Anda di halaman 1dari 13

PEMAHAMAN KONSEP ETIKA DAN PROFESIONALISME

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah


Etika Profesi Guru

Yang diampu oleh:


Bapak. Drs. H. Anwar Sa’dullah M.Pdi

Nama Mahasiswa /Kelompok:

Nanda Rizki Abdillah (22301011102)


Muhammad Ridho (22301011075)
Rezha Sabda Ahmada (22301011084)
Andi Miftahul Arifin ( 22301011087 )

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2024
(Etika Profesi Pendidikan )

BAB I
PEMBAHASAN

A. ETIKA

a) Pengertian

Dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, hingga kehidupan bermasyarakat di


tingkat internasional, perlu adanya suatu sistem yang mengatur bagaimana
masyarakat berintegrasi ke dalam masyarakat. Sistem yang mengatur hubungan
menjadi saling menghormati dan disebut sopan santun, tata krama, tata krama, dan
sebagainya. Tujuan arahan sosial tidak lain adalah untuk melindungi kepentingan
setiap orang yang bersangkutan agar mereka bahagia, tenang, damai, terlindungi tanpa
merugikan kepentingan mereka dan menjamin bahwa tindakan mereka dilakukan
sesuai dengan kebiasaan yang berlaku memaksa dan tidak bertentangan dengan hak
asasi manusia pada umumnya. Hal inilah yang mendasari tumbuh dan berkembangnya
moralitas dalam masyarakat kita. Menurut para ahli, etika tidak lebih dari aturan
perilaku dan adat istiadat masyarakat dalam berinteraksi satu sama lain dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang salah.
Pengertian etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani “Ethos”, artinya budi
pekerti atau adat istiadat. Sebagai suatu mata pelajaran, etika berkaitan dengan
konsep-konsep yang dengannya individu atau kelompok harus menilai apakah
tindakan yang diambilnya salah atau baik, buruk atau baik. Etika merupakan cerminan
dari apa yang disebut otonomi, karena segala sesuatu diciptakan dan dilakukan dari
dan untuk kepentingan individu atau kelompok dalam profesinya. Etika dimulai
ketika orang merenungkan faktor-faktor moral dengan mengungkapkan pendapatnya
secara spontan. Perlunya refleksi muncul, karena pandangan moral seseorang
seringkali berbeda dengan orang lainnya. Oleh karena itu etika diperlukan, dengan
tujuan untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan manusia. Dalam Kamus
Besar Bahasa BAB ETIKA PROFESIONAL Etika Profesi 33 Indonesia terbitan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), membentuk pengertian etika dalam
tiga pengertian, yaitu sebagai berikutPerkataan etika atau lazim juga disebut etik,

Universitas Islam Malang 2


(Etika Profesi Pendidikan )

berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.

b) Sejarah Etika

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia semakin maju. salah


satu disiplin ilmu adalah di bidang filsafat. salah satu cabang ilmu filsafat yang
mempelajari problematika kesusilaan dan moralitas manusia adalah filsafat moral atau
yang biasa disebut dengan Etika. hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan A.C Ewing
(2003: 13), "Etika atau Filsafat morah berhubungan dengan nilai-nilai dan konsep
tentang "seharusnya"

1. Etika Periode Yunani

Etika di Era Yunani Karya para filosof tidak terlalu memperhatikan persoalan
etika. Ia telah melakukan 4.444 penelitian, yang Sebagian besar berkaitan dengan
alam. Contoh: Bagaimana sifat ini muncul? Apa saja unsur utama alam? Dan
masih banyak lagi.

Akhirnya pada tahun , kaum Sofis menjadi guru dan menyebar ke berbagai
negara. Socrates dianggap sebagai pelopor ilmu moral. Karena dialah orang
pertama yang serius mencoba menggunakan ilmu pengetahuan untuk membangun
hubungan. Ia percaya bahwa ada hubungan antara moralitas dan bentuk, Hal ini
hanya benar jika didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Faham Antistense, yang

