Oleh:
Kelompok A1
Pembimbing:
dr. Arinta Atmasari, Sp.A
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN HYALINE MEMBRANE
DISEASE
Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih dan Maha Penyayang karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus berjudul “Bayi Berat Lahir Rendah dengan
Hyaline Membrane Disease”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat
mengikuti kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Siti
Fatimah Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dengan selesainya penyusunan laporan kasus ini, perkenankanlah penulis
untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada dr. Arinta
Atmasari, Sp.A. sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam pembuatan laporan kasus ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan berkat-Nya kepada
pembimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
Diagnosis....................................................................... 29
Tatalaksana.................................................................... 30
Komplikasi .................................................................... 32
Prognosis ....................................................................... 32
BAB 4 ANALISIS MASALAH ........................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi
Nama : By. Ny. DA
Usia/Tgl lahir : 1 hari/ 24 September 2021
Jenis Kelamin : Laki – laki
Nama Ayah : Tn. A
Nama Ibu : Ny. DA
Bangsa : Indonesia
Alamat : Bukit Lama, Palembang
MRS tanggal : 24 September 2021
2.2 Anamnesis
Tanggal : Minggu, 24 September 2021
Diberikan oleh : Ibu kandung (Alloanamnesis)
Keluhan Utama
Bayi lahir tidak langsung menangis
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu disangkal
Riwayat Kehamilan
GPA : G3P2A0
Periksa Kehamilan : Melakukan ANC rutin dengan dokter
spesialis obstetrik ginekologi
Minum Alkohol : Tidak pernah
Merokok : Tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu : Tidak ada
Riwayat hipertensi ada, kencing manis tidak ada, penyakit lain seperti
keganasan, penyakit jantung, ginjal tidak ada. Riwayat perut diurut-urut tidak
ada. Riwayat trauma pada kehamilan tidak ada. Riwayat sakit gigi tidak ada.
Riwayat Persalinan
Presentasi : Kepala
Cara persalinan : Sectio Caesaria
KPSW : Tidak ada
Riwayat demam saat persalinan : Tidak ada
Riwayat ketuban hijau : Tidak ada
Keadaan saat lahir : Bayi tidak langsung menangis
3
2.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal Pemeriksaan: 24 September 2021 Pukul 16.45 WIB
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 2307gr
Panjang Badan : 45cm
Lingkar kepala : 32cm
LiLA : 10 cm
Aktivitas : Hipoaktif
Refleks Hisap : Lemah
Tangis : Sedang
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Ada, menghilang setelah pemberian oksigen
Ikterus : Tidak ada
Dispnea : Ada
HR : 180x/menit
RR : 68x/menit
SpO2 : 88 – 92% dengan oksien nasal kanul ½ L
Suhu : 36,5˚C
4
Telinga : Posisi low set ear (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), webbed neck (-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis kanan = kiri, retraksi
intercostal, subcostal, dan epigastrium (+), barrel chest (-),
pectus carinatum (-), pectus excavatum (-)
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Lemas, hepar lien tidak teraba
Lipat Paha : Benjolan (-)
Refleks Primitif
Oral : (+)
Moro : (+)
5
Tonik Neck : (+)
Plantar Grasp : (+)
Palmar Grasp : (+)
6
Pemeriksaan Radiologi
Foto thorax AP (Expertise dokter radiologi) (RSUD Siti Fatimah, 24
September 2021)
Deskripsi:
Foto thorax proyeksi AP
Hasil:
• Jantung ukuran tidak membesar
• Aorta kalsifikasi. Mediastinum superior melebar (thymus)
• Trakea ditengah. Hilus kanan kiri tidak menebal
• Tampak infiltrate di lapangan paru kedua paru
• Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip. Diafragma kanan kiri licin
• Tulang-tulang kesan intak
Kesan:
• HMD Grade II
2.5 Resume
Bayi Ny. DA, laki-laki, kurang bulan, berat badan lahir 2307gr, usia 1
hari, lahir pada tanggal 24 September 2021, lahir SC ditolong oleh dokter
spesialis obstetri ginekologi dari ibu G3P2A0, hamil kurang bulan, saat lahir
bayi tidak langsung menangis, APGAR score 2/8. Bayi mengalami dispneu
(nafas cuping hidung +, retraksi +, takipneu +) serta sianosis pada seluruh
tubuh saat lahir. Sianosis pada pasien menghilang dengan pemberian oksigen.
