Anda di halaman 1dari 57

Pengertian nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan

Fisiologi nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada
kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-
beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya
mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua
komponen yaitu :

a. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya
nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan

b. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang
lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh
darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang
timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti
jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif
terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory)

Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan
rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri
dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa
impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan
tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur
proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk
mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-
A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan
yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini
mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan
lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan
berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien
mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang
lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti
endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini
menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi,
konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter, 2005)

Respon Psikologis
respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri
bagi klien.

Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain :

1) Bahaya atau merusak

2) Komplikasi seperti infeksi

3) Penyakit yang berulang

4) Penyakit baru

5) Penyakit yang fatal

6) Peningkatan ketidakmampuan

7) Kehilangan mobilitas

8) Menjadi tua

9) Sembuh

10) Perlu untuk penyembuhan

11) Hukuman untuk berdosa

12) Tantangan
13) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain

14) Sesuatu yang harus ditoleransi

15) Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki

Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman
masa lalu dan juga faktor sosial budaya

Respon fisiologis terhadap nyeri

1) Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)

a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate

b) Peningkatan heart rate

c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP

d) Peningkatan nilai gula darah

e) Diaphoresis

f) Peningkatan kekuatan otot

g) Dilatasi pupil

h) Penurunan motilitas GI
2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

a) Muka pucat

b) Otot mengeras

c) Penurunan HR dan BP

d) Nafas cepat dan irreguler

e) Nausea dan vomitus

f) Kelelahan dan keletihan

Respon tingkah laku terhadap nyeri

1) Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:

2) Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)

3) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)

4) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan

5) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial,
Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri
yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan
membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri
hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan
perhatian terhadap nyeri.

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:

1) Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase
lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri
tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada
klien.

2) Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam
menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang
dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh
nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah
merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu
menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah
mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan
tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin
tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.

Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan
gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola
perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit
mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak
mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu
klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

3) Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)


Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol
dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca
nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi
masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk
meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

1) Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada
orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada
lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.

2) Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri,
justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh
mengeluh nyeri).

3) Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti
suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4) Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
5) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery
merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

6) Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

7) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul,
maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung
pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

8) Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang
maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

9) Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan dan perlindungan

Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran
intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1) skala intensitas nyeri deskritifskala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,


menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien
seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna
istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan.

Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien
skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan
skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini
memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak
waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi
nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan
nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau
saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan
(Potter, 2005).

sumber

Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87.

Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80

Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.

Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533.

TENTANG NYERI

Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri
terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda
dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan
keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori
keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

A. DEFINISI

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan

Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya
injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf
nyeri perifer dan spesifik di spinal cord

Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg dikatakan
individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya

B. ISTILAH DALAM NYERI

Nosiseptor : serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri

§ Non-nosiseptor : serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri

System nosiseptif : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri

Ambang nyeri : stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri

§ Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt ditahan

C. SIFAT-SIFAT NYERI

§ Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi

§ Nyeri bersifat subyektif dan individual

§ Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah

§ Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari
pernyataan klien

§ Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya

§ Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis


§ Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan

§ Nyeri mengawali ketidakmampuan

§ Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal

Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:

§ Nyeri bersifat individu

§ Nyeri tidak menyenangkan

§ Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi

§ Bersifat tidak berkesudahan

D. FISIOLOGI NYERI

Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori
yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan
memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:

§ Resepsi : proses perjalanan nyeri

§ Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri

§ Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

RESEPSI

Stimulus (mekanik, termal, kimia) à Pengeluaran histamin bradikinin, kalium, à

Nosiseptor à Impuls syaraf à Serabut syaraf perifer à Kornu dorsalis medulla spinalis à Neurotransmiter
(substansi P)à Pusat syaraf di otak àRespon reflek protektif
§

Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi
kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila
nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut
saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-
delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis
medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter
(substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus
spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf
pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon
reflek protektif.

Contoh:

Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek
dengan menarik tangan dari permukaan setrika.

Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada
beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:

§ Trauma

§ Obat-obatan

§ Pertumbuhan tumor

§ Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)

Tipe serabut saraf perifer


Serabut saraf A-delta :

§ Merupakan serabut bermyelin

§ Mengirimkan pesan secara cepat

§ Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya

§ Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti , otot tendon dll

§ Biasanya sering ada pada injury akut

§ Diameternya besar

Serabut saraf C

§ Tidak bermyelin

§ Diameternya sangat kecil

§ Lambat dalam menghantarkan impuls

§ Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten

§ Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus

§ Reseptor terletak distruktur permukaan.

NEUROREGULATOR

§ Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada pengalaman
nyeri

§ Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula spinalis
dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik

§ Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator

§ Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut saraf

contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin

§ Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentrasfer
secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.

Contoh: endorphin, bradikinin

§ Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan atau menurunkan efek
sebagian neurotransmitter
Teori gate control

n Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965

n Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

n Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal serabut
saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control
ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks
serebri dan menimbulkan nyeri.

n Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika pintu gerbang
tertutup

n Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri

n Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien

n Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan substansi P.

n Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.

PERSEPSI

§ Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.

§ Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi

§ Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:

Stimulus nyeri à Medula spinalis àTalamus à Otak (area limbik) Reaksi emosi à Pusat otak à Persepsi

Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan
nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa
mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi
terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan
nyeri.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Belakangan ini , kehidupan sehari-hari kita sering merasakan nyeri yang membuat ketidak nyamanan
dalam hidup kita,sebagian dari individu merasa tidak kwatir terhadap nyeri,dan sebgian individu merasa
cemas,takut terhadap nyeri itu.banyak diantara individu yang tidak bisa menyelesaikan masalah ketidak
nyamanan ini,untuk itu saya membuat makalah ini,untuk memberi petunjuk bagi pembaca dalam
menyelesaikan masalah ketidak nyamanan yaitu nyeri

1.2 TUJUAN

Makalah ini betujuan untuk menerangkan,membuktikan,menjelaskan,serta menerapkan konsep dasar


nyeri dalam menyelesaikan masalah ketidak nyamanan

1.3 MANFAAT

Menambah wawasan tentang konsep dasar nyeri dan menerapkan dalam kehidupan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Muenurut LONG,1996 ,Nyeri adalah perasaan yang tidk nyaman,sngt subjektif ,dan hanya orng yang
mengalami yang dapt mengungkapkan dan menjelaskanya perasaan tersebut

Menurut PRIHARJO,1992,perasaan tidak nyaman baik ringan maupun berat

2.2 fisiologi nyeri

Bagaiman nyeri merambat dan di persepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya di mengerti.akan
tetapi ,bisa tidaknya nyeri diraskan dan hingga derajat mana nyeri
1

tersebut mengganggu di pengaruhi oleh interaksi antaras sistem algesia,transmisi saraf serta
insiterpretasi stimulus

q Nosisepsi

Reseptor yang bertugas merambat sensasi nyeri disebut nosiseptor,nosiseptor merupakan ujung-ujung
saraf perifer yang bebas.reseptor nyeri tersebut dapat di rangsang oleh stimulus mekanisme,suhu,atau
kimawi,sedangkan proses fisiologi terkait nyeri di sebut nosisepsi

Prose tersebut Terdiri atas 4 fase:

Ø Transduksi adanya rangsangan yang membahayakan(bhn kimia,suhu,listrik)memicu pelepasan


mediator biokimia yang mensensitisasi nosiseptor

Ø Transmisi ,fase ini terdiri dari 3 bagian:

Pada bagian pertama:nyeri merambat dari Seraput saraf perifer ke medula spinalis.serabut nosiseptor
yang terlibat adalah serabut C,yang mentransmisikan nyeri tumpuldan menyakitkan .dan serabut A-delta
yang mentransmisikan nyeri tajam

Bagian ke dua:transmisi nyeri dari Medula spinalis ke otak dan talamus melalui spinotalamic tract (stt)
yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus ke stimulus

2
Bagian ke tiga:sinyal dari stimulus tadi di teruskan ke korteks sensor motorik,tempat nyeri di
persepsikan

Ø Persepsi,pada fase ini kita mulai menyadari adanya nyeri ,sehingga munculnya berbagi prilaku
kognitif untuk mengurangi komponen sensorik,dan afektif nyeri