Universitas Islam Malang 3


(Etika Profesi Pendidikan )

hidup dari tahun 444 SM hingga 370 SM tinggal disana. Ajarannya menyatakan
bahwa Tuhan bebas dari segala kebutuhan. Manusia terbaik adalah mereka yang
bertindak sesuai dengan adat istiadat Tuhan. Jadi dia mengurangi kebutuhannya
sebanyak mungkin, rela menanggung penderitaan sedikit demi sedikit, dan
mengabaikan penderitaan. Dia membenci orang kaya, menghindari segala
makanan lezat, dan tidak peduli dengan kemiskinan atau hinaan orang, selama dia
berpegang pada kebenaran. Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah Diogenes,
yang meninggal pada tahun tahun 323 SM. Beliau memberikan pelajaran kepada
sahabatnya untuk menghilangkan beban penciptaan manusia dan peranannya.
Setelah Antisthenes memahami hal ini, Plato (427-437 SM) tiba. Dia adalah
seorang filsuf Athena yang merupakan murid Socrates. Argumennya dalam
bidang etika didasarkan pada teori contoh. Dia menganggap akhirat sebagai dunia
spiritual. Dalam pengembangan etika dan etika profesi, jiwa mempunyai kekuatan
yang berbeda-beda, dan keutamaan ini timbul dari keseimbangan dan ketaatan
pada hukum. Prinsip utamanya adalah kebijaksanaan, keberanian, keberanian,
dan keadilan. Inilah pilar keberlangsungan bangsa dan individu. Seperti yang kita
ketahui, hal terpenting bagi seorang hakim adalah kebijaksanaan. Keberanian
adalah untuk prajurit. Pegawai negeri penting bagi masyarakat, dan keadilan
penting bagi semua orang.

Prinsip prioritas membatasi semua tindakan sehingga orang dapat melakukan hal
tersebut dengan kemampuan terbaiknya. Berikutnya adalah Aristoteles (394-322
SM). Dia adalah murid Plato pada tahun Pengikutnya disebut Peripatetik karena ia
mengajarkan pelajaran sambil berjalan kaki atau di lokasi pendakian yang teduh.
Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir yang diinginkan
manusia dalam segala tindakannya. Namun pemahamannya tentang konsep
kebahagiaan lebih komprehensif dan canggih. Menurutnya, untuk bisa bahagia,
seseorang harus menggunakan daya nalarnya semaksimal mungkin. Aristoteles
mengembangkan teori jarak menengah. Semua prioritas berada di antara dua
kejahatan. Contoh: Kedermawanan itu antara pemborosan dan kekikiran.
Keberanian adalah campuran antara kebutaan dan ketakutan. Pada akhir abad
ketiga, agama Kristen menyebar ke seluruh Eropa. Agama mengubah hati

Universitas Islam Malang 4


(Etika Profesi Pendidikan )

manusia dan memasukkan prinsip-prinsip moral ke dalam hukum. bahwa Tuhan


adalah sumber segala moralitas. Tuhanlah yang menetapkan standar yang harus
kita patuhi dalam hubungan kita dengan orang lain. Dan Tuhan juga menjelaskan
arti baik dan jahat. Kebaikan dalam arti sebenarnya adalah pemenuhan kehendak
Tuhan Allah dan segala perintah-Nya. Menurut para filosof Yunani, pengetahuan
atau kebijaksanaan merupakan kekuatan pendorong di balik perbuatan baik. Di
sisi lain, Pengembangan Etika Keagamaan dan Etika Profesi 4 Menurut agama
Kristen, cinta kepada Allah dan keimanan kepada Allah merupakan pendorong
perbuatan baik.

2. Etika pada Abad Pertengahan

Dapat dikatakan bahwa etika “dianiaya” oleh gereja pada Abad Pertengahan. Pada
saat itu, gereja sedang melawan filsafat Yunani dan Romawi serta menentang
penyebaran pengetahuan dan budaya kuno. Gereja percaya bahwa realitas sejati
muncul dari wahyu. Dan karena apa yang terkandung dan diajarkan dalam Wahyu
adalah benar, maka manusia tidak perlu lagi khawatir mencari kebenaran yang
sebenarnya, karena semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Filsuf moral yang lahir
pada saat itu merupakan tiang penunjuk jalan bagi ajaran Yunani dan
Kristen.Yang paling terkenal di antaranya adalah filsuf Perancis Abelard (1079-
1142 SM). dan Thomas Aquinas (1226-1270 SM), anggota Filsafat Agama Italia .