Refleks menghisap bayi lemah dan bayi hipotoni.
7
2.6 Diagnosis – Diagnosis Banding
- RDS ec HMD + BBLR
- RDS ec TTN + BBLR
2.8 Tatalaksana
A. Pemeriksaan Anjuran
- Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, CRP, LED, dan GDS
- Rontgen thoraks AP
B. Terapi
• Suportif simtomatis
- CPAP FiO2 30% PEEP 6
• Kausatif
- Ampicilin 3x60mg IV
- Ceftazidime 3x120mg IV
• Diet
- ASI / PASI OGT
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
8
2.10 Follow Up
27 S: usia hari ke -4, sesak (-), A: BBLR + HMD grade II + Ikterus
September kuning (+), minum (+) oral neonatorum
2021 dan OGT P:
O: ● IVFD D10% 1/5 NS
● KU: Aktif 12cc/jam
● Hisap: sedang ● Ampicillin 3x60mg IV
● Tangis: kuat ● Ceftazidime 3x120mg IV
● HR: 135x/menit ● Sufor BBLR 8 x 25 – 30
● RR: 48x/min ml (OGT dan oral)
● Temp:36,8˚C ● Gentamicin Zalf 3 x 1
● SpO2: 95% ● Pindah neo
● BB: 2132gr
● Ikterik (+) Kramer I-II
● Keadaan spesifik:
- Kepala: NCH (-)
- Thoraks: simetris
➢ Cor: BJ I dan II
normal, murmur
(-)
➢ Pulmo: Vesikuler
(+/+), rhonki (-)
- Abdomen: Bising
usus (+) normal
- Ekstremitas: CRT
<3”
28 S: kuning (+), sesak (-), A: BBLR + HMD grade II + Ikterus
September minum belum bisa neonatorum
2021 sepenuhnya oral P:
O: ● IVFD D10% 1/5 NS
● KU: Aktif 12cc/jam
9
● Refleks hisap: sedang ● Ampicillin 3x60mg IV
● Tangis: kuat ● Ceftazidime 3x120gr IV
● HR: 150x/menit ● Ampicillin 3x60mg IV
● RR: 48x/min ● Sufor BBLR 8x20cc
● Temp:36,8˚C (OGT & oral)
● SpO2: 97% ● Stop Gentamicin zalf
● BB: 2150gr
● NCH (-)
● Ikterik (+) Kramer I-II
29 S: kuning (+), sesak (-), A: BBLR + HMD grade II +
September minum belum bisa Hiperbilirubinemia
2021 sepenuhnya oral P:
O: ● IVFD D10% 1/5 NS
● KU: Aktif 7cc/jam
● Refleks hisap: kuat ● Ampicillin 3x60mg IV
● Tangis: kuat ● Ceftazidime 3x120mg IV
● HR: 146x/menit ● ASI/PASI 8 x 20ml
● RR: 50x/min ● Cek bilirubin total
● Temp:36,5˚C ● Bilirubin total:
● SpO2: 97% 10,9mg/dL
● BB: 2236gr
● NCH (-)
● Ikterik (+) Kramer I-II
10
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 BBLR
Definisi
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam
waktu satu jam pertama setelah lahir. Pengukuran berat bayi lahir
dilakukan di tempat fasilitas kesehatan. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram
tanpa memandang masa gestasi.
Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight
Infant menurut WHO adalah bayi dengan berat lahir kurang atau
sama dengan 2500 gram (WHO, 2004). Kejadian bayi dengan berat
lahir rendah dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37
minggu masa kehamilan) atau pada bayi cukup bulan/KMK (Kecil
Masa Kehamilan).
Klasifikasi
11
a. NKB SMK (Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa
Kehamilan) merupakan bayi kurang bulan dengan berat lahir
rendah namun sesuai dengan masa kehamilan.
b. NKB KMK (Neonatus Kurang Bulan – Kecil Masa
Kehamilan) adalah bayi kurang bulan dan berat lahir rendah
serta kecil selama masa kehamilan.
c. NCB KMK (Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan)
adalah bayi cukup bulan dengan berat lahir rendah namun
sesuai masa kehamilan.
