BAB I
PEMBAHASAN
A. ETIKA
a) Pengertian
berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
b) Sejarah Etika
Etika di Era Yunani Karya para filosof tidak terlalu memperhatikan persoalan
etika. Ia telah melakukan 4.444 penelitian, yang Sebagian besar berkaitan dengan
alam. Contoh: Bagaimana sifat ini muncul? Apa saja unsur utama alam? Dan
masih banyak lagi.
Akhirnya pada tahun , kaum Sofis menjadi guru dan menyebar ke berbagai
negara. Socrates dianggap sebagai pelopor ilmu moral. Karena dialah orang
pertama yang serius mencoba menggunakan ilmu pengetahuan untuk membangun
hubungan. Ia percaya bahwa ada hubungan antara moralitas dan bentuk, Hal ini
hanya benar jika didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Faham Antistense, yang
hidup dari tahun 444 SM hingga 370 SM tinggal disana. Ajarannya menyatakan
bahwa Tuhan bebas dari segala kebutuhan. Manusia terbaik adalah mereka yang
bertindak sesuai dengan adat istiadat Tuhan. Jadi dia mengurangi kebutuhannya
sebanyak mungkin, rela menanggung penderitaan sedikit demi sedikit, dan
mengabaikan penderitaan. Dia membenci orang kaya, menghindari segala
makanan lezat, dan tidak peduli dengan kemiskinan atau hinaan orang, selama dia
berpegang pada kebenaran. Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah Diogenes,
yang meninggal pada tahun tahun 323 SM. Beliau memberikan pelajaran kepada
sahabatnya untuk menghilangkan beban penciptaan manusia dan peranannya.
Setelah Antisthenes memahami hal ini, Plato (427-437 SM) tiba. Dia adalah
seorang filsuf Athena yang merupakan murid Socrates. Argumennya dalam
bidang etika didasarkan pada teori contoh. Dia menganggap akhirat sebagai dunia
spiritual. Dalam pengembangan etika dan etika profesi, jiwa mempunyai kekuatan
yang berbeda-beda, dan keutamaan ini timbul dari keseimbangan dan ketaatan
pada hukum. Prinsip utamanya adalah kebijaksanaan, keberanian, keberanian,
dan keadilan. Inilah pilar keberlangsungan bangsa dan individu. Seperti yang kita
ketahui, hal terpenting bagi seorang hakim adalah kebijaksanaan. Keberanian
adalah untuk prajurit. Pegawai negeri penting bagi masyarakat, dan keadilan
penting bagi semua orang.
Prinsip prioritas membatasi semua tindakan sehingga orang dapat melakukan hal
tersebut dengan kemampuan terbaiknya. Berikutnya adalah Aristoteles (394-322
SM). Dia adalah murid Plato pada tahun Pengikutnya disebut Peripatetik karena ia
mengajarkan pelajaran sambil berjalan kaki atau di lokasi pendakian yang teduh.
Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir yang diinginkan
manusia dalam segala tindakannya. Namun pemahamannya tentang konsep
kebahagiaan lebih komprehensif dan canggih. Menurutnya, untuk bisa bahagia,
seseorang harus menggunakan daya nalarnya semaksimal mungkin. Aristoteles
mengembangkan teori jarak menengah. Semua prioritas berada di antara dua
kejahatan. Contoh: Kedermawanan itu antara pemborosan dan kekikiran.
Keberanian adalah campuran antara kebutaan dan ketakutan. Pada akhir abad
ketiga, agama Kristen menyebar ke seluruh Eropa. Agama mengubah hati
Dapat dikatakan bahwa etika “dianiaya” oleh gereja pada Abad Pertengahan. Pada
saat itu, gereja sedang melawan filsafat Yunani dan Romawi serta menentang
penyebaran pengetahuan dan budaya kuno. Gereja percaya bahwa realitas sejati
muncul dari wahyu. Dan karena apa yang terkandung dan diajarkan dalam Wahyu
adalah benar, maka manusia tidak perlu lagi khawatir mencari kebenaran yang
sebenarnya, karena semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Filsuf moral yang lahir
pada saat itu merupakan tiang penunjuk jalan bagi ajaran Yunani dan
Kristen.Yang paling terkenal di antaranya adalah filsuf Perancis Abelard (1079-
1142 SM). dan Thomas Aquinas (1226-1270 SM), anggota Filsafat Agama Italia .
Bangsa Arab pada masa Jahiliyyah tidak memiliki ahli filsafat yang mewakili
aliran atau ideologi tertentu seperti bangsa Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato,
dan Aristoteles. Saat itu, bangsa Arab hanya mempunyai ahli – ahli hikmat dan
ahli syair. Yang memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah kejahatan,
