Etika Kristiani
Oleh
Nama : Yulian Mely Elle
Nim :P2012037
Prodi : S1 keperawatan
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas penyertaannya saya dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Etika Kristiani” ini dengan baik
Saya ucapkan terima kasih kepada Bpk Yamres Pakniany S,Si Teol, M,Si selaku dosen mata
kuliah agama kristen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah agama kristen. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang etika kristiani bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kata Pengantar...........................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
BABI.Pendahuluan.....................................................................................................................3
a.latar Belakang..........................................................................................................................3
b. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
c.Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
BAB II Pembahasan.............................................................................................................4
a. Pengertian Etika.............................................................................................................5
b. Landasan Filosofis Etika................................................................................................6
c. Pandangan Kristen Mengenai Etika................................................................................6
d. Asasa-asas Etika............................................................................................................7
e. Implementasi Etika Kristen Dalam Tanggungjawab Pribadi...........................................8
BAB II. Penutup................................................................................................................10
Kesimpulan.......................................................................................................................10
Daftar Pustaka..................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penulisan makalah ini agar mahasiswa Pendidikan Agama Kristen dapat memahami
dan menghayati pengertian Etika Kristen, melalui pemahaman dan penghayatan tersebut
diharapkan mahasiswa dapat berprilaku sesuai dengan norma-norma yang sesuai dengan
ajaran kristen.
Etika kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi yang khusus dalam hidup
manusia yakni petunjuk dan penuntun tentang bagaiman manusia pribadi dan kelompok harus
mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan kehendak dan Firman Tuhan.
Etika kristen adalah ilmu yang meneliti,menilai dan mengatur tabiat dan tingkah laku
manusia dengan memakai norma kehendak dan perintah Allah sebagaimana dinyatakan
dalam Yesus Kristus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etikadan Landasan Filosofis itu?
2. Bagaimana pandangan Kristen mengenai Etika?
3. Apa saja Asas-asas Etika Kristen itu?
4. Bagaimana Implementasi Etika Kristen dalam Tanggung Jawab Pribadi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa Etika dan Landasan Filosofisnya
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Kristen mengenai Etika
3. Untuk memahami Asas-asas Etika Kristen
4. Untuk memahami Implementasi Etika Kristen dalam Tanggung Jawab Pribadi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Istilah “etika” berasal dari kata ethos (Yun) yang artinya pemukiman, perilaku, kebiasaan.
Berikut beberapa pandangan dari beberapa ahli tentang istilah “etika” yaitu:
a.Dr J. Verkuyl
Ethos berarti kebiasaan, adat. Demikian juga Ethikos berarti kesusilaan, perasaan batin,
kecenderungan hati yang membuat seseorang melakukan perbuatan.
b.Robin W. Lovin
Ethos yang berarti adat (Inggris: Custom), sifat (Inggris: Character). Arti tersebut menunjuk
pada nilai sifat, keyakinan, praktik kelompok, ada hubungannya dengan kultur atau
kebudayaan.
c. C. H. Preisker
Ethos berarti kebiasaan (Inggris: habit), kegunaan (Inggris: used), adat (Inggris: custom),
peraturan, kultus dan hukum.
Dalam kaitannya dalam bahasa Latin, etika disebut mores yang berarti adat
atau custom (Ing). Istilah ini menunjuk pada kelakuan umum, sehingga perbuatan itu hanya
secara lahiriah dan dapat dilihat. Dalam bahasa Latin disebut mos (tunggal)
dan mores (jamak) yang menjelaskan kehendak, tingkah laku, adat istiadat, kebiasaan, cara
hidup, berkelakuan, baik dan buruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika
dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan akhlak atau moral.
Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya. Kesadaran tersebut termasuk apa yang
dilakukannya. Kesadaran inilah yang disebut dengan kesadaran etis. Kesadaran etis adalah
kesadaran tentang norma-norma yang ada di dalam diri manusia. Etika berhubungan erat
dengan kelakuan manusia dan cara manusia melakukan perbuatannya. Kelakuan yang
dinyatakan dengan perbuatan itu menunjuk pada dua hal, yakni positif dan negatif. Pengertian
positif menunjuk pada hal yang baik. Sedangkan pengertian negatif menunjuk kepada hal
yang jahat atau tidak baik. Etika hendak mencari ukuran baik, sebab yang tidak baik atau
tidak sesuai dengan ukuran baik itu adalah buruk atau jahat.
