ETIKA KRISTEN
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun laporan ini saya beri judul “Etik Kristen”.dalam penyusunan makalah ini
banyak kendala yang saya jumpai, namun dengan adanya bimbingan dari dosen
pembimbing serta guru program diklat etika kristen dan bantuan dari rekan saya, maka
proses penyusunan dan pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu .
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih yang mana di tujukan kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga memperlancar
penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga penulisan tugas Makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
Pendidikan Agama Kristen khususnya. Serta bagi semua pihak yang memerlukan tambahan
ilmu di dalam Penjelasan tentang “Etika Kristen”
PENYUSUN
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
D.Kesimpulan....................................................................................................
E.Saran..............................................................................................................
A.Latar belakang
Penulisan makalah ini agar mahasiswa Pendidikan Agama Kristen dapat memahami
dan menghayati pengertian Etika Kristen, melalui pemahaman dan penghayatan tersebut
diharapkan mahasiswa dapat berprilaku sesuai dengan norma-norma yang sesuai dengan
ajaran kristen.
Etika kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi yang khusus dalam hidup manusia
yakni petunjuk dan penuntun tentang bagaiman manusia pribadi dan kelompok harus
mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan kehendak dan Firman
Tuhan. Etika kristen adalah ilmu yang meneliti,menilai dan mengatur tabiat dan tingkah laku
manusia dengan memakai norma kehendak dan perintah Allah sebagaimana dinyatakan
dalam Yesus Kristus.
1. Rumusan masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini berkaitan tentang dengan Etika
Kristen bagian umum, antara lain : 1Pengertian Etika kristen (titik tolak etika kristen pernan hukum
dalam etika kristen), 2Yesus sebagai pusat Etika Kristen,3Ajaran Yesus Kristus dan hidup baru.
BAB II
PEMBAHASAN
Di atas telah dikemukakan bahwa etika Kristen berpusat pada diri dan karya Tuhan Yesus
Kristus. Mengapa demikian? Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan, Anak Allah yang datang ke dunia, mengorbankan diri -Nya di atas kayu salib,
menggantikan manusia menerima kutuk Allah, mati dan bangkit dari antara orang mati
mengalahkan kuasa dosa dan maut. Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia.
Dialah satu-satunya manusia yang dapat memenuhi semua tuntutan dari Allah yang telah
dinyatakan melalui firman-Nya. Maka semua nilai etik harus diukur dari pribadi dan karya
Kristus itu. Untuk itu, maka perlu dipahami arti dan makna karya Kristus itu, untuk mengerti
isi etika Kristen. Untuk itu, pertama-tama kita akan meninjau pandangan etika Kristen
tentang manusia.
Untuk dapat memahami arti dalam makna Karya Kristen, maka terlebih dahulu kita perlu
mengerti siapakah manusia menurut pandangan etika Kristen? Mengapa manusia? Oleh
karena manusia adalah subjek terhadap siapa Allah berhadap-hadapan dan yang menjadi
pelaku yang disebut etika. Ada baiknya sepintas lalu kita memahami manusia yang
disaksikan oleh Alkitab.
a. Manusia adalah mahkota ciptaan.
Dalam Kejadian pasal 1, khususnya ayat 27 dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia
menurut gambar Allah. Pernyataan bahwa manusia itu diciptakan menurut gambar Allah
(Ibrani: tselem) dan seperti rupa Allah (Ibrani: demut) maka ini mengandung arti ya). Bahwa
manusia adalah makhluk dan bukan Allah ng sangat luas.
1). Bahwa manusia adalah makhluk dan bukan Allah. Istilah gambar Allah, tidak menunjukkan
adanya kesamaan zat antara Allah dan manusia. Maka manusia harus patuh dan taat kepada
Allah.
3). Hubungan antara Allah dan manusia dan manusia dengan Allah itulah yang dinyatakan
dengan ungkapan gambar Allah. Hal itu mengandung dua makna, yaitu manusia diberi
tanggung jawab sehingga ia menjadi makhluk yang bertanggung jawab.
Gambar Allah mengandung pula arti bahwa manusia adalah pemegang mandat Allah di bumi.
Manusia adalah wakil Allah di bumi. Di sini kita melihat bahwa manusia hidup di dalam
persekutuan yang baik dengan Allah. Dalam arti itulah kita berbicara tentang etika. Yaitu
bahwa manusia dalam hubungannya dengan Allah dan dengan sesamanya manusia
memperlihatkan tingkah lakunya. Juga dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
makhluk-makhluk lainnya.
4). Gambar Allah juga mengungkapkan kebebasan memilih yang diberikan kepada manusia.
Manusia bebas untuk berbakti secara sukarela kepada Allah. Di sini juga arti kata etika
menjadi relevan. Manusia bebas memilih jalan hidupnya sesuai dengan kehendak hatinya.
Kepatuhan yang bebas itulah yang diminta Allah dari manusia. Bukan kepatuhan karena
paksaan.
