Anda di halaman 1dari 22

By : Mariana Estriyuni/181202089

Pendidikan Agama Katolik Semester 1


Pertemuan ke 2
MANUSIA MENURUT PANDANGAN
ALKITAB

Manusia adalah Mahkota Allah.


Manusia makhluk paling mulia dari ciptaan
Allahyang lain
Sekalipun dibuat dari debu tanah
namunmanusia diciptakan segambar dan
serupa denganAllah, dan diberikan Nafas
kehidupan yangmembuat manusia
berharga.
Citra Allah adalah sebutan bagi manusia, baik laki-laki
dan perempuan yang dipanggil untuk mewujudkan
cinta ilahi. Dalam 2 Kor 4:4 dan Kol 1:15, citra Allah
yang utama adalah Kristus.

Dalam doktrin Katolik, manusia adalah citra Allah untuk


berkuasa atas semua mahluk sebagai wakil yang
mewakilkan sang Pencipta.Tugas dari manusia sebagai
citra Allah selain berkuasa, juga mengusahakan agar
seluruh ciptaan memuliakan Allah. Keberadaan
manusia sebagai citra Allah merupakan sebuah
anugerah sekaligus tugas bagi setiap manusia.
Di dalam ajaran Katolik, citra Allah
dibedakan menjadi:

 Citra Allah yang istimewa atau khusus ialah


pengetahuan, kebenaran dan kesucian.
 Citra Allah yang umum ialah segala sifat
manusia yang membedakan manusia dari
makhluk lainnya.
Inilah 7 Makna Manusia Sebagai
Citra Allah
manusia sebagai gambar dan
rupa Allah itu asalnya dari
Kitab Suci (Kitab Kejadian 1:
26).
Dan justeru itulah harkat dan
martabat manusia itu
berasal.
1. Manusia Itu Sakral dan
Bermartabat
Pernyataan bahwa pribadi manusia
diciptakan menurut gambar Allah mau
ditegaskan bahwa manusia itu sakral dan
bermartabat. Ajaran Sosial Gereja
mendasari pengesaanya mengenai martabat
pribadi manusia dan keberadaan hak asasi
manusia pada kebenaran dasariah pribadi
manusia sebagai Gambar Allah
Kesakralan manusia itu berdasar pada
pengetahuannya tentang dari mana ia
berasal dan kemana akhir dari hidup ini.
Lebih jauh, kesakralan manusia itu terletak
pada pirbadi manusia berakal budi dan
berhati nurani.
Itulah yang membedakannya dari binatang.
Akbitanya, kita tidak memperlakukan
sesama kita seperti kita memperlakukan
binatang.
2. Manusia Berdimensi Spiritual
Allah telah menjalin hubungan dengan kita sehingga
pribadi manusia tidak dapat dipahami terlepas
darinya. (Ini adalah kritik terhadap ideologi yang
mengabaikan dimensi spiritual pribadi manusia dan
tidak melindungi kebebasan beribadah)

Akibat dari pemahaman seperti itu, keberadaan


manusia itu tidak boleh direduksi pada materi belaka.
Kita ini bukan hanya tubuh, tetapi juga roh. Dengan
demikian kita menghormati siapapun yang
menyembah Tuhannya atau pun yang transendence
apapun sebutannya.
3. Allah Setia pada Relasinya
Dengan Manusia
Dengan klaim bahwa manusia sebagai gambar Allah
berarti Allah tetap setia pada relasinya dengan
kita. Berada di dalam gambar Allah adalah tak
tergantikan.
Akibatnya, tindakan diskriminasi, ataupun
penganiayaan dalam berbagai bentuk apapun, tak
akan menghapus kodrat kita sebagai gambar Allah
itu. Itulah sebabnya walaupun kita dipenjara oleh
karena kebenaran, martabat kita sebagai manusia
tetap tak tergantikan.
4. Allah adalah Tujuan Akhir
Manusia
Kita semua berbagi suatu kondisi manusia
yang sama yakni terarah kepada suatu
tujuan yang sama yakni Allah. Dengan
demikian kita bersolider dangan orang lain,
bekerja sama, dan saling menghormati satu
sama lain meskipun mereka berasal dari ras,
agama, yang berbeda.
5. Manusia Bukan Ditentukan
Prestasinya
Martabat manusia pada akhirnya tidak bergantung
pada prestasi manusia. Oleh karena itu, yang
lemah, orang sakit, orang cacat, orang miskin,
orang-orang di pinggiran masyarakat layak
mendapat perlindungan dan rasa hormat sama
sebagai manusia.
Akibatnya, kita dengan tegas menolak Aborsi,
Eutanasia, diskriminasi terhadap kaum minoritas
dan yang lumpuh atau cacat. Mereka semua
merupakan kehadiran diri Allah.
6. Manusia Sebagai Pribadi yang
Relasional
Jika Allah adalah Tritunggal dan hubungan pribadi
secara Trinitarian ditandai dengan memberi dan
menerima cinta, maka harus juga ada pemahaman
komunitarian tentang orang yang menjadi citra
Allah Trinitarian. Seseorang tidak dapat eksis
dengan dirinya sendiri tapi selalu berhubungan
dengan orang lain.
Partisipasi yang lebih dalam dalam komunitas
manusia meningkatkan kemanusiaan setiap orang
sementara kegagalan membangun komunitas
mengurangi kemanusiaan dari semua orang.
7. Tanggungjawab untuk Berbagi
Pemberian diri yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
Trinitas juga harus menjadi hal yang integral dalam
kehidupan manusia. Ada tanggung jawab moral untuk
membagikan apa pun karunia, talenta, atau harta
milik seseorang untuk kebaikan orang lain.

Ada kewajiban untuk berkontribusi pada kebaikan


bersama dan membantu mereka yang membutuhkan.
Oleh karena kita memiliki harkat dan martabat yang
sama, maka kita tidak menganggap rendah mereka
yang tidak memiliki apa-apa.

Anda mungkin juga menyukai