Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM

Dosen Pengampu :

Sofie Yunida Putri, S.E, M.Ak

Disusun oleh Grup D (Kelas L):


1. Zuiyyinatul Jannah (22013010126)
2. Reva Dhiya Ulhaq (22013010196)
3. Putri Bertha E. S. (22013010351)
4. Widiasari Oktarina (22013010359)

PROGAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 5

3.1 Pengertin Hakikat Filsafat, Agama, Etika, dan Nilai ............................................ 5

3.2 Hubungan Agama, Etika, dan Nilai ........................................................................ 6

3.3 Persamaan dan Perbedaan Antara Hukum, Etika, dan Etiket ............................ 7

3.4 Paradigma Manusia Utuh ........................................................................................ 7

BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan munculnya skandal-skandal bisnis tak etis yang menimpa perusahaan -
perusahaan nasional seperti, Lapindo Brantas, Bantuan Liquiditas Bank Indonesia (BLBI),
Bill Out Bank Centuty, atau praktis bisnis tak etis yang dilakukan oleh petinggi perusahaan
multinasional semakin menegaskan perlunya pemahaman komprehensif terhadap etika
bisnis dan profesi dari berbagai disiplin termasuk dari perspektif filsafat, agama, etika dan
hukum.
James Griffin dalam buku What Can Philosophy Contribute to Ethics (2015)
menunjukkan bahwa meskipun abstrak-normatif, teori-teori etika dari para filsuf
merupakan konsep terdepan yang berkontribusi besar bagi pemahaman moral sistematik
dalam masyarakat. Pemahaman konseptual filsafati tentang keadilan, kesetaraan, dan hak-
hak asasi manusia berkontribusi besar bagi prilaku bisnis dan profesi. Teori-teori moral dari
filsafat (etika) tidak hanya membantu dalam mengidentifikasi dan mengambil sikap dan
kebijakan praktis bisnis dan profesi secara tepat melainkan juga merealisasikan cita-cira
moral ideal manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dan hubungan dari hakikat filsafat, agama, etika, dan nilai?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara hukum, etika, dan etiket?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan paradigma manusia utuh?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan hubungan dari hakikat filsafat, agama, etika, dan nilai.
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan antara hukum, etika, dan etiket.
3. Mengetahui tentang paradigma manusia utuh.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Filsafat dalam bahasa Yunani philoshopia yang berarti cinta terhadap kebijaksanaan
(Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003).Karakteristik filsafat yaitu bersifat
menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Agama berasal dari bahasa Sanskerta a berarti
tidak, gam berarti pergi, dan a berarti bersifat atau keadaan.Jadi istilah agama berarti : bersifat
tidak pergi, tetap, lestari, kekal, tidak berubah.Sehingga dapat didefinisikan agama adalah
pedoman bagi manusia untuk mencapai hidup kekal.Hakikat etika dapat didefinisikan sebagai
praksis yaitu memiliki pengertian sama dengan moral atau moralitas dan etika sebagai sebagai
ilmu atau tata Susila yang merupakan pemikiran atau penilaian moral. Hakikat nilai menurut
Doni Koesoema A. (2007) merupakan kualitas suatu hal yang menjadikannya dapat disukai,
diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu.

Hubungan agama, etika, dan nilai merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan.
Kualitas keimanan (spiritualitas) tidak hanya ditentukan dari kualitas peribadatan (kualitas
hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga kualitas etika/moral (kualitas hubungan manusia
dengan manusia lain dalam masyarakat dan manusia dengan alam).Dalam model paradigma
pembangunan manusia seutuhunya, memiliki beberapa konsep penting yakni : karakter,
keprbadian, kecerdasan, etika, gelombang otak, tujuan hidup, agama, dan meditasi/zikir.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertin Hakikat Filsafat, Agama, Etika, dan Nilai


Theo Huijbers (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006) menjelaskan filsafat
sebagai kegiatan intelektual yang metodis, sistematis, dan secara reflektif menangkap
makna hakiki keseluruhan yang ada. Abdulkadir Muhammad menjelaskan filsafat
dengan melihat unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Kegiatan intelektual (pemikiran).
b. Mencari makna yang hakiki (interpretasi).
c. Segala fakta dan gejala (objek).
d. Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode).
e. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan)

Pada table di bawah ini terdapat perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan
yang dilihat dari ketiga aspek.

No Aspek Filsafat Ilmu


1 Ontologis Segala sesuatu yang bersifat Segala sesuatu yang bersifat
fisik dan nonfisik, baik yang fisik dan yang dapat direkam
dapat direkam melalui indra melalui indra.
maupun yang tidak.
2 Epistemologis Pendekatan yang bersifat Pendekatan ilmiah,
reflektif atau rasional- menggunakan dua pendekatan:
deduktif. deduktif dan induktif secara
saling melengkapi.
3 Aksiologis Sangat abstrak, bermanfaat Sangat konkret, langsung
tetapi secara tidak langsung dapat dimanfaatkan bagi
bagi umat manusia. kepentingnan umat manusia.

Agama memiliki beberapa definisi dari para ahli. Namun, dari beberapa
definisi dapat dirinci rumusan agama sebagai berikut:
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transcendental,
yang Ilahi-Tuhan Yang Maha Esa.

