Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada
kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-
beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya
mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua
komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya
nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang
lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh
darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang
timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti
jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif
terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan
rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri
dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa
impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan
tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur
proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk
mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-
A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan
yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini
mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan
lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan
berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien
mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang
lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti
endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini
menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi,
konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter, 2005)
Respon Psikologis
respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri
bagi klien.
4) Penyakit baru
6) Peningkatan ketidakmampuan
7) Kehilangan mobilitas
8) Menjadi tua
9) Sembuh
12) Tantangan
13) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain
Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman
masa lalu dan juga faktor sosial budaya
e) Diaphoresis
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas GI
2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan HR dan BP
4) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan
5) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial,
Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri
yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan
membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri
hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan
perhatian terhadap nyeri.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase
lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri
tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada
klien.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam
menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang
dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh
nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah
merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu
menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah
mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan
tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin
tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan
gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola
perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit
mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak
mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu
klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.
1) Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada
orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada
lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.
2) Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri,
justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh
mengeluh nyeri).
3) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti
suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
5) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery
merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul,
maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung
pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang
maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan dan perlindungan
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran
intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
dengan baik.
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien
seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna
istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan.
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien
skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan
skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini
memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak
waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi
nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan
nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau
saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan
(Potter, 2005).
sumber
Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87.
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533.
TENTANG NYERI
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri
terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda
dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan
keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori
keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
A. DEFINISI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya
injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf
nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg dikatakan
individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya
System nosiseptif : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri
§ Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt ditahan
C. SIFAT-SIFAT NYERI
§ Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
§ Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari
pernyataan klien
§ Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
§ Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal
D. FISIOLOGI NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori
yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan
memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
RESEPSI
Nosiseptor à Impuls syaraf à Serabut syaraf perifer à Kornu dorsalis medulla spinalis à Neurotransmiter
(substansi P)à Pusat syaraf di otak àRespon reflek protektif
§
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi
kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila
nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut
saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-
delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis
medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter
(substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus
spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf
pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon
reflek protektif.
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek
dengan menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada
beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:
§ Trauma
§ Obat-obatan
§ Pertumbuhan tumor
§ Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti , otot tendon dll
§ Diameternya besar
Serabut saraf C
§ Tidak bermyelin
§ Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus
NEUROREGULATOR
§ Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada pengalaman
nyeri
§ Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula spinalis
dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik
§ Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut saraf
§ Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentrasfer
secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.
§ Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan atau menurunkan efek
sebagian neurotransmitter
Teori gate control
n Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
n Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal serabut
saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control
ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks
serebri dan menimbulkan nyeri.
n Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika pintu gerbang
tertutup
n Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien
n Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan substansi P.
n Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.
PERSEPSI
§ Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.
§ Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi
Stimulus nyeri à Medula spinalis àTalamus à Otak (area limbik) Reaksi emosi à Pusat otak à Persepsi
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan
nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa
mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi
terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan
nyeri.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belakangan ini , kehidupan sehari-hari kita sering merasakan nyeri yang membuat ketidak nyamanan
dalam hidup kita,sebagian dari individu merasa tidak kwatir terhadap nyeri,dan sebgian individu merasa
cemas,takut terhadap nyeri itu.banyak diantara individu yang tidak bisa menyelesaikan masalah ketidak
nyamanan ini,untuk itu saya membuat makalah ini,untuk memberi petunjuk bagi pembaca dalam
menyelesaikan masalah ketidak nyamanan yaitu nyeri
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
Menambah wawasan tentang konsep dasar nyeri dan menerapkan dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Muenurut LONG,1996 ,Nyeri adalah perasaan yang tidk nyaman,sngt subjektif ,dan hanya orng yang
mengalami yang dapt mengungkapkan dan menjelaskanya perasaan tersebut
Bagaiman nyeri merambat dan di persepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya di mengerti.akan
tetapi ,bisa tidaknya nyeri diraskan dan hingga derajat mana nyeri
1
tersebut mengganggu di pengaruhi oleh interaksi antaras sistem algesia,transmisi saraf serta
insiterpretasi stimulus
q Nosisepsi
Reseptor yang bertugas merambat sensasi nyeri disebut nosiseptor,nosiseptor merupakan ujung-ujung
saraf perifer yang bebas.reseptor nyeri tersebut dapat di rangsang oleh stimulus mekanisme,suhu,atau
kimawi,sedangkan proses fisiologi terkait nyeri di sebut nosisepsi
Pada bagian pertama:nyeri merambat dari Seraput saraf perifer ke medula spinalis.serabut nosiseptor
yang terlibat adalah serabut C,yang mentransmisikan nyeri tumpuldan menyakitkan .dan serabut A-delta
yang mentransmisikan nyeri tajam
Bagian ke dua:transmisi nyeri dari Medula spinalis ke otak dan talamus melalui spinotalamic tract (stt)
yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus ke stimulus
2
Bagian ke tiga:sinyal dari stimulus tadi di teruskan ke korteks sensor motorik,tempat nyeri di
persepsikan
Ø Persepsi,pada fase ini kita mulai menyadari adanya nyeri ,sehingga munculnya berbagi prilaku
kognitif untuk mengurangi komponen sensorik,dan afektif nyeri
Ø Modulasi(sistem desenden) pada fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-sinyal ke medula
spinalis ,dan melepaskan subtansi (opioid,serotonin, )yang akan menghambat impuls aseden yang
membahayakan di bagian medula spinalis
Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri ,namun yang paling sederhana adalah teori gate
control(Melzeck dan well)
Teori ini menjelaskan bahwa subtansi gelatinosa pada medula spinalis bekerja layaknya pintu gerbang
yang memungkinkan atau menghalangi masuknya implus nyeri ke otak
3
Berikut teori transmisi nyeri
JENIS TEORI
RESPON FISIOLOGI
PEMISAHAAN(SPEcifity)
Resepror nyeri tertentu akan menyalaurkan implus sraf nyeri ke otak,proses ini tdk memperhitungkan
aspek fisiologi persepsi dan respon nyeri
Pola(pattem)
Nyeri terjadi karena efek gabungan dari intensitas stimulus,dan jumlah implus pada ujung dorsal medula
spinalis,ini tdk termasuk aspek fisiologi
Nyeri terjadi karena efek gabungan dari intensitas stimulus,dan jumlah implus pada ujung dorsal medula
spinalis,ini tdk termasuk aspek fisiologi
Stimulus yang mengenal nosiseptor memulai transmisi implus saraf.inhibisi implus nyeri menjadi efektif
oleh adanya : 1)implus menuju serabut besar yang membelok implus pada searbut serabut lambat
2)sistem supresif oplat endogen
Ø Memerlukan penyembuhan
Persepsi nyeri ,tepatnya pada area korteks(fungsi evaluatif kognitif)muncul akibat stimulus menuju saraf
spinnotalamikus dan talamiko kortikalis,
Bersifat:
q Objektif
q Sangat kompleks
q Persepsi nyeri bisa berkurang atau hilang pada periode stes berat atau emosi
Contoh: penderita luka bakar derajat III tidak akan merasa nyeri walaupun cederanya sngat hebat
2.4Toleransi nyeri
Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang membuat seseorang mampu menahan
rasa nyeri seblum minta pertolongan.
Toleransi yang tinggièindividu mampu menahan nyeri yang berat sebelum mencari pertolongan
v Takut
v Gelisa
v Optimis
v Menangis
v Mengerang
5
v Menjerit
v Mondar mandir
Mengepal tangan,dll
v Nilai budaya
v Harapan sosial
v Lokasi nyeri
v Perassan takut
v usia
6
q Jenis nyeri
Nyeri supersial,rasa nyeri yang muncul akibat ranagsangan pada kulit dan mukosa
Nyeri viseral,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri pad abdomen
,kranium,dan toraks
Nyeri alih,yakni nyeri yang dirasakan pada daerah yang jauh dari jaringan penyebab nyeri
Nyeri sentral ,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis ,batang otak,dan
talamus
Nyeri psikogenik,nyeri yang tidak di ketahui penyebab fisiknya ,nyeri ini timbul akibat pikiran si
penderita sendiri
q Bentuk nyeri
Ø Nyeri akut
Gejalanya mendadak
Ø Nyeri kronis
Hilng tmbul
Dampaknya:
Mudah tersinggung
Kurang perhatian.
Sering putus asa
karateristik
Nyeri akut
Nyeri kronis
pengalaman
Sumber
Sebab eksternal atau penyakit yang berasal dari dalam
Sumber nyeri tidak diketahui; klien sukar menentukan sumber nyeri karena penginderaan nyeri yang
sudah lebih dalam
Serangan
Mendadak
Durasi
Transien(sampai 6 bulan
Beberapa bulan hingga beberapa tahun
Pernyataan nyeri
Daerah nyeri umumnya diketahui dengan pasti.klien yang mengalami nyeri ini sering kali merasa takut
dan khawatir dan berharap nyeri dapat segera teratasi. Nyeri ini dapat hilang setelah area yang
mengalami gangguan kembali pulih
Daerah yang nyeri dan yang tidak, intensitasnya menjadi sukar di evaluasi. Klien yang mengalami nyeri
ini kerap merasa tidak aman karena mereka tidak tahu apa yang mereka rasakan. Dari hari ke hari klien
mengeluh mengalami keletihan, insomnia, anokresia, depresi, putus asa, dan sulit mengontrol emosi
Gejala krinis
perjalanan
Berlngsung terus
10
2.8 Faktor nyeri
Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi reaksi terhadap nyeri dan
ekspresi nyeri
Cntoh:individu dari buday tertentu cenderung mengukapkap nyeri yang mereka rasakan,sedngkan
budaya lain lebih memilih untuk menahan ,mereka tidak ingin merepotkan orang lain
v Tahap perkembangan
Anak-anak cendrung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan,dibandingkan dengan
orang dewasa,dan lansia lebih tinggi karena penyakit yang di derita
Lingkungan yang bising,tingkat kebisingan yang tinggi,pencahayaan dan aktivitas yang tinggi,serta
dukungan dari orang terdekat
Contoh:individu yang sendiri ,tanpa keluarga atau teman-teman akan cenderung merasakan nyeri yang
lebih bert
12
v Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman masa lalu memengaruhi kepekaan terhadap nyeri.individu yang pernah merasakan atau
melihat penderit nyeri merasa terancam dengan nyeri yang akan terjadi
Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi.ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidak
mampuan mengontrol nyeri atau peristiwa sekililingnya dpat mempeberat persepsi nyeri.
Hayword (1975)
tingkat kesadaran
Konsentrasi
Jumlah distrasi
Tingkat aktivitas
Harapan keluarga
skala
keterangan
Tidak nyeri
1-3
Nyeri ringan
4-6
Nyeri sedang
7-9
10
0ètidak nyeri
1ènyeri ringan
2ènyeri sedang
3ènyeri berat
5ènyeri hebat
14
3.1 Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri
Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat sangat penting ,untuk itu perawata perlu mengkaji semua faktor yang
memengaruhi nyeri:
q Fisiologi
q Psikologi
q Perilaku
q Emosinal
q sosiokltural
Regio/daerah=perjalnan
Severity/keganasan=intensitas
Tme/waktu=serangan,lama,kekerapan,sebab
Riwayat nyeri
Ø Lokasi
Ø Intensitas nyeri
Ø Kualitas nyeri
Ø Pola
16
Ø Faktor presipitasi
Mual.muntah,pusing,diare
Ø Pengaruh pda aktivitas sehari-hari
Ø Sumber koping
Ø Respon efektif
Takut,lelah,depresi,
ekspresi wajah:
Respons vokalis:
Erangan
Manangi
Berteriak
17
Gerakan tubuh:
Menendang-nendang
Respon fisiologi
Nyeri akut:
Diaforesis
Dilatasi pupil
Jika nyeri belangsung lama,saraf simpatik telah beradaptasi,respon fisiologi tersebut mungkin akan
bekurang atau bahkan tdak ada
Menurut NANDA(2003), diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri atau ketidak
nyamanan adalah:
q Nyeri akut
q Nyeri kronis
Saat menulis pernyataan diagnoesa ,perawat harus menyebuttkan lokasinya(nyeri pegelangan kaki
kanan)
v Nyeri akut
Inflamasi(saraf,sendi,tenton,otot)
18
Efek kanker
Kram abdomen,diare,muntah
Demam
Respons alergi
Iritan kimia
Kriteria hasilèindividu akan menyampaikan kepuasa setelah tindakan pereda nyeri yang diberikan
Intervensi umum
kaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri (ketidak percayaan orang lain ,kurang
pengetahuan,keletihan,kehidupan yang menonton)
jelaskan pada klien bahwa bahwa anda mengkaji nyeri karena ingin memahami nyeri yang klien
rasakan dengan baik (bukan untuk memastikan bahwa nyeri benar-benar terjadi)
diskusikan alasan mengapa klien dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri
Kurang pengetahuan
dorong kelurga untuk memberikan perhatian ,juga pada saat nyeri sedanag tidak terjadi
jelaskan tentang pemeriksaan diagnosa dan prosedur yang akan dilakukan secara rinci
Keletihan
Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai manfaat terapieutik dari metode distraksi
Variasika lingkungan
Kolaborasi bersama klien untuk menentukan metoda mana yang digunakan untuk mengurangi
intensitas nyeri
Rasional
Jika klien harus meyakinkan tenaga kesehatan bahwa dia merasa nyeri ,kecemasan akan semakin
meningkat dan persepsi nyeri
Klien yang mendapatkan penjelasan tentang sensasi sesungguhnya yang akan ia rasakan sebelum
menjalani prosedur yang menyakitkan
Penelitian membuktikan bahwa otak manusia akan menyekresikan endorfin yang menghilangkan rasa
nyeri
Individu dewasa dan anak-anak yang mengalami nyeri merasa tubuh dan kehidupanya kehilangan
konrol
Tidur yang tdk cukup dapt menurunkan individu untk menolerin nyeri
Teknik masase
Tidakan keperawatan dengan cara masase,dilakukan pada daerah superfesial atau otot,tulang
Tujuan
Meningkatkan relaksasi
Prosedur kerja
2) Cuci tangan
3) Lakukan mesase pada daerah yang dirasakan nyeri slma 5-10 menit
Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalani nyeri,resiko terjadi infeksi luka,dan kerusakan
fisik
TUJUAN
Memperbaiki sirkulasi
Mengilangkan edema
Meningkatkan drainasrpus
2) Bsahi kasa steril dengan larutan pada magkuk kecil lalu peras
6) Cuci tngan
5) Cuci tngan
3) Atur panas
5) Catt
6) Cuci tngan
Tidakan untuk memberikan rasa dingin dengan menggunkan lap atau kain yang di celupkan ke dalam
air dingin,dilakukan pada paha
Tujuan
Kain
Termometer
Cara kerja
Cuci tngan
Cuci tngn
ctt
rendam
Digunakan cairn hangat yang dapat dilakukan pda daerah tngan,kaki,glutea,pada seluruh tubuh yng
mengalmi gngguan integritas,sirkulasi,ketegangan otot,dan luka kotor
Tujuan
Memperbaiki sirkulasi
PENUTUP
KESIMPULAN
Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat ojektif .hanya orang yang merasakan yang bisa
mengungkapkan.kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi rasa yang tidak nyaman atau nyeri
ini,perawat perlu memperhatiakn ,mengkaji konsep dasar nyeri pada klien yangmengalami gngguan
keamaman.
Saran
Semoga dengan memahami konsep dasar nyeri ini .kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam
menyelesaikan masalah gengguan tidak nyaman ini dalan kehidupan .
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Salemba
Medika, Jakarta, 2009.
Anderson, Elzabeth T. 2007. Buku Ajar Keperawatan: Teori dan Praktik. Alih Bahasa, Agus Sutarna,
Suharyati Samba, Novayantie. Jakarta: EGC
Efendi, Ferry dan Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika .
Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas I: Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri
yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung
dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).
Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk
distraksi visual.
Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air, individu
dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk
berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti
irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).
Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya
ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah
membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya
dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.
Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu
merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah
kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik
lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)
Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan
melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian
menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam
hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi
ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.
Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang
bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri.
Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur)
seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
Tehnik pernafasan
Imajinasi terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada
bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.
Atau bisa juga "Distraksi = Gangguan = berarti mengalihkan perhatian kita pada sesuatu.
Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau mendengarkan radio
untuk mengalihkan pikiran kita dari kekhawatiran / cemas / suatu masalah atau mungkin rasa sakit yang
sedang kita alami
Misalnya: rasa sakit. Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit ringan atau Distraksi
berguna ketika kita sedang menunggu bekerjanya obat anti sakit.
Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu pikiran, kita dapat berfokus pada yang lain sehingga
pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran kita
Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk diri sendiri, berdoa, atau mengulangi
pernyataan seperti "Saya dapat mengatasinya." Atau Distraksi dapat eksternal, seperti menjahit,
membuat / menggambar lukisan dll
Bagi anda yang menginginkan kesehatan diri menjadi sehat secara lahir dan batin, ada baiknya Anda
mau melakukan langkah-langkah latihan relaksasi pernafasan. Bagaimana cara relaksasi tersebut..?
Dalam persepsi kebanyakkan orang, kata “relaksasi” seringkali diidentikkan dengan “kemalasan”, atau
suatu cara untuk bermalas-malasan dengan sah.
Relaksasi itu bukan suatu bentuk kemalasan. Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik,
pikiran dan jiwa dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat berbeda dengan “kemalasan”.
Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam jiwa; dimana “si pemalas”
secara tidak sadar menganggap bahwa bermalas-malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.
Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas. Dengan Teknik Relaksasi
Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur tubuh untuk memudahkan kita sampai pada posisi
rileks yang dikehendaki; sekaligus dengan postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang
dibutuhkan syaraf-syaraf tertentu.
Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk mengaktifkan kekuatan energi dari otak kanan,
yaitu bagian otak yang mengurusi masalah emosi dan imajinasi manusia.
Langkah Pertama:
Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan menutup dan menempel di
atas paha.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 - 10 menit.
Setelah duduk tegak dan memejamkan mata dengan perlahan, mulailah dengan mengendurkan seluruh
otot tubuh Anda. Mulai dari otot leher dan bahu, lemaskan secara perlahan-lahan. Setelah itu cobalah
ke bagian tubuh lain yang masih tegang.
Mulailah mengeksplorasi setiap bagian tubuh dengan visualisasi pikiran, dari ujung jari kaki naik
perlahan ke atas sampai ke ubun-ubun kepala. Mata Anda tetap terpejam dengan rileks.
Setelah seluruh tubuh terasa kendur, lemas dan nyaman; nikmatilah posisi tersebut beberapa saat dan
tenangkan nafas, lambatkan ritmenya tanpa ada penahanan sama sekali. Usahakan seluruh tubuh Anda
merasa nyaman.
Langkah Ke dua:
Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan membuka, punggung
tangan menempel di atas paha.
Waktu : 5 - 10 menit.
Posisi seperti yang Anda lakukan di Langkah Pertama, tetapi posisi telapak tangan membuka ke atas
dengan punggung tangan menempel di paha.
Rasakan saja dengan seluruh bagian tubuh Anda; suasana, situasi ataupun kondisi ruangan tempat Anda
sedang berlatih. Setelah seluruh tubuh Anda merasa nyaman, arahkan perhatian ke pusat telapak
tangan yang terbuka. Rasakan sensasi atau getaran atau apapun itu, yang terjadi di telapak tangan.
Langkah Ke tiga:
Waktu : 5 - 10 menit.
Setelah posisi berdiri Anda terasa enak dan nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua
belah tangan, mulai dari bahu perlahan turun ke lengan atas, siku sampai lengan bawah dan akhirnya
telapak tangan. Arahkan perhatian pada pusat telapak tangan.
Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan suatu sensasi di telapak tangan atau getaran di
lengan dan bahu. Ikuti saja bila getaran atau tenaga tersebut akhirnya mengangkat lengan naik
perlahan, kemudian turun lagi. Ikuti terus getaran atau sensasi lainnya yang mengangkat lengan Anda
tanpa tenaga otot itu. Terangkat dengan sendirinya, bukan atas kemauan Anda.
Bila Anda tergolong orang yang kurang peka sehingga tidak merasakan apa-apa, tenang dan rileks saja
terus. Hal ini tidak berarti Anda gagal atau tidak mendapatkan manfaat dari latihan ini. Latihan ini bukan
sekedar fisik, tetapi juga olah pikiran dan jiwa.
Langkah Ke empat:
Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, telapak tangan saling berhadapan didepan dada tetapi tidak
bersentuhan (ada jarak).
Waktu : 5 - 10 menit.
Setelah posisi Anda nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua tangan, mulai bahu
perlahan turun ke lengan, siku sampai lengan bawah dan kemudian telapak tangan. Arahkan perhatian
Anda pada pusat telapak tangan.
Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan.
Bila sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan terasa menggerakkan tangan anda, ikuti saja
gerakannya, jangan dilawan. Ikutilah terus gerakan tangan anda tanpa tenaga otot tersebut.
Kalau Anda mau melatih Teknik Relaksasi Pernafasan seperti uraian saya di atas ini, maka Anda akan
merasakan bertambahnya energi dalam diri Anda semakin hari menjadi semakin besar dan kuat.
Sehingga dengan demikian, kehidupan sehari-hari Anda akan selalu diwarnai kegembiraan, dan
kesehatan yang Luar Biasa Prima.
Problem kesehatan Anda akan menjadi hilang-sirna seketika, begitu Anda melakukan Latihan Teknik
Relaksasi Pernafasan ini. Dan digantikan dengan kesehatan dan kekuatan lahir-batin Anda yang Luar
Biasa Prima! Selamat mencoba melakukan latihan ini dan Anda akan merasakan, bangkitnya “energi
dalam” atau “inner power” diri Anda yang selama ini terabaikan karena kesibukan Anda sehari-hari.