D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Pendidikan
agama.Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Penulis membuat makalah ini dari kumpulan buku, dan internet sebagai pedoman membuat
makalah.
Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa kecintaan
terhadap Bangsa Indonesia dan mengembangkan kesadaran berbangsa dan bernegara
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen pendidikan kewarganegaraan, teman mahasiswa
yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi membantu dalam
pengembangan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi
mutunya. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................I
DAFTAR ISI ...................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................III
1.1 LatarBelakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat...............................................................................2
2.1Pengertian etika..................................................................3
3.1 Kesimpulan...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sebelum kita lebih dalam lagi dalam penjelesan tentang Etika Kristen, terlebih dahulu
kita akan membahas tentang Moral dan Etika. Moral yaitu ajaran tentang baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti;
susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam
perbuatan. Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Sedangkan Etika yaitu Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Jadi, moral adalah bahan kajian yang dipelajari didalam etika.
Etika akan menentukan beberapa prinsip atau asas apakah suatu tingkah laku baik
atau buruk, apakah tingkah laku tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak
yang berkaitan dengan kemanusiaan. Etika dapat berupa peraturan dan ketetapan
secara lisan maupun tertulis mengenai bagaimana menusia bertindak agar menjadi
manusia yang baik, sehingga tercipta perdamaian di dunia.
2. RUMUSAN MASALAH
Etika menurut agama Kristen!
Dasar dan sumber perbuatan baik!
3. TUJUAN
Menjelaskan pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan etika menurut ajaran kristen
BAB II
PEMBAHASAN
Kata iman dalam bahasa Ibrani disebut “emunah”. Kata ini hanya terdapat dalam kitab
Habakuk yang diterjemahkan dengan kata percaya (band. Hab. 2:4), dan dalam kitab
Ulangan diterjemahkan dengan kata kesetiaan (band. Ul. 32:20). Padanan kata emunash
dalam perjanjian baru dalam bahasa Yunani adalah kata “pistis” dan diterjemahkan dengan
kata iman (band. Rm:1:17; Gal. 3:11; Ibr. 10:38 dsb). Dalam Injil Yohanes kata iman lebih
banyak memuat kata kerja “pisteuo” daripada kata benda, yang menekankan arti aktif
daripada statis. Bagaimana manusia dapat hidup dengan benar sangar tergantung pada
norma/kaidah hukum yang mengaturnya.
Semangat reformasi bangsa Indonesia telah melahirkan kesadaran baru bahwa pendidikan
secara umum dan pendidikan agama khususnya kurang berhasil. Salah satu indikatornya,
ialah moralitas peserta didik dan atau mahasiswa tidak menunjukan terjadinya perubahan
yang signifikan antara pengetahuan yang tinggi, tingkat kedewasaan menurut usianya dan
khususnya pengaruh pada kualitas moralnya. Kenyataannya ada banyak mahasiswa yang
terlibat dalam masalah moral contohnya menjadi model dalam foto dan video porno yang
beredar di internet, aksi tawuran, perkelahian, tindak kriminalitas yang tinggi, pengedar dan
pengguna obat terlarang, bahkan ada juga yang membunuh pacarnya karena hamil di luar
nikah.
AGAMA-AGAMA SUKU
Bagi masyarakat kuno ada pengertian bahwa alam semesta ini diatur oleh : tata tertib
kosmis(yakni hokum-hukum kosmis). Hukum inilah yang menentukan dan mengatur
sifat,perangai dan kelakuan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan segala
sesuatu yang ada di alam semesta. Latar belakang kepercayaan seperti ini didasarkan
pada pengertian kepercayaan pada hal yang naturalistic panteistis.Pemahaman ini
dapat dibedakan, pertama : pantheisme (pan srmua dan theos tuhan atau allah
maksudnya segala sesuatu adalah Tuhan atau segala sesuatu mengandung unsur
ketuhanan) dan kedua : pan-en-theisme (pan dan en yakni bahwa ada didalam segala
sesuatu ada Tuhan, atau mengandung unsur ketuhanan). Pada masing-masing suku
kuno ini ada tata tertib yang mengatur keseluruhan perjalanan hidup alam semesta.
Sebutan untuk tata tertib kosmis bagi masing-masing berbeda satu dengan yang
lainnya: pada masyarakat pengikut konfusionisme, tata tertib kosmis ini disebut
dengan : tao pada masyarakat Budha disebut: daninta di mesir kuno disebut dengan:
maat di jawa kuno, perbuatan baik ditentukan oleh:perbuatan hormat, yakni hormat
kepada raja nenek moyang,guru, orang tua dll. Bagi masyarakt batak dengan adat nias
hada.
Jadi adat adalah,pertama-tama sesuatu yang berulang-ulang terjadi,yang teratur
datang. Bagi masyarakat suku, adat merupakan tata tertib kosmis yang berasal dari
nenek moyang dan sekaligusmya juga dipercaya dari Allah atau Dewa.
DALAM DUNIA FILSAFAT
Franz Magnis Suseno (1987: 14), mengatakan bahwa secara historis Etika sebagai
usaha Filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani
2500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi
dipercaya, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan
manusia.
Yunani menjadi tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang baik ke
dalam suatu sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal tersebut sebagai bagian
filsafat. Berkat pertemuannya dengan para pedagang dan kaum kolonis dari berbagai
Negara, orang-orang Yunani yang sering mengadakan perjalanan ke luar negeri itu
menjadi sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat berbagai macam kebiasaan,
hukum, tata kehidupan, dan lain-lain. Bangsa Yunani mulai bertanya: Apakah
miliknya, hasil pembudayaan Negara tersebut benar- benar lebih tinggi? Karena tiada
seorang pun dari Yunani yang akan mengatakan sebaliknya, maka kemudian
diajukanlah pertanyaan, “Mengapa begitu?” kemudian diselidikinya semua perbuatan
manusiawi, dan lahirlah cabang baru dari filsafat, yakni filsafat moral (filsafat
kesusilaan) atau etika (W. Poespoproddjo,1999: 18).
Jejak-jejak pertama sebuah etika muncul dikalangan murid Pytagoras. Ia lahir pada
tahun 570 SM di Samos di Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani
di Italia Selatan. Ia meninggal 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk lingkaran
murid yang tradisinya diteruskan selama dua ratus tahun. Menurut mereka prinsip-
prinsip matematika merupakan dasar segala realitas. Mereka penganut ajaran
reinkarnasi. Menurut mereka badan merupakan kubur jiwa (soma-sema,”tubuh-
kubur”). Agar jiwa dapat bebas dari badan, manusia perlu menempuh jalan
pembersihan. Dengan bekerja dan bertapa secara rohani, terutama dengan berfilsafat
dan bermatematika, manusia dibebaskan dari ketertarikan indrawi dan dirohanikan.
Seratus tahun kemudian, Demokritos (460-371 SM) bukan hanya mengajarkan
bahwa segala apa dapat dijelaskan dengan gerakan bagian-bagian terkecil yang tak
terbagi lagi, yaitu atom-atom. Menurut Demokritos nilai tertinggi adalah apa yang
enak. Dengan demikian, anjuran untuk hidup baik berkaitan dengan suatu kerangka
pengertian hedonistik.
Sokrates (469-399 SM) tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya tidak mudah
direkonstruksi karena bagian terbesar hanya kita ketahui dari tulisan-tulisn Plato.
Dalam dialog-dialog palto hampir selalu Sokrates yang menjadi pembicara utama
sehingga tidak mudah untuk memastikan pandangan aslinya atau pandangan Plato
sendiri. Melalui dialog Sokrates mau membawa manusia kepada paham-paham etis
yang lebih jelas dengan menghadapkannya pada implikasi-implikasi anggapan-
anggapannya sendiri. Dengan demikian, manusia diantar kepada kesadaran tentang
apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat. Dari kebiasaan untuk berpandangan
dangkal dan sementara, manusia diantar kepada kebijaksanaan yang sebenarnya.
Plato (427 SM) tidak menulis tentang etika. Buku etika pertama ditulis oleh
Aristoteles (384 SM). Namun dalam banyak dialog Plato terdapat uraian-uraian
bernada etika. Itulah sebabnya kita dapat merekontruksi pikiran-pikiran Plato tentang
hidup yang baik. Intuisi daar Plato tentang hidup yang baik itu mempengaruhi filsafat
dan juga kerohanian di Barat selama 2000 tahun. Baru pada zaman modern paham
tentang keterarahan objektif kepada Yang Ilahi dalam segala yang ada mulai
ditinggalkan dan diganti oleh pelbagai pola etika; diantaranya etika otonomi
kesadaran moral Kant adalah yang paling penting. Etika Plato tidak hanya
berpengaruh di barat, melainkan lewat Neoplatoisme juga masuk ke dalam kalangan
sufi Muslim. Disinilah nantinya jalur hubungan pemikiran filsafat Yunani dengan
pemikir muslim seperti Ibn Miskawaih yang banyak mempelajari filsafat Yunani
sehingga mempengaruhi tulisan-tulisannya mengenai filsafat etika. Setelah
Aristoteles, Epikuros (314-270 SM) adalah tokoh yang berepengaruh dalam filsafat
etika. Ia mendirikan sekolah filsafat di Athena dengan nama Epikureanisme , akan
menjadi salah satu aliran besar filsafat Yunani pasca Aristoteles. Berbeda dengan
Plato dan Aristoteles, berbeda juga dengan Stoa, Epikuros dan murid-muridnya tidak
berminat memikirkan, apalagi masuk ke bidang politik. Ciri khas filsafat Epikuros
adalah penarikan diri dari hidup ramai. Semboyannya adalah “hidup dalam
kesembunyian“. Etika Epikurean bersifat privatistik. Yang dicari adalah kebahagiaan
pribadi. Epikuros menasihatkan orang untuk menarik diri dari kehidupan umum,
dalam arti ini adalah individualisme. Namun ajaran Epikuros tidak bersifat egois. Ia
mengajar bahwa sering berbuat baik lebih menyenangkan daripada menerima
kebaikan. Bagi kaum Epikurean, kenikmatan lebih bersifat rohani dan luhur daripada
jasmani. Tidak sembarang keinginan perlu dipenuhi. Ia membedakan antara keinginan
alami yang perlu (makan), keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang
enak), dan keinginan sia-sia (seperti kekayaan).
KESIMPULAN
Sebagai seorang mahasiswa kristen, perlu disadari bahwa perilaku dan segala tindak
tanduk tidak terlepas dari pengamatan orang lain. Untuk itu, mahasiswa kristen harus
dapat memberikan contoh yang baik atau panutan. Mahasiswa diharapkan dapat
menjadi “garam” atau “pelita” bagi masyarakat disekitarnya.
Menjadi garam artinya seorang mahasiswa dapat membuat kehidupan sosial
masyarakat menjadi damai dan sejahtera atau dengan kata lain dapat memberikan cita
rasa yang lebih baik. Menjadi pelita artinya sebagai seorang mahasiswa dapat
memberikan contoh atau menjadi terang sehingga dapat menjadi panutan bagi orang
lain agar tidak tersandung dalam permasalahan-permasalahan yang akan merugikan
diri sendiri atau orang lain.
Menjadi terang ataupun garam tersebut perlu didasari oleh ajaran kristen, yaitu
melakukan perbuatan untuk menjadi contoh yang baik bagi orang lain dengan
didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.