Anda di halaman 1dari 9

UTS TINJAUAN ETIS

Etika Filsafat dan Etika Agama / Teologi

Nama : Agustina Laisnima

Nim : 1.02.2022.0132

Kelas : C1

Mata Kuliah : Etika Kristen

Dosen Pengampu : Kaleb Lelo ,M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI KUPANG

2023
PENDAHULUAN

A. Etika Filsafat

Etika filosofis adalah etika yang bertolak belakang kepada kesusilaan yang tercipta
berdasarkan pemikiran manusia. Etika sebagai filsafat tidak hanya membicarakan tentang hal-
hal yang konkret. Etika ini ingin melihat hal-hal apa yang ada dibalik sesuatu yang bersifat
empiris ( dapat dilihat, dirasakan secara konkret ). Misalnya, ada berita bahwa sekelompok
mahasiswa melakukan kerusuhan di tepi jalan, etika ini tidak hanya menanggapi berita
tersebut dengan menanyakan siapa mahasiswa-mahasiswa itu, di jalan mana mereka
melakukan kerusuhan, dan seterusnya, tetapi etika ini akan melakukan pendekatan normative,
yaitu memberi penilaian mengenai tindakan yang dilakukan mahasiswa-mahasiswa tersebut
berdasarkan tata susila yang dibuat manusia. Menurut para filsuf, sistem-sistem etika filosofi
dibagi menjadi dua yaitu sistem etika naturalistis dan sistem etika idealistis.

1. Sistem etika naturalistis

Sistem etika naturalistis adalah sistem etika filsafat yang menganggap etika bersumber dari
kodrat manusia. Dalam banyak masyarakat tradisiomal ada juga sistem etika yang dapat
dikategorikan sebagai sistem adat naturalistis karena didasarkan saja pada kodrat, misalnya
aturan-aturan hokum diterima sebagai pemberian dewa-dewa yang tidak bisa dikritik oleh
manusia. Ada beberapa sistem etika naturalistis yang dikemukakan di sini adalah sistem etika
dari dunia barat, yang filsafatnya tertulis dengan baik dan logis.

a. Hedonisme

Hedonisme bersala dari kata yunani hedone yang berarti kesenangan. Hedonism mengajarkan
bahwa kebaikan tertinggi adalah kesenangan.

b. Eudaimonisme

Eudaimonisme adalah ajaran yang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah kebaikan tertinggi.

c. Stoisisme

Paham ini adalah bentuk dari eudaimonisme yang dianut oleh mazhab stoa lama.
d. Utilisme
Pelopor dari paham ini adalah David Hume ( 1711-1776 ) dari Inggris dan C.A.
Helvetius ( 1715-1771 ) di Prancis.
e. Positivisme
Dalam paham ini, ilmu pengetahuan bertugas dan bertanggung jawab untuk
menyelediki dan menjelaskan fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-
fakta.
f. Marxisme
Tokoh yang mengembangkan paham ini adalah K. Marx ( 1818-1833 ) dan F.
Engeelels ( 1820-1895 ). Paham ini menyatakan bahwa kesadaran seseorang
dipengaruhi atau ditentukan oleh kehidupannya.
g. Evolutinisme
Paham ini dibentuk oleh C.Darwin, yang berpendapat bahwa perjuangan hidup dan
ketahanan hidup yang terkuat.
h. Vitalisme
Kehidupan adalah kebaikan yang tertinggi sehingga semua yang dapat memajukan
kehidupan dianggap baik.
i. Pragmatisme
Bentuk naturalisme yang membuat cara berpikir manusia bergantung kepada pragma
kata yunani yang berarti perbuatan, tindakan dan keaktifan, perbuatan manusia selalu
tertuju kepada yang dikehendaki maka pragmatism berarti perbuatan kita yang
mencapai tujuannya.
j. Instrumentalisme
Baik adalah segala sesuatu yang memberi semangat kepada manusia untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang memperlancar penyesuaian kepada dunia sekitar.
k. Analisa Bahasa
Bahasa sangat diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan mengenai tingkah
laku manusia yang semakin majemuk.
2. Sistem etika idealistis

Sistem etika idealistis adalah sistem etika yang menganggap sesuatu baik kalau sesuai
dengan yang idel dari pikiran manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, idealism
adalah aliran filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang
baik dan benar yang dapat dicamkan dan dipahami. Jadi etika idealistik adalah etika yang
berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna. Ada beberapa
aliran-aliran yang kadangkala tumpang tindih yaitu :

a. Rasionalisme
b. Idealisme Kritis
c. Romantic dan idealisme Jerman
d. Etika Nilai-nilai
e. Eksitensialisme
f.
B. Etika Agama atau Teologis

