Anda di halaman 1dari 6

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSD Madani Palu


Fakultas Kedokteran

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH :
RIZKY APRIANDI PATODO
N 111 17 102

PEMBIMBING KLINIK
dr. Merry Tjandra, M.Kes., Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSD MADANI PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
REFLEKSI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 56 Tahun
Alamat : Donggala
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pegawai Bank
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 11 April 2018
Tempat Pemeriksaan : RSD Madani

I. Deskripsi
Seorang pasien laki-laki dibawa kerumah sakit madani oleh keluarganya
dengan keluhan gelisah. Pasien mulai mengalami keluhan ini sejak akhir
Desember 2017. Pasien merasa tidak tenang karena sering mendengar suara
sehingga membuat pasien sering mondar-mandir tanpa tujuan. Pasien juga
sering mondar-mandir di kantor sehingga kehilangan konsentrasi untuk bekerja
Pasien mengaku merasa sulit tidur. Pasien juga kadang bicara sendiri dan
menyanyi-menyanyi sendiri. Pasien juga sering keluar malam untuk pergi
memancing bersama saudara sepupunya. Pasien juga sangat antusisa saat
membahas tentang masalah politik seperti membahas tentang kandidat-kandidat
calon legislatif.
Sebelumnya pasien sudah pernah melakukan kontrol di RS. Bala
Keselamatan Palu, lalu masuk pada tanggal 11 April 2018 ke RSD Madani palu.
II. Emosi Yang Terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien kooperatif sehingga perlu
digali lebih lanjut mengenai kehidupan pasien.
III. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien tidak menunjukkan rasa curiga kepada pemeriksa, serta dapat duduk
berdampingan dengan pemeriksa untuk diamati, meskipun pasien tidak
dapat menjawab pemeriksa dengan baik
b. Pengalaman Buruk
Tidak ada

IV. Analisis
Skizofrenia merupakan penyakit kronis. Sebagian kecil dari kehidupan
mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih
lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase memperlihatkan gambaran
penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri dan
aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat jelas yang jelas oleh orang lain.
Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang tidak dapat
dimengerti. Penampilan dan kebiasan mereka mengalami kemunduran serta
afek terlihat tumpul.
Kriteria diagnostik Menurut PPDGJ III yang merupakan pedoman
diagnostik untuk Skizofrenia :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau
-Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
-Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
-Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara).
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh.
d) Waham – waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus berulang.
e) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
f) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
g) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih.
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbedatitude), dan penarikan diri secara sosial.

Skizofrenia Tak Terinci


Pedoman Diagnostik
1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia

2. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,


atau katatonik
3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-
skizofrenia
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
2. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
3. Gunawan S, Setiabudy R, Nafrialdi, 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapetik. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai