Anda di halaman 1dari 10

“TERJEMAHAN NAMA ALLAH KEDALAM BAHASA

TORAJA”

OLEH: ARTAHSASTA MEYLANO

KELAS:

NIRM:

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) TORAJA

TAHUN AJARAN 2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Terjemahan
nama Allah kedalam bahasa Toraja”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Bahasa Toraja di Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri
(STAKN) Toraja.
Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Mengkendek, 28 Oktober 2019

Artahsasta Meylano

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 4


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 5
C. TUJUAN PEMBAHASAN ................................................................ 5

BAB 2 PEMBAHASAN
A. VERSI ANTONIC ARIS VAN DE LOOSDRECHT ........................ 6
B. VERSI HENDRIK VAN DER VEEN ...............................................7
C. VAN DE LOOSDRECHT versus H.VAN DER VEEN....................8-9

BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN . .......................................................................................... 10

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dahulu, kepercayaan tradisional Toraja (Aluk Todolo) termasuk didalamnya adat
kebudayaan telah dipelihara secara lisan dari generasi ke generasi. Penyampaian verbal
terjadi karena leluhur orang toraja sejak dahulu belum memiliki dokumen tertulis.

Adapun dokumen-dokumen tertulis yang dimiliki sekarang ini barulah beberapa tahun
terahir ini. Literatur yang dimaksud adalah tulisan-tulisan tentang masyarakat Toraja
yang ada di negeri Belanda dan sebagainya di Indonesia. Selain iru dengan penyusunan
Kamus Toraja – Indonesia dapat penerjemahan Alkitab kedalam bahasa Toraja
mempunyai dampak yang besar dalam “sejarah literatur” sebagai sumber tertulis
mengenai bahasa dan masyarakat Toraja1

Salah satu yang menarik untuk diteliti adalah adanya “penerjemahan” nama yang
dipakai dalam kepercayaan tradisional Toraja, Aluk Todolo, yaitu Puang Matua, yang
dalam terjemahan Alkitab berbahasa Toraja yang memakai nama istilah Puang Matua
tersebut sebagai terjemahan dari Elohim (Allah)? Orang yang paling berjasa dalam
penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Toraja adalah Dr.H.Van der Veen. Apakah beliau
yang pertama kali menerjemahkan kata “Allah” itu ke dalam bahasa Toraja? Penulis
berusaha mengadakan pendekatan dengan korespondensi langsung H.Van der Veen.
Hasil korespondensi dengan beliau sebagaimana yang akan dikutip dalam uraian-uraian
berikut, sangan berguna dalam penyususnan tulisan ini.

Sejak 26 November 2008, Kabupaten Tana Toraja telah dimekarkan menjadi dua
kabupaten yakni wilayah Selatan tetap memakai nama Kabupaten Tana Toraja dengan
ibukota Makale, sedang bagian Utara dengan nama Kabupaten Toraja Utara dengan
ibukota Rantepao. Dari segi teknis, bila ada literatur yang disinggung “sebelum”
pemekaran yang mencantumkan nama Tana Toraja, maka itu dimaksudkan Kabupaten
Tana Toraja termasuk didalamnya Kabupaten Toraja Utara sekarang ini. Setelah

1
Dalam Jurnal Marampa’ STAKN Toraja, Vol. 1 No. 1 November 2008, penulis sudah mengemukakan tentang
Puang Matua : Allah Israel atau Allah Toraja? Artikelyang diuraikan dalam volume ini menekankan sisi lain
yakni penelusuran “sejarah” mengenai siapa yang pertama kali berupaya menerjemahkan “Allah” kedalam
bahasa Toraja. Apakah H. Van der Veen sebagai penerjemah Alkitab kedalam bahasa Toraja atau misionaries
GZB yang pertama kali menetap di Toraja yaitu Antonic Aris van de Loosdrecht?.

4
pemekaran Kabupaten Toraja Utara, maka bila ditulis “Toraja”, maka yang dimaksudkan
Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini yang akan dibahas yaitu:
1. Siapakah yang pertama kali menerjemahkan nama Allah ke dalam bahasa Toraja?.
2. Terjemahan manakah yang paling kuat untuk diterima dalam rangka pengembangan
teologi kontekstual?.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui siapa yang pertama kali menerjemahkan nama Allah kedalam
bahasa Toraja.
2. Untuk mengetahui terjemahan manakah yang paling kuat diterima dalam rangka
pengembangan teologi konstektual.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Versi Antonic Aris Van de Loosdrecht


Nama Tuhan Allah (bah.Ibrani Elohim dan bah. Yunani Theos) sukar
diterjemahkan ke dalam bahasa Sa’dan (Toraja). Ds. Van de Loosdrect2
Tidak hendak memakai nama Puang Allah akan menjatakan nama Zat atau wujud
yang Mahakuasa (bah. Belanda God, bah. Ibrani Elohim, bah. Yunani Theos) dan mulai
memakai nama Puang Matua.
Memperhatikan kutipan diatas, maka ada beberapa hal yang dapat dikemukakan:
a. A.A. Van de Loosdrecht sebagai misionaris pertama menetap di Toraja telah
berusaha untuk memikirkan bagaimana cara menjelaskan Allah orang Kristen
dalam konteks masyarakat Toraja sejak awal ia bekerja di Toraja.
b. Dengan memperhatikan sumber tersebut diatas, maka ternyata sejak mulainya
pekabaran Injil di wilayah Toraja oleh Ds. Antonia Aris Van de Loosdrecht, telah
memikirkan mengenai istilah yang akan dipakai untuk menyebut Allah menurut
iman Kristen. Ada beberapa alternatif penerjemahan dimaksud dan salah satunya
adalah memakai nama Puang Allah sebagaimana yang telah dikutib di atas.
Memang benar nama Allah telah dikenal oleh suku bangsa di sekitar Toraja, karena
sudah dipakai di kalangan umat Islam.
c. Dengan istilah Puang Allah, maka A.A. Van de Loosdrecht tidak setuju.
Alasannya adalah kalau memakai istilah Puang Allah maka itu mengarah kepada
istilah Islam. Nama itu asing bagi orang Toraja, karena itu harus dicari istilah
/nama lain.
d. Oleh karena itu A.A. Van de Loosdrecht memakai nama bukanlah “Puang Allah”
melainkan Puang Matua. Di ba
e. wah ini kutipan langsung tanpa mengubah naskah aslinya yang masih memakai
ejaan lama sebagai berikut:
“dalam riwayat tentang kejadian purbakala (menurut Aluk Todolo) tesebutlah
Puang Matua selaku Chalik, yang menjadikan manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan dari dalam sauan sibarrung (bah. Sa’dan). Oleh karena itu, Ds.Van de

2
Sebenarnya penulisan nama misionaris tersebut “kurang” satu huruf yaitu huruf “h” yang
benar adalah Ds. Van de Loosdrecht. Mungkin ini adalah human error karena penulisan
selanjutnya
6
Loosdrecht memakai nama itu akan menterjemahkan kata God (Elohim, Theos).
Ds. Van de Loosdrecht merasa nama Allah yang dipinjam dari bah. Arab,
dipengaruhui oleh agama Islam”.
Jelaslah bahwa alasan untuk tidak memakai istilah Puang Allah, karena bila istilah itu
yang dipakai, maka nama itu akan asing bagi orang Toraja dan konsep Allah dalam
kepercayaan orang Kristen bisa dipahami oleh warga jemaat “sama saja” dengan
konsep Allah dalam agama Islam.
Denagan memakai nama Puang Matua , maka nama itu tidak asing bagi orang Toraja,
dan akan lebih menjelaskan konsep Allah dalam kepercayaan Kristen, ketimbang
memakai istilah yang asing bagi mereka. Demikianlah A.A. Van de Loosdrecht
mengambil alih nama itu dan dipakai dalam khotbah-khotbahnya dimanapun ia
berada. Sayang, penulis tidak menemukan kgotbah-khotbah tertulis A.A. Van de
Loosdretcht, sekalipun demikian, satu yang pasti bahwa dialah orang pertama
memakai istiah Puang Matua sebagai tejemahan dari Allah dalam Alkitab.