mendorong kebajikan pada , dan menjauhi kerendahan hati yang terkenal pada
pada saat itu. Perwakilan penelitian moral berbasis ilmiah yang paling terkenal
adalah Abu Nasr yang meninggal pada tahun 339 M, serta pamflet Persaudaraan
Sofa dan Abu Ali Ibnu Sina (370-428 H), yaitu al-Farabi. Oleh karena itu,
masyarakat Arab pada masa itu cukup puas dengan mengadopsi etika agama dan
tidak merasa perlu mempertimbangkan dasar benar dan salah. Sarjana Arab
terbesar di bidang etika adalah Ibnu Maskawawa yang meninggal pada tahun 421
M. Ia mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, dan Gallinus dengan ajaran Islam.
Ahli pengetahuan mulai menyuburkan Filsafat Kuno. Pada masa ini, segala
sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan
mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan mempertimbangkanya
dengan ukuran yang baru. 1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal
dan nyata adanya. 2. Di dalam penyelikidan harus kita mulai dari yang
sekecilkecilnya, lalu meningkat ke hal-hal yang lebih besar. Namun di antara ahli-
ahli ilmu pengetahuan bangsa Jerman yang merupakan pengaruh besar dalam
akhlak ialah Spinoza (1770- 1831), Hegel (1770-1831) juga Kant (1724-1831).
3. kemampuan untuk berperilaku secara etis yaitu memiliki perilaku sikap etika
moral tata Krama yang baik dalam bergaul atau berhubungan dengan pihak yang
lain.
4. kemampuan untuk berpikir etis yaitu memiliki jiwa untuk berpikir secara etis.
d) Metode Etika
Sementara, pendekatan etika model kedua, etika normatif, adalah etika yang
tidak hanya melukiskan tingkah laku moral sebagaimana adanya, tetapi juga
menilai, menjustifikasi, dan mengevaluasi. Oleh karena itu, dalam etika normatif,
nilai baik buruk, salah-benar tidak hanya digambarkan atau dideskripsikan, tetapi
juga dievaluasi dan direficksikan sisi relevansi etisnya.
Kenyataan ini mau tidak mau membuat etika normatif berurusan dengan
argumentasi-argumentasi etis dari evaluasi-evaluasi nilai yang dilahirkannya.
Sebagai contoh, ketika terdapat sebuah penelitian yang meneliti tentang mash
sesuai dan tidakkah kehidupan umat Islam dengan nilai-nilai yang ada dalam
ajaran Islam. Maka, sudah barang tentu jenis penelitian ini tergolong sebagai
penelitian etika model normatif-- sebuah etika yang jika dilihat dari ruang lingkup
serta impresi aksiologinya kerap dibagi menjadi dua tipe: etika umum dan etika
khusus.
Dalam tipe etika normatif umum, perbincangan dan refieksi nilai-nilai etis
berlangsung pada hal-hal yang bersifar umum, seperti apakah yang disebut norma
etis? Mengapa norma itu mengikar kita? Araa bagaimana hubungan antara
tanggung jawab manusia dan kehehasannyz?
Oleh karena itu, erika normatif khusus kerap disebut sebugai etika terapan
larena dimaksudkan guna menerapkan suatu pandangan-pandangan nibi tertentu
dalam ruang kehidupan manusia. Dalam pengertian etika sosial Islam, dapat pula
dipandang sebagai etika terapan. Kemudian, pendekatan etika yang ketiga adalah
model pendekatan metaetika. Metaetika adalah bidang etika yang sepenulnya
memiliki pendekatan berbeda dengan dua pendekaran etika di awal. Jika etika
deskriptif bersifat semata-mata menggambarkan bagaimana nila-nilai etis berlaku
di sebuah masyarakat, etika normatif bermaksud memeriksa nila-nilai etis tersebut.
Maka, metactika justru lebih tertarik membiarkan sesuatu yang jauh lebih abstrak,
yaitu pada bahasa etis.Dari bahasa etis tersebut perbincangan istilah-istilah etis
seperti “apa itu baik " apa itu buruk" menjadi wilayah garapan metaetika. Dalam
angkapan lain metaetika dapat pula diungkap sebagai bidang etika yang
membicarakan logika khusus dari ungkapan ungkapan etis.
d) Konsep Etika
sebagai upaya untuk mencapai tujuan hidup, bukan sekedar alat untuk
mencapainya.
2) Kewajiban sosial (kewajiban sosial):
Kewajiban sosial yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat
yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya
pekerjaan tersebut. Menurut Rezky (2013:37) terdapat empat sikap yang
mencakup kewajiban sosial sebagai berikut :
D. Sikap proaktif adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu
perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk memberikan kontribusi demi
kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
B. PROFESIONALISME
a. Pengertian
b. Konsep profesionalisme
anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar,
dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional.
Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional
adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
Etika & Profesionalisme merupakan 2 hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling
berkaitan satu sama lainnya, bisa kita bayangkan tanpa ada etika maka
profesionalisme itu tidak mungkin, dan tanpa etika, profesionalisme tidak akan
tercapai dan didapatkan oleh seseorang. Untuk memahami keduanya perlu
diketahui terlebih dahulu perihal dari pengertian secara umum atau mendasarnya
dari Etika, dan Profesionalisme.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika adalah ilmu yang membahas nilai-nilai moral, baik dan buruk, yang
berhubungan dengan perilaku manusia. Konsep etika melibatkan evaluasi dan
penilaian terhadap tindakan manusia berdasarkan standar moral yang ada.