Kejadian 3 menjelaskan kepada kita bahwa tanggung jawab dan kebebasan yang
diberikan Allah kepada manusia ternyata disalah gunakan. Manusia yang dibujuk oleh
Iblis memilih untuk lebih mendengar bujukan itu daripada mendengar firman Allah.
Memang dalam hal itu manusia tidak mengambil inisiatif untuk melanggar perintah Allah, la
dibujuk. Ia pasif, ia digoda dan disilaukan matanya. Tetapi ia menyatakan ya terhadap
bujukan itu. Sebab ia ingin menjadi sama seperti Allah. Ia ingin menyangkali hakikatnya
sebagai makhluk dan menyerah kalah kepada iblis. Daripada menjadi gambar Allah, manusia
lebih suka menjadi sama seperti Allah. Ia ingin memutuskan sendiri pada yang baik dan apa
yang jahat. Ia mencurigai Allah dan tidak percaya kepada Allah. Ia juga tidak percaya kepada
tujuan Allah menciptakan ia. Dengan kata lain manusia memberontak kepada Allah dan
ingin hidup di luar tujuan yang telah ditetapkan Allah sendiri. Ia ingin menciptakan
kebenarannya sendiri.
Dosa menyebabkan manusia kehilangan gambar Allah. Artinya manusia putus hubungan
dengan Allah. Manusia tidak dapat menolong dirinya sendiri. Sebab itu, Allah sendiri, oleh
karena kasih-Nya, datang menebus manusia dari kuasa dosa. Hal ini dilakukan Allah melalui
dan di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus disebut gambar Allah (II Korintus 4:4; Kol. 1:15)
dan barang siapa percaya kepada-Nya ia ciptakan kembali menjadi gambar Allah (I Korintus
15:49; II Korintus 3:18; Kolose 3:10). Pemulihan manusia dalam Yesus Kristus itulah yang kita
sebut penciptaan baru. Dan itu terjadi bukan dengan usaha manusia melainkan anugerah
Allah, kasih Allah (Yohanes 3:16). Hanya oleh karya penebusan Allah melalui pengorbanan
Yesus Kristus di kayu salib, manusia tidak lagi dikuasai dosa. Apakah arti penebusan itu
dalam etika Kristus?
Konsep kekudusan dalam etika Kristus tidak dapat dilepaskan dari pengorbanan Yesus
Kristus. Kehidupan Yesus Kristus dibaktikan kepada Allah tanpa cacat cela dan oleh sebab itu
Ia dapat disebut sebagai personifikasi kekudusan. Di Golgota la mempersembahkan korban
kudus hidup-Nya untuk mendamaikan orang-orang yang berdosa dan najis dengan Allah,
yaitu melalui pertumpahan darah-Nya. Kekudusan sama sekali tidak merupakan hasil karya
orang-orang yang beritikad baik, melainkan hadiah yang dilimpahkan oleh Allah dalam Yesus
Kristus kepada manusia. Maka kekudusan itu tidak dipahami dalam arti kekudusan pribadi
melainkan kekudusan dalam arti persekutuan orang-orang percaya. Dalam persekutuan itu
setiap orang mengambil bagian melalui pergaulan mempraktekkan hidup yang telah
diteladankan dan diajarkan oleh Yesus Kristus.
Jadi kekudusan itu tidak melekat pada diri manusia melainkan pada Allah. Kekudusan orang
percaya, dengan demikian, hanya dapat dipahami dan dan dialami dalam persekutuan
dengan Allah sendiri . Orang yang percaya kepada-Nya diperhitungkan sebagai kudus kalau
ia hidup taat dan setia kepada-Nya melalui seluruh hidupnya.
c. Kesempurnaan. Selain kekudusan, dalam etika Kristen diyakini pula bahwa pengorbanan
Yesus Kristus juga memberi kesempurnaan (Latin: perfectio). Perbedaan kekudusan dan
kesempurnaan dijelaskan sebagai berikut. Kekudusan mengar.dung arti negatif yaitu
terpisah dari atau lepas dari dosa atau kenajisan. Sedangkan kesempurnaannya
mengandung arti positif yang berati tidak ada lagi dosa. Jadi sempurna berarti baik
seutuhnya atau baik seluruhnya. Dalam etika Kristen diyakini bahwa hanya Allah yang
sempurna. Namun Yesus Kristus dalam pengorbanannya juga membawa dampak
penyempurnaan bagi hidup manusia. Ia mengajarkan: "haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapakmu yang di surga adalah sempurna" (Matius 5:48). Kesempurnaan itu tentu
saja juga pemberian Allah. Manusia dianggap sempurna apabila ia sungguh-sungguh dengan
segenap hati, jiwa dan seluruh hidupnya kepada Allah (Baca Roma 12:1). Kesempurnaan itu,
sama seperti kekudusan, hanya dapat dipahami dalam hubungan dengan Allah atau dalam
persekutuan dengan Allah (Kolose 3:14). Manusia tidak mungkin dapat mengusahakan
sendiri kesempurnaannya. Ia dianggap sempurna oleh Allah dengan menyerahkan hidup
seutuhnya kepada Allah dan dinyatakan melalui hidupnya setiap saat. Penyempurnaan itu
bukanlah hasil karya manusia melainkan karunia Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus
dan yang dikerjakan dalam hidup manusia oleh Roh Kudus.
Jelaslah kiranya landasan etika Kristen dalam diri Yesus Kristus yaitu melalui
pengorbanan diri-Nya di atas kayu salib. Sekarang menjadi pertanyaan, bagaimanakah
hal itu dilakukan dalam praktek kehidupan kesusilaan? Pekerjaan Allah menuntut respon
atau tanggapan manusia. Tanggapan itu dinyatakan dalam iman. Dan iman itu
diwujudkan dalam bentuk penyerahan diri kepada Allah dan buah penyerahan itu adalah
hidup sesuai dengan teldn.
Ajaran Yesus Kristus tidak berdiri sendiri. Ajaran-ajarannya sejalan dengan karya dan
pengorbanan-Nya sebagaimana telah dikemukakan di atas. Juga sejalan dengan teladan
yang la berikan melalui hidup-Nya yaitu cinta kasih dan keadilan. Di atas salib, cinta dan
keadilan Allah bertemu. Di sana la menyatakan kasih-Nya yang tak terbatas kepada manusia
dan sekaligus. la juga menyatakan keadilan-Nya dengan melaksanakan hukuman terhadap
manusia berdosa, dan itu diletakkan di atas pundak Kristus. Dalam seluruh hidup-Nya, Yesus
mempraktekkan apa yang la lakukan di atas salib. Mengasihi sesama manusia dan
menegakkan keadilan di antara manusia. Dan apa yang dilakukan-Nya, diajarkan-Nya juga
supaya orang yang percaya kepada-Nya hidup dari rahmat Allah, yang secara sempurna
telah terjelma dalam diri-Nya.
Berikut ini akan dibahas tiga Inti ajaran Yesus, tapi yang merangkum juga kelembutan,
kemurahan hati, damai dan sejahtera dan ajaran-ajaran lainnya. Hal-hal yang disebutkan
belakangan itu dapat juga disebut sebagai bagian dari ketiga ajaran inti Yesus itu.
1. Kaidah Emas (golden Rule). Ada dua rumusan kaidah emas. Yang negatif berbunyi : "Apa
yang kamu tidak kehendaki orang berbuat kepadamu, janganlah kamu perbuat kepada
orang-orang lain". Rumusan negatif ini diajarkan oleh hampir semua agama: Khususnya
Yudaisme, Hinduisme, Bhudisme, Konfusionisme dan Iain-lain. Tetapi ajaran Yesus
dirumuskan-Nya dalam kalimat positif: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka" (Matius 7:12; Lukas 6:31).
Rumusan positif ini memberi makna yang lebih luas daripada rumusan negatif. Dalam
rumusan negatif hanya ada tuntutan minimum etis dalam masyarakat. Sedangkan rumusan
Yesus mengandung maksimum etis. Rumusan itu mencakup norma hubungan antara
individu maupun antarkelompok, antar suku, antar ras, antar-golongan dan seterusnya.
Maka kaidah emas itu tidak hanya diperlakukan dalam hubungan pribadi tapi dalam seluruh
hubungan manusia: ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Kaidah emas itu mendasarkan
aktivitas orang Kristen dalam setiap situasi yakni sebagai aktivitas kasih dan keadilan.
Oleh sebab itu, pertama-pertama kita selidiki apa yang dimaksudkan dengan itu
diterangkan di dalm sejarah gereja.
D.kesimpulan
Sebagai seorang mahasiswa kristen, perlu disadari bahwa perilaku dan segala tindak
tidakan terlepas dari pengamatan orang lain. Untuk itu, mahasiswa harus dapat
memberikan contoh yang baik atau panutan. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi
“garam” atau “pelita” bagi masyarakat disekitarnya.
Menjadi garam artinya seorang mahasiswa dapat membuat kehidupan sosial
masyarakat menjadi damai dan sejahtera atau dengan kata lain dapat memberikan
cita rasa yang lebih baik. Menjadi pelita artinya sebagai seorang mahasiswa dapat
memberikan contoh atau menjadi terang sehingga dapat menjadi panutan bagi
orang lain agar tidak tersandung dalam permasalahan-permasalahan yang akan
merugikan diri sendiri atau orang lain.
Menjadi terang ataupun garam tersebut perlu didasari oleh ajaran kristen, yaitu
melakukan perbuatan untuk menjadi contoh yang baik bagi orang lain dengan
didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.
E.SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih ada kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Saya dan rekan kami banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
rekan mahasiswa PAK pada khususnya juga para pembaca yang pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/211191495/Rangkuman-Etika--Kristen
http://kuartwarpth.blogspot.com/2017/10/makalah-etikna-kristen-dr-j-
verkuly.html?m=1