Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ETIKA&HUKUM KEPERAWATAN

“TEORI YANG MELANDASI ETIK”

DOSEN
Erik firmansyah, S.H

Disusun Oleh
NABILA AFILIA 88190016

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


ARS UNIVERSITY BANDUNG
2019
TEORI-TEORI YANG MELANDASI ETIK

1. Idealisme
Pengertian idealisme meliputi sejumlah besar system serta aliran kefilsafatan yang
memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang besar Antara yang satu dengan yang lain. Ciri
pengenal umum yang menunjukkankesamaan adalah semuanya mengajarkan tentang pentingnya
jiwa atauroh. Menurut idealisme, menusia pada dasarnya merupakan makhlukrohani paham ini
memandang tinggi terhadap manusia dan biasanyamenunjukan rautan-rautan humanistik. Karena
didalam idealisme sendiriterdapat perbedaan-perbedaan yang besar, maka ditinjau dari sudut
etika juga tidak merupakan kesatuan.
Dalam hal ini, terdapat pengelompokan-pengelompokan yang didasarkan atas tujuan yang
hendak dicapai dan perbedaan dalam kemampuan rohani yang diutamakan, yaitu:
1) Idealisme Rasionalistik Orang dapat berbicara tentang etika rasionalistik, bila diterima
pendirian bahwa dengan menggunakan pikiran dan akal manusia berusaha mengenal norma-
norma bagi perilakunya, dan dengan demikian dapat sampai pada pemahaman tentang mana
yang baik dan mana yang buruk. Etika rasionalistik memberikan gambaran seolah-olah tujuan
yang ditetapkannya diperoleh secara akali, padahal dalam kenyataannya diperoleh dengan jalan
lain. Dalam prakteknya, biasanya tujuan yang ditetapkan berupa manfaat, kebahagiaan atau
kenikmatan, sehingga etika ini bermuara pada utilitarisme, eudemonisme atau hedonism.
2) Idealisme Estetik Aliran ini berusaha mendekatkan perbuatan susila pada seni.
Para penganutnya sangat menghargai seni, khususnya keindahan, dan menganggap pemberian
bentuk estetik sebagai hal yang sangat penting. Tapi, ciri pengenal estetisme adalah pendirinya
bahwa dunia,kehidupan manusia dipandang sebagai karya seni. Pada umumnya estetisme
mewakili pendapat bahwa manusia serba selaras. Etika estetik ini juga menganjurkan
memberikan bentuk yang selaras kepada hal-hal yang lain. Tetapi untuk dapat mengerjakannya
harus dilandasi motif-motif, yang tidak sesuai dengan ajaran ini. Etika estetisme dalam
kenyataannya sering dengan mudah berubah menjadi eudeminisme bahkan hedonisme, dengan
segala keberatan yang melekat pada aliran-aliran tersebut.
3) Idealisme etika Aliran ini mengakui adanya lingkungan norma-norma moral yang berlaku
bagi manusia dan yang menuntut manusia untuk mewujudkannya. Dan perwujudan itu hanya
dapat terjadi dengan kerja keras, serta pengorbanan dan karnanya hanya sebagian yang
berhasil.Tapi usaha yang bersungguh-sungguh sudah memberikan makna danisi kehidupan,
karena yang utama menurut aliran ini adalah usahanya,bukan berhasil atau tidaknya. Ditinjau
dari segi etika, bentuk idealismmempunyai keberatan-keberatan yang paling sedikit.
2. Naturalisme
Yang menjadi ukuran (kriteria) baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran etika
naturalism, ialah perbuatan yang sesuai dengan fitrah (naluri) manusia itu sendiri, baik mengenai
fitrah lahir maupun bathin. Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan bagi
setiap manusia didapat dengan jalan memenuhi panggilan natur atau kejadian manusia itu
sendiri. Itulah sebabnya, aliran tersebut dinamakan “Naturalisme”.
Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan
tertentu. Dengan memenuhi panggilan natur setiap sesuatu akan dapat sampai kepada
kesempurnaan. Benda-benda dan tumbuh-tumbuhan juga termasuk di dalamnya, juga menuju
kepada tujuan yang satu, tetapi dapat dicapainya secara otomatis tanpa pertimbangan atau
perasaan. Hewan menuju kepada tujuan itu dengan naluri kehewanannya, sedang manusia
menuju tujuan itu dengan akal fikirannya. Karena akal itulah yang menjadi wasilah bagi manusia
untuk mencapai tujuan kesempurnaan.
Maka manusia harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman kepada akal. Akallah yang
menjadi pedoman hidupnya. “Naluri itulah jalan yang lurus”, dimana akal sebagai suluh yang
meneranghi menuju tujuan kesempurnaan. Sebagai contoh lama aliran ini ialah Zeno (340-264
SM).Seorang ahli fikir Yunani yang terkenal dengan perguruan dan aliran “Stoa”. Dia
menandaskan bahwa dirinya adalah bahagian daripada alam fithrah (natur).

3. Vitalisme
Istilah ini dijabarkan dari kata latin vita, yang berarti kehidupan.Istilah tersebut mengacu
kepada etika yang meandang kehidupan sebagai kebaikan tertinggi, yang mengajarkan bahwa
perilaku yang baik ialah perilaku yang menambah potensi hidup, perilaku yang buruk ialah
berlaku yang mengurangi bahkan merusak potensi hidup. Vitalisme tidakhanya terdapat dibidang
etika, melainkan sering berkembang menjad isistem kefilsafatan yang lengkap yang disebut
filsafat kehidupan.

Aliran ini terdiri dari dua kelompok, yaitu:


1) Vitalisme pessimistisMenurut aliran ini, manusia dilahirkan adalah celaka,dikatakan celaka
karena ia dilahirkan dan hidup. Lahir dan hidup manusia tidak berguna, dan faham vitalisme
pesimistisme mengungkap akan homo homini lopus artnya, manusia adalah serigala bagi
manusia yang lain.
2) Vitalisme optimistime
Menurut aliran ini, hidup atau kehidupan adalah berartipengorbanan diri, oleh karena itu
mereka berpandangan bahwa hidupyang sejati adalah kesedihan dan kerelaan untuk melibatkan
diri dalam setiap kesusahan. Menurut paham ini, yang paling baik ialah segala sesuatu yang
menimpa manusia untuk menjadi berkuasa. Menurut mereka gagasan yang paling baik adalah
gagasan yang revolusioner, dan gerakan yang mempergunakan kekuatan, yang di istilahkan
dengan spontan dynamic terutama sekali dalam merebut kekuasaan. Oleh karena itu, menurut
aliran ini, perang adalah halal, sebab yang menang akan memegang kekuasaan. Tokoh terpenting
aliran ini adalah F. Niettsche, dia banyak memberikan pengaruh terhadap tokoh revolusioner
seperti AdolfHitler.
4. Theologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik buruknya perbuatan
manusia, didasarkan atas dasar ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan atau
dilarang oleh-Nya. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan
segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan, itulah perbuatan buruk, yang sudah
dijelaskan dalam kitab suci. Dengan perkataan lain Theologis (Ketuhanan) saja
nampaknya masih samar, karena di dunia ini terdapat bermacam-macam agama yang
mempunyai kitab suci sendiri-sendiri, yang antara satu dengan yang lain tidak sama,
bahkan banyak yang bertentangan. Masing-masing penganut agama mengakui dirinya
bersandarkan ajaran Tuhan.
Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu ialah dengan jalan mengkaitkan etika
theologies ini dengan jelas kepada suatu agama, misalnya etika theologis Kristen, etika
theologis Yahudi dan etika theologis Islam. Hal ini dilakukan oleh ahli-ahli filsafat
mengingat perkataan theologis menurut pandangan mereka masih bersifat umum,
sehingga perlu ada kejelasan etika theologis mana yang dimaksudkan.
Demikianlah apabila kita bicara mengenai aliran-aliran etika. Adapun etika
theologi menurut Islam, ialah etika yang betul-betul bersumber dari Allah SWT yaitu
prinsip-prinsip etika yang tercantum dalam firman-firmanNya atau ajaran-ajaranNya
yang disampaikan kepada Nabi-Nabinya.

5. Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, bukan berasal dari pengalaman inderawi. Rasionalisme menentang paham
empirisme, karena kaum rasionalis berpendapat bahwa ada kebenaran yang secara langsung
dapat dipahami. Dengan kata lain, orang-orang yang menganut paham rasionalis ini menegaskan
bahwa beberapa prinsip rasional yang ada dalam logika, matematika, etika, dan metafisika pada
dasarnya benar.
Rasionalisme ada dua macam: Dalam bidang agama dan Dalam bidang filsafat.
Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas. Dalam bidang filsafat rasionalisme
adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengritik
ajaran agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan.
Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting
pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh paling jelas ialah pemahaman kita tentang
logika dan matematika. Penemuan-penemuan logika dan matematika begitu pasti. Kita tidak
hanya melihatnya sebagai benar, tetapi lebih dari itu kita melihatnya sebagai kebenaran yang
tidak mungkin salah, kebenarannya universal.

Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan
atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus
sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan
dengan kedua bentuk tersebut:

 Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme


tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah
lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang
antroposentrik.

 Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa
rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia
menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh
atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.

Di luar diskusi keagamaan, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum, misalnya kepada
masalah-masalah politik atau sosial. Dalam kasus-kasus seperti ini, yang menjadi ciri-ciri
penting dari perpektif para rasionalis adalah penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat
atau kepercayaan yang sedang populer.

Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi
secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual.

Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang
diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme
modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang
rasionalisme kontinental sama sekali.

6. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, pragmatikos, yang dalam bahasa latin menjadi
pragmaticus, arti harfiahnya adalah cakapdan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara
Negara, dan dagang.Dalam bahasa inggris menjadi pragmatic, yang artinya berkaitan dengan hal-
hal praktis, atau sejalan dengan aliran filsafat pragmatisme. Sebagai aliran filsafat, pragmatisme
berpendapat bahwa pengetahuan dicaribukan sekedar untuk tahu demi tahu, melainkan untuk
mengerti masyarakat dan dunia. pragmatisme lebih memprioritaskan tindakan dari pada
pengetahuan dan ajaran. Oleh karena itu, prinsip untuk menilai pemikiran, gagasan, teori,
kebijakan, pernyataan tidak cukup hanya berdasarkan logisnya dan bagusnya rumusan tersebut,
tetapi berdasarkan dapat tidaknya dibuktikan, dilaksanakan, dan mendatangkan hasil. Dengan
demikian, menurut kaum pragmatis, otak berfungsi sebagai pembimbing perilaku manusia.Aliran
ini menitik beratkan pada hal-hal yang berguna dari diri sendiri, baik yang bersifat moral
maupun material. Umumnya penganut aliran ini tidak peduli kepada diri orang lain, ia
berpedoman kepada hal-hal yang bersifat empiris. Yang menjadi titik beratnya adalah
pengalaman, oleh karena itu penganut aliran ini tidak mengenal istilah kebenaran sebab
kebenaran bersifat abstrak dan tidak akan diperoleh dalam dunia empiris.Sikap kaum pragmatis
ini ditentang oleh kaum teoritikus dan kaum intelektual, serta dicap dangkal tak mau berfikir
mendalam, anti kegiatan spekulatif dan intelektual. Namun, pada tingkatnya, pragmatism baik
secara umum maupun secara khusus dibidang etis telah menyumbangkan sesuatu, yaitu
pragmatism menekankan kesederhanaan, kemudahan, kepragtisan, dampak positif langsung dan
manfaat. Dibidang etis ini, sumbangan pragmatism terletak pada tekanannya pada praktek ajaran
dan prinsip etis, serta perubahan perilaku yang dihasilkan. Sumbangan pemikiran pragmatis
dibidang etis ini sangat mencuat pentingnya di dalam masyarakat yang cenderung memisahkan
antara kata dan perbuatan, yang mudah berlaku munafik, dan yang hidup etisnya beku tidak
membawa peningatan secara kualitatif.
7. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan eksistensi. Dalam bidang etika,
karena hidup ini terbuka,kaum eksistensialis memegang kemerdekaan sebagai norma. Bagi
mereka manusia mampu menjadi seoptimal mungkin. Untuk menyelesaikan proyek hidup itu,
kemerdekaan mutlak diperlukan, segala tata tertib,peraturan, hukum tidak menjadi bahan
pertimbangan. Sebagai gantinya,yang menjadi pegangan mereka adalah tanggung jawab pribadi
dan siap menanggung segala konsekuensi yang datang dari masyarakat, Negara, atau lembaga
agama. Satu-satunya yang diperhatikan adalah situasi. Etika eksistensialisme ini berpandangan
bahwa eksistensi(keberadaan) diatas dunia selalu terkait pada keputusan-keputusan individu,
maksudnya individu itulah yang menetapkan keberadaannya yang berwujud keputusan, andaikan
individu itu tidak mengambil suatu keputusan maka pastilah tidak ada yang terjadi. Adapun yang
menjadi ukuran baik dan buruk menurut paham ini adalah truth is subjective ity atau kebenaran
terletak pada pribadi, dengan sendirinya apabila keputusan itu baik bagi pribadinya, maka
disebut baik, dan apabila keputusan tidak baik bagi pribadinya, maka itu yang buruk. Segi
positive yang sekaligus merupakan kekuatan dan potensi tarik. Etika ragmatisme adalah
pandangan tentang hidup, sikap dalam hidup, penghargaan atas peran situasi, penglihatannya
tentang hidup masadepan.

8. Realisme
Realisme adalah aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh orang
kebanyakan. Istilah realisme pada aliran ini bukan merujuk pada tingkat kemiripan atau
keakuratan gambar lukisan dengan referensinya. Aliran yang mengusung ide tersebut disebut
Naturalisme. Tema dan wacana-nya yang realistik, bukan gambarnya. Meskipun gambar yang
realistis (naturalis tepatnya) sejalan dengan ide penggambaran realistis yang ingin dicapai oleh
pergerakan ini.

Di Indonesia kata realistik terlalu identik dengan gaya menggambar yang mirip dengan
referensi aslinya. Padahal dalam KBBI realisme sendiri diartikan sebagai aliran kesenian yang
berusaha melukiskan atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya (KBBI, 2016).
Ketika kita berusaha meniru referensi semirip mungkin, kita sedang berusaha untuk menciptakan
lukisan yang sealamiah mungkin (natural) mirip dengan aslinya, menirukan alam. Maka dari itu,
istilah yang lebih sesuai untuk hal tersebut sebetulnya naturalis, bukan realis.

Beberapa ahli berpendapat bahwa realisme adalah gerakan seni modern yang pertama. Karena
realisme dinilai telah menolak bentuk tradisional seni dan lembaganya yang dianggap sudah
tidak relevan di era Revolusi Industri. Realisme muncul di era distruptif, ditandai dengan
revolusi industri yang melaju pesat dan menghasilkan perubahan sosial yang luas.

Anda mungkin juga menyukai