Ø Modulasi(sistem desenden) pada fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-sinyal ke medula
spinalis ,dan melepaskan subtansi (opioid,serotonin, )yang akan menghambat impuls aseden yang
membahayakan di bagian medula spinalis

q Teori gate kontrol

Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri ,namun yang paling sederhana adalah teori gate
control(Melzeck dan well)

Teori ini menjelaskan bahwa subtansi gelatinosa pada medula spinalis bekerja layaknya pintu gerbang
yang memungkinkan atau menghalangi masuknya implus nyeri ke otak

3
Berikut teori transmisi nyeri

JENIS TEORI

RESPON FISIOLOGI

PEMISAHAAN(SPEcifity)

Resepror nyeri tertentu akan menyalaurkan implus sraf nyeri ke otak,proses ini tdk memperhitungkan
aspek fisiologi persepsi dan respon nyeri

Pola(pattem)
Nyeri terjadi karena efek gabungan dari intensitas stimulus,dan jumlah implus pada ujung dorsal medula
spinalis,ini tdk termasuk aspek fisiologi

Teori gate control

Nyeri terjadi karena efek gabungan dari intensitas stimulus,dan jumlah implus pada ujung dorsal medula
spinalis,ini tdk termasuk aspek fisiologi

Transmisi dan inhibisi

Stimulus yang mengenal nosiseptor memulai transmisi implus saraf.inhibisi implus nyeri menjadi efektif
oleh adanya : 1)implus menuju serabut besar yang membelok implus pada searbut serabut lambat
2)sistem supresif oplat endogen

2.3 Makna nyeri


Ø Berbahaya atau merusak

Ø Menunjukan adanya komplikasi(infeksi)

Ø Memerlukan penyembuhan

Ø Menyebabkan ketidak mampuan

Ø Merupakan hukuman akibat dosa

Ø Merupakan sesuatu yang harus di tolerensi

2.4 Persepsi nyeri

Persepsi nyeri ,tepatnya pada area korteks(fungsi evaluatif kognitif)muncul akibat stimulus menuju saraf
spinnotalamikus dan talamiko kortikalis,

Bersifat:

q Objektif

q Sangat kompleks
q Persepsi nyeri bisa berkurang atau hilang pada periode stes berat atau emosi

Contoh: penderita luka bakar derajat III tidak akan merasa nyeri walaupun cederanya sngat hebat

2.4Toleransi nyeri

Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang membuat seseorang mampu menahan
rasa nyeri seblum minta pertolongan.

Toleransi yang tinggièindividu mampu menahan nyeri yang berat sebelum mencari pertolongan

2.6 Reaksi nyeri

Setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap nyeri,diantaranya:

v Takut

v Gelisa

v Optimis

v Menangis

v Mengerang

5
v Menjerit

v Mondar mandir

Mengepal tangan,dll

Faktor reaksi nyeri

v Makna nyeri bagi individu

v Tingkat persepsi nyeri

v Pengalaman masa lalu

v Nilai budaya

v Harapan sosial

v Kesehatan fisik dan mental

v Sikap orang tua

v Lokasi nyeri

v Perassan takut

v usia
6

2.7 Jenis dan bentuk nyeri

q Jenis nyeri

Nyeri perifer,nyeri ini ada tiga jenis

Nyeri supersial,rasa nyeri yang muncul akibat ranagsangan pada kulit dan mukosa

Nyeri viseral,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri pad abdomen
,kranium,dan toraks

Nyeri alih,yakni nyeri yang dirasakan pada daerah yang jauh dari jaringan penyebab nyeri

Nyeri sentral ,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis ,batang otak,dan
talamus

Nyeri psikogenik,nyeri yang tidak di ketahui penyebab fisiknya ,nyeri ini timbul akibat pikiran si
penderita sendiri

q Bentuk nyeri
Ø Nyeri akut

Berlangsung tdk lebih dari 6 bulan

Gejalanya mendadak

Penyebab dan lokasi nyeri sudah di ketahui

Ditandai dengan penegangan otot dan kecemasan

Ø Nyeri kronis

Berlangsung lebih dari 6 bulan

Sumber nyeri bisa di ketahui/tidak

Hilng tmbul

Tidak dapat di sembuh

Pengindraan nyeri lebih mendalam

Sulit menunjukan lokasi

Dampaknya:

Mudah tersinggung

Kurang perhatian.
Sering putus asa

Perbedaan nyeri akut dan kronis

karateristik

Nyeri akut

Nyeri kronis

pengalaman

Suatu kejadian,jika klien baru mngalami episode nyeri

Suatu situasi, status eksistensi nyeri.