3. Etika pada Abad Arab

Bangsa Arab pada masa Jahiliyyah tidak memiliki ahli filsafat yang mewakili
aliran atau ideologi tertentu seperti bangsa Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato,
dan Aristoteles. Saat itu, bangsa Arab hanya mempunyai ahli – ahli hikmat dan
ahli syair. Yang memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah kejahatan,
mendorong kebajikan pada , dan menjauhi kerendahan hati yang terkenal pada
pada saat itu. Perwakilan penelitian moral berbasis ilmiah yang paling terkenal
adalah Abu Nasr yang meninggal pada tahun 339 M, serta pamflet Persaudaraan
Sofa dan Abu Ali Ibnu Sina (370-428 H), yaitu al-Farabi. Oleh karena itu,
masyarakat Arab pada masa itu cukup puas dengan mengadopsi etika agama dan
tidak merasa perlu mempertimbangkan dasar benar dan salah. Sarjana Arab

Universitas Islam Malang 5


(Etika Profesi Pendidikan )

terbesar di bidang etika adalah Ibnu Maskawawa yang meninggal pada tahun 421
M. Ia mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, dan Gallinus dengan ajaran Islam.

4. Etika pada Masa Modert

Ahli pengetahuan mulai menyuburkan Filsafat Kuno. Pada masa ini, segala
sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan
mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan mempertimbangkanya
dengan ukuran yang baru. 1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal
dan nyata adanya. 2. Di dalam penyelikidan harus kita mulai dari yang
sekecilkecilnya, lalu meningkat ke hal-hal yang lebih besar. Namun di antara ahli-
ahli ilmu pengetahuan bangsa Jerman yang merupakan pengaruh besar dalam
akhlak ialah Spinoza (1770- 1831), Hegel (1770-1831) juga Kant (1724-1831).

c) Prinsip – prinsip Etika

Prinsip prinsip etik profesi

1. kemampuan untuk kesadaran etis yaitu landasan kesadaran utama.

2. kemampuan untuk berpikir secara etis yaitu kemampuan berwawasan dan


berpikir secara etis dan mempertimbangkan tindakan profesi atau mengambil alih
keputusan berdasarkan pertimbangan rasional objektif penuh integritas pribadi
serta tanggung jawab tinggi.

3. kemampuan untuk berperilaku secara etis yaitu memiliki perilaku sikap etika
moral tata Krama yang baik dalam bergaul atau berhubungan dengan pihak yang
lain.

4. kemampuan untuk berpikir etis yaitu memiliki jiwa untuk berpikir secara etis.

d) Metode Etika

Kemudian, etika sebagai ilmu yang membicarakan persoalan nilai baik


buruk, salah-benar, serta hak dan kewajiban secara populer terbagi ke dalam tiga
pendekatan utama: (1) etika deskriptif, (2) etika normatif. dan (3) metaetika.

Universitas Islam Malang 6


(Etika Profesi Pendidikan )

Etika deskriptif adalah etika yang melukiskan tingkah laku moral


sebagaimana adanya tanpa berusaha menilai atau menghakimi tingkah laku
tersebut. Ini bisa dicontohkan, misalnya dengan penelitian tentang bagaimana
suatu adat kebiasaan serta bagaimana anggapan-anggapan, tindakan yang
diperbolehkan, atau yang tidak diperbolehkan berlaku dalam suatu masyarakat.

Sebuah penelitian yang mencoba melukiskan tentang apa dan bagaimana


nilai-nilai yang menghidupi masyarakat Yogyakarta, misalnya, adalah penelitian
yang masuk dalam kategori erika ini. Hanya saja. penelitian tersebut tidak akan
lagi bisa disebut sebagai etika deskriptif manakala penelitian tersebut relah
diarahkan guna memeriksa atau menjustifikasi pandangan-pandangan etis yang
ada. Oleh karena itu, etika deskriptif tidak lebih dan tidak kurang semata-mata
hanya mempelajari dan mendeskripsikan bagaimana moralitas individu-individu
tertentu —dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur tertentu atau
dalam suatu rentang periode sejarah tertentu.

Sementara, pendekatan etika model kedua, etika normatif, adalah etika yang
tidak hanya melukiskan tingkah laku moral sebagaimana adanya, tetapi juga
menilai, menjustifikasi, dan mengevaluasi. Oleh karena itu, dalam etika normatif,
nilai baik buruk, salah-benar tidak hanya digambarkan atau dideskripsikan, tetapi
juga dievaluasi dan direficksikan sisi relevansi etisnya.

Kenyataan ini mau tidak mau membuat etika normatif berurusan dengan
argumentasi-argumentasi etis dari evaluasi-evaluasi nilai yang dilahirkannya.
Sebagai contoh, ketika terdapat sebuah penelitian yang meneliti tentang mash
sesuai dan tidakkah kehidupan umat Islam dengan nilai-nilai yang ada dalam
ajaran Islam. Maka, sudah barang tentu jenis penelitian ini tergolong sebagai
penelitian etika model normatif-- sebuah etika yang jika dilihat dari ruang lingkup
serta impresi aksiologinya kerap dibagi menjadi dua tipe: etika umum dan etika
khusus.

Dalam tipe etika normatif umum, perbincangan dan refieksi nilai-nilai etis
berlangsung pada hal-hal yang bersifar umum, seperti apakah yang disebut norma

Universitas Islam Malang 7


(Etika Profesi Pendidikan )

etis? Mengapa norma itu mengikar kita? Araa bagaimana hubungan antara
tanggung jawab manusia dan kehehasannyz?

Apa yang disebut hak, kewajiban, dan lain sebagainya.

Maka, perbincangan dalam etika normatif umum tidak sampai melahirkan


kesimpulan étis yang bersifat normatif. Ini berbeda dengan tipe etika normatif
khusus, yang justru diarahkan guna mematerialisasion pandangan-pandangan etis
ke dalam wilayah perilaku kescharian manues

Oleh karena itu, erika normatif khusus kerap disebut sebugai etika terapan
larena dimaksudkan guna menerapkan suatu pandangan-pandangan nibi tertentu
dalam ruang kehidupan manusia. Dalam pengertian etika sosial Islam, dapat pula
dipandang sebagai etika terapan. Kemudian, pendekatan etika yang ketiga adalah
model pendekatan metaetika. Metaetika adalah bidang etika yang sepenulnya
memiliki pendekatan berbeda dengan dua pendekaran etika di awal. Jika etika
deskriptif bersifat semata-mata menggambarkan bagaimana nila-nilai etis berlaku
di sebuah masyarakat, etika normatif bermaksud memeriksa nila-nilai etis tersebut.
Maka, metactika justru lebih tertarik membiarkan sesuatu yang jauh lebih abstrak,
yaitu pada bahasa etis.Dari bahasa etis tersebut perbincangan istilah-istilah etis
seperti “apa itu baik " apa itu buruk" menjadi wilayah garapan metaetika. Dalam
angkapan lain metaetika dapat pula diungkap sebagai bidang etika yang
membicarakan logika khusus dari ungkapan ungkapan etis.

d) Konsep Etika

Menurut Hall, James A. , dan Tommie Singleton (2007:45), konsep


profesionalisme terdiri dari lima dimensi yang digunakan untuk menyebarkan
profesionalisme akuntan publik:
1) Pengabdian pada profesi (dedikasi):
Pengabdian pada profesinya dapat menunjukkan dedikasi profesionalisme melalui
penggunaan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Konsep ini
menunjukkan tingkat keterlibatan total dalam pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan

Universitas Islam Malang 8


(Etika Profesi Pendidikan )

sebagai upaya untuk mencapai tujuan hidup, bukan sekedar alat untuk
mencapainya.
2) Kewajiban sosial (kewajiban sosial):

Kewajiban sosial yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat
yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya
pekerjaan tersebut. Menurut Rezky (2013:37) terdapat empat sikap yang
mencakup kewajiban sosial sebagai berikut :

A. Sikap obstruktif, adalah pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang


melibatkan tindakan seminimal mungkin dan melibatkan usaha-usaha menolak
atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.

B. Sikap defensif, pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan


perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosial.

C. Sikap akomodatif, adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan


suatu perusahaan dengan melakukannya apabila diminta, memenuhi persyaratan
hukum minimum dalam komitennya terhadap kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya.

D. Sikap proaktif adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu
perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk memberikan kontribusi demi
kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.

3) Kemandirian (tuntutan otonomi): Kemandirian merupakan suatu pandangan


bahwa seorang profesional harus mampu mengambil keputusan sendiri tanpa
tekanan dari pihak lain.

4) Keyakinan terhadap peraturan profesi : Keyakinan terhadap peraturan profesi


adalah suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak
memiliki kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

Universitas Islam Malang 9


(Etika Profesi Pendidikan )

5) Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation) :


Hubungan dengan sesama profesi berarti membangun kesadaran profesional
melalui ikatan profesi, yang mencakup organisasi formal dan kelompok kolega
informal.

B. PROFESIONALISME

a. Pengertian

Dalam Kamus Besar Indonesia, Profesionalisme mempunyai makna;


mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang
profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya
sebuah terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah
dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau
profesinya. (Menurut Supriadi), penggunaan istilah profesionalisme menunjuk
pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu
pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan
rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.

b. Konsep profesionalisme

Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia


memiliki empat muatan atau prinsip, yaitu :
Pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan
profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-
kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini
para profesional membangun kesadaran profesi.
Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu
pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan

Universitas Islam Malang 10


(Etika Profesi Pendidikan )

anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar,
dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional.
Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional
adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi


profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik
dipandang berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang
total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini
sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan
dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan setelah itu baru materi, dan yang
kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang
pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun
profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Menurut Wignjosoebroto (1999), profesionalisme adalah gagasan tentang keingin
an untuk melakukan tugas tertentu dalam masyarakat dengan keahlian dan berdasa
r rasa terpanggil serta komitmen untuk menerima panggilan tersebut dengan sema
ngat pengabdian. Profesional juga selalu siap membantu orang lain yang menghad
api kesulitan di tengah kegelapan kehidupan. Sikap dan Ciri Profesionalisme
Seorang yang profesional adalah seseorang yang menjalankan profesinya secara
benar dan melakukannya menurut etika dan garis-garis profesionalisme
yangberlaku pada profesinya tersebut. Wahyono (2006) dalam Sukamto, |

Surajiyo dan Sriyono (2013:64) menyatakan bahwa untuk menjadi seorang


yang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan dituntut untuk memiliki
beberapa sikap sebagai berikut:

Komitmen tinggi, artinya seorang profesional harus mempunyai


komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang dilakukannya.Tanggung jawab,
artinya seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan

Universitas Islam Malang 11


(Etika Profesi Pendidikan )

yang dilakukannya. Berpikir sistematik, artinya seorang profesional harus mampu


berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya serta belajar dari
pengalamannya.Penguasaan materi,artinya seorang profesional harus menguasai
secara mendalam materi pekerjaan yang dilakukannya. Menjadi bagian
masyarakat profesional, artinya séyogyanya seorang profesional harus menjadi
bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya Meskipun kriteria untuk
menentukan siapa yang| memenuhi syarat sebagai profesionalamat beragam,
Koehn (2000:74-75) mengemukakan bahwa sedikitnya ada

C. KORELASI ETIKA DAN PROFESIONALISME

Etika & Profesionalisme merupakan 2 hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling
berkaitan satu sama lainnya, bisa kita bayangkan tanpa ada etika maka
profesionalisme itu tidak mungkin, dan tanpa etika, profesionalisme tidak akan
tercapai dan didapatkan oleh seseorang. Untuk memahami keduanya perlu
diketahui terlebih dahulu perihal dari pengertian secara umum atau mendasarnya
dari Etika, dan Profesionalisme.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika adalah ilmu yang membahas nilai-nilai moral, baik dan buruk, yang
berhubungan dengan perilaku manusia. Konsep etika melibatkan evaluasi dan
penilaian terhadap tindakan manusia berdasarkan standar moral yang ada.

Universitas Islam Malang 12


(Etika Profesi Pendidikan )

Sejarah etika membuktikan perkembangan pemikiran moral dari zaman


Yunani kuno hingga era modern. Setiap periode memiliki kontribusi filosofis
yang beragam terhadap pemahaman tentang moralitas.

Profesionalisme adalah sikap, komitmen, dan kemampuan seseorang untuk


melaksanakan tugas tertentu dalam masyarakat sesuai dengan keahlian dan
standar etika profesi yang tinggi.

Hubungan antara etika dan profesionalisme sangat erat, di mana


profesionalisme yang baik didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat.
Etika memberikan landasan moral bagi perilaku profesional, sementara
profesionalisme menuntut penerapan etika dalam praktik sehari-hari.

Dengan demikian, pemahaman dan praktik etika serta profesionalisme


menjadi penting dalam memastikan perilaku yang bermoral dan berkualitas
dalam berbagai konteks kehidupan, termasuk dalam masyarakat, profesi, dan
interaksi sosial.
Daftar Pustaka

(BUKU ETIKA PROFESI-PROFESIONALISME KERJA, n.d.)

Gandhi Wangsa , 2013 (FILSAFAT PENDIDIKAN) Sleman: AR-RUZZ MEDIA

Jati Arsana, 2018 (Etika Profesi Insinyur) Yogyakarta: CV BUDI UTAMA

Andrias Harefa, 2000 (Menjadi Manusia Pembelajar) Jakarta:Kompas

Dr. E. Mulyasa,2005-2016 (Menjadi Guru Profesional) Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Universitas Islam Malang 13

Anda mungkin juga menyukai