Anda di halaman 1dari 13

Etika

Kiisten
8eadlng 8eporL LLlka
krlsLen
uonny ParyanLo Sagala
BAB I. PENGANTAR KE DALAM ETIKA KRISTEN
Tentang nama etika.
Kata Etika berasal dari kata yunani, yaitu thos dan thos.
Kata ethos artinya kebiasaan, adat. Kata thos lebih berarti
kesusilaan, perasaan batin.
Dalam bahasa Latin istilah thos & thikos itu disebutkan
dengan kata mos dan moralitas. Jleh sebab itu kata etika sering
pula diterangkan dengan kata moral.
Dalam bahasa indonesia etika dinyatakan dengan tepat oleh
kata kesusilaaan, yang dalam bahasa sansekerta : pertama, sila
berarti : norma (kaidah), peraturan hidup, perintah. Yang kedua,
kata itu menyatakan pula keadaan batin terhadap peraturan hidup,
hingga dapat berarti juga : sikap, keadaban, siasat batin,
perikelakuan, sopan-santun, dsb.
Pengertian Etika Theologis.
Etika bergerak pada lapangan kesusilaan, artinya : ia
bertalian dengan norma-norma yang seharusnya berlaku disitu dan
dengan ketaatan batiniah kepada norma-norma itu. Jadi etika itu
tergolong ilmu pengetahuan yang normatif. Ada beberapa lapangan
hidup, dimana berlaku hukum alam, misalnya lapangan ilmu pasti,
ilmu gaya, dan ilmu tumbuhan.
Tetapi ada juga lapangan-hidup, dimana tidak berlaku hukum-
hukum alam, melainkan hukum-hukum normatif, yang meminta daripada
kita suatu pilihan, suatu keputusan, suatu jawaban ya atau tidak.
Karena itu Etika bukanlah ilmu pengetahuan alam.
Etika adalah suatu ilmu Pengetahuan yang normatif. Ia
memajukan masalah tentang apa yang Baik. Di pandang dari sudut
kepercayaan Hukum Taurat dan Injil Allah, yang baik itu haruslah :
Segala yang dikehendaki Allah, itulah yang baik. Itulah pokok
etika theologis.

.Kedudukan etika didalam ilmu theologi.
Pada abad pertama dari sejarah gereja, etika itu tidak
dipalajari khusus. Tetapi segeralah dirasa perlua adanya
keterangan tentang pokok-pokok atau traktat-traktat yang membuat
masalah-masalah kesusilaan yang konkrit.
Demikianlah misalnya Tertullianus menulis risalah tentang
soal-soal : bolehkah seorang kristen membuat patung berhala.,
bolehkah orang kristen menjadi pemain sandiwara., bolehkah seorang
duda menikah lagi..
Dari catatan sejarah inilah, bahwa didalam sejarah theologia
pada umumnya etika itu dimasukkan kedalam apa yang disebut mata
pelajaran sistematika atau dogmatika. Dogmatika ialah suatu
theologia yang memikirkan tentang isi iman : kasih Allah bapa,
anugerah Allah Anak, dan persekutuan dengan Roh Kudus. Demikian
pula Etika Kristen.
Pokok Dogmatika ialah : Allah lebih dahulu mengasihi kita.
Pokok Etika ialah : Kita mengasihi Allah.
Dapatkah etika theologis dipelajari sebagai mata pelaara
khusus?
Dalam buku ini kita berusaha mempelajari Etika Theologis
sebagai mata pelajaran khusus, walaupun tidak sesuai dengan uraian
no.3.
Baikkah itu.
Seperti diuraikan dalam no.3, pada asasnya etika itu termasuk
dalam dogmatika. Hal itu tidak akan kita sangkal. Sekali-kali
bukanlah maksud buku ini memepalajari etika tanpa hubungan dengan
dogmatika. Namun, mengingat alasan- alasan methodis dan praktis,
baiklah etika theologis itu dibicarakan sebagai mata pelajaran
yang khusus.
Lagipula ada beberapa alasan praktis, mengapa etika lebih
baik dipelajari sebagai mata pelajaran khusus.
Mungkinkah diusahakan suatu etika theologi yang sistematis?
Berhubungan dengan hal tadi timbullah pertanyaan diatas.
Kebanyakan orang menyangkal kemungkinan itu dan mengatakan,
sesungguhnya yang mungkin hanyalah risalah-risalah tentang etika,
yang membahas secara mendadak masalah etika tertentu yang sedang
hangat-hangatnya.
Saya rasa pendirian ini tidak tepat. Disini terdapat sebuah
kesejajaran dengan dogmatika. Dogmatika mencoba merangkum berita
dari Alkitab dan mengolahnya sedemikian rupa.
Tetapi etika sistematis dapat dan boleh bertindak sebagai
penunjuk jalan didalam keseluruhan dan bagian-bagian yang
dinyatakan oleh Alkitab kita mengenai kehendak Allah.
Sumber Pengetahuan tentang etika theologis.
Sumber etika theologis yang mutlak adalah Alkitab. Alkitab
adalah satu-satunya sumber yang mutlak untuk etika. Tetapi itu
tidak berarti etika theologis tidak mempunyai alat-alat
pertolongan lainnya atau tidak mempunyai sumber-sumber yang
relatif. Sudah barang tentu dokumen-dokumen kegerejaan dalam
perseorangan pada bidang etika sangat berharga untuk mengusahakan
etika theologis dewasa ini.
ubungan antara etika Kristen theologis dan etika didalam
agama-agama lainnya.
Di Indonesia Etika Kristen itu tentu ada kalanya akan menghadapi
etika didalam agama-agama lainnya. Didalam masyarakat Indonesia
,dimana gereja Kristen hidup dan bekerja, adanya pengaruh moral-
moral Hindu dan Budha tidak dapat di sangkal lagi. Walaupun
Indonesia tidak banyak hindu dan Buddha yang sadar. Namun pengaruh
hindu dan Buddha masih ada bekas-bekasnya. Justru di dalam sikap
dan peri-perlakuan.


