Manusia makhluk paling mulia dari ciptaan Allahyang lain Sekalipun dibuat dari debu tanah namunmanusia diciptakan segambar dan serupa denganAllah, dan diberikan Nafas kehidupan yangmembuat manusia berharga. Citra Allah adalah sebutan bagi manusia, baik laki-laki dan perempuan yang dipanggil untuk mewujudkan cinta ilahi. Dalam 2 Kor 4:4 dan Kol 1:15, citra Allah yang utama adalah Kristus.
Dalam doktrin Katolik, manusia adalah citra Allah untuk
berkuasa atas semua mahluk sebagai wakil yang mewakilkan sang Pencipta.Tugas dari manusia sebagai citra Allah selain berkuasa, juga mengusahakan agar seluruh ciptaan memuliakan Allah. Keberadaan manusia sebagai citra Allah merupakan sebuah anugerah sekaligus tugas bagi setiap manusia. Di dalam ajaran Katolik, citra Allah dibedakan menjadi:
Citra Allah yang istimewa atau khusus ialah
pengetahuan, kebenaran dan kesucian. Citra Allah yang umum ialah segala sifat manusia yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Inilah 7 Makna Manusia Sebagai Citra Allah manusia sebagai gambar dan rupa Allah itu asalnya dari Kitab Suci (Kitab Kejadian 1: 26). Dan justeru itulah harkat dan martabat manusia itu berasal. 1. Manusia Itu Sakral dan Bermartabat Pernyataan bahwa pribadi manusia diciptakan menurut gambar Allah mau ditegaskan bahwa manusia itu sakral dan bermartabat. Ajaran Sosial Gereja mendasari pengesaanya mengenai martabat pribadi manusia dan keberadaan hak asasi manusia pada kebenaran dasariah pribadi manusia sebagai Gambar Allah Kesakralan manusia itu berdasar pada pengetahuannya tentang dari mana ia berasal dan kemana akhir dari hidup ini. Lebih jauh, kesakralan manusia itu terletak pada pirbadi manusia berakal budi dan berhati nurani. Itulah yang membedakannya dari binatang. Akbitanya, kita tidak memperlakukan sesama kita seperti kita memperlakukan binatang. 2. Manusia Berdimensi Spiritual Allah telah menjalin hubungan dengan kita sehingga pribadi manusia tidak dapat dipahami terlepas darinya. (Ini adalah kritik terhadap ideologi yang mengabaikan dimensi spiritual pribadi manusia dan tidak melindungi kebebasan beribadah)
Akibat dari pemahaman seperti itu, keberadaan
manusia itu tidak boleh direduksi pada materi belaka. Kita ini bukan hanya tubuh, tetapi juga roh. Dengan demikian kita menghormati siapapun yang menyembah Tuhannya atau pun yang transendence apapun sebutannya. 3. Allah Setia pada Relasinya Dengan Manusia Dengan klaim bahwa manusia sebagai gambar Allah berarti Allah tetap setia pada relasinya dengan kita. Berada di dalam gambar Allah adalah tak tergantikan. Akibatnya, tindakan diskriminasi, ataupun penganiayaan dalam berbagai bentuk apapun, tak akan menghapus kodrat kita sebagai gambar Allah itu. Itulah sebabnya walaupun kita dipenjara oleh karena kebenaran, martabat kita sebagai manusia tetap tak tergantikan. 4. Allah adalah Tujuan Akhir Manusia Kita semua berbagi suatu kondisi manusia yang sama yakni terarah kepada suatu tujuan yang sama yakni Allah. Dengan demikian kita bersolider dangan orang lain, bekerja sama, dan saling menghormati satu sama lain meskipun mereka berasal dari ras, agama, yang berbeda. 5. Manusia Bukan Ditentukan Prestasinya Martabat manusia pada akhirnya tidak bergantung pada prestasi manusia. Oleh karena itu, yang lemah, orang sakit, orang cacat, orang miskin, orang-orang di pinggiran masyarakat layak mendapat perlindungan dan rasa hormat sama sebagai manusia. Akibatnya, kita dengan tegas menolak Aborsi, Eutanasia, diskriminasi terhadap kaum minoritas dan yang lumpuh atau cacat. Mereka semua merupakan kehadiran diri Allah. 6. Manusia Sebagai Pribadi yang Relasional Jika Allah adalah Tritunggal dan hubungan pribadi secara Trinitarian ditandai dengan memberi dan menerima cinta, maka harus juga ada pemahaman komunitarian tentang orang yang menjadi citra Allah Trinitarian. Seseorang tidak dapat eksis dengan dirinya sendiri tapi selalu berhubungan dengan orang lain. Partisipasi yang lebih dalam dalam komunitas manusia meningkatkan kemanusiaan setiap orang sementara kegagalan membangun komunitas mengurangi kemanusiaan dari semua orang. 7. Tanggungjawab untuk Berbagi Pemberian diri yang tidak terpisahkan dalam kehidupan Trinitas juga harus menjadi hal yang integral dalam kehidupan manusia. Ada tanggung jawab moral untuk membagikan apa pun karunia, talenta, atau harta milik seseorang untuk kebaikan orang lain.
Ada kewajiban untuk berkontribusi pada kebaikan
bersama dan membantu mereka yang membutuhkan. Oleh karena kita memiliki harkat dan martabat yang sama, maka kita tidak menganggap rendah mereka yang tidak memiliki apa-apa.