5
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-
nilai, dan norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui
nabi-nabi.
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.

Sebenarnya dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama sebagai


berikut:

1. Ada kitab suci.


2. Kitab suci yang ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan.
3. Ada suatu Lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan
menafsirkan kitab suci bagi kepentingan umatnnya.
4. Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang:
a. Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang Ketuhanan.
b. Susila, moral, atau etika.
c. Ritual, upacara, atau tata cara beribadat.
d. Tujuan agama.

Definisi etika dapat dilihat dari dua hal. Pertama, etika sebagai praksis sama
dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan
norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat. Kedua, etika sebagai
ilmu atau tata asusila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai pemikiran
moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitass
tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.

Kemudian yang terakhir, pengertian nilai memiliki tiga inti. Pertama, nilai
selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal). Kedua, ada bermacam-macam
(gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup dikenal. Ketiga, gugus-
gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi.

3.2 Hubungan Agama, Etika, dan Nilai


Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan
akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia
mampu memperoleh ilmu (pengetahuan) tentang hakikat keberadaan (duniawi) melalui
proses penalaran. Melalui hal ini, manusia menyadari perlunya mencapai nilai tertinggi

6
atau nilai akhir (hidup kekal di akhirat) yang mana di dunia ini manusia harus memiliki
etika yang baik.

3.3 Persamaan dan Perbedaan Antara Hukum, Etika, dan Etiket


No. Hukum Etika Etiket
1. Persamaan : sama-sama mengatur perilaku manusia
2. Perbedaan :
a) Sumber Hukum : Sumber Etika : Sumber Etiket :
Negara, Pemerintah Masyarakat Golongan
masyarakat
b) Sifat Pengaturan : Sifat Pengaturan : Sifat Pengaturan :
Tertulis Lisan dan Tertulis Lisan
c) Objek yang diatur : Objek yang diatur : Objek yang diatur :
Bersifat lahiriah Bersifat rohaniah Bersifat lahiriah

3.4 Paradigma Manusia Utuh


Konsep penting yang terkait dengan pembangunan manusia seutuhnya, antara
lain karakter, kepribadian, kecerdasan, etika, gelombang otak, tujuan hidup, agama, dan
meditasi/zikir. Menurut Wahyuni Nafis (2006), terdapat tiga jenis kecerdasan dengan
tiga golongan etika, yaitu: (1) psiko etika, (2) sosio etika, dan (3) teo etika. Psiko etika
adalah masalah aku dengan aku, sosio etika menyangkut masalah aku dengan orang
lain, dan teo etika menyangkut aku dengan Tuhan.

7
Hubungan kecerdasan, karakter sel, dan etika.

Kunci pembangunan karakter adalah integritas. Tentu pemahama atas integritas


ini tidak sekedar berarti jujur atau punya prinsip moral, tetapi terkandung pengertian
utuh dan tidak terbagi, menyatu, berkontribusi kukuh serta mempunyai konsistensi.
Merumuskan karakter memang diperlukan, tetapi berhenti pada tahap perumusan belum
mencukupi karena dikhawatirkan rumusan karakter tersebut hanya akan menjadi
semacam doktrin atau slogan yang disakralkan saja. Sebenarnya yang lebih penting
adalah langkah konkret berikutnya, yaitu bagaimana cara melakukan proses
transformasi diri untuk mencapai atau bergerak menuju idealisme karakter tersebut.

Untuk mengembangkan paradigma hakikat manusia seutuhnya dengan


mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan
memadukan dan menyeimbangkan kualitas fisik, pengetahuan intelektual (psiko etika),
kematangan emosional dan kerukunan sosial (sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo
etika).

8
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan yang dapat


diambil:

1. Filsafat adalah kegiatan intelektual yang metodis, sistematis, dan secara


reflektif menangkap makna hakiki keseluruhan yang ada. Agama memiliki
beberapa rumusan yaitu, hubungan manusia dengan sesuatu yang tak
terbatas (Tuhan Yang Maha Esa), berisi pedoman tingkah laku (dalam
bentuk larangan dan perintah), untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia
dan hidup kekal di akhirat. Definisi etika dapat dilihat sebagai praksis (adat
istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku) dan sebagai
ilmu atau asusila (pemikiran/penilaian moral). Nilai memiliki tiga inti, yaitu
nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu, ada bermacam-macam nilai selain
nilai uang, dan gugus-gugus nilai membentuk semacam hierarki dari
terendah sampai tertinggi.
2. Agama, etika, dan nilai adalah suatu hal yang saling berkaitan.
3. Hukum, etika, dan etiket memiliki persamaan yaitu untuk mengatur
manusia. Kemudian perbedaannya pada unsur sumber, sifat, dan objek yang
diatur.
4. Konsep penting yang terkait dengan pembangunan manusia seutuhnya
antara lain, karakter, kepribadian, kecerdasan, etika, gelombang otak, tujuan
hidup, agama, dan meditasi/zikir.
5. Untuk mengembangkan paradigma hakikat manusia seutuhnya dapat
dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., & Adana, C. (2019). Etika Bisnis dan Profesi : Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

Weruin, U. U. (2019, Oktober). Teori - Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi
Etika Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 3, 314.

10

Anda mungkin juga menyukai