3. Gestasi
a. Prematuritas
Prematuritas adalah situasi dimana bayi lahir pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu (bayi kurang bulan). Bayi
lahir prematur dapat disebabkan uterus yang tidak mampu
menahan janin, kontraksi uterus yang terjadi sebelum cukup
bulan, plasenta yang lepas lebih cepat dari waktunya atau
adanya gangguan selama kehamilan. Bayi yang lahir prematur
belum mempunyai organ dan alat tubuh yang berfungsi secara
sempurna untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga dapat
memperburuk prognosis. Masa gestasi yang kurang dapat
menjadi penyulit atau komplikasi dalam kejadian BBLR.
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah berat bayi baru lahir yang kurang
apabila dibandingkan dengan berat lahir yang semestinya
untuk masa gestasi tersebut. Berat lahir bayi dikatakan kurang
dari berat lahir yang seharusnya untuk masa gestasi yang
dialami apabila berat lahir berada di <10 persentil jika dilihat
dari kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco atau <2 SD
(standar deviasi) menurut kurva pertumbuhan intrauterin
Usher dan McLean.
12
Dismaturitas dapat disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
intrauterin atau terdapat kelainan kongenital. Efek hal ini
terhadap janin bervariasi sesuai dengan tahap pertumbuhan
janin saat penyebab tersebut terjadi.
Kurva Lubchencho
Epidemiologi
13
kemungkinan belum terdata karena tidak dilahirkan di fasilitas
kesehatan (WHO, 2004).
Faktor Risiko
1. Usia Ibu
Usia ibu merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah. Angka
kejadian tertinggi BBLR terdapat pada ibu yang berusia dibawah
20 tahun dan pada multigravida dengan jarak kehamilan terlalu
dekat.
Usia ibu yang terlalu muda (<20 tahun) biasanya
dihubungkan dengan keadaan emosional yang belum stabil untuk
menjadi seorang orangtua dan fisik yang belum siap untuk
kehamilan. Kehamilan pada remaja berdampak pada kebutuhan
zat gizi yang masih dibutuhkan dirinya sendiri untuk
14
pertumbuhan dan hal ini akan memengaruhi pertumbuhan bayi
nantinya.
Pada usia ibu yang terlalu tua (>35 tahun), kesehatan ibu
mulai menurun dimana kualitas sel telur mulai menurun,
kemungkinan terjadi pembuahan semakin kecil dan mulai terjadi
perubahan pada peredaran darah yang memengaruhi aliran darah
ke uterus yang nantinya berdampak pada pertumbuhan janin. Hal
itu dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan lama, anak
cacat dan pendarahan.
Kehamilan di atas usia 35 tahun tidak dianjurkan karena
pada umur ini mulai muncul penyakit degeneratif seperti
hipertensi, tumor jinak peranakan, dan gangguan sendi. Proses
degeneratif yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan usia terlalu
tua adalah penyempitan pembuluh darah pada arteriola
miometrium. Penyempitan tersebut menurunkan aliran darah ke
endometrium dan akan memengaruhi aliran darah secara
uteroplasenta. Sistem hormon yang mengatur siklus reproduksi
juga mengalami penurunan fungsi. Apabila seorang ibu
mengidap penyakit tersebut selama kehamilan, hal ini dapat
meningkatkan risiko lahirnya bayi dengan membawa kelainan.
Situasi ini juga akan sulit ketika ibu menghadapi persalinan
karena lemahnya kontraksi rahim dan tulang panggul.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami seorang ibu
sebelum persalinan sekarang. Seorang ibu dikatakan memiliki
paritas tinggi apabila telah melahirkan anak keempat atau lebih.
Paritas yang berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah adalah paritas nol (pertama kali melahirkan) atau paritas
lebih dari empat. Hal ini dikarenakan kondisi rahim yang belum
15
pulih untuk melahirkan kembali. Paritas dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
a. Primipara
Primipara adalah golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang
pernah melahirkan sebanyak 1 kali).
b. Multipara
Multipara adalah golongan ibu dnegan paritas 2-5 (ibu yang
pernah melahirkan sebanyak 2-5 kali).
c. Grade Multipara
Grade multipara adalah golongan ibu dengan paritas lebih
dari 5 kali (ibu yang telah melahirkan bayi lebih dari 5 kali).
Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang teraman apabila
dilihat dari sudut maternal. Paritas yang tinggi dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang berdampak pada ibu dan
janin. Semakin tinggi paritas maka semakin lemah rahim
dikarenakan jaringan parut. Jaringan parut menyebabkan
persediaan darah ke plasenta menjadi tidak adekuat sehingga
dapat mengganggu distribusi nutrisi dari ibu ke janin. Semakin
tinggi paritas maka semakin tinggi risiko kematian maternal.