ubungan antara etika dan ilmu pengetahuan lainnya.
Etika Kristen juga mempunyai segi-segi yang menyinggung
bermacam-macam ilmu pengetahuan lainnya. Pertama yaitu ethnologia
atau anthropologia kulturil (ilmu bangsa-bangsa) dan sosiologia.
Ethnologia juga menyelidiki dan menguraikan kelakuan-kelakuan
manusia dalam masyarakat yang masih rendah tingkat pertumbuhannya.
Sosiologia mengadakan penyelidikan di dalam masyarakat yang
lebih sulit susunannya, dan mengupas sebab-sebab dan kemungkinan
pembongkaran dan penyusunan kembali di dalam masyarakat.

Bab. II Dasar-dasar atau titik pangkal Etika Kristen
1.Sebuah catatan sebagai pengantar.
Sebagaimana telah diuraikan dalam pendahuluan, etika kristen
tidak dapat terlepas dari dogmatika, bahkan dapat dikatakan bahwa
etika itu termasuk dogmatika.
Karena itu didalam etika perlu dijelaskan sedikit tentang
ttik-pangkal dogmatisnya.
.Pernyataaan Allah, Bapa Yesus Kristus tentang diri pribadi.
Etika kristen berpangkalan kepercayaan kepada Allah, yang
menyatakan diri didalam Yesus Kristus.
Allah diakuinya sebagai Allah yang sejati dan yang Maha Esa.
Etika Kristen mengaku, bahwa hanya karena Yesus Krituslah kita
dapat mengenal Allah sebagaimana adaNya, didlam kedaulatan dan
kemuliaaNya, didalam kekekalanNya, didalam keesaanNya, didalam
kerohanianNya, dan kehadirannya disegala tempat, didalam kesucian
dan kebenarannya, didalam kasih dan hikmatNya.
Pentingnya anthropologia (pandangan ttg manusia) bagi etika.
Yang menentukan titik-pangkal dogmatis buat etika bukanlah
hanya pengakuan ttg Allah saja, tetapi juga pengakuan ttg manusia.
Prof. Dr. W.J. Aalders didalam bukunya handboek der ethiek
(hl. 179) mengatakan : Jika manusia tidak dapat dipertanggung-
jawabkan, maka tidak ada tempat duduk bagi etika, bahkan tempat
berdiripun tak ada baginya.
a) pandangan ttg manusia menurut agama-agama suku.
pertama : Manusia, sebagai idividu yang bertanggung-jawab
kepada Allah dianggap sebagai bagian dari dewa. Dimana batas-batas
antara Allah, kosmos dan manusia tidak tampak, maka disitupun
tidak ada tempat bagi etika.
Kedua : Hukum allah didalam agama primitif tidak dianggap
sebagai hukum yang normatif tetapi dianggap sebagai semacam hukum
kodrat.
Ketiga : didalam agama primitif, etika tidak dapat tampil
kedepan, karena agama itu tidak dapat menerima pertentangan yang
mutlak.
b) pandangan ttg manusia menurut agama hindu.
Didalam agama hindu, brahman dipandang sebagai satu-satunya
kenyataan, Brahman dipandang sebagai sat (ada yang mutlak) dan
cit (kesempurnaan yang mutlak).
Manusia adalah atman dan pada hakekatnya atman itu ialah
brahman. Manusia tidak mempunyai kehidupan-pribadi dan tidak
mempunyai tanggung jawab perseorangan. Didalam agama hindu etika
tidak mempunyai arti yang tetap. Memenuhi dharma-dharma hanyalah
merupakan permulaan suatu jalan, yang menuju kepada menghapuskan
semua dharma. Menurut agama hindu etika dapat memberi pertolongan
pada jalan itu. Tetapi ia hanya seperti suatu tongkat di jalan,
yang dapat dibuang setelah puncaknya tercapai.
Agama Hindu tidak mengenal kepercayaan akan allah, sang
pencipta. Karena itulah tidak dikenal adanya penciptaan menurut
gambar dan rupa allah sehingga agama hindu tidak melihat adanya
garis batas antara allah dan ciptaannya. Dan dengan demikian tidak
ada tempat etika didalam arti yang sesungguhnya.
.) pandangan ttg manusia menurut agama buddha.
Didalam agama Buddha, Allah tidak diakui sebagai Pencipta.
Agama Buddha tidak mengakui bahwa manusia dijadikan menurut gambar
Allah. Etika Dhamma(Buddha) hanya merupakan suatu cara untuk
meluputkan diri dari segala macam etika. Menurut agama Buddha,
kehidupan manusia berdasarkan sangkaan, tidak berarti dan tidak
bertujuan. Dan sejarahpun tidak ada arti dan tujuannya.
Dan etika Dhamma mengajar kita, bagaimana kita dapat
meluputkan diri dari kehidupan ini. Bagaimana kita dapat terhindar
dari perputaran yang tidak ada artinya itu dalam ketiadaan.
d) pandangan ttg manusia menurut agama Islam.
Menurut alam (Dogmatika) islam. Kedudukan manusia didalam
alam mendapat perhatian besar. Islam mengakui Allah sebagai
Pencipta. Namun didalam Islam tidak terdapat hubungan antara Bapa
dan Anak, sebagaimana terdapat didalam Alkitab , bila mengatakan
tentang hubungan Allah dan manusia.
Didalam Dogmatika Islam, manusia disebut abdi : hamba.
Didalam tangan Allah, manusia itu bagaikan suatu alat yang
dipergunakan oleh Allah.
e) pandangan ttg manusia secara evolusi-biologis.
Pandangan evolusi-biologis ttg manusia menganggap manusia
merupakan binatang menyusui yang cerdas, yang pertumbuhannya
berlangsung menurut evolusi.
Disini penyelidikan Ilmiah dijadikan ukuran menetukan yang
baik dan jahat, dan hanya terbatas kepada penyelidikan biologis
secara kimiawi dan fisik. Disini derajat manusia menjadi setaraf
binatang cerdas, yang tidak bertanggung jawab kepada Allah.
I) pandangan ttg manusia menurut komunisme.
Manusia menurut komunisme adalah mahluk biologis ekonomis,
maka ia pun binatang menyusui yang cerdas. Yang dijadikan dasar
pandangannya ialah makanan rezeki. kepala, hati, perut
merupakan suatu kesatuan. Tetapi yang terpenting adalah perut.
Lagipula manusia adalah mahluk homo economicus, mahluk
ekonomi. Menurut Lenin, kerja dan produksi kerjalah yang merupakan
hakekat manusia.
Apakah yang diberitakan Alkitab ttg manusia?
Didalam Alkitab di Kejadian 1:27 terdapat kalimat terkenal
mengenai kejadian manusia. Bagaiman berita tentang manusia ini dan
apakah konsekwensi pandangan-pandangan ttg manusia ini bagi etika.
(a)Manusia itu mahluk dan akan tetap menjadi mahluk untuk
selamanya.
(b)Manusia dijadikan sebagai mahluk somatis-psychis(berjiwa-
raga).
(.)Hubungan Allah-Manusia dan Manusia-Allah itu dinyatakan dalam
berita tentang manusia yang dijadikan menurut gambar Allah.
(d)Akhirnya dalam hubungan ini, masih harus ditekankan kenyataan,
bahwa Allah menciptakan manusia supaya ia berbakti secara
sukarela.
Beberapa catatan tentang asal, hakekat dan perkembangan dosa.
a.Asalnya dosa
1.Jawab-jawab yang bukan menurut Alkitab atas soal asalnya
dosa
Menurut Agama Hindu dan berbagai aliran mistik pantheistis
sumber kejahatan itu harus dicari pada avidya, ketidaktahuan.
Agama Buddha mancari asalanya kejahatan didalam tanha,
nafsu, keinginan, yang menggerakan proses bhava (menjadi).
Agama Parsi menganggap bahwa asalnya kejahatan terdapat di
dunia dewa-dewa.