Etika agama atau teologis adalah etika yang dilandaskan pada keyakinan agama atau lebih
tepatnya etika yang dilandaskan pada kitab suci masing-masing agama. ada bermcam-
macam etika agama yang disebut teologi ( ilmu tentang Tuhan ), tetapi yang pada
hakekatnya diakui tidak bersumber pada pengetahuan manusia melainkan merupakan
penafsiran terhadap wahyu Allah yang ditulis dalam kitab suci, seperti dalam kitab
menurut agama Kristen, dalam alquran menurut agama Islam dan dalam Weda menurut
agama Hindu dan agama lainnya. Perbedaan hakiki etika filsafat yang sudah diuraikan
diatas, dengan etika agama atau etika teologi, terletk pada sumber kebenaran. Dalam
filsafat , sumber ebenaran berasal dari pikiran manusia, sedangkan dalam agama atau
teologi, sumber kebenaran adalah dari Tuhan atau dari yang Ilahi, yang berfirman. Kata
teologi mempunyai arti : ajaran ( dalam bahasa yunani : logos ) tentang Allah/ Ilahi,
( dalam bahasa yunani : theos ) dari kata tersebut, kita dapat mengambil dapat kesimpulan
bahwa etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari pra anggapan- pra anggapan
tentang Allah / Ilahi, yaitu kepercayaan kepada Allah / Ilahi, dam memandang kesusilaan
bersumber dari dalamnya.

Pada umumnya etika umum atau etika filsafat berada dalam batas-batas kemanusiaan dan
bergerak dalam bidang kesusilaan atau moral. Namun hal ini sangat berbeda dengan
teologis, Allah yang mendahului dan melampaui kesusilaan atau moral itu, tidak dapat
diamati oleh manusia dengan panca indranya. Hubungan etika filosofis dengan etika
teologis, khususnya dengan etika kristen menjadi sangat penting di dunia Timur,
mengingat bahwa filsafat orang Timur sering sangat tercampur dengan agama-agama.
selain memiliki perbedaan, kedua macam etika ini juga memiliki persamaan, yang dapat
kita lihat dari sasaran tujuan kedua ilmu etika ini yaitu sikap,perbuatan, dan perilaku
manusia dalam hidupnya. Etika teologis dan etika filosofis harus terus saling mengisi.
Etika teologis harus belajar dari etika filsafat begitu juga sebaliknya.

C. Peran Dosa dalam Etika Agama / Teologi

Filsafat tidak mengenal istilah dosa. Sedangkan semua agama atai teologi mengajarkan
tentang dosa. Dosa berpengaruh pada moralitas manusia. Dosa dalam ajaran agama adalah
perlawanan manusia pada hakekatnya dan dengan demikian perlawanan manusia pada
penciptanya yaitu Allah.setelah manusia jatuh dalam dosa, karna godaan iblis, maka ada
dua sifat dosa yaitu : pertama, di dalam dosa selalu ada unsur pasif. Manusia di goda,
dibujuk. Dimanapun juga manusia selalu digoda oleh iblis. Itu sebabnya Yesus
mengajarkan murid-muridnya dan pengikut-Nya selalu berdoa, yang kedua, didalam semua
dosa selalu ada unsur aktif. Artinya ketika manusia bersedia menjadi si tergoda atau suka
mengikuti pencobaan iblis atau dosa Adam dan Hawa telah menyebabkan manusia
memiliki tabiat yang jahat. Dosa dan kesalahan bisa terjadi bukan hanya karna adanya
godaan tetapi juga karna adanya skandal. Skandal adalah sebuah sikap individu atau
kelompok yang dapat memicu atau menyebabkan munculnya kejahatan. Skandal bisa juga
berbentuk provokasi atau intimidasi yang mendorong orang lain untuk berbuat dosa.

1) Hakekat Dosa

Dosa dalam bahasa ibrani disebut het atau hatta. Dalam bahasa Yunani disebut amartia.
Kata-kata itu tidak mengenai sasaran atau menyeleweng atau menyimpang dari tujuan.

2) Dimensi – dimensi dosa

Manusia yang berdosa secara universal atau secara umum cenderung kepada keburukan
dari pada kepada kebaikan. Ada dua dimensi dosa yaitu

 Dimensi personal

Pada dimensi personal, dosa mengakibatkan setiap manusia tidak dapat menemukan
kebahagiaan sejati.
 Dimensi sosial

Dosa Nampak dalam kebencian manusia satu terhadap yang lain. Kebencian,ketidakadilan,
dan kemarahan. Memang dimensi sosial dosa bertitik tolak dari dosa personal.

3) Dosa dalam pikiran, perkataan dan perbuatan

Dosa tidak hanya suatu tindakan nyata tetapi juga menyangkut sikap batin,niat atau pikiran
jahat dan perkataan-perkataan yang tidak senonoh.

D. Manusia baru menurut etika kristen

Sebenarnya seluruh alkitab berisi janji dan tawaran Tuhan akan pembaharuan hidup
manusia. Hokum taurat diberikan untuk membarui hidup Israel sebagai orang-orang bebsa
dari kuasa dosa dan keburukan. Akan tetapi orang Israel menolak melakukan taurat secara
murni dan kosekuen. Itulah sebabnya Tuhan memberi janji untuk membarui batin mereka.
Nubuat dalam perjanjian lama tentang pembaruan batin ini digenapi oleeh kedatangan
Yesus Kristus yang lahir, mati dan bangkit sebagai pengurbanan untuk memberikan
keselamatan, termasuk pembaruan kehidupan yang dikuasai dosa menjadi kehidupan yang
dikuasai oleh Roh Kudus. Dari sudut pandang alkitab, pemahaman tenang manusia baru
dapat dibedakan atas pemahaman berdasarkan pendekatan dogmatis dan pemahaman
berdasarkan pendekatan etika.

a) Sudut pandang dogma

Salah satu symbol dan meterai mengenai manusia baru menurut dogma kristiani adalah
baptisan. Baptisan menjadi symbol dan meterai terciptanya manusia baru sebagai buah dari
pengurbanan Kristus. Dogma kristiani mengakui tidak ada kehidupan baru tanpa ada
pengurbanan yaitu kematian Kristus. Dalam Dogma diyakini bahwa walaupun pembaruan
hidup adalah karya Allah semata-mata, tetapi manusia yang menerima pembaruan itu
adalah manusia yang merespon rahmat Allah itu dengan beriman. Maka secara dogmatis
tidak ada tempat manusia baru bagi mereka yang tidak beriman kepada Kristus. Walupun
sumber hidup baru itu adalah rahmat Allah, tidak semua manusia dan tidak sembarang
manusia mendapat rahmat itu. Yang mendapatkannya hanyalah mereka yang
meresponinya, meyakininya, dam mempercayainya.
Secara dogmatis, manusia baru dapat dipahami dalam beberapa kategori :

 Pertama : manusia baru adalah manusia yang diampuni, dihapuskan dosanya.


 Kedua : hidup dalam persekutuan dengan Kristus.
 Ketiga : manusia baru berarti manusia yang memperoleh kehidupan kekal.
 Keempat : manusia baru adalah manusia yang menjadi anak-anak Allah.
 Kelima : manusia baru adalah manusia yang dibenarkan.
 Keenam : manusia baru adalah manusia yang dikuduskan atau disucikan.

E. Sudut pandang etika

Calvin pernah mengatakan bahwa ajaran alkitab tentang kehidupan atau manusia baru
membicarakan dua pokok utama. Yang pertama ialah cinta akan kebenaran, yang kedua
adalah patokan-patokn untuk mengejar kebenaran itu.

Menurut Calvin keduanya diwujudkan dengan meneladani Yesus Kristus, Yesus Kristus
adalah teladan mencintai kebenaran dan kehidupannya menjadi teladan yang memberikan
patokan-patokan untuk mengejar kebenaran itu. Etika selalu berbicara tentang kebenaran,
maka mewujudkan manusia baru tidak lain daripada memperlihatkan kebenaran dalam
kehidupan orang percaya. Maka dilihat dari sudut pandang etika, manusia baru adalah
manusia sebagaimana Yesus Kristus memandang dan memperlakukannya, sekaligus
manusia sebagaimana ia harus mencontoh Yesus Kristus.

 Pertama : manusia baru adalah manusia yang berjalan mengiring atau mengikuti Yesus
Kristus
 Kedua : manusia baru adalah manusia yang anti dosa
 Ketiga : manusia baru adalah manusia yang taat atau patuh
 Keempat : manusia baru adalah manusia yang hidup dalam perjuangan
 Kelima : manusia baru adalah manusia yang hidup dalam kasih
 Keenam : manusia baru adalah manusia dalam pengharapan
F. KESIMPULAN

Ada dua macam etika dan sumber etika, yaitu etika filsafat dan etika agama atau teologis.
Etika filsafat lahir dari pikiran dan pengalaman manusia, karena itu etika disebut otonom.
Sedangkan etika agama ataau teologis berasal dari wahyu Allah, dalam hal Etika Kristen
berasal dari penyataan Allah di dalam alkitab, maka etika agama disebut etika teonom.

Etika Kristen sangat menekankan bahwa manusia pada dirinya tidak mampu berbuat baik
karena manusia telah jatuh kedalam dosa. Perbuatan baik manusia hanya dimungkinkan
oleh pembaruan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus dan Roh Kudus.

Hidup baru berarti hidup yang dibenarkan dan disucikan oleh Kristus dan diterangi oleh
Roh Kudus sehingga manusia layak di hadapan Allah dan dapat berbuat baik. Hidup baru
berarti menyangkal kehidupan dosa dan berjalan dalam jalan baru melakukan ajaran dan
teladan Yesus. Itu moralitas baru hidup orang Kristen.

G. SARAN

Penulis menyadari bahwa jurnal laporan baca ini masih banyak kurang atau jauh dari
sempurna karena kurangnya sumber dan keterbatasan pikiran tentang Etika Filsafat dan
Etika Agama / Teologi, sehingga penulis berharap kepada pembaca serta bapak Dosen
untuk mengoreksi serta mengkritik jurnal laporan baca dan memberikan masukan-masukan
untuk menyempurnakan jurnal laporan baca ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sosipate.Karel, Etika Filsfat, Jakarta: suara harapan bangsa, 2009.

Sosipater. Karel, Etika Agama atau Teologi, Jakarta : suara harapan bangsa, 2016.

Tim pandom media, kamus besar bahasa Indonesia Edisi terbaru, Jakarta Barat : pandom
media Nusantara, 2014.

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab, 2014.

Anda mungkin juga menyukai