Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA KRISTEN

NAMA : BRAYEN SAMUDRA MARANTIKA


NIM : P2012006
PRODI : SI KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan  puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun laporan ini saya beri judul “Etik Kristen”.dalam penyusunan makalah ini
banyak kendala yang saya jumpai, namun dengan adanya bimbingan dari dosen
pembimbing serta guru program diklat etika kristen dan bantuan dari rekan saya, maka
proses penyusunan dan pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu .

Pada kesempatan ini saya  mengucapkan banyak terima kasih yang mana di tujukan kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga memperlancar
penyusunan makalah ini.

Harapan kami semoga penulisan tugas Makalah ini dapat  bermanfaat bagi rekan-rekan
Pendidikan Agama Kristen khususnya. Serta bagi semua pihak yang memerlukan tambahan
ilmu di dalam Penjelasan tentang “Etika Kristen”

PENYUSUN

BRAYEN SAMUDRA MARANTIKA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................

A.    Pengertian Etika Kristen..........................................................................

B.     Yesus Kristus Sebagai pusat Etika Kristen..............................................

1.      Pandangan Etika Kristen tentang Manusia........................................

2.      Pandangan etika Kristen tentang penebusan melalui karya Kristus...

C.     Ajaran Yesus Kristus dan Hidup Baru....................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................

D.Kesimpulan....................................................................................................

E.Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA I......................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
          Penulisan makalah ini agar mahasiswa Pendidikan Agama Kristen dapat memahami
dan menghayati pengertian Etika Kristen, melalui pemahaman dan penghayatan tersebut
diharapkan mahasiswa dapat berprilaku sesuai dengan norma-norma yang sesuai dengan
ajaran kristen.

Etika kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi yang khusus dalam hidup manusia
yakni petunjuk dan penuntun tentang bagaiman manusia pribadi dan kelompok harus
mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan kehendak dan Firman
Tuhan. Etika kristen adalah ilmu yang meneliti,menilai dan mengatur tabiat dan tingkah laku
manusia dengan memakai norma kehendak dan perintah Allah sebagaimana dinyatakan
dalam Yesus Kristus.

1. Rumusan masalah

            Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini berkaitan tentang dengan Etika
Kristen bagian umum, antara lain : 1Pengertian Etika kristen (titik tolak etika kristen pernan hukum
dalam etika kristen), 2Yesus sebagai pusat Etika Kristen,3Ajaran Yesus Kristus dan hidup baru.
BAB II
PEMBAHASAN

B.Pengertian Etika Kristen


          Etika Kristen berpangkalkan kepercayaan kepada Allah, yang menyatakan diri di dalam Yesus
Kristus. Allah Bapa menyatakan diri di dalam Yesus Kristus sebagai Pencipta langit dan bumi, yang
menciptakan dunia dan segala yang ada di dalamnya, yang menciptakan manusia menurut gambar
dan rupaNya, yang melaksanakan rencanaNya mengenai dunia dan manusia, “dengan tangan yang
terkekang”. Titik pangkal inilah yang bersifat menentukan bagi Etika Kristen.

         

C.Yesus Kristus sebagai Pusat Etika Kristen

       Di atas telah dikemukakan bahwa etika Kristen berpusat pada diri dan karya Tuhan Yesus
Kristus. Mengapa demikian? Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan, Anak Allah yang datang ke dunia, mengorbankan diri -Nya di atas kayu salib,
menggantikan manusia menerima kutuk Allah, mati dan bangkit dari antara orang mati
mengalahkan kuasa dosa dan maut. Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia.
Dialah satu-satunya manusia yang dapat memenuhi semua tuntutan dari Allah yang telah
dinyatakan melalui firman-Nya. Maka semua nilai etik harus diukur dari pribadi dan karya
Kristus itu. Untuk itu, maka perlu dipahami arti dan makna karya Kristus itu, untuk mengerti
isi etika Kristen. Untuk itu, pertama-tama kita akan meninjau pandangan etika Kristen
tentang manusia.