Oleh sebab itu, tugas etika adalah menyelidiki, mengontrol perbuatan-perbuatan, mengoreksi
dan membimbing serta mengarahkan tindakan yang seharusnya dilakukan agar dapat
memperbaiki tindakan atau perbuatannya. Pengertian perbuatan positif adalah “apa yang
baik” secara umum atau memakai ukuran yang merupakan pertimbangan dari tuntutan
masyarakat dan sesuai pula dengan hati nurani atau kata hati.
d. Robert P. Borrong
Etika adalah ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk dalam pikiran, perkataan, dan
perbuatan seseorang (individu) maupun masyarakat (kolektif). Moral adalah perilaku yang
baik, benar dan tepat dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bersama
(masyarakat).
Nilai-nilai yang terkandung dalam etika dan moral Kristen adalah nilai-nilai bersumber dari
Firman Tuhan. Nilai-nilai yang diyakini umat beragama sebagai kebenaran mutlak dan
karena itu mengungguli nilai-nilai yang ada dalam tradisi maupun filsafat, termasuk filsafat
politik.
B.Landasan Filosofis Etika
Robert C. Solomon menghubungkan rumusan etika dengan filsafat. Ia mengatakan bahwa
etika adalah bagian dari filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi baik, berbuat baik dan
menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup. Demikian juga menurut Magnis suseno dalam
Etika Jawa. Ia mengatakan,”Etika dalam arti sebenarnya berarti “filsafat” mengenai “moral”.
Jadi, etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik mengenai pendapat-pendapat, norma-
norma dan istilah moral.
Dalam bahasa Yunani Filsafat berasal dari gabungan dua suku kata, yakni filia (cinta)
dan sofia (kebijaksanaan). Secara harafiah, filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Seorang
filsuf adalah seorang yang cinta akan hikmat kebijaksanaan. Etika juga berhubungan erat
dengan akal budi dan kesadaran dalam melakukan sesuatu sehingga etika termasuk ilmu
pengetahuan dan bagian dari filsafat hidup. Peran akal budi untuk mencari hal yang baik
itulah yang menghubungkan antara etika dan filsafat. Dalam hal ini J. Verkuyl menyimpulkan
bahwa ada bentuk-bentuk etika filsafat yang meliputi:
a. Etika Otonom
Dalam bahasa Yunani otonom berasal dari dua suku kata, yaitu aouto atau autosyang berarti
sendiri, pribadi, perorangan, dan nomos yang berarti aturan, hukum, ketentuan. Etika Otonom
adalah etika yang aturannya bersumber dari diri sendiri atau etika yang bersumber pada diri
sendiri, pada hidup pribadi. Ego atau akulah yang membuat peraturan.
b. Etika Heteronom
Dalam bahasa Yunani Heteronom berasal dari dua suku kata, yaitu hetero yang berarti
bermacam-macam dan nomos. Etika Heteronom adalah etika yang aturannya bersumber dari
orang banyak. Masyarakatlah yang membuat aturan.
c. Etika Theonom
Dalam bahasa Yunani theonom berasal dari dua suku kata, yaitu Theos yang berarti Allah
dan nomos. Etika Theonom adalah etika yang aturannya bersumber pada firman Allah atau
penyataan Allah. Misal, dalam Perjanjian Lama ada norma hukum yang disebut Hukum
Sepuluh Perkara atau Dekalog atau Sepuluh Firman (Kel. 20:1-17) dan dalam Perjanjian Baru
disebut hukum kasih (Mat. 22:37-40; Mrk. 12:30-31).
Maka dari pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa Etika Kristen adalah Ilmu
yang meneliti, menilai dan mengatur tabiat dan tingkah laku manusia dengan memakai norma
kehendak dan perintah Allah sebagaimana dinyatakan dalam Yesus Kristus.
Ciri etika Perjanjian Lama sangat sesuai dengan apa yang ditekankan dalam etika
Perjanjian Baru. Banyak perintah etis dalam Perjanjian Baru disampaikan dalam konteks
persekutuan dalam Kristus, yaitu jemaat yang hidup, belajar, dan beribadat bersama-sama
serta melayani Kristus dalam dunia. Sebagai contoh, pasal-pasal utama tentang etika dalam
Efesus 4 – 6 dimulai dengan panggilan untuk “hidup berpadanan dengan panggilan”. Itu
berarti panggilan untuk menjadi anggota masyarakat Allah yang baru, mujizat pendamaian
sosial kerohanian yang telah diadakan-Nya melalui Kristus. Norma-norma moral Pribadi
dalam pasal-pasal itu dikemukakan atas dasar keanggotaan orang percaya sebagai umat
tebusan Allah, yang diuraikan secara terinci dalam pasal-pasal sebelumnya.
Dengan demikan salah satu cara yang mungkin untuk merakit sejumlah tuntutan moral yang
Allah embankan atas individu adalah membaca pasal-pasal yang terdahulu mengenai
masyarakat Israel dan menghasilkan suatu daftar yang mengandung implikasi-implikasi
moral yang logis bagi individu. Misalnya, kalau Allah menginginkan masyarakat yang
memberlakukan prinsip kesetaraan dan belas kasihan dalam bidang ekonomi, maka tiap-tiap
orang dituntut untuk tidak menguntungkan diri sendiri dari kelemahan sesamanya. Kalau
Allah menginginkan masyarakat hidup dengan adil dan diatur oleh hukum-hukum, maka
hakim-hakim secara perorangan harus adil, tidak memihak ataupun menyeleweng.
Dengan demikian orang dapat hidup sesuai dengan ciri-ciri sosial secara keseluruhan dan
menarik hal-hal yang perlu bagi pribadi. Yang ditekankan ialah soal perspektif, yaitu: sifat
persekutuan yang Allah Kehendaki dan menentukan sifat pribadi yang berkenan kepada-Nya.
Dalam etika Perjanjian Lama unsur-unsur sosial dan pribadi tidak dapat dipisahkan.
Kewajiban masing-masing pemain sepak bola dalam suatu kesebelasan tidak berkurang
karena latihannya bertujuan agar para pemain dalam kesebelasan itu secara bersama-sama
dapat memenuhi harapan-harapan pelatih mereka dan memenangkan pertandingan. Demikian
juga, walaupun Perjanjian Lama menekankan kewajiban bersama dari tuntutan moral Allah,
namun kewajiban pribadi untuk untuk hidup secara benar di hadapan Allah tidak pernah
dilupakan atau dihilangkan.
Ada pertanggung jawaban pribadi yang tersirat dalam pertanyaan yang Allah tujukan kepada
Adam, “Di manakah engkau” (Kej. 3:9), yang mencakup setiap orang yang diwakilinya.
Demikian juga tanggung jawab orang untuk sesamanya secara tersirat terdapat dalam
pertanyaan Allah kepada Kain, “Di manakah adikmu?” (Kej. 4:9). Pertanggungjawaban
kepada Allah untuk diri sendiri dan untuk orang lain adalah hakikat kemanusiaan kita.
Riwayat bangsa tebusan Allah dimulai dengan iman dan ketaatan seseorang,
yaitu Abraham.Cerita – cerita tentang para bapak leluhur adalah contoh-contoh tentang
kekuasaan, pemeliharaan dan kesabaran Allah itu di dalam kehidupan individu-individu,
khususnya Yakub/Israel, yang menjadi jelas dan penting dalam sejarah bangsa Allah.Di Sinai
perjanjian Allah dan Abraham demi keturunannya diperbarui dan diperluas hingga generasi
yang menjadi umat tebusan Allah kemudian diterapkan kepada tiap-tiap individu.Hubungan
perjanjian itu pada hakikatnya bersifat kebersamaan: “Aku akan menjadi Allahmu dam kamu
akan menjadi UmatKu”. “Janganlah engkau mempunyai allah-allah lain di hadapanKu”.Hal
ini juga berlaku untuk seluruh DasaTitah dan sejumlah hukum yang terinci dan penting dalam
kelima KitabTaurat.Kumpulan hukum yang paling tua “Kitab Perjanjian.(Kel.21-22), secara
hukum berlaku berdasarkan tanggungjawab dan kewajiban individu dalam hukum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, sesuai dengan makalah “Etika yang meresponi Firman Tuhan
denganpenuhtanggungjawab”penulis menyimpulkan bahwa meresponi
FirmanTuhan berarti menanggapinya dalam Iman kemudian bergerak menghidupinya dalam
kehidupan sehari-hari menuju norma-norma kebenaran yang terkandung di dalam Alkitab.
Mengapa Alkitab? Karena Firman Allah yang tertulis tanpa salah pada naskah
aslinya (Original Manuscript Without Error). Alkitab adalah satu-satunya kitab yang
isi norma-norma etisnya selaras dengan logika. Berarti pedoman kebenaran nilai-nilai etis
yang terkandung di dalam Alkitab sesungguhnya adalah yang selaras dengan nilai etis dan
norma-normakebenaran.
Terkait dengan perbedaan bahasa yang multi bahasa di atas bumi ini Allah adalah
superior di atas segalanya, artinya walaupun demikian banyak nya bahasa-bahasa terjemahan
Alkitab yang berbeda, namun Allah sendiri akan membukakan maksud-maksudnya kepada
setiap individu yang mengalami pengalaman iman kepada para pembaca kitab suci Alkitab.
Mengapa demikian? karena setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus pastilah
memiliki pengalaman iman yang berbeda-beda pula. Tuhan adalah ahli bahasa yang mampu
menterjemahkan apa maksud doa-doa yang di sampaikan umat manusia kepada-Nya
Daftar pustaka
https://rapiantoniosirait8889.blogspot.com/2017/08/makalah-etikayang-meresponi-
firman.html
https://www.academia.edu/15842095/Makalah_Etika_Kristen