Risiko pada paritas dapat ditangani dengan asuhan obstetri yang
tepat dan dapat dicegah dengan melakukan Keluarga Berencana
(KB).
3. Umur Kehamilan
Usia kehamilan adalah taksiran usia janin yang dihitung dari
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sampai pada saat
melahirkan. Umur kehamilan normal adalah 40 minggu atau 280
hari. Kehamilan dikatakan cukup bulan apabila dalam rentang
37-42 minggu. Kehamilan dikatakan belum cukup bulan apabila
dalam rentang kurang dari 37 minggu.
16
Berat badan bayi semakin bertambah seiring usia kehamilan.
Semakin pendek usia kehamilan, semakin kurang sempurna
pertumbuhan bayi sehingga memengaruhi berat badan bayi
(Aisah, 2016). Pertumbuhan janin yang belum sempurna
berpengaruh pada sistem pernapasan dan sistem reproduksi janin
karena mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya.
Patogenesis
17
Pada bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK), salah satu penyebab
yang dapat terjadi adalah gangguan pertumbuhan intrauterine atau
Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Setiap organ dapat
dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan intrauterine dan efeknya
tidak sama. Misalnya, jika gangguan terjadi pada awal kehamilan,
pertumbuhan otak dan tulang rangka dapat terganggu sedangkan
ukuran hati, limpa dan timus berkurang apabila gangguan
pertumbuhan intrauterin terjadi pada akhir kehamilan.
Bayi dengan berat lahir rendah belum bisa mempertahankan suhu
tubuh yang normal karena pusat termoregulasi masih dalam
perkembangan, berat yang rendah sehingga cadangan energi kurang,
luas permukaan tubuh yang relatif luas sehingga risiko kehilangan
panas lebih cepat.
Manifestasi Klinis
18
2. Tulang rawan telinga lunak karena belum terbentuk dengan
sempurna.
3. Banyak dijumpai lanugo, terutama di punggung
4. Labia mayora belum menutupi labia minora (pada bayi
perempuan)
5. Ubun-ubun dan sutura lebar
6. Belum banyak lipatan skrotum dan testis terkadang belum turun
(pada bayi laki-laki)
7. Tangisan lemah
8. Refleks menghisap dan menelan lemah.
Tatalaksana
19
harus bertumbuh sekitar 30g/hari selama satu bulan pertama
kehidupan (Anggraini, 2016).
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling utama bagi
bayi. Apa faktor mengisap bayi masih kurang, maka air susu ibu
dapat ddiberi dengan sendok secara perlahan atau memasang sonde
di lambung bayi atau dengan Nasogastric Tube (NGT). Waktu
pemberian ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
Proses peningkatan berat bayi, khususnya bayi dengan BBLR,
dapat dipantau dengan mengikuti grafik monitoring berat badan
menurut umur dan jenis kelamin dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS) atau Growth Chart dari WHO. Grafik ini dapat dipantau
setiap minggu selama sepuluh minggu (Anggraini, 2016).
Bayi dengan berat lahir rendah mempunyai risiko untuk
mengalami defisiensi surfaktan dikarenakan paru-paru yang belum
berkembang secara sempurna. Tindakan yang dilakukan dalam
situasi seperti ini adalah pembersihan jalan nafas segera setelah
lahir. Hal ini dapat dilakukan dengan membaringkan bayi dengan
posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk-nepuk
atau menjentik tumit bayi. Posisi tersebut dapat menghasilkan
oksigenisasi yang lebih baik karena aktivitas fisik dan penggunaan
energi yang berkurang jika bayi diletakkan pada posisi telungkup.
Apabila gagal, dapat dilakukan tindakan ventilasi, intubasi
endotrakeal, pijatan jantung dan pemberian oksigen. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya asfiksia sehingga
menurunkan risiko kematian pada BBLR.
Bayi berat lahir rendah juga memiliki risiko untuk kehilangan
panas secara cepat yang dapat menyebabkan hipotermia. Cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah kontak kulit
dengan kulit antara ibu dan bayi. Kontak dengan kulit dilakukan
dengan meletakkan bayi di dada atau perut ibu. Apabila
melekatkan bayi ke dada atau ibu tidak bisa dilakukan karena
20
alasan tertentu, cara lain dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dengan kain hangat kemudian diletakkan dalam dekapan
ibunya. Pelukan ibu dapat menjaga kehangatan tubuh bayi.