B. Versi Hendrik Van der Veen


Pada awalnya H.Van der Veen “kurang setuju” dengan pemakaian nama
Puang Matua dalam gereja, dia mengatakan:
“saya kurang setuju memakai nama Puang Matua, sebab nama itu memuat
sifat jara manusia menurut riwayat tentang hal purbakala, misalnya anak
Puang Bassi-bassian, ia memperistrikan Arrang dibatu. Jadi saya mengusulkan
memakai nama Puang Kapenomban: Raja yang disembah”.
Demikianlah pandangan H. Van der Veen “pada awalnya” tentang
pengambilan nama Puang Matua dan usul yang beliau kemukakan untuk memakai
nama Puang Kapenomban. Alasan H.Van der Veen sehingga dia tidak memakai nama
Puang Matua untuk Allah jelas, yakni terlalu menekankan kemanusiaan, bahkan
Puang Matua seperti layaknya manusia yang kawin. Memang benar sesuai dengan
kepercayaan tradisional Toraja, Puang Matua itu dilahirkan dari perkawinan Usuk
Sangbamban dengan Lokkon Loerara’. Bahwan Puang Matua sendiri kawin dengan
Arrang Dibatu.
Mungkin pula H.Van der Veen khuatir kalau mengambil alih Puang Matua
untuk menyebut nama Allah orang Kristen bahwa orang Toraja gampang mengagap
Allah dengan kepercayaan Kristen itu sama saja dengan Puang Matua dalam
kepercayaan Tradisional Toraja.

7
Jalan pikiran H.Van der Veen seperti di atas itu dapat dimengerti, tetapi kalau
mengambil istilah yang masih asing bagi masyarakat Toraja, bisa juga konsep Allah
dalam kepercayaan Kristen sulit dipahami karena sama sekali asing bagi mereka.
Sebagaimana pada awalnya, H.Van der Veen mengusulkan terjemahan nama Allah
adalah Puang Kapenomban. Menurut beliau, Kapenomban berarti Raja yang di
sembah. Dialah Raja yang harus disembah oleh manusia.
Bila kita memperhatikan Alkitab, maka memang benar Allah yang disembah
oleh orang Israel yang telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus adalah Raja di atas
segala raja (ban. 1 Taw.16:31, Mzm 24:10; 47:8; Yer. 10:10; Za. 14:9-16, dalam
Perjanjian Baru Yesus dipandang sebagai Raja orang Yahudi: Mat. 27:37; Luk. 19:28;
Yoh.19:19). Seg positif bila istilah ini yang dipakai adalah bahwa Allah orang Kristen
itu lebih diatas dari ilah yang sudah dikenal dalam kepercayaan tradisional Toraja.
Oleh karena itu, beberapa tahun setelah H. Van der Veen, salah seorang sesepuh
masyarakat Toraja yakni F.K. Sarungallo, juga memakai istilah Puang Kapenomban
untuk Allah.
Walaupun demikian, persoalan yang muncul bila nama Allah diterjemahkan
Puang Kapenomban adalah, “istilah tersebut, sejauh yang penulis tahu, tidak pernah di
sebut dalam ritus-ritus Aluk Todolo, karena itu istilah tersebut juga asing bagi
penerimaan masyarakat Toraja,”. Bila istilah itu asing bagi masyarakat Toraja, maka
orang Toraja tidak akan mudah mengahayati konsep Allah dalam kepercayaan Kristen
itu.

