Disusun Oleh :
Kelas : B
Kelompok 7
ANGGOTA KELOMPOK :
1. FINANDA SALSAHIRA (21013010078)
2. ANISA APRILIA (21013010079)
3. MAYZURA RAHMA AULIA PUTRI (21013010093)
4. DEWI SINTA (21013010081)
5. ROHAN AS SADZILI (21013010096)
6. MUHAMAD RISA FARHAN (21013010097)
A. Hakikat Filsafat
Filsafat dikutip dari dua kata yang berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ‘philo’ dan ‘shopia’.
‘Philo’ yang artinya adalah cinta, sedangkan ‘shopia’ artinya bijaksana. Dengan begitu,
philosophia mempunyai arti cinta terhadap kebijaksanaan (Fuad Farid Ismail dan Abdul
Hamid Mutawalli, 2003). Perbedaan ilmu dan filsafat terdapat pada titik tekan kedua hal
itu, dimana ilmu mengkaji lingkup bidang yang lebih kecil, ilmu lebih condong kearah
analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu melalui proses observasi, ilmu juga
perlu menerapkan eksperimen dan klasifikasi dari data yang sudah pernah dipraktekkan
serta berupaya untuk menemukan hukum atau aturan baru atas gejala-gejala yang terjadi.
Sedangkan filsafat berupaya mengkaji hal umum dalam berbagai bidang pengalaman
manusia, filsafat lebih condong kearah sintetis dan kalaupun filsafat bersifat analitis maka
analisanya akan memasuki dimensi kehidupan secara keseluruhan, filsafat lebih sering
menyinggung kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara
fakta khusus dengan skema masalah dengan lingkup yang lebih besar, filsafat juga
mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim seperti: agama, moral, dan
seni.
1
Selanjutnya Abdulkadir Muhammad menjelaskan filsafat dengan melihat unsur-unsurnya
sebagai berikut:
Untuk dapat lebih jelas mengenai perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat dilihat
dari tiga aspek: (Ontologis) objek yang sedang dikaji, (Epostemologis) prosedur atau cara
mengkajinya, dan (Aksiologis) tujuan dari penggunaan filsafat dan ilmu tersebut.
2
B. Hakikat Agama
Rumusan pengertian agama berdasarkan unsur-unsur penting sebagai berikut :
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transdental Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma yang diwahyukan oleh Tuhan
melalui Nabi.
3. Untuk kebahagian hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
3
C. Hakikat Etika
Etika berasal dari kata yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat tinggal, padang
rumput, ktemapt bernaung, kebiasaan, adat watak persaaan, sikap dan cara berfikir.
● Etika secara etimologi dapat di artikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa di
lakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baika
dan yang buruk (kanter 2001).
● Menurut lawrence weber dan post (2005) etika adalah suatu konsepsi tentang
prilaku yang benar dan salah. Etika menjelaskan prilaku bermoral atau tidak dan
berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental.
● Etika sebagai praktis sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau
masyarakat.
● Etika sebagai suatu ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilain moral.
D. Hakikat Nilai
Nilai barang sama dengan harga barang yang dibayar. Nilai uang (harga) yang dibayar
untuk memperoleh barang bisa disebut nilai ekonomis. Sesuatu akan memiliki nilai
ekonomis karena hal itu bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup secara fisik, atau
memberi kenikmatan rasa dan fisik atau dapat meningkatkan citra/gengsi.
Ada tiga hal yang dapat disimpulkan dari definisi yang telah tersedia yaitu sebagai
berikut :
a) Nilai yang selalu akan dikaitkan dengan sesuatu mahkluk/benda (contoh : benda,
orang, hal)
b) Nilai selain uang (Ekonomis) yang sudah cukup dikenal ada bermacam – macam
(gugus/kelompok)
c) Terdapat tingkatan yang terbentuk dari gugus – gugus nilai yang berurutan dari
tinggi ke rendah
4
E. Hubungan Agama, Etika dan Nilai
Manusia merupakan mahkluk ciptaan tuhan yang mempunyai kasta yang paling
tinggi, karena diberkati oleh akal dan pikiran untuk menentukan jalan dan perbuatannya
sendiri. Berkat kemampuan pikiran yang telah diberkannya, manusia dapat menyerap dan
menerapkan ilmu tentang keuntungan keberadaan duniawi serta tersadar akan kelebihan
dan kemampuan yang dapat dikembangkan olehnya yang dia tidak sadari ada didalam
dirinya.
Maka dari itu hanya manusia yang mampu menyadari perlunya mencapai nilai
tertinggi atau nilai akhir (hidup kekal di akhirat) yang harus di capai disamping adanya
nilai-nilai antara nilai-nilai yang lebih rendah (kekayaan, kekuasaan, kenikmatan
duniawi).
Dalam kitab suci setiap agama – agama yang ada didunia, masing – masing
menjelaskan tentang lima hal inti yaitu hakikat Tuhan, tata susila, etika, ritual dan cara
beribadah. Maka terlihat jelas sekali bahwa ikatan antara agama dan etika yang tidak
dapat dipisahkan antara satu sama lain. Tidak ada agama di dunia ini yang tidak
mengajarkan sama sekali tentang moralitas dan etika dalam berkehidupan. Kualitas iman
seorang jamaat tidaklah ditentukan oleh kualitas keibadahannya, tetapi juga dilihat dari
sisi moralitas dan etika suatu individu tersebut. Dapat disimpulkan bahwa nilai ibadah
akan menjadi sia – sia tanpa adanya moralitas dan etika pada suatu individu itu.
5
F. Hukum, Etika dan Etiket
Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang mempunyai arti yang hampir sama,
bahkan bisa dikatakan masih mempunyai arti yang sama.Persamaan antara hukum, etika,
dan etiket yaitu sama- sama mengatur perilaku manusia. Perbedaan antara etika dan etiket
yaitu etika bersifat absolute, sedangkan etiket bersifat relative.
6
G. Paradigma Manusia Utuh
• Karakter dan Kepribadian
Definisi karakter :
a. Karakter adalah kompetensi/kemampuan yang terdapat pada diri manusia yang
baiknya diasah dan dikembangkan pada individu masing – masing, yang
membutuhkan pengembangan secara manual dan seimbang.
b. Karakter juga menentukan kesuksesan seseorang, akankah dia gagal atau sukses
dapat diukur dari seberapa bagusnya pengendalian emosi seseorang itu.
c. Karakter dapat berubah – ubah melalui factor: pengalaman hidup, umur, maupun
pelatihan dan pembelajaran.
d. Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang
dinilikinya dengan tuntutan kenyataan atau realitas.
• Kecerdasan, Karakter, dan Etika
Hal yang juga sangat menarik disampaikan oleh Wahyuni Nafis (2006), ia menyebut tiga
jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika, yaitu: (1) psiko etika, (2) sosio etika, dan (3)
teo etika. Psiko etika merupakan masalah aku dengan aku, sosio etika menyangkut
masalah aku dengan orang lain, dan teo etika menyangkut masalah aku dengan Tuhan.
Masing-masing golongan etika ini ditandai oleh tiga karakter schingga secara
keseluruhan ada sembilan karakter.
• Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh
Covey telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter, diperlukan
(2005) telah memberikan jawaban atas semua itu yang sebenarnya sangat sederhana,
yaitu bermula pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat
kemampuan manusia, yaitu: mampu memahami hakikat/kodratnya sebagai manusia utuh.
tubuh (PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa/roh (SQ).
7
• Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual
Merumuskan karakter memang diperlukan, tetapi berhenti pada tahap perumusan saja
belum mencukupi karena dikhawatirkan rumusan karakter tersebut hanya akan menjadi
semacam doktrin atau slogan yang disakralkan saja.
Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa
mencapai hasil optimal (Sentanu. 2007), Otak akan memancarkan gelombang sesuai
dengan tingkat keadaan pikiran/kejiwaan seseorang Saat ini gelombang otak telah dapat
diukur dengan menggunakan Elektroensefalogram (EEG).
Ketika pikiran berada dalam keadaan sadar (aktif), berarti pikiran sedang berada
dalam lombang beta.Kunci untuk membangun karakter adalah melatih pikiran untuk
memasuki gelombang alpha, Latihan meditasi, yoga, zikir, retret, dan sejenisnya sangat
efektif untuk memasuki gelombang alpha ini.
8
H. Moral dan Etika Profesi Akuntansi
Berbagai macam jenis dari perspektif/model etis dapat diterapkan dalam bidang
akuntansi. Itu semua akan ditindaklanjuti sebelum pembahasan mengenai implementasi,
pengajaran, dan riset mengenai etika dalam akuntansi. Pendekatan etika menekankan
konsep-konsep yaitu : keadilan, kebenaran, dan kewajaran (justice, truth, fairness).
Pertimbangan seperti tidak memihak (bias) dan kejujuran penyajian (representational
faithfulness) dipahami sebagai karakterisktik dalam sistem akuntansi. Netralitas, informasi
tidak diperbolehkan diganti/dipoles, adalah sifat yang sangat penting dalam penetapan
standar.
Perkembangan teknologi, tanah, pangan dan energi yang berujung nilai kapitalisme,
sadar atau tidak akuntansi sekarang ini terbawa arus pada peradaban manusia pada zaman
sekarang dan itulah realitanya sekarang, yang lebih memfokuskan unsur fisik daripada nilai
Ketuhanan. Akuntansi spiritual ada sebagai pengingat untuk sarana mewujudkan sikap
rendah hati. Melalui akuntansi yang berdasarkan nilai – nilai spiritual, manusia diajarkan
sedari dini untuk bersikap rendah hati dan menyadari bahwa dia bukanlah siapa - siapa.
Kecerdasan spiritual dalam akuntansi contohnya saja dari penyusunan laporan
keuangan. Nilai – nilai spiritual dalam laporan keuangan memberikan informasi yang valid
bagi seluruh pengguna laporan, hadirnya peyusun laporan keuangan yang memunculkan
kehadiran nilai-nilai spiritualitas akan memberi pengaruh bagi yang bisa bertahan dan
berkembang seperti UPS, Southwest, Starbucks dan Timberland. Sebaliknya, tanpa adanya
spiritualitas, perusahaan berkesempatan dapat berhasil tetapi tidaklah lama berkiprah
dipasaran, seperti contoh perusahaan besar yaitu Enron dan Worldcom dalam tulisan
Prasetyo tahun 2012.
9