1.   Pandangan Etika Kristen tentang Manusia

Untuk dapat memahami arti dalam makna Karya Kristen, maka terlebih dahulu kita perlu
mengerti siapakah manusia menurut pandangan etika Kristen? Mengapa manusia? Oleh
karena manusia adalah subjek terhadap siapa Allah berhadap-hadapan dan yang menjadi
pelaku yang disebut etika. Ada baiknya sepintas lalu kita memahami manusia yang
disaksikan oleh Alkitab.
a.       Manusia adalah mahkota ciptaan.

Dalam Kejadian pasal 1, khususnya ayat 27 dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia
menurut gambar Allah. Pernyataan bahwa manusia itu diciptakan menurut gambar Allah
(Ibrani: tselem) dan seperti rupa Allah (Ibrani: demut) maka ini mengandung arti ya). Bahwa
manusia adalah makhluk dan bukan Allah ng sangat luas.

1). Bahwa manusia adalah makhluk dan bukan Allah. Istilah gambar Allah, tidak menunjukkan
adanya kesamaan zat antara Allah dan manusia. Maka manusia harus patuh dan taat kepada
Allah.

2). Walaupun ia makhluk, manusia diciptakan sebagai makhluk berjiwa-raga (somatis-psikis).


Allah membentuk manusia dari tanah (Ibrani: adamah) tetapi kepadanya dihembuskan Roh
dari Allah memberinya nafas kehidupan (nismat hajjim). Di sini tercermin adanya hubungan
yang khusus antara Allah dan manusia.

3). Hubungan antara Allah dan manusia dan manusia dengan Allah itulah yang dinyatakan
dengan ungkapan gambar Allah. Hal itu mengandung dua makna, yaitu manusia diberi
tanggung jawab sehingga ia menjadi makhluk yang bertanggung jawab.

      Gambar Allah mengandung pula arti bahwa manusia adalah pemegang mandat Allah di bumi.
Manusia adalah wakil Allah di bumi. Di sini kita melihat bahwa manusia hidup di dalam
persekutuan yang baik dengan Allah. Dalam arti itulah kita berbicara tentang etika. Yaitu
bahwa manusia dalam hubungannya dengan Allah dan dengan sesamanya manusia
memperlihatkan tingkah lakunya. Juga dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
makhluk-makhluk lainnya.

4). Gambar Allah juga mengungkapkan kebebasan memilih yang diberikan kepada manusia.
Manusia bebas untuk berbakti secara sukarela kepada Allah. Di sini juga arti kata etika
menjadi relevan. Manusia bebas memilih jalan hidupnya sesuai dengan kehendak hatinya.
Kepatuhan yang bebas itulah yang diminta Allah dari manusia. Bukan kepatuhan karena
paksaan.

                  b.  Manusia sebagai makhluk berdosa

        Kejadian 3 menjelaskan kepada kita bahwa tanggung jawab dan kebebasan yang
diberikan Allah kepada manusia ternyata disalah gunakan. Manusia yang dibujuk oleh
Iblis memilih untuk lebih mendengar bujukan itu daripada mendengar firman Allah.
Memang dalam hal itu manusia tidak mengambil inisiatif untuk melanggar perintah Allah, la
dibujuk. Ia pasif, ia digoda dan disilaukan matanya. Tetapi ia menyatakan ya terhadap
bujukan itu. Sebab ia ingin menjadi sama seperti Allah. Ia ingin menyangkali hakikatnya
sebagai makhluk dan menyerah kalah kepada iblis. Daripada menjadi gambar Allah, manusia
lebih suka menjadi sama seperti Allah. Ia ingin memutuskan sendiri pada yang baik dan apa
yang jahat. Ia mencurigai Allah dan tidak percaya kepada Allah. Ia juga tidak percaya kepada
tujuan Allah menciptakan ia. Dengan kata lain manusia memberontak kepada Allah dan
ingin hidup di luar tujuan yang telah ditetapkan Allah sendiri. Ia ingin menciptakan
kebenarannya sendiri.

       Dosa dalam bahasa Ibrani disebut chet atau chatta. Dalam bahasa Yunani


disebut Amartia. Amartia berarti luncas (luput, tidak mengenai sasaran, menyeleweng dari
tujuan). Benar, manusia menyeleweng dari tujuan ia diciptakan Allah. Di dalam keadaannya
yang berdosa itu manusia tidak hanya dikuasai oleh dosa tapi juga oleh maut. Manusia tidak
hanya mengalami kehancuran moral (Yunani: asebeia), ia juga mengalami ketiadaan hukum
(anomia). Itulah ungkapan situasi manusia yang berdosa. Ia tidak hanya kehilangan
kebenaran Allah, ia pun memutar balikkan kebenaran menjadi kefasikan, menindas
kebenaran menjadi kelaliman (Roma 2:18 - 32; 3;9 - 19). Dalam situasi itu manusia tidak
dapat melepaskan dirinya sendiri. Semakin ia berusaha, semakin ia terjerumus ke dalam
dosa.

2.   Pandangan etika Kristen tentang penebusan melalui karya Kristus

       Dosa menyebabkan manusia kehilangan gambar Allah. Artinya manusia putus hubungan
dengan Allah. Manusia tidak dapat menolong dirinya sendiri. Sebab itu, Allah sendiri, oleh
karena kasih-Nya, datang menebus manusia dari kuasa dosa. Hal ini dilakukan Allah melalui
dan di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus disebut gambar Allah (II Korintus 4:4; Kol. 1:15)
dan barang siapa percaya kepada-Nya ia ciptakan kembali menjadi gambar Allah (I Korintus
15:49; II Korintus 3:18; Kolose 3:10). Pemulihan manusia dalam Yesus Kristus itulah yang kita
sebut penciptaan baru. Dan itu terjadi bukan dengan usaha manusia melainkan anugerah
Allah, kasih Allah (Yohanes 3:16). Hanya oleh karya penebusan Allah melalui pengorbanan
Yesus Kristus di kayu salib, manusia tidak lagi dikuasai dosa. Apakah arti penebusan itu
dalam etika Kristus?

a.       Pembenaran. Melalui pengorbanan Yesus Kristus, manusia dibenarkan di hadapan Allah.


Pembenaran itu berhubungan dengan iman. Maka arti pembenaran tidak bisa dipisahkan
dengan iman. Manusia dianggap benar kalau ia percaya pada kasih Allah yang
menyelamatkan (Latin: Justificatio sola fide). Melalui pengorbanan Kristus, Allah
membenarkah orang durhaka (Roma 4:5) dan pembenaran itu diperhitungkan karena iman
kepada anugerah Allah itu. Baca seterusnya Roma 3 : 21-30). Proses pembenaran itu, tidak
hanya nyata melalui salib, tetapi juga telah nyata dalam pekerjaan Kristus ketika ia masih
hidup la mengampuni dosa orang yang percaya kepada-Nya (lihat misalnya Lewi, Lukas 5 :
27-32; Zakheus, Lukas 19:1-8; dan perempuan berzinah, Yohanes 8 : 1-11). Banyak contoh
lain dalam Perjanjian Baru yang mengungkapkan pekerjaan Kristus yang membaharui hidup
orang yang percaya kepada-Nya dengan pengampunan dosa. "Imanmu menyelamatkan
engkau". "Imanmu menyembuhkan engkau" dan sebagainya. Maka pembenaran itu
pertama-tama adalah anugerah Allah (sola gratia, Roma 1 : 16-17; Epesus 2:8; Filipi 2.: 12-
13) melalui iman kepada Yesus Kristus (sola fide).

b.      Pengudusan. Pengorbanan Kristus, tidak hanya membuat orang beriman dibenarkan atau


dianggap benar, tetapi juga dikuduskan (Latin: sanctificatio). Pengudusan tidak dipisahkan
dari pembenaran. Di dalam pembenaran Tuhan mengubah kedudukan hukum manusia.
Keadilan Allah menuntut bahwa manusia berdosa harus dihukum mati (Kejadian 3:19),
namun oleh kasih-Nya yang nyata dalam Kristus, Hukum itu telah ditimpakan kepada
Kristus, supaya orang berdosa dibenarkan (Roma 5) yang sekaligus mengundang
pengudusan (I Korintus 1:30). Sama seperti pembenaran yang berarti dianggap benar karena
percaya kepada Yesus Kristus, demikian pula kesucian berarti kita dianggap suci atau kudus
karena iman kita kepada pengudusan Kristus. Yesus sendiri mengatakan kepada murid-
murid-Nya bahwa kamu memang telah bersih (suci, kudus) karena Firman yang telah
kukatakan kepadamu (Yohanes 15:3), tetapi pengudusan itu sendiri terjadi melalui
pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Darah Kristus yang dicurahkan adalah simbol dan
materi dari kekudusan orang percaya (I Petrus 1 : 18-23). Pengudusan yang dilakukan Kristus
di atas salib, diteruskan oleh Roh kudus yang bekerja dalam hati manusia untuk terus
membaharui dan menguduskan orang percaya. Maka sama seperti kebenaran itu dapat
diusahakan sendiri oleh manusia, demikianlah pengudusan itu merupakan anugerah Allah.
Manusia pada hakikatnya ce'mar dan berdosa, tetapi dikuduskan oleh Allah karena karya
Kristus dan melalui pekerjaan Roh Kudus.

Konsep kekudusan dalam etika Kristus tidak dapat dilepaskan dari pengorbanan Yesus
Kristus. Kehidupan Yesus Kristus dibaktikan kepada Allah tanpa cacat cela dan oleh sebab itu
Ia dapat disebut sebagai personifikasi kekudusan. Di Golgota la mempersembahkan korban
kudus hidup-Nya untuk mendamaikan orang-orang yang berdosa dan najis dengan Allah,
yaitu melalui pertumpahan darah-Nya. Kekudusan sama sekali tidak merupakan hasil karya
orang-orang yang beritikad baik, melainkan hadiah yang dilimpahkan oleh Allah dalam Yesus
Kristus kepada manusia. Maka kekudusan itu tidak dipahami dalam arti kekudusan pribadi
melainkan kekudusan dalam arti persekutuan orang-orang percaya. Dalam persekutuan itu
setiap orang mengambil bagian melalui pergaulan mempraktekkan hidup yang telah
diteladankan dan diajarkan oleh Yesus Kristus.

Jadi kekudusan itu tidak melekat pada diri manusia melainkan pada Allah. Kekudusan orang
percaya, dengan demikian, hanya dapat dipahami dan dan dialami dalam persekutuan
dengan Allah sendiri . Orang yang percaya kepada-Nya diperhitungkan sebagai kudus kalau
ia hidup taat dan setia kepada-Nya melalui seluruh hidupnya.
c.       Kesempurnaan. Selain kekudusan, dalam etika Kristen diyakini pula bahwa pengorbanan
Yesus Kristus juga memberi kesempurnaan (Latin: perfectio). Perbedaan kekudusan dan
kesempurnaan dijelaskan sebagai berikut. Kekudusan mengar.dung arti negatif yaitu
terpisah dari atau lepas dari dosa atau kenajisan. Sedangkan kesempurnaannya
mengandung arti positif yang berati tidak ada lagi dosa. Jadi sempurna berarti baik
seutuhnya atau baik seluruhnya. Dalam etika Kristen diyakini bahwa hanya Allah yang
sempurna. Namun Yesus Kristus dalam pengorbanannya juga membawa dampak
penyempurnaan bagi hidup manusia. Ia mengajarkan: "haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapakmu yang di surga adalah sempurna" (Matius 5:48). Kesempurnaan itu tentu
saja juga pemberian Allah. Manusia dianggap sempurna apabila ia sungguh-sungguh dengan
segenap hati, jiwa dan seluruh hidupnya kepada Allah (Baca Roma 12:1). Kesempurnaan itu,
sama seperti kekudusan, hanya dapat dipahami dalam hubungan dengan Allah atau dalam
persekutuan dengan Allah (Kolose 3:14). Manusia tidak mungkin dapat mengusahakan
sendiri kesempurnaannya. Ia dianggap sempurna oleh Allah dengan menyerahkan hidup
seutuhnya kepada Allah dan dinyatakan melalui hidupnya setiap saat. Penyempurnaan itu
bukanlah hasil karya manusia melainkan karunia Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus
dan yang dikerjakan dalam hidup manusia oleh Roh Kudus.

Jelaslah kiranya landasan etika Kristen dalam diri Yesus Kristus yaitu melalui
pengorbanan diri-Nya di atas kayu salib. Sekarang menjadi pertanyaan, bagaimanakah
hal itu dilakukan dalam praktek kehidupan kesusilaan? Pekerjaan Allah menuntut respon
atau tanggapan manusia. Tanggapan itu dinyatakan dalam iman. Dan iman itu
diwujudkan dalam bentuk penyerahan diri kepada Allah dan buah penyerahan itu adalah
hidup sesuai dengan teldn.

C.Ajaran Yesus Kristus dan Hidup Baru

            Ajaran Yesus Kristus tidak berdiri sendiri. Ajaran-ajarannya sejalan dengan karya dan
pengorbanan-Nya sebagaimana telah dikemukakan di atas. Juga sejalan dengan teladan
yang la berikan melalui hidup-Nya yaitu cinta kasih dan keadilan. Di atas salib, cinta dan
keadilan Allah bertemu. Di sana la menyatakan kasih-Nya yang tak terbatas kepada manusia
dan sekaligus. la juga menyatakan keadilan-Nya dengan melaksanakan hukuman terhadap
manusia berdosa, dan itu diletakkan di atas pundak Kristus. Dalam seluruh hidup-Nya, Yesus
mempraktekkan apa yang la lakukan di atas salib. Mengasihi sesama manusia dan
menegakkan keadilan di antara manusia. Dan apa yang dilakukan-Nya, diajarkan-Nya juga
supaya orang yang percaya kepada-Nya hidup dari rahmat Allah, yang secara sempurna
telah terjelma dalam diri-Nya.
            Berikut ini akan dibahas tiga Inti ajaran Yesus, tapi yang merangkum juga kelembutan,
kemurahan hati, damai dan sejahtera dan ajaran-ajaran lainnya. Hal-hal yang disebutkan
belakangan itu dapat juga disebut sebagai bagian dari ketiga ajaran inti Yesus itu.

1.      Kaidah Emas (golden Rule). Ada dua rumusan kaidah emas. Yang negatif berbunyi : "Apa
yang kamu tidak kehendaki orang berbuat kepadamu, janganlah kamu perbuat kepada
orang-orang lain". Rumusan negatif ini diajarkan oleh hampir semua agama: Khususnya
Yudaisme, Hinduisme, Bhudisme, Konfusionisme dan Iain-lain. Tetapi ajaran Yesus
dirumuskan-Nya dalam kalimat positif: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka" (Matius 7:12; Lukas 6:31).
Rumusan positif ini memberi makna yang lebih luas daripada rumusan negatif. Dalam
rumusan negatif hanya ada tuntutan minimum etis dalam masyarakat. Sedangkan rumusan
Yesus mengandung maksimum etis. Rumusan itu mencakup norma hubungan antara
individu maupun antarkelompok, antar suku, antar ras, antar-golongan dan seterusnya.
Maka kaidah emas itu tidak hanya diperlakukan dalam hubungan pribadi tapi dalam seluruh
hubungan manusia: ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Kaidah emas itu mendasarkan
aktivitas orang Kristen dalam setiap situasi yakni sebagai aktivitas kasih dan keadilan.

2.      Keadilan. Keadilan (Yunani: Dikaisune, Latin: iustitia) juga merupakan asas etika yang


terdapat dalam hampir semua agama dan bahkan filsafat. Tetapi keadilan yang diajarkan
Yesus (dikaisune) mempunyai arti yang universal dan tidak pertama-tama ditujukan pada
diri sendiri tapi pada orang lain, khususnya kaum tertindas. Sebab itu keadilan yang
diajarkan Yesus tidak dapat dilepaskan dari aspek kebenaran (Baca misalnya Matius 5:6,10;
6:33). Di situ keadilan Kerajaan Allah berarti pemberlakuan kebenaran, khususnya kepada
kaum tertindas. Dalam seluruh hidupnya, kelompok inilah yang paling diperhatikan Yesus
(Lukas 4, Matius 25 dan Iain-lain). Keadilan yang diajarkan Yesus dirumuskan sebagai
keadilan yang memulihkan hukum yakni keadilan yang bersifat menolong, menyelamatkan
dan memberi pembaharuan.

3.      Kasih. (Yunani: Agape, Latin: caritas). Kasih yang diajarkan Yesus adalah kasih yang tidak


terbatas (Matius 5:43-46) yang meliputi baik kawan, maupun lawan. Kasih agape itu, adalah
kasih Allah yang mengampuni dan menerima kembali. Kasih yang tidak memilih bulu dan
tidak pamrih. Seperti Allah mengasihi manusia berdosa, demikianlah kasih itu dilakukan
tanpa pamrih, tanpa menuntut balas atau tanpa terbatas pada kalangan sendiri (keluarga,
teman dan golongan). Kasih yang diajarkan Yesus adalah kasih kepada Allah dan kepada
sesama manusia (Matius 22:37 - 40) tanpa syarat-syarat tertentu. Kasih merupakan
pengejawantahan dari hidup yang telah ditebus Allah. Kasih, merupakan penggenapan dari
kaidah emas dan prinsip keadilan yang memulihkan hukum yang diajarkan Yesus. (Baca I
Korintus 13:13).
Apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus telah terwujudkan melalui hidup dan pengorbanan-Nya. la
mengajarkan-Nya supaya menjadi panduan hidup orang percaya dan manusia pada umumnya,
dalam suatu pola hidup baru, hidup yang telah ditebus, dibaharui, dikuduskan dan bahkan
disempurnakan melalui pengorbanan-Nya itu. Dengan melakukan ajaran itu, maka orang
percaya dipandu hidup dalam persekutuan dengan Allah yang telah menebusnya dari pengaruh
dan kuasa dosa. Ajaran Yesus itu tidaklah berdiri sendiri. la menjadi bagian yang tidak dipisahkan
dari anugerah pengampunan-Nya.
  Di dalam sejarah Etika Kristen, hidup baru itu sering dirumuskan dengan “Mengikuti
Kristus”. Perumusan ini sangat penting. Karna dua macam sebab:
1.      Karna di dalam perumusan ini hubungan yang erat antara hidup baru dan Yesus Kristus
kelihatan sangat jelas.  Di dalam berbagai perumusan tentang hidup baru dan taurat. Di
dalam perumusan “mengikuti Krristus” diterangkan hubungan antara Yesus dan hidup
baru. “Dialah Pokok anggur dan kita ranting-rantingnya (Yohanes 15:1-8).

2.      Karna pengertian “mengikuti Kristus” jelas menerangkan beberapa konsekwensi hdiup


baru, yang tidak terdapat pada istilah-istilah dan perumusan-perumusan lainnya.
Perumusan ini juga menerangkan adanya suatu macam situasi persengketaan antara
hidup baru dan dunia, persengketaan yang  membawa, kesengsaraan. Barangsiapa
mengikuti Kristus, maka yang diikuti ialah Dia yang dibuang dan disalibkan oleh dunia.
Tetapi hanya sedikit perumusan tentang hidup baru itu di sepanjang sejarah begitu
sering disalahgunakan seperti perumusan ini.

Oleh sebab itu, pertama-pertama kita selidiki apa yang dimaksudkan dengan itu
diterangkan di dalm sejarah gereja.

a.       Apakah maksud “mengikuti Kristus” menurut Alkitab ?


1.      Menurut Perjanjian Lama. Istilah “mengikuti” sudah sering terdapat dalam kitab.
Perjanjian Lama. Paling jelas dalam pergumulan antara nabi Elia dan nabi-nabi Baal di bukit
Karmel (1 Raja-Raja 18:20-46). Di situ bangsa  Israel disuruh memilih: “ Berapa lama lagi
kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau
Baal, ikutilah dia.
2.       Menurut injil-injil. Di dalam kitab Perjanjian Baru ucapan-ucapan semacam itu dapat kita
dengar dari mulut Tuhan Yesus. Tuhan yang esa dan yang sesungguhnya menyatakan diri di
dalm Yesus. Dalam Yesus, Tuahn ada di tengah-tengah kita. Ia tinggal di antara kita. Dan
tiap-kali kita lihat, bahwa Yesus memanggil orang-orang supaya mengikuti Dia.
“Ikuti aku”, itulah panggilan yang dipakai oleh Yesus untuk mengumpulkan murid-muridnya.
Panggilan itu tidak berarti, bahwa Yesus meminta muridnya-muridnya supaya mereka
meniru-meniru Dia, tetapi supaya mereka menyerahkan diri kepadaNya dan berjalan di jalan
yang di-tempuhNya.
Keterangan yang paling jelas tentang apa yang dimaksudkan dengan “Mengikuti Kristus”
terdapat dalam Injil Markus 8:34 dan 35 “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus
menyangkalkan dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku. Karna barang siapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan
nyawanya karna Aku dan karna Injil ia akan menyelamatkan.
Janji yang diberikan kepada kita bila mengikuti Yesus: keselamatan, pertolongan.
Barangsiapa “kehilangan” dirinya sendiri, jadi di dalam Kristus, maka dialah yang mendapat
hidup yang sesungguhnya. Apakah yang di tuntut dari kita bila mengikuti Kristus?
Menyangkal diri dan mengangkat salib  di belakang Yesus.

Menyangkal diri adalah lawan mempertahankan diri. Mempertahankan diri berarti:


menjawab “ya” terhadap atau berbuat menurut tabiat-tabiat kita yang jahat, berbuat
menurut nafsu dan cacat. Menyangkal diri berarti: menjawab “tidak” terhadap nafsu, cacat,
dan dosa-dosa kita dan menjawab “ya” terhadap Yesus, kehendakNya, kerajaannya. Adapun
istilah “mengangkat salib” itu sama dengan istilah “menyangkal diri”. Pada zaman Yesus
hidup di dunia, apabila tampak orang memikul salib, maka tahulah setiap orang: “orang itu
dihukum mati. Akan binasalah ia. Ia mengangkat (memikul) tanda hukum di atas bahunya”.
Menanggung salib berarti, menerima hukuman dari Tuhan atas tabiat kita yang lama,
berarti: mengakui dengan perkataan dan perbuatan, bahwa sudah sepantasnya tabiat kita
yang lama menerima upah hukuman amti yang telah ditanggun oleh Yesus. Itu juga:
mengikuti Yesus dan berdoa.
BAB III
PENUTUP

D.kesimpulan

Sebagai seorang mahasiswa kristen, perlu disadari bahwa perilaku dan segala tindak
tidakan terlepas dari pengamatan orang lain. Untuk itu, mahasiswa harus dapat
memberikan contoh yang baik atau panutan. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi
“garam” atau “pelita” bagi masyarakat disekitarnya.
Menjadi garam artinya seorang mahasiswa dapat membuat kehidupan sosial
masyarakat menjadi damai dan sejahtera atau dengan kata lain dapat memberikan
cita rasa yang lebih baik. Menjadi pelita artinya sebagai seorang mahasiswa dapat
memberikan contoh atau menjadi terang sehingga dapat menjadi panutan bagi
orang lain agar tidak tersandung dalam permasalahan-permasalahan yang akan
merugikan diri sendiri atau orang lain.
Menjadi terang ataupun garam tersebut perlu didasari oleh ajaran kristen, yaitu
melakukan perbuatan untuk menjadi contoh yang baik bagi orang lain dengan
didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.

E.SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih ada kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Saya dan rekan kami banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
rekan mahasiswa PAK pada khususnya juga para pembaca yang pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/211191495/Rangkuman-Etika--Kristen
http://kuartwarpth.blogspot.com/2017/10/makalah-etikna-kristen-dr-j-
verkuly.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai