengan baik tanpa ada halangan yang
berarti. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Sebagai manusia biasa kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.
Dengan tulisan ini kami berharap dapat berguna bagi pembaca. Demikian yang bias
kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami makna etika.
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami makna etika Kristen.
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami makna pergaulan bebas.
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor pemicu terjadinya pergaulan
bebas.
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh – contoh pergaulan bebas.
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dampak dari pergaulan bebas.
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara mengatur pergaulan sehari –
hari.
BAB II
PEMBAHASAN
a) Etika dapat dipakai dalam arti nilai – nilai dan norma – norma moral yang menjadi
pegangan bagi seeorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,
misalnya etika suku Indian, etika agama Buddha dan etika Protestan. Tidak
dimaksudkan ilmu melainkan sistem nilai artinya dapat berfungsi dalam hidup
manusia baik perorangan maupun kelompok sosial.
b) Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral yaitu kode etik, misalnya kode
etik keperawatan atau kode etik kedokteran.
c) Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk, yaitu etik baru mempunyai
ilmu bila kemungkinan etis (asas – asas dan nilai – nilai tentang yang dianggap baik
dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa
disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.
Menurut Hukum Taurat, etika dalam Kristen adalah segala perbuatan yang
dikehendaki oleh Allah untuk selalu melakukan perbuatan baik. Tanggapan akan kasih
setia Allah yang akan menyelamatkan hidup manusia.
Etika dalam Kristen dikelompokkan menjadi 7 jenis, antara lain:
a) Etika Filosofis
Kata filosofis berasal dari Bahasa Yunani “philos” yang berarti cinta. Etika
filosofis adalah pengelompokan perbuatan-perbuatan yang menyangkut moralitas
yang dipandang dari sudut filsafat. Hubungan antara etika, moral, dan kemanusiaan
akan dianalisa secara mendalam melalui sebuah rasio perbuatan menurut hukum
Kristiani (Galatia 5:13-14).
b) Etika Teologis
Kata teologis berasal dari “teologi” yang berarti agama. Jadi, etika teologis
merupakan suatu etika yang dibahas sesuai dengan ajaran dalam Kristen. Etika ini
akan terwujud ketika seseorang mengetahui tujuan hidup orang Kristen. Tanpa
adanya ajaran tersebut, etika teologis tidak pernah terwujud. Etika teologis ini akan
memandang perbuatan sebagai suatu tindakan yang berhubungan dengan:
1. Perbuatan yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Tuhan.
2. Perbuatan tersebut harus diwujudkan dalam tindakan nyata dalam cinta kasih.
3. Suatu bentuk penyerahan diri manusia kepada Tuhan, sang Pencipta.
c) Etika Teleologis
Etika teleologis ini menjadi tolak ukur tentang baik buruknya suatu perbuatan.
Agar perbuatan baik dapat terwujud, seseorang perlu mempertimbangkan suatu
tindakan sebelum melakukannya. Dalam etika ini, perbuatan yang memiliki tujuan
yang baik akan selalu dinilai baik (Yakobus 2:10-13). 2:10 Sebab barangsiapa
menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia
bersalah terhadap seluruhnya. 2:11 Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah",
Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi
membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga. 2:12 “Berkatalah dan
berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang
memerdekakan orang”. 2:13 “Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan
berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang
atas penghakiman’’.
d) Etika Sosiologis
Etika yang satu ini lebih fokus pada keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Secara luas, etika sosiologis ini akan membahas hubungan seseorang dengan
masyarakat dalam menjalankan hidupnya (Yehezkiel 18:7-8)
e) Etika Deskriptif
Berfokus pada penilaian terhadap sikap manusia dalam mencapai apa yang
diinginkannya dalam hidup. Pada etika ini, pola perilaku manusia akan kelihatan
saat orang tersebut berusaha menggapai keinginan namun situasi di sekitar tidak
mendukung. Secara singkat, etika ini berkaitan dengan penghayatan serta
pandangan iman Kristen terhadap gaya hidup modern.
f) Etika Normatif
Merupakan usaha untuk menetapkan hasil yang ideal antara pola dengan perilaku
umat Kristiani dalam bertindak di dalam kehidupan bermasyarakat. Etika ini berupa
himbauan yang nantinya akan mengikat tata kehidupan umat Kristiani. Etika
normatif ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Etika khusus: mengatur kehidupan umat Kristiani secara khusus, hanya pada
bidang-bidang tertentu saja.
2. Etika umum: mengatur kehidupan yang bersifat universal tanpa membedakan
suku, budaya, kelas sosial, dan situasi pada kelompok tertentu
g) Etika Deontologis
Merupakan etika yang berlaku secara mutlak di dalam kehidupan. Etika ini harus
dijalankan, tanpa memperhatikan kondisi dan situasi yang terjadi. Dampak dari
etika ini tidak memperhitungkan keuntungan, namun lebih kepada terciptanya
perbuatan baik dalam kehidupan masyarakat (Zakharia 8:16-17).
2.3 Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang mana “bebas”
maksudnya adalah proses bergaul dengan orang lain melewati batas-batas norma yang
ada. Pergaulan bebas pun melanggar perintah Tuhan secara implisit dalam Alkitab
yaitu sudah merusak diri kita yang dinyatakan sebagai Bait Allah ( 1 Korintus 6:19 ).
b) Lesbian
Lesbian adalah seorang wanita yang homoseksual. Dia biasanya membawa
partnernya mengalami puncak kenikmatan seksual.
c) Pernikahan Homoseksual
Pernikahan adalah peraturan suci yang ditetapkan oleh Allah sendiri. Dalam
peraturan atau tata tertib pernikahan itu Tuhan mengaruniakan persekutuan khusus
antara suami dan istri untuk dijalani bersama sebagai sumber yang membahagiakan
kehidupan mereka. Pernikahan adalah persekutuan seorang laki-laki dengan seorang
perempuan, menurut tata penciptaan: “Allah menciptakan laki-laki dan perempuan”
(kejadian 1:27); “Allah menciptakan perempuan dari rusuk laki-laki dan
membawanya kepada laki-laki itu” (kejadian 2:22). Kemudian, “keduanya menjadi
satu daging,...” (Kejadian 2:23-25).
Pernikahan homoseksual harus ditentang karena tidak sesuai dengan kehendak
Allah, tetapi harus mengasihi mereka yang terlibat dalam hubungan homoseksual,
Mereka harus di rangkul dan ditolong supaya mereka lepas dari keterikatan
homoseksual dengan memberikan perhatian sosial-psikologis dan lebih-lebih
spiritual.