Sumber
Sebab eksternal atau penyakit yang berasal dari dalam

Sumber nyeri tidak diketahui; klien sukar menentukan sumber nyeri karena penginderaan nyeri yang
sudah lebih dalam

Serangan

Mendadak

Bisa mendadak atau bertahap, tersembunyi

Durasi

Transien(sampai 6 bulan
Beberapa bulan hingga beberapa tahun

Pernyataan nyeri

Daerah nyeri umumnya diketahui dengan pasti.klien yang mengalami nyeri ini sering kali merasa takut
dan khawatir dan berharap nyeri dapat segera teratasi. Nyeri ini dapat hilang setelah area yang
mengalami gangguan kembali pulih

Daerah yang nyeri dan yang tidak, intensitasnya menjadi sukar di evaluasi. Klien yang mengalami nyeri
ini kerap merasa tidak aman karena mereka tidak tahu apa yang mereka rasakan. Dari hari ke hari klien
mengeluh mengalami keletihan, insomnia, anokresia, depresi, putus asa, dan sulit mengontrol emosi

Gejala krinis

Pola respon khas,dengan gejala yang lebih jelas


Bervariasi,kdng hllng,kdng bertmbah parah

perjalanan

Biasanya melaporkan kekeurngn gejala setelah beberapa waktu

Berlngsung terus

10
2.8 Faktor nyeri

v Etni dan nilai budaya

Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi reaksi terhadap nyeri dan
ekspresi nyeri

Cntoh:individu dari buday tertentu cenderung mengukapkap nyeri yang mereka rasakan,sedngkan
budaya lain lebih memilih untuk menahan ,mereka tidak ingin merepotkan orang lain

v Tahap perkembangan

Anak-anak cendrung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan,dibandingkan dengan
orang dewasa,dan lansia lebih tinggi karena penyakit yang di derita

v Lingkungan dan individu pendukung

Lingkungan yang bising,tingkat kebisingan yang tinggi,pencahayaan dan aktivitas yang tinggi,serta
dukungan dari orang terdekat

Contoh:individu yang sendiri ,tanpa keluarga atau teman-teman akan cenderung merasakan nyeri yang
lebih bert

12
v Pengalaman nyeri sebelumnya

Pengalaman masa lalu memengaruhi kepekaan terhadap nyeri.individu yang pernah merasakan atau
melihat penderit nyeri merasa terancam dengan nyeri yang akan terjadi

v Ansietas dan stres

Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi.ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidak
mampuan mengontrol nyeri atau peristiwa sekililingnya dpat mempeberat persepsi nyeri.

2.9 mengukur intesitas nyeri

Hayword (1975)

Alat mengukur nyeri painometer

Intensitas nyeri sifatnya subjektif dipengaruhi oleh:

tingkat kesadaran

Konsentrasi

Jumlah distrasi

Tingkat aktivitas

Harapan keluarga

Skala nyeri Hayward

skala
keterangan

Tidak nyeri

1-3

Nyeri ringan

4-6

Nyeri sedang

7-9

Sangat nyeri,msh bisa di kontrol

10

Sngt nyeri tidak bisa di kontrol


McGill(Mcgill’scale)

Mengukur nyeri dengan menggunakan 5 angka

0ètidak nyeri

1ènyeri ringan

2ènyeri sedang

3ènyeri berat

4ènyeri sngt berat

5ènyeri hebat

14
3.1 Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri

Pengkajian

Pengkajian nyeri yang akurat sangat penting ,untuk itu perawata perlu mengkaji semua faktor yang
memengaruhi nyeri:

q Fisiologi

q Psikologi

q Perilaku

q Emosinal

q sosiokltural

Pengkajian nyeri terdiri dua komponen utama:

Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien

Observasi langsung pada respon perilaku fisiologi klien

Tujuan pengkajianèuntuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif


Mnmonik pengkajian nyeri

Provoking/pemicu yang menimbulkan nyeri

Qualiti /kualitas nyeri(TUMPUL .TAJAM)

