Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Ambon 20 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manejemen Nyeri
B. Terapi Komplementer
C. Perkembangan Terapi Komplementer
D. Tujuan Terapi Komplementer
E. Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif
F. Jenis–Jenis Terapi Komplementer

BAB III PENUTUP


PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International
Association for Study of Plain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Respon nyeri sangat subyektif tergantung dari ambang nyeri dari setiap klien, koping klien,
pengalaman nyeri, ansietas, budaya dari klien serta dipengaruhi oleh gender dan usia. Oleh
karena itu, untuk mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan observasi respon dan perubahan
perilaku klien diantaranya menurut Zborowski (1969) ada lima kelompok umum respon klien
terhadap nyeri.

1. Motor responses (twisting, wriggling, movement of body or its parts, walking, jumping,
clencing teeth).
2. Vocal responses (moaning, groaning, crying, screaming).
3. Verbal responses (complaining, cursing, talking about plain, asking for help).
4. Social responses (withdrawl from people, changes in communication patterns, changes in
social manners or personal appearance)
5. The absence of manifest behavior (hiding of plain or suppressing external sign of pain).

FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu
pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya
yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
1. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus)
terbagi dalam dua komponen yaitu : a) Reseptor A delta yang merupakan serabut
komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri
tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. b) Serabut C yang
merupakan serabut komponen lambat (kecepatan 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah
yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
2. Struktur reseptor nyeri somantik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang,
pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur
reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi.
3. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor
ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetap sangat sensitif terhadap
penekanan, iskemia, inflamasi.

TIPE NYERI
Beberapa tipe nyeri antara lain :
1. Somatic pain
2. Neurophatic pain
3. Surgery Pain
4. Chemotherapeutik drugs
5. After rediation theraphy

TEORI PENGONTROLAN NYERI


Terdapat beberapa teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat
menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan
bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan
(Tamsuri, 2007).

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur
atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan
nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak
mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan
substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu,
terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat
melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan masukan yang dominan berasal dari
serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. 

Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung
klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsian sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri.
Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh
nyeri alami yang berasal dari tubuh.

Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P.


Tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endofrin
(Potter, 2005).
B. Rumusan Masalah
Nyeri  sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for
Study of Plain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit
yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien
dan ada juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud manejemen Nyeri.
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan terapi komplementer
3. Memahami Tekinik-Teknik Relaksasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menejemen Nyeri Sesorang pasien yang mengalami nyeri umumnya berharap kepada
perawat agar rasa nyeri yang sedang dialaminya dapat segera menghilang atau
berkurang,mereka membutuhkan keadaan terbebas dari nyeri pain relief. Tetapi bagi perawat
memenuhi permintaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah setiap orang memiliki
persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami
perbedaan inilah yang mendorang perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri hal yang sangat
mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat bahwa rasa
nyeri yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi kesediaan perawat untuk
terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan kompentensi untuk
terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain managemen
Rasa Nyeri telah diidentifikasi sebagai alasan utama seseorang mencari pertolongan kepada
petugas kesehatan dan mengkonsumsi obatan-obatan sebuah study komprefhensif yang
dilakukan oleh Donovan pada tahun 1995 Mengungkapkan bahwa banyak orang yang
mengalami nyeri selama beberapa tahun terakhir. Rasa nyeri tersebut antara lain; nyeri
kepala, nyeri punggung, dan nyeri sendi dengan frekuensi terbesar.

Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan, antara lain :

Stimulas kutaneus
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk menghilangkan
nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgetic ointments
c. Counteriritan, seperti plester hangat
d. Contralateral stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area
nyeri
Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain sehingga
kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan diantaranya dengan
cara :
a. Nafas dalam lambat dan berirama
b. Massage and slow, rhythmic breating
c. Rhythmic singing and tapping
d. Active listening
e. Guided imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan musik yang
lembut)

Anticipatory Guidance
Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara memberikan informasi yang
dapat mencegah terjadinya misinterpretasi dari kejadian yang dapat menimbulkan nyeri dan
membantu pemahaman apa yang diharapkan. Informasi yang diberikan kepada klien
diantaranya :
a. Penyebab nyeri
b. Proses terjadinya nyeri
c. Lama dan kualitas nyeri
d. Berat-ringannya nyeri
e. Lokasi nyeri
f. Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien
g. Metode yang digunakan perawat pada klien untuk mengurangi nyeri
h. Hal-hal yang diharapkan klien selama prosedur
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan,
antara lain :
a. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres.
b. Menurunkan nyeri
c. Menolong individu untuk melupakan nyeri
d. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
e. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
f. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

B. Terapi komplementer
Terapi komplementer merupakan metode  penyembuhan yang caranya  berbeda dari
pengobatan konvensional di dunia kedokteran yang mengandalkan obat kimia dan operasi,
yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada
terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti teknik sentuhan, masage
dan manajemen  stress. Terapi komplementer merupakan terapi tambahan bersamaan dengan
terapi utama dan berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala, meningkatkan
kualitas hidup, dan berkontribusi  terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung


pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis
yang konvensional.
Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional (WHO).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional-


alternatif atau sering disebut dengan CAM (Complementary Alternative Medicine) adalah
pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik. Artinya  Pengobatan komplementer adalah pengobatan tradisional yang
sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi
konvesional/medis. Sedangkan  pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak
dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang
menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.

C. Perkembangan Terapi Komplementer


Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer–alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh
40%  dari penduduk Indonesia.

D. Tujuan Terapi Komplementer


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem–sistem tubuh,
terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya
sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon
dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.

E.  Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif


Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
1. Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun
secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat
2. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
3. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisonal
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
hiperbarik.
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang
pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer – alternatif yang dapat
diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan
F. Jenis–Jenis Terapi Komplementer
1. Nutrisi (Nutritional Therapy);
2. Terapi herbal (Herbal Therapy);
3. Terapi psiko–somatik (Mind–Body Therapy)
4. Terapi spiritual berbasis doa (Spiritual Therapy Based on Prayer)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
- ManejemenNyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis
yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief
- nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat
terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
- Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar
pengobatan medis yang konvensional.
DAFTAR PUSTAKA

Widyatuti (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal keperawatan Indonesia,


volume 12, No . 1, Maret 2008.

Hidayat. A. Aziz Alimul & Uliyah. Musrifatul 2004. Buku Saku Praktikom kebutuhan dasar
manusia Jakarta. EGC.
TUGAS KEPERAWATAN MENJELANG AJAL & PALIATIF

NAMA : VELLDY SALASIWA

NPM : 12114201170124

KELAS : A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2020

Anda mungkin juga menyukai