C. Van de Loosdrecht versus H.Van der Veen


Memperhatikan jalan pikiran kedua misionaris tersebut diatas maka penulis
memberi penilaian sebagai berikut:
1. Bila yang ditekankan adalah segi pemahaman dan penghayatan masyarakat Toraja
pada masa Injil baru diberitakan kepada mereka, maka istilah Puang Matua lebih
tepat. Bila dikaitkan dengan konteks Israel, maka nama Elohim juga adalah nama
“umum” yang dipakai bangsa-bangsa disekitar Israel. Namun demikian, umat
Israel juga telah mengambil alih nama tersebut sebagai sebutan kepada Allah
mereka. Istilah “Puang Matua”.
2. Bila memakai nama Puang Kapenomban maka nama itu akan asing bagi
masyarakat Toraja. Bila kita memperhatikan kepercayaan umat Allah dalam
Alkitab, maka selain nama Elohim, juga dipakai nama YAHWE(H). Menurut

8
kesaksian Perjanjian Lama istilah YAHWE(H) adalah nama “khusus” bagi “yang
disembah”dalam kepercayaan Israel. Nama itu tidak dikenal oleh bangsa lain
disekitar Israel, bahkan bangsa Israel sendiri tidak mengenal nama itu sebelum
YAHWE (H) sendiri menyatakan nama itu kepada mereka (Kel.3:14). Bertolak
dari pemikiran seperti itu, maka menurut penulis, istilah Puang Kapenomban lebih
tepat diterjemahkan dari YAHWE(H) dari Perjanjian Lama.
3. Memperhatikan kedua istilah Elohim dan YAHWE(H), maka menurut hemat
penulis istilah Elohim lebih tepat diterjemahkan Puang Matua dan istilah
YAHWE(H) lebih tepat diterjemahkan Puang Kapenomban. Dan itulah nampak
dalam penerjemahan Alkitab kedalam bahasa Toraja sekarang ini.
4. Pengambil-alihan istilah Puang Matua harus diberi catatan disini, untuk
menghindari kesalahpahaman terhadap istilah Elohim, sesuai kesaksian Alkitab,
maka harus ditegaskan bahwa “ada”perbedaan Puang Matua dalam Aluk Todolo
dengan Puang Matua iman Kristen. Pertama, perbedaan yang mencolok adalah
Puang Matua dalam Aluk Todolo dilahirkan sedang Puang Matua dalam Alkitab
tidak dilahirkan. Kedua Puang Matuan dalam kepercayaan tradisional Toraja
bukanlah kekal. Sedang Puang Matua dalam Iman Kristen kekal adanya
sebagaimana dalam Kej.1:1. Dialah pencipta langit, bumi, dan segala isinya.

Dengan sekalipun terjadi pengambil-alihan istilah Puang Matua dari


kepercayaan tradisional Toraja, namun tidak mengurangi makna yang terkandung
dalam Alkitab.

9
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Memperhatikan pendapat yang telah diuraikan diatas maka sesuai dengan tujuan
penelusuran ini dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Yang pertama kali menerjemahkan Allah kedalam bahasa Toraja adalah Antonie
Aris van de Loosdrecht. Sekalipun Hendrik Van der Veen dkk, yang
menerjemahkan keseluruhan Alkitab kedalam bahsa Toraja, namun A.A. Van de
Loosdrechtlah yang pertama kali memakai nama itu dalam memberitakan Injil
dikalangan orang Toraja.
2. Menurut hemat penulis, terjemahan nama Allah (Elohim) kedalam bahasa Toraja
lebih tepat memakai nama Puang Matua. Nama itu merupakan “pintu”masuk
kedalam pemikiran orang Toraja. Sedang nama Puang Kapenomban lebih cocok
diterjemahkan dari kata Tuhan (YAHWEH) untuk menyatakan secara khusus
Allah yang telah menyatakan penyelamatan-