2.Jawaban Alkitab
Diantara semua jawaban yang tidak bersumber dari Alkitab ada
persamaan yang besar, dimana manusia tidak dinyatakan dalam
keadaan tertuduh. Tetapi didalam Alkitab, mahluk itu sendirilah
yang dituduh bersalah. Karena itu dosa manusia selalu 2 jenis
sifatnya.
Pertama, didalam dosa manusia itu selalu ada unsur pasif.
Kita dibujuk, digoda oleh penguasa dosa.
Kedua, didalam semua dosa manusia itu ada unsur aktif. Kita
tidak hanya digoda untuk berdoa, tetapi kita pun mengiyakan dosa
tersebut.
b.Hakekat dosa
Apa hakekat dosa itu. Didalam Alkitab dosa itu dijelaskan
dengan berbagai perkataan yang menerangkan apa dosa itu pada
hakekatnya.
Kata yang terbanyak ialah kata dalam bahasa yunani amartia,
yan artinya luncas(luput, tidak mengenai sasaran, menyeleweng dari
tujuan.
Kata-kata yang lain adalah, tidak berhukum (anomia),
kefasikan (asebia) dan pendurhakaan atau pemberontakan.
c.Pembedaan antara dosa-dosa
1.Dosa perorangan dan dosa kolektif (bersama-sama).
2.Dosa terhadap Allah dan sesama manusia.
3.Dosa karena perbuatan dan dosa karena kelalaian.
4.Menghujat Roh Kudus.



Bab. III Manusia didalam Kebesaran dan Kesengsaraannya
Didalam hidup manusia ada dua macam gejala yg ada dibawah
kekuasaan dosa dan yg paling jelas menggambarkan Kebesaran dan
Kesengsaraannya. Kedua gejala itu adalah: rasa malu dan perasaan
hati.
1. Rasa Malu
Ketika Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa, maka timbullah rasa
malu didalam hati mereka terhadap Tuhan dan terhadap satu sama
lain. Demikianlah kesimpulan kita dari Kej 3:7.
Rasa malu adalah suatu perasaan badani yang mengingatkan kita
kepada keadaan kita yang telah terkoyak-koyak. Binatang tidak
mempunyai rasa malu, setan tidak mempunyai rasa malu, tetapi
manusia mempunyai rasa malu. Rasa malu adalah kata hati tubuh
manusia.
Jleh sebab itu manusia mencoba mengesampingkan,
menghilangkan rasa malu itu.
2.Suara Hati
Gejala yang lain, yang kini akan kita perbincangkan didalam
soal manusia dalam pencederaan, ialah gejala suara hati, yang
menurut kata Rasul Paulus turut bersaksi dan pikiran mereka
saling menuduh atau saling membela (Rm 2:15).
(a) Etymologi istilah suara hati
Hal itu dijelaskan oleh kata itu sendiri. Tetapi jelaslah
bagi kita, bahwa didalam manusia seolah-olah ada sebuah
instansi yang bertindak sebagai saksi pendengaran dan saksi
pandangan dari segala kelakuan kita, yang mengamat-amati
kehidupan batin kita dan yang mempertimbangkan kehidupan
itu.
(b) Gejala Suara hati
Suara hati ialah suatu desakan, yang terdapat dalam batin
tiap-tiap manusia, untuk menimbang kelakuannya. Ia menuduh
kita, dan menyatakan pendapatnya jika perbuatan kita salah.
(c) Definisi Suara Hati
Banyak sekalai definisi suara hati, salah satunya. Didalam
suara hati, dengan tiada terlawan, manusia berhadapan dan
bersoal-jawab dengan dirinya sendiri, dan ia menjadi
pembuat peraturan, hakim dan pembalas terhadap perbuatannya
sendiri. (index,judex,vindex).
(d) Bagaimanakah caranya menilai pertimbangan suara hati itu
berdasarkan Hukum Taurat dan Injil.
1.Sebagai Pembuat Hukum
2.Sebagai Hakim
3.Sebagai Pembalas

Bab.IV Dimanakah sumber pengetahuan tentang norma-norma susila
Apakah yang kau katakan baik itu. Dimanakah sumber
pengetahuan tentang kebaikan itu. Dari apakah engkau kenal yang
baik dan yang jahat itu.. Pertanyaan inilah yang akan kita bahas
lebih dahulu.
1.Dapatkah norma-norma itu diambil dari adat-istiadat.
Kata adat berasal dari kata arab ada, yang artinya kebiasaan
cara yang lazim, aturan- aturan yang lazim. Dipandang dari sudut
agama kristen, maka jawaban pertanyaan diatas adalah : tidak!
Apakah sebabnya.
Pertama, karena didalam kompleks adat-istiadat kuno tidak terdapat
batas-batas antara Tuhan dan kosmaos.
Kedua, Adat-istiadat tidak dapat menjadi sumber pengetahuan
tentang yang baik dan jahat, karena didalamnya penuh dengan
takhyul dan guna-guna.
2.Mungkinkah sumber pengetahuan tentang yang baik dan yang
jahat itu terletak dalam semacam hukum kodrat dan hukum
susila kodrat (Lex naturali et Ethica naturalis).
Alkitab berkata : Barangsiapa mencari sumber pengetahuan tentang
norma-norma diluar pernyataan Allah, yaitu didalam alam, akal-budi,
sesuatu hal, manfaat, kepentingan bangsa, dll, maka bolehlah
dikatakan bahwa ia menggali kolam bagi dirinya sendiri yakni
kolam yang bocor.
3.Satu-satunya sumber pengetahuan yang baik dan jahat
terletak dalam pernyataan Allah.
Mencari yang baik berarti mencari Tuhan. Hanya Tuhanlah yang baik.
Dan hanya Tuhanlah yang tahu apa yang baik itu.

Bab.V Kedudukan dan fungsi hukum taurat didalam pernyataan Allah
1.Pernyataan Allah terdiri dari Hukum Taurat dan Injil
Injil adalah berita tentang Anugerah Allah. Hukum Taurat adalah
pemberitaan suruhan-suruhan (Perintah-perintah, Titah-titah) Allah.
2.Hubungan antara Hukum Taurat dan Injil
a.Didalam gereja, apalagi pada abad-abad pertama, nisbah
antara Hukum Taurat dan Injil kerap-kali disamakan dengan
nisbah antara Perjanjian Lama dan Baru. Lalu Perjanjian
Lama dipandang sebagai kitab Hukum Taurat dan Perjanjian
Baru dipandang sebagai kitab Injil.
b.Didalam gereja dan theologia, hubungan antara Hukum Taurat
dan Injil kerap-kali digambarkan sebagai anti these yang
mutlak.
c.Karl Bath memandang Hukum Taurat dan Injil bukanlah sebagai
suatu anti-these, tetapi ia memandang Hukum taurat sebagai
bentuk Injil, yang berisikan anugerah.
d.Dr. H. Berkhof pernah mengingatkan bahwa apa yang dikatakan
tentang Hukum Taurat dan Injil dapat dirumuskan dengan
rumus yang dipakai oleh konsili (synode besar atau synode
oikumenis) Chalcedon untuk kedua kodrat atau tabiat
Kristus, yaitu: tidak tercampur, tidak berubah, tidak
terpisah.
3.3 Macam cara mempergunakan Hukum Taurat
a.Usus elenchticus atau usus paedagogicus (fungsi Hukum
Taurat yang menginsafkan kita akan kesalahan kita).
b.Usus normativus atau Usus didactus. Hukum Taurat
(fungsi normatif atau fungsi Hukum Taurat sebagai Pengajar).
c.Usus civilis atau usus politicus hukum Taurat.
4.Sifat-sifat hukum Taurat
a.Bonitas (kebaikan)
b.Perfectio (kesempurnaan)
c.Immutabilitas (tak dapat berubah)
d.Spritualitas (kerohanian)

Anda mungkin juga menyukai