Regio/daerah=perjalnan

Severity/keganasan=intensitas

Tme/waktu=serangan,lama,kekerapan,sebab
Riwayat nyeri

Ø Lokasi

Menentukan lokasi nyeri yang spesifik

Ø Intensitas nyeri

Menggunakan skala intensitas

Ø Kualitas nyeri

Rasa yang di tmbulkan

Ø Pola

waktu,durasi,kekambuhan interval nyeri

16

Ø Faktor presipitasi

Aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri

Ø Gejala yang menyertai

Mual.muntah,pusing,diare
Ø Pengaruh pda aktivitas sehari-hari

Tidur,nafsumakan,konsentrsi,pekerjaaan,hubgn pernikahan,aktivitas di rumah,emosional

Ø Sumber koping

Pengaruh agama atau budaya

Ø Respon efektif

Takut,lelah,depresi,

3.2 Observasi respon prilaku&fisiologi

respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri,

ekspresi wajah:

Menutup mata rapat-rapat

Menggigit bibir bawah

Respons vokalis:

Erangan

Manangi

Berteriak

17
Gerakan tubuh:

Menendang-nendang

Mebolak balikan tubuh

Respon fisiologi

Nyeri akut:

Peningkatan tekanan darah,nadi,pernapasan

Diaforesis

Dilatasi pupil

Jika nyeri belangsung lama,saraf simpatik telah beradaptasi,respon fisiologi tersebut mungkin akan
bekurang atau bahkan tdak ada

3.3 Penetapan diagnosa

Menurut NANDA(2003), diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri atau ketidak
nyamanan adalah:

q Nyeri akut

q Nyeri kronis

Saat menulis pernyataan diagnoesa ,perawat harus menyebuttkan lokasinya(nyeri pegelangan kaki
kanan)

3.4 Perencanaan dan implementasi


Tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami ketidaknyaman atau nyeri
bervariasi,bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristiknya.

v Nyeri akut

Trauma pada perineum slm persalinan atau kelahiran

Trauma jaringan dan refleks spasme otot

Inflamasi(saraf,sendi,tenton,otot)

18

Efek kanker

Kram abdomen,diare,muntah

Inflamasi dan spasme otot polos

Trauma jaringan dan spsme otot refleks

Demam

Respons alergi

Iritan kimia

Kriteria hasilèindividu akan menyampaikan kepuasa setelah tindakan pereda nyeri yang diberikan

Intervensi umum

kaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri (ketidak percayaan orang lain ,kurang
pengetahuan,keletihan,kehidupan yang menonton)

kurangi atau hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri

Ketidak percayaan orang lain


sampaikan penerimaan anda atas respons klien terhadap nyeri

akui nyeri yang klien rasakan

jelaskan pada klien bahwa bahwa anda mengkaji nyeri karena ingin memahami nyeri yang klien
rasakan dengan baik (bukan untuk memastikan bahwa nyeri benar-benar terjadi)

jelaskan tentang konsep nyeri sebagai pengalaman yang bersifat pribadi

diskusikan alasan mengapa klien dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri

Kurang pengetahuan

dorong kelurga untuk memberikan perhatian ,juga pada saat nyeri sedanag tidak terjadi

jelaskan mengenai mengenai penyebab nyeri kepada klien,jika penyebabnya diketahui

jelaskan lamanya nyeri akan berlangsung,jika dsiketahui secara pasti,

jelaskan tentang pemeriksaan diagnosa dan prosedur yang akan dilakukan secara rinci

Keletihan

Tentuka penyebab keletihan

Jelaskan bahwa nyeri dpat mendukung terjadinya stres

Beri kesempatan klien untuk istirahat pada siang hari

Konsultasi dengan dokter untuk meningkatkan dosis obat

Kehidupan yang mononton

Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai manfaat terapieutik dari metode distraksi

Jelaskan bahwa distraksi biasanya akan meningkatkan intensitas nyeri

Variasika lingkungan

Ajarka beberapa metode distraksi

Kolaborasi bersama klien untuk menentukan metoda mana yang digunakan untuk mengurangi
intensitas nyeri

Pertimbangkan kemauan klien,hal yang disukai,kontraindikasi,dll

Jelaskanberbagai metode pereda nyer

Diskusikan metoda nyeri yang akan di pakai


Beri pereda nyeri yang optimal

Kaji respons pasien terhadap obat-obat pereda nyeri

Kurangi atau hilangi efek smping narkotika umum

Bantu keluarga merespons positif terhadap pengalaman nyeri

Kaji pengetahuan keluarga dan respons terhadap nyeri

Beri klien kesempatan untuk mendiskusikan ketakutan,kemarahan,dll

Libatkan keluarga dalam prosedur untuk menurunkan nyeri

Berika informasi kepada klien setelah nyeri hilang

Dorrong klien untuk mendiskusikan nyeri yang dialami

Beri pujian untk kesabarn pasien

Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi

Rasional

Jika klien harus meyakinkan tenaga kesehatan bahwa dia merasa nyeri ,kecemasan akan semakin
meningkat dan persepsi nyeri
Klien yang mendapatkan penjelasan tentang sensasi sesungguhnya yang akan ia rasakan sebelum
menjalani prosedur yang menyakitkan

Penelitian membuktikan bahwa otak manusia akan menyekresikan endorfin yang menghilangkan rasa
nyeri

Penggunaan metode pereda nyeri noninvansin

Individu dewasa dan anak-anak yang mengalami nyeri merasa tubuh dan kehidupanya kehilangan
konrol

Tidur yang tdk cukup dapt menurunkan individu untk menolerin nyeri

Penataan nyeri seharusnya dilakukan secara agresif dan individual

Intervensi nonfarmakologi menjadi pendekatan tindakan utama untuk nyeri

Pengelolaan non farmalogi

Teknik masase

Tidakan keperawatan dengan cara masase,dilakukan pada daerah superfesial atau otot,tulang

Hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya sirkulasi

Tujuan

Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang dimasase

Meningkatkan relaksasi

Alat dan bahan:

Minyak untuk massase


handuk

Prosedur kerja

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakuakn

2) Cuci tangan

3) Lakukan mesase pada daerah yang dirasakan nyeri slma 5-10 menit

4) Lakukan dengan telapak tngan dan jari dengan tekanan halus

gerakan tangan selang seling(tekanan pendek,cepat,bergantian tngan)èpinggang

Teknik remasan( menguap otot bahu)èbahu

Gerakan menggesek dengan ibu jari dan memutarèpunggung dan pinggang

Teknik eflurasi dengan kedua tanganèpunggung dan pinggang

Teknik petrisasi,menekan punggung secara horizontal

Tknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jarièdaerah pinggang

Kompres panas basah

Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalani nyeri,resiko terjadi infeksi luka,dan kerusakan
fisik

TUJUAN

Memperbaiki sirkulasi

Mengilangkan edema
Meningkatkan drainasrpus

Mengurangi rasa nyeri

Kompres basah pada luka terbuka

1) Gunkan srung tangan

2) Bsahi kasa steril dengan larutan pada magkuk kecil lalu peras

3) Letakan perassan kasa pada daerah luka

4) Tutup basa basah denga kering

5) Tutup dengn balutan atau displester

6) Cuci tngan

7) Catat keadaan luka.drainase.warna,integritas,dan respon pasien

Kompres panas basah dengan buli-buli

1) Buli-buli diisi air/larutan hangang buli-buli 1/3-2/3 bagian

2) Di bungkus dengan kantong buli-buliah

3) Letakan pada deerah luka


4) Catt

5) Cuci tngan

Kompres menggunakan elektrikal pad

1) Periksa tegangan listrik

2) Pasang stop kontak

3) Atur panas

4) Letakan electrical pad pada bagian yang akan di kompres

5) Catt

6) Cuci tngan

Kompres dingin basah

Tidakan untuk memberikan rasa dingin dengan menggunkan lap atau kain yang di celupkan ke dalam
air dingin,dilakukan pada paha

Tujuan

Menurunkan suhu tubuh pada penderita nyeri

Alat dan bahan

Baskom berisi air dingin


Pengalas

Kain

Termometer

Cara kerja

Jelaskan prosedur pda pasien

Cuci tngan

Ukur suhu tubuh

Pasang pengalas di bawah tempat yang akan di kompres

Basahi kain dengan air dingin

Letakan kainyang telah di basahi pada daerah aksila,dahi,atau lipatan paha

Cuci tngn

ctt

rendam

Digunakan cairn hangat yang dapat dilakukan pda daerah tngan,kaki,glutea,pada seluruh tubuh yng
mengalmi gngguan integritas,sirkulasi,ketegangan otot,dan luka kotor

Tujuan

Mengendor oto,tendon,dan ligamen

Menghilngkan nyeri dan peradangan

Mempercept penyembuhab jaringan

Memperbaiki sirkulasi

Membersihkan luka kotor


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat ojektif .hanya orang yang merasakan yang bisa
mengungkapkan.kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi rasa yang tidak nyaman atau nyeri
ini,perawat perlu memperhatiakn ,mengkaji konsep dasar nyeri pada klien yangmengalami gngguan
keamaman.

Saran

Semoga dengan memahami konsep dasar nyeri ini .kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam
menyelesaikan masalah gengguan tidak nyaman ini dalan kehidupan .
DAFTAR PUSTAKA

Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

Mubarak Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Salemba
Medika, Jakarta, 2009.

Iqbal Mubarak,Wahit(2005), Pengantar Keperawatan Komunitas,Penerbit Sagung Seto.

Anderson, Elzabeth T. 2007. Buku Ajar Keperawatan: Teori dan Praktik. Alih Bahasa, Agus Sutarna,
Suharyati Samba, Novayantie. Jakarta: EGC

depkes RI (1987).Pedoman teknik perawat dasar.jakarta:indonesia

Efendi, Ferry dan Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika .

Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas I: Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.

Pengertian Tehnik Distraksi menurut Tamsuri adalah :


Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi
nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima
input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang
atau tidak dirasakan oleh klien).

Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri
yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung
dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).

Jenis Tehnik Distraksi antara lain :

Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk
distraksi visual.

Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air, individu
dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk
berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti
irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).

Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya
ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah
membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya
dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.

Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu
merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah
kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik
lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)

Distraksi pernafasan

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan
melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian
menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam
hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi
ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.

Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang
bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri.

Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur)
seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

Tehnik pernafasan

Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang

Imajinasi terbimbing

Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada
bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.

Atau bisa juga "Distraksi = Gangguan = berarti mengalihkan perhatian kita pada sesuatu.

Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau mendengarkan radio
untuk mengalihkan pikiran kita dari kekhawatiran / cemas / suatu masalah atau mungkin rasa sakit yang
sedang kita alami

Misalnya: rasa sakit. Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit ringan atau Distraksi
berguna ketika kita sedang menunggu bekerjanya obat anti sakit.

Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu pikiran, kita dapat berfokus pada yang lain sehingga
pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran kita

Cara menggunakan Distraksi


Setiap kegiatan/aktifitas dimana kita harus fokus dapat digunakan untuk melakukan distraksi.

Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk diri sendiri, berdoa, atau mengulangi
pernyataan seperti "Saya dapat mengatasinya." Atau Distraksi dapat eksternal, seperti menjahit,
membuat / menggambar lukisan dll

Bagi anda yang menginginkan kesehatan diri menjadi sehat secara lahir dan batin, ada baiknya Anda
mau melakukan langkah-langkah latihan relaksasi pernafasan. Bagaimana cara relaksasi tersebut..?

Dalam persepsi kebanyakkan orang, kata “relaksasi” seringkali diidentikkan dengan “kemalasan”, atau
suatu cara untuk bermalas-malasan dengan sah.

Relaksasi itu bukan suatu bentuk kemalasan. Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik,
pikiran dan jiwa dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat berbeda dengan “kemalasan”.

Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam jiwa; dimana “si pemalas”
secara tidak sadar menganggap bahwa bermalas-malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.

Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas. Dengan Teknik Relaksasi
Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur tubuh untuk memudahkan kita sampai pada posisi
rileks yang dikehendaki; sekaligus dengan postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang
dibutuhkan syaraf-syaraf tertentu.

Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk mengaktifkan kekuatan energi dari otak kanan,
yaitu bagian otak yang mengurusi masalah emosi dan imajinasi manusia.

Teknik Relaksasi dan Distraksi

LANGKAH-LANGKAH TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN:

Langkah Pertama:

Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan menutup dan menempel di
atas paha.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.

Waktu : 5 - 10 menit.

Setelah duduk tegak dan memejamkan mata dengan perlahan, mulailah dengan mengendurkan seluruh
otot tubuh Anda. Mulai dari otot leher dan bahu, lemaskan secara perlahan-lahan. Setelah itu cobalah
ke bagian tubuh lain yang masih tegang.

Mulailah mengeksplorasi setiap bagian tubuh dengan visualisasi pikiran, dari ujung jari kaki naik
perlahan ke atas sampai ke ubun-ubun kepala. Mata Anda tetap terpejam dengan rileks.

Setelah seluruh tubuh terasa kendur, lemas dan nyaman; nikmatilah posisi tersebut beberapa saat dan
tenangkan nafas, lambatkan ritmenya tanpa ada penahanan sama sekali. Usahakan seluruh tubuh Anda
merasa nyaman.

Langkah Ke dua:

Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan membuka, punggung
tangan menempel di atas paha.

Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.

Waktu : 5 - 10 menit.

Posisi seperti yang Anda lakukan di Langkah Pertama, tetapi posisi telapak tangan membuka ke atas
dengan punggung tangan menempel di paha.

Rasakan saja dengan seluruh bagian tubuh Anda; suasana, situasi ataupun kondisi ruangan tempat Anda
sedang berlatih. Setelah seluruh tubuh Anda merasa nyaman, arahkan perhatian ke pusat telapak
tangan yang terbuka. Rasakan sensasi atau getaran atau apapun itu, yang terjadi di telapak tangan.

Langkah Ke tiga:

Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, kedua tangan di samping tubuh.


Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.

Waktu : 5 - 10 menit.

Setelah posisi berdiri Anda terasa enak dan nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua
belah tangan, mulai dari bahu perlahan turun ke lengan atas, siku sampai lengan bawah dan akhirnya
telapak tangan. Arahkan perhatian pada pusat telapak tangan.

Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan suatu sensasi di telapak tangan atau getaran di
lengan dan bahu. Ikuti saja bila getaran atau tenaga tersebut akhirnya mengangkat lengan naik
perlahan, kemudian turun lagi. Ikuti terus getaran atau sensasi lainnya yang mengangkat lengan Anda
tanpa tenaga otot itu. Terangkat dengan sendirinya, bukan atas kemauan Anda.

Bila Anda tergolong orang yang kurang peka sehingga tidak merasakan apa-apa, tenang dan rileks saja
terus. Hal ini tidak berarti Anda gagal atau tidak mendapatkan manfaat dari latihan ini. Latihan ini bukan
sekedar fisik, tetapi juga olah pikiran dan jiwa.

Langkah Ke empat:

Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, telapak tangan saling berhadapan didepan dada tetapi tidak
bersentuhan (ada jarak).

Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.

Waktu : 5 - 10 menit.

Setelah posisi Anda nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua tangan, mulai bahu
perlahan turun ke lengan, siku sampai lengan bawah dan kemudian telapak tangan. Arahkan perhatian
Anda pada pusat telapak tangan.

Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan.
Bila sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan terasa menggerakkan tangan anda, ikuti saja
gerakannya, jangan dilawan. Ikutilah terus gerakan tangan anda tanpa tenaga otot tersebut.
Kalau Anda mau melatih Teknik Relaksasi Pernafasan seperti uraian saya di atas ini, maka Anda akan
merasakan bertambahnya energi dalam diri Anda semakin hari menjadi semakin besar dan kuat.
Sehingga dengan demikian, kehidupan sehari-hari Anda akan selalu diwarnai kegembiraan, dan
kesehatan yang Luar Biasa Prima.

Problem kesehatan Anda akan menjadi hilang-sirna seketika, begitu Anda melakukan Latihan Teknik
Relaksasi Pernafasan ini. Dan digantikan dengan kesehatan dan kekuatan lahir-batin Anda yang Luar
Biasa Prima! Selamat mencoba melakukan latihan ini dan Anda akan merasakan, bangkitnya “energi
dalam” atau “inner power” diri Anda yang selama ini terabaikan karena kesibukan Anda sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai