Anda di halaman 1dari 13

Etika dan Etos Keilmuan

Perfektif Islam
Muchammad Fajar Purdianto
210701039
Definisi Etika
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
Ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti
susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik,

Sedangkan dalam bahasa Arab kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi
pekerti. Sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut tata susila.

Secara terminologi etika bisa disebut sebagai ilmu tentang baik dan buruk atau kata
lainnya ialah teori tentang nilai. Dalam Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk,
yaitu baik sekali, baik, netral, buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan, karena
Tuhan adalah maha suci yang bebas dari noda apa pun jenisnya.
Etika Keilmuan
Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan
menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat. Di samping
itu, ilmu dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan
masyarakat sekitar agar dapat menjadi cindekiawan yang memiliki moral dan akhlak yang
baik/mulia.
Tidak jarang kita menemukan pernyataan yang mengillustrasikan erat kaitan antara ilmu
dan etika, serta signifikansi keduanya. Kemegahan seorang ilmuwan terdapat pada
keindahan etikanya. Abu Zakaritta al-anbari berkata: ilmu tanpa etika bagaikan api tanpa
kayu bakar, dan etika tanpa ilmu adalah seperti jiwa tanpa badan.
Etika islam (Akhlak) memiliki karakteristik, sebagai berikut:
a. Etika islam mengajarkan dan menuntun manusia pada tingkah laku yang baik dan
menjauhkan diri dari tingkah laku yangburuk
b. Etika menetapkan bahwa sumber moral, ukuranbaik-burukberdasarkan pada ajaran
Allah SWT, yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia dalam segala waktu dan tempat
d. Dengan rumus-rumus yang praktis dan tepat, sesuai dengan fitrah (Naluri) dan akal
pikiran manusia, etika islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia.
e. Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia pada jenjangakhlak yang luhur
dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah SWT.
Etika Murid terhadap Guru dalam Surat Al-Kahfi 60-82
Dari kisah Nabi Musa As dan Nabi Khidir As yang diceritakan dalam al-Qur’an pada Surat al-Kahfi
ayat 60-82, penulis menyimpulkan beberapa kode etik yang dapat digunakan ketika berinteraksi
dengan guru, yakni:
1. Murid harus mempunyai semangat yang tinggi dan tidak putus asa dalam mencari ilmu, meski
jarak yang ditempuh jauh dan membutuhkan waktu yang lama.
2. Seorang murid harus bersikap sopan kepada gurunya, dalam cerita tersebut tergambarkan
ketika Nabi Musa meminta izin untuk mengikuti (baca: belajar) kepada Nabi Khidir As.
3. Berbaik-sangka dan meyakini bahwa guru lebih pandai dari murid. Dengan melakukan hal ini
akan muncul sifat ketawadu’an kepada guru serta dengan sendirinya akan menghilangkan
sifat sombong.
4. Murid tidak selayaknya mudah merasa tersinggung, tatkala guru melemahkan/ merendahkan
murid dengan perkataannya
5. Mempunyai komitmen untuk menjalankan perintah guru
6. Bertanya kepada guru sesuai dengan izin dan kondisi sang guru
7. Adanya penyesalan dan permintaan maaf kepada guru, ketika murid melakukan kesalahan.
8. Seorang murid harus siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan
Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Ilmuan
Para ilmuan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan tentu perlu memiliki
visi moral khusus sebagai ilmuan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut sikap
ilmiah.Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuan menurut Abbas Hamami M., (1996)
sedikitnya ada enam, yaitu sebagai berikut:

1. Tidak ada rasa pamrih (disinterestedness)


2. Bersikap selektif
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indra serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa
pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai
kepastian
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan.
6. Seorang ilmuan harus memiliki sikap etis (akhlak)
Macam-macam Etika Keilmuan
Pragmatisme Postivisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di
Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berdasarkan fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu  pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam
ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi bidang pendidikan.
Etika keilmuan yang menganut Positivisme akan
kehidupan nyata.
mempertegas tentang kebenaran pengetahuan terletak
Pragmatisme berpandangan bahwa substansi pada fakta-fakta yang Konkret dan indrawi. Pengetahuan
kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki tidak boleh melebihi fakta-fakta. Konsepnya tentang
fungsi dan manfaat bagi kehidupan nyata. pengalaman yang terletak pada pengalaman indrawi yang
Misalnya beragama dianggap sebagai kebenaran mengharuskan pembuktian melalui alat bantu dan
jika agama memberikan kebahagiaan.  diperkuat dengan eksperimen dan perlunya ukuran-ukuran
yang jelas sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia
sains.
Definisi Etos
Etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah Ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan
karakter moral. Etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk
seseorang. Dari etos itu berujung pada tindakan operasional yang lebih nyata pada pembentukan
dan pengembangan sains modern.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki pengertian: pandangan hidup yang khas dari suatu
golongan sosial. Secara sederhana, etos dapat didefinisikan sebagai watak dasar dari suatu
masyarakat. Perwujudan etos dapat dilihat dari struktur dan norma sosial masyarakat itu.

Etos ilmu dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai akhlak ilmu atau budi pekerti ilmu. Etos ilmu
mengacu pada nilai-nilai moral yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam menjalankan
profesinya. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah kejujuran, ketelitian, kedisiplinan, dan tanggung
jawab.
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Etos berasal dari bahasa
Yunani yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.
Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.
Semangat keilmuan merupakan salah satu dari dua semangat kembar, sementara sisi lain adalah
semangat tauhid (QS. Al-'Alaq/96: 1-5). Sementara itu etos keilmuan terlihat pada penyadaran etis
bahwa Tuhan selain Pencipta juga Pemurah yang memberikan ilmu pada manusia.
Pernyatan Nabi Muhammad tentang perintah keilmuan.
a. Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat;
b. Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya ke
surga;
c. Barang siapa mati ketika sedang mengembangkan ilmu untuk menghidupkan Islam, maka di
surga ia sederajat dibawah para Nabi;
d. Para ilmuwan itu pewaris tugas para Nabi
Etos Keilmuan Para Ulama
Sebuah peradaban tidak akan pernah tegak tanpa diawali dengan etos keilmuan yang
berlandaskan sumber kebenaran absolut (wahyu). Sebagaimana telah tercipta pada masa
10 tahun pertama umat Islam di Madinah bersama Rasulullah. Sebelum di Madinah,
Rasulullah bersama para Sahabatnya bahu-membahu membangun kesadaran ilmu di
bawah tekanan dan intimidasi kaum Kafir Quraisy di rumah Sahabat Arqam bin Arqam.

Di rumah itulah, etos keilmuan terbangun atas dasar pemahaman yang murni terhadap
al-Qur`an. Kandungan Surah Al-Alaq menjadi lokomotif keilmuan umat Islam kala itu,
sehingga ancaman maut yang ditebar kaum Quraisy sama sekali tidak mampu
menghadang derap langkah umat Islam untuk menuntut ilmu bersama Rasulullah.
Kokohnya iman menjadi faktor utama lahirnya etos keilmuan umat Islam. Maka zaman
yang serba kekurangan, tak menghalangi para ulama saat itu untuk berkontribusi besar
bagi kehidupan dan peradaban hingga berabad-abad lamanya. Sebut saja Ibn Sina yang
tidak pernah berhenti menulis. Teori kedokterannya hingga kini masih dikaji di berbagai
universitas di seluruh dunia.

Semua itu adalah bentuk paling nyata dari mujahadah para ulama untuk menuntut ilmu
dan mengajarkannya. Imam Bukhari harus berjalan kaki selama 16 tahun untuk bisa
mengumpulkan Hadits yang kesahihannya tidak bisa diragukan.

Ibnul Mubarak juga tak pernah jemu mengulang-ulang hafalan satu Haditsnya dari malam
hingga fajar. Padahal beliau adalah seorang ulama. Imam Syafi’i tak pernah berhenti
membaca sebuah kitab hanya dalam satu kali baca. Beliau selalu membaca satu kitab
sebanyak 40 puluh kali.
Dalam Islam, ilmu memang bukan sekadar kognitif, tetapi juga adab. Dalam bahasa Wahab
bin Munabbih, ilmu adalah sahabat karib seorang mukmin, kesantunan sebagai
pengiringnya, kecerdasan sebagai petunjuknya, amal sebagai buahnya, sabar sebagai ketua
regunya, kelembutan sebagai ayah dan saudaranya.

Ilmu dalam Islam juga tidak dimaksudkan hanya untuk keperluan duniawi, tetapi jauh lebih
besar adalah keperluan duniawi dan ukhrowi secara utuh (Al-Qashash [28]: 77). Oleh
karena itu, ilmu yang benar menurut Muadz bin Jabal adalah ilmu yang jika dipelajari
menghasilkan takwa kepada Allah. Itulah ilmu yang proses mencarinya terhitung ibadah,
menekuninya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya sebagai sedekah,
mendermakannya sebagai taqarrub ilallah, penghibur di kala sendiri, dan kawan dalam
kesepian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai