Anda di halaman 1dari 5

Nama/Kelas : Nain Jansen Londong/B

No.Stb : 2191.3784

Allah Menahan Diri Tapi Pantang Berdiam Diri

Nama Penulis : Ebenhaizer I.Nuban Timo


Penerbit : Bpk Gunung Mulia
Tahun Terbit : 2015
Halaman : 482 Halaman
Isi :

Teologi dikatakan selalu kontekstual, maksudnya menyelesaikan masalah secara sadar


untuk refleksi iman. Berdogmatika secara kontekstual di Indonesia dapat dipahami melalui
penggambaran Allah secara antromorphe atau menyadari dan menyaksikan respon manusia
terhadap karya dan kebaikan Allah. Ilmu teologi dibagi menjadi empat rumpun, dogmatika
ada di rumpun sistematika yang dulunya merupakan pusat ilmu teologi. Dogmatika menjadi
penting karena merupakan dasar/pedoman bagi ilmu teologi lainnya. Bahkan sangat penting
hingga disebut sebagai napas teologi. Seperti yang kita ketahui napas merupakan hal yang
sangat penting bagi manusia. Maka dapat dikatakan bahwa tanpa dogmatika ilmu teologi
tidak berarti apa-apa. Namun seiring berjalannya waktu dogmatika sudah disejajarkan dengan
ilmu teologi lainnya.

Dogma merupakan keputusan, ajaran yang berisi penyataan tentang Allah dan wajib
dilaksanakan gereja. Misalnya yang ada dalam Kisah Para Rasul 16:4, yaitu saat Paulus
menyampaikan keputusan-keputusan yang sudah ditetapkan para penatua di Yerusalem dan
wajib dilaksanakan jemaat-jemaat. Mengapa doktrin dan dogma di katakan berbeda? Karena
dogma berisi identitas gereja, sedangkan doktrin berisikan identitas suatu denominasi atau
kelompok Kristen. Doktrin adalah kepercayaan atau keyakinan yang mencerminkan suatu
kelompok yang merumuskan doktrin tersebut. Orang yang mengerjakan dogmatika haruslah
orang yang bisa berkomitmen agar bisa mempertahankan dogma tersebut. Hal ini
menyebabkan sekolah teologi dibagi menjadi dua, yaitu sekolah teologi simplex ordo dan
duplex ordo. Orang-orang yang mengajar didalamnya bukanlah sembarang orang karena
mereka akan diseleksi oleh gereja.

Dogmatika adalah tugas gereja yang dilaksanakan oleh orang-orang yang


dipercayakan secara khusus oleh gereja. Dalam hal ini dogmatika: dogmatika regular adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana merumuskan ajaran yang terkandung dalam Firman Allah.
Perumusan ajaran itu tentu berguna untuk macam-macam hal. Contohnya dalam berapologet,
dipraktekkan dalam kehidupan, dan lain-lain. Yang kedua dogmatika irregular adalah
pelaksanaannya atau operasional yang berdasarkan intuisi dan pengalaman. Misalnya khotbah
atau bahan ceramah untuk satu pokok pembahasan yang sedang ramai dibicarakan.

Alasan adanya dogma dan doktrin ialah agar apa yang disampaikan gereja tidak lari
dari kebenaran Allah atau bisa saja disebut sebagai kebutuhan gereja. Sebab apa yang
biasanya disampaikan manusia tentang firman Allah mengalami pembelokan makna
sesungguhnya. Dogma Trinitas yang menyatakan keunikan Allah dalam menyatakan diri-Nya
melalui tiga cara: sebagai Sang Bapa, Sang Anak, dan Roh Kudus. Gereja Kristus sepakat
akan dua persyaratan penetapan dogma. Pertama dogma harus memiliki dasar yang kuat yaitu
alkitab karena dogma tidak boleh bertentangan dengan kebenaran Allah, kedua
pengajarannya harus ditetapkan dalam konsili yang dihadiri para pemimpin Gereja Kristus
dari seluruh dunia. Akhir penetapan dogma yaitu Konsili Nicea tahun 787 M. Gereja Katolik
Roma menetapkan tiga dogma setelah Konsili Trente, dogma tentang Maria yang diumumkan
oleh Paus Pius IX (8 Desember 1854), dogma tentang infallibilitas Paus (18 Juli 1870), dan
dogma tentang kenaikan Maria ke surga yang diumumkan Paus Pius XII (1 November 1950).

Kata Protestan bukanlah penunjuk bahwa sering protes terhadap Katolik, melainkan
artinya berpihak pada kesaksian yang benar yaitu alkitab. Sehingga sola scriptura menjadi
semboyan sebab Katolik sudah menyimpang jauh dari alkitab. Jika gereja saling melengkapi
maka gereja akan menjadi gereja yang dekat dengan Allah dan sesama manusia. Sebab yang
beda hanya penafsiran pada gereja. Menurut Protestan dogma bukan akhir dari suatu
kebenaran, justru dogma itu akan selalu dibaharui seiring zaman dalam pengalaman
perjumpaan dengan Allah, harus ditinjau kembali. Gereja memerlukan dogma untuk
mengoreksi, mengarahkan pelayanan yang dilakukan agar sesuai dengan alkitab. Mengapa
harus terus dibaharui, agar mampu menjawab perubahan yang terus terjadi dalam konteks.

Dogmatika unik dan berkarakter. Norma dan karakternya berpusat pada Allah, ruang
lingkupnya gereja dan objeknya pemberitaan gereja, subjek dogmatika adalah gereja jadi
gerejalah yang melakukan pengujian dan pengukuran pemberitaannya, orang dogmatika
harus selalu berhubungan dengan gereja, dan metodenya bukan ditentukan oleh gereja
melainkan oleh Yesus. Dikatakan bahwa Yesus adalah orang Asia, namun pada
kenyataannya Yesus digambarkan sebagai orang Eropa. Hal itu memnimbulkan tanggapan
bahwa terjadi perampasan identitas Yesus. Orang-orang Asia berusaha untuk
mengembalikannya karena mereka ingin orang Asia hidup seperti Yesus. Orang Kolana
bahkan sampai membuat lukisan dan patung yang menampakkan Yesus memiliki wajah
seperti orang Kolana. Tetapi ada beberapa orang yang menganggap itu termasuk
penyembahan berhala dan pelanggaran terhadap dasa titah. Dasar biblis dan teologinya ada
pada peristiwa inkarnasi.

Ada tiga bentuk penyataan firman Allah yaitu yang pertama Yesus Kristus, yang
kedua Alkitab dan yang ketiga khotbah atau pengajaran. Khotbah dan Alkitab disebut firman
Allah karena memberitakan tentang Yesus Kristus. Alkitab dan khotbah merupakan firman
Allah dalam arti sekunder dan tersier, sedangkan Yesus Kristus dalam arti primer atau pokok.
Bisa dikatakan secara sederhana bahwa Alkitab dan khotbah menjadi firman Allah dan Yesus
adalah firman Allah. Yesus Kristus sebagai firman Allah bersifat infallibilitas yang juga
menjadi norma sejati bagi dogmatika. Terjadi perdebatan akan baptisan mana kah yang benar
entah itu baptis selam atau baptis percik. Kebenaran akan baptisan dapat ditemukan melalui
dogmatika jika Alkitab dijadikan sebagai norma yang objektif.

Dogmatika ada karena gereja merasa itu perlu untuk mengkritisi pemberitaan firman,
dogmatika melayani tugas pemberitaannya, maka bahan bagi dogmatika ialah pemberitaan
Gereja, tradisi Gereja, dan pengalaman konkrit manusia. pemberitaan gereja berarti manusia
menyampaikan perbuatan manusia berdasarkan perintah Allah kepada dunia dan gereja.
Pemberitaan gereja biasanya dapat kita temukan dalam khotbah, nyanyian gereja, dan juga
pengajaran lainnya. Jadi lagu-lagu yang dinyanyikan dalam ibadah bukanlah sekedar
nyanyian melainkan memiliki makna tersendiri. Sesuai bahan dogmatika yang kedua, yang
termasuk juga dalam tradisi gereja ialah kesepakatan-kesepakatan yang diambil gereja pada
masa lalu, ritus-ritus, hokum atau aturan gereja, dan bentuk pelayanan gereja. Sesungguhnya
kanon yang ada terbentuk dari bahan-bahan yang diambil dari tradisi. Tradisi gereja akan
dogmatika pakai dalam mengevaluasi dan mengukur seberapa jauh pemberitaan gereja dalam
kesesuaian dengan penyataan Allah. Pengalaman konkrit manusia menentukan bagaimana
tanggapan manusia terhadap Injil keselamatan Allah. Seperti contohnya pada masyarakat
NTT yang menganggap angka tiga adalah kesialan lalu bagaimana mereka akan menerima
Trinitas. Maka dogmatika memerlukan pengalaman manusia untuk menjelaskan hal tersebut,
sebab perlu penjelasan yang sesuai agar kebenaran Allah itu tidak salah diterima orang.
Dogmatika harus terus membantu gereja untuk mengevaluasi dan mengkritisi apakah bentuk-
bentuk pelayanan Gereja telah sesuai dengan penyataan Allah.

Penyataan Allah tidak sama dengan penglihatan atau wahyu, sebab penyataan Allah
berarti telah terjadi perjumpaan hubungan pribadi kita dengan Allah. Tetapi walau kita telah
mengalami penyataan Allah tetap saja kita belum mengenal Allah secara sempurna atau baru
sebagian, karena pengenalan yang sempurna dengan Allah terjadi saat Allah datang kembali.
Dalam penyataan Allah kita akan dihadapkan dengan tiga momen yaitu pertama Allah
tersembunyi dan tidak dapat dikenal, kemudian Allah memperkenalkan diri-Nya saat terjadi
komunikasi personal antara diri kita dengan Allah, yang terakhir Allah akan masuk dan
berdiam dalam kita agar kita mampu memahami penyataan Allah itu. Penyataan Allah yang
seperti ini barulah penyataan umum, setelah mengalami penyataan umum kita akan
mengalami penyataan khusus. Penyataan khusus itu ialah penyelamatan oleh Allah yang
terjadi hanya sekali untuk selamanya. Penyataan yang ada saat ini hanyalah pengulangan
yang diteruskan menggunakan Alkitab.

Dalam dogmatika akal budi diperlukan karena memiliki peran dan tempat. Akal budi
digunakan memahami dan memberi penjelasan tentang iman kita. Sebagai orang beriman kita
memang harus memahami iman kita. Iman mendahului teologi, dijelaskan secara jelas dan
sistematis. Imanlah yang akan menentukan bagaimana dogmatika harus dikerjakan.
Dogmatika punya tiga sifat, polemik, apologia dan kontekstual. Polemik maksudnya
mempersalahkan atau menyerang pihak lain demi kepentingan diri sendiri. Kontekstual
maksudnya kita sebagai orang percaya berupaya untuk menjawab kasih karunia Allah.
Dogmatika yang kontekstual mengungkapkan cinta kepada Allah, sesama, dan alam dengan
memperhatikan masalah-masalah dalam konteks. Melalui dogmatika Gereja terus menerus
akan mengevaluasi dan membaharui pemberitaan gereja agar identitas gereja dan orang
percaya bisa dirumuskan ulang. Hal itu akan menjadi alat ukur yang akan mengarahkan
pengharapan kita sehingga hidup kita lebih bermakna. Sifat seperti ini yang disebut sebagai
kontekstual. Dalam dogmatika yang diajarkan ialah tentang Allah dan pekerjaan-Nya, ajaran
tentang Allah Anak dan pekerjaan-Nya, dan ajaran tentang Roh Kudus dan pekerjaan-Nya.
Secara sederhana bisa kita katakan bahwa dogmatika mengajarkan tentang penciptaan,
pendamaian, dan penyelamatan atau pembahasan.

Pada buku ini setiap bab nya memiliki pembahasan yang tentunya ada kaitannya
dengan dogma, karya Allah bagi manusia. Penulis menempatkan eskatologi dalam bagian
tersendiri agar tidak ada pandangan negatif atau kesalahpahaman, sedangkan menurut buku
yang dibuat oleh Harun Hadjiwono penempatan eskatologi ditempatkan di bagian percakapan
mengenai karya Roh Kudus, dalam buku ini disebut pendamaian. Jika orang membaca buku
ini dengan baik maka akan ditemukan lima pokok pembahasan dalam buku ini yaitu ajaran
tentang Allah, tentang karya Allah sebagai pencipta, tentang karya Allah sebagai pendamai,
pendamaian dan penyelamatan, serta ajaran tentang akhir zaman. penulis memberikan lima
pokok pembahasan dalam buku ini agar kita mengerti garis besar buku ini.

Buku ini tentulah berbeda dengan buku-buku dogmatika lainnya, lalu apa yang
membedakannya? Perbedaan antara buku-buku itu terletak pada pendekatannya. Buku
Dogmatika Masa Kini berusaha mengembangkan dengan menjelaskan secara lebih singkat
mengenai isi dari pengakuan iman gereja. Buku Ikhtisar Dogmatika menjelaskan bahwa
mengenal Allah tidak hanya kita terima dalam Yesus Kristus, melainkan bisa juga dalam
sejarah, alam, dan hati nurani manusia. Namun sayangnya Soedarmo tidak memberi perhatian
pada agama asli di Indonesia. Buku Iman Kristen pun sama bercorak teosentris atau
keyakinan bahwa Allah adalah aspek utama untuk pengalaman, seperti buku milik Soedarmo.
Dalam buku Iman Kristen Hadiwijono memang memberi perhatian pada agama-agama lain
selain Kristen, tapi hal itu hanya bersifat formalitas. Hadiwijono tidak mengkritisi perbedaan
paham antara Kristen dengan agama-agama lain terutama agama asli di Indonesia. Buku
Pedoman Dogmatika memang jika dilihat sudah maksimal tapi tetap saja dialognya tidak
benar-benar sampai pada pandangan manusia. Buku ini hanya menunjukkan arah dalam
setiap pokok dogmatika.

Masing-masing buku dogmatika yang ada punya masalah tersendiri didalamnya.


Buku-buku itu memberikan petunjuk bagi orang percaya untuk benar-benar memaknai hidup
mereka. Sularso Sopater ingin buku dogmatika berikutnya harus bercorak kontekstual
sehingga buku ini menjadi percobaan apakah mampu menjawab tantangan tersebut.
Dogmatika harus sejalan dengan tradisi gereja, pengalaman konkrit manusia, dan alkitab.
Setidaknya buku ini telah mampu melewati keempat buku dogmatika tadi.

Anda mungkin juga menyukai