Tindakan yang juga bisa dilakukan untuk mencegah kehilangan
panas tubuh bayi adalah dengan memberi ASI dalam satu jam
pertama setelah kelahiran. Bayi diletakkan secara telungkup di
dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi.
Edukasi
Definisi
21
disebabkan oleh ketidakmaturan dari sel tipe II untuk menghasilkan
surfaktan yang memadai.
Klasifikasi
22
Radiografi thorax sangat penting pada neonatus dengan gangguan
pernapasan akut untuk menyingkirkan penyebab bedah dan medis
dari gangguan pernapasan. Secara klinis sangat sulit untuk
membedakan antara penyebab gangguan pernapasan dari paru-paru
dan ekstra paru. Terkadang sulit untuk menginterpretasikan hasil
pemeriksaan radiologis pada neonatus dikarenakan banyaknya
kelainan yang tidak spesifik dan saling tumpang tindih. Hal tersebut
memudahkan terjadinya kesalahan dalam diagnosis secara
radiologis. Oleh karena itu perlu selalu ditekankan melihat kembali
kondisi klinis pasien.
Temuan radiografi toraks klasik RDS/PMH terdiri dari hipoaerasi
yang jelas, kekeruhan granular bilateral dalam parenkim paru, dan
bronkogram udara yang diperluas secara perifer. Spektrum
radiologis RDS/PMH berkisar dari ringan hingga berat dan
umumnya berkorelasi dengan tingkat keparahan temuan klinis.
Secara radiologis, ada 4 stage PMH:
• Stage 1: Penurunan transparansi pada paru-paru (sedikit
granular), tidak ada perbedaan signifikan pada temuan normal.
23
• Stage 2: Penurunan transparansi yang lembut dengan
aerobronchogram, yang tumpang tindih dengan jantung (tanda
reaksi alveolar paru).
• Stage 3: Seperti tahap 2, tetapi dengan penurunan transparansi
yang lebih kuat secara bertahap, serta diafragma dan hati yang
buram.
• Stage 4: Paru-paru putih: opasitas paru homogenik
24
25
Etiologi dan Patofisiologi
26
atau operasi caesar. Takipnea ini mungkin hanya ditandai
dengan takipnea yang bermula pada saat yang dini, kadang-
kadang denga retraksi, atau mendengkur saat respirasi dan
kadang-kadang sianosis yang dapat disembuhkan dengan
oksigen minimal dalam 3 hari. Paru-paru biasanya bersih tanpa
rhonki halus dan rontgen dada menunjukkan corak vaskular
paru yang jelas, garis-garis cairan dalam fisura, aerasi
berlebihan, diafragma datar, dan terkadang ada cairan pleura.
Untuk membedakan penyakit ini dengan PMH, dilihat dari
penyembuhan bayi mendadak dan tidak ada gambaran
retikulogranular rontgen pada bronkografi udara akibat dari
lambatnya absorpsi cairan paru janin sehingga mengakibatkan
penurunan kelenturan paru dan volume tidal, serta
bertambahnya ruang mati atau dead space.
27
4. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak mampu
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia
didefinisikan sebagai kondisi pertukaran gas tidak adekut, yang
mengarah pada hipoksia progresif, hiperkarbia, dan asidosis
tergantung pada luas dan lamanya gangguan ini. Hal ini dapat
terjadi sebelum, selama atau setelah melahirkan. Asfiksia bayi
baru lahir merupakan keadaan dimana bayi tidak mampu untuk
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini erat
kaitannya dengan hipoksia janin dalam uterus. Hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan atau segera lahir. Patofisiologinya sangat
kompleks dan dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan ibu, plasenta dan/atau bayi baru lahir. Asfiksia dapat
terjadi pada periode neonatal segera jika bayi tidak dapat
melakukan pertukaran gas sendiri tanpa plasenta. Penyakit ibu
seperti diabetes, hipertensi atau preeklampsia dapat mengubah
pembuluh darah plasenta dan menurunkan aliran darah. Selain
itu, abrupsi perdarahan janin atau peradangan juga dapat
mengganggu aliran darah.
Manifestasi Klinis
28
Grunting adalah bunyi ekspirasi yang disebabkan oleh
penutupan glotis yang tiba-tiba selama ekspirasi dalam upaya
mempertahankan kapasitas residual fungsional dan mencegah
atelektasis alveolar. Nasal flaring (nafas cuping hidung) terjadi
ketika lubang hidung melebar saat bernafas. Sianosis adalah kondisi
warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir karena kekurangan
oksigen dalam darah. Bayi baru lahir mungkin juga mengalami
kelesuan, pemberian makanan yang buruk, hipotermia, dan
hipoglikemia.
Diagnosis
29
2. Analisis Gas Darah
Analisis Gas Darah menunjukkan asidosis respiratory dan
metabolik yaitu adanya penurunan pH, penurunan PaO2, dan
peningkatan paCO2, penurunan HCO3.
3. Perubahan Elektrolit
Cenderung terjadi penurunan kadar kalsium, natrium, kalium
dan glukosa serum.
4. Biopsi Paru
Adanya pengumpulan granulosit secara abnormal dalam
parenkim paru.
Tatalaksana
1. Terapi Oksigen
30
menyediakan pernafasan mekanik pada saat tidak ada nafas
spontan.
2. Resusitasi Neonatal
31
surfaktan dapat mengurangi insiden distress pernafasan dan
penyakit penyerta.
Komplikasi
Prognosis
32
komplikasi seperti asfiksia yang berat, perdarahan intraventrikular
atau malformasi konginetal yang tidak dapat diperbaiki.
33
BAB 4
ANALISIS MASALAH
Bayi Ny. D, tunggal berjenis kelamin laki-laki lahir di OK ditolong oleh dokter
spesialis obstetrik ginekologi secara sectio caesaria atas indikasi usia kehamilan
32–33 minggu dengan hipertensi dan bekas SC 2x. Bayi lahir dari ibu G3P2A0,
hamil kurang bulan. Bayi lahir tidak langsung menangis dengan APGAR score 2/8,
berat badan lahir 2307 gram, panjang badan lahir 45 cm, lingkar kepala 32 cm dan
lingkar lengan atas 10 cm.
Terdapat sesak dan sianosis pada seluruh tubuh bayi yang hilang dengan
pemberian oksigen, frekuensi napas 68x/menit, terdapat retraksi subcostal,
intercostal dan epigastrium, udara masuk baik secara bilateral. Bayi terdengar
merintih dengan menggunakan stetoskop. Jika dihitung berdasarkan Downe score
didapatkan total skor 5.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi distress naps sedang pada bayi sehingga
dibutuhkan pemberian O2 nasal. Keadaan umum tampak sakit sedang.
Pada pemeriksaan laboratorium darah pada saat lahir menunjukan CRP negatif.
Pada rontgen toraks terdapat gambaran infiltrat di kedua lapangan paru, kalsifikasi
aorta dan mediastinum superior melebar yang menunjukkan gambaran Hyalin
Membran Disease (HMD) Grade 2. Pada pasien terdapat tanda takipnu, retraksi,
dan sianosis. Tidak didapatkan gambaran hiperinflasi paru, peri hillar cuffing,
cairan di fisura interlobularis, diafragma lebih datar, kardiomegali ringan pada
pemeriksaan radiologi sehingga dapat menyingkirkan diagnosis banding transient
tachipnoe of newborn.
34
Lubchenco Growth Curve. Berat badan lahir bayi 2.307gram sehingga bayi
dikategorikan sebagai berat badan lahir rendah (BBLR). Diagnosis berupa bayi
tunggal, neonatus kurang bulan, kurang masa kehamilan dengan HMD.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik berupa napas cepat, merintih, dan peningkatan
work of breathing pemeriksaan radiologi terdapat infiltrat di kedua lapang paru,
diagnosis HMD dapat ditegakkan. Faktor risiko HMD pada pasien di antaranya
adalah kecil masa kehamilan (KMK) dan Hipertensi.
Pada pasien diberikan terapi cairan yaitu IVFD D10%, tanggal 27 September
2021 diberikan IVFD D10% 1/5 NS 12cc/jam, lalu besoknya tanggal 28 September
diberikan IVFD D10% 1/5 NS 12cc/jam, dan tanggal 29 September 2021 diberikan
IVFD D10% 1/5 NS 7cc/jam. Pada pasien diberikan PASI (susu formula) per oral
dikarenakan pasien belum bisa sepenuhnya minum secara oral. Rencana terapi
farmakologis pada pasien yaitu diberikan ampisilin dan ceftazidime. Antibiotik
empirik diberikan kepada pasien sebagai profilaksis. Pada pasien ini dengan berat
badan 2307 gram dan usia 1 hari, diberikan ampisilin 3 x 60 mg/kgBB/8 jam per
hari secara IV dan ceftazidime 3 x 120 mg/kgBB/12 jam per hari secara IV.
Pada hari keempat dan kelima, pasien sudah tidak sesak dan sianosis lagi.
Retraksi dinding dada sudah tidak ada. Namun pasien terlihat sedikit kuning lalu
dilakukan pemeriksaan bilirubin. Hasil pemeriksaan bilirubin didapatkan 10,9
mg/dL (Nilai normal = 10-14 mg/dL). Tetapi pasien tidak di fototerapi. Sampai
tanggal 5 Oktober 2021, pasien masih berada di ruang Neonatus dikarenakan masih
belum adekuat untuk minum karena syarat pasien pulang adalah pasien adekuat
untuk minum.
35
Ibu diberikan edukasi mengenai pemberian ASI eksklusif dan cara
pemberian ASI yang baik serta menjaga bayi tetap hangat. Orang tua diberikan
edukasi mengenai metode pemberian ASI yang baik. Posisi pemberian asi yang
baik memperhatikan badan bayi menempel ke badan ibu, telinga dan badan bayi
berada dalam satu garis lurus, wajah bayi menghadap payudara ibu, dan badan bayi
yang ditopang. Selain posisi perhatikan juga pelekatan, pelekatan yang baik
memperhatikan chin (dagu) bayi menempel di payudara ibu, areola (bagian hitam
sekitar putting) bagian bawah lebih banyak masuk, lips (bibir) bayi terlipat keluar,
dan mouth (mulut) bayi terbuka lebar seperti akan menelan bola (CALM).
Dikarenakan bayi dengan berat badan lahir rendah sangat rentan terhadap
penyakit, maka perlu diberikan edukasi pada ibu dan anggota keluarga pasien yang
tinggal 1 rumah mengenai penyakit pasien yaitu :
36
c. Membersihkan peralatan bayi secara teratur
d. Tidak memperbolehkan orang dengan penyakit infeksi untuk memasuki ruang
perawatan bayi
e. Memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker sebelum
melakukan kontak dengan bayi.
f. Mencegah agar persalinan selanjutnya tidak <36 minggu untuk menghindari
kejadian HMD
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Nelson, W.E., Vaugh, V.C., 1992. Hyalin
Membrane Disease In: Nelson Textbook of Pediatrics, WB Saunders Co. 14th
Ed., London: pp 463-78.
2. Damanik, S. 2008. ‘Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir Dan Masa Gestasi’.
Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Farrel, P.M. and Zachman, R.D., 1980. Nelson of Pediatric Ilmu Kesehatan
Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta.
4. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. 2004. Neonatology:
Management, Procedures, On-call Problems, Diseases and drugs, Lange
Medical Books/McGraw-Hill, 5th Edition, New York.
5. Huda, S. 2018. ‘Perilaku Berpantang Makan Pada Ibu Hamil Sebagai Faktor
Risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Masyarakat Suku Dayak
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat’. Tesis pada Universitas Diponegoro, hal.
12-27
6. Lacaze-Masmonteil T. Surfactan replacement therapy. Dalam: Donn MS &
Sinha SK, editors. Neonatal Respiratory Care. USA, Philadelphia: Mosby
Elshevier; 2006. pp 396-401.
7. Leviton LC, dkk, 1999. Methode to Encourage the use of antenatal
corticosteroid therapy for fetal maturation. A randomised controlled trial,
JAMA, vol 281 No 1, pp: 46-52.
8. Maryunani, A dan dkk. 2009. ‘Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada
Neonatus’. Jakarta: Trans Info Media.
9. Puspitaningrum, E. 2018. ‘Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSIA Annisa Kota Jambi Tahun 2018’.
Scientia Journal. 7(2): 1-7.
10. Skinner J, 1997. The effect of surfactant on haemodinamics in hyaline
membrane disease, Archives of disease in childhood illness, vol 76, pp:67-9.
38
11. Zendrato, D. 2015. ‘Hubungan Faktor Sosiodemografis Dan Faktor Kehamilan
Dengan Kejadian Berat Bayi Baru Lahir (BBLR) Di RSIA Sri Ratu Medan
Tahun 2014’. Skripsi pada Universitas Sumatera Utara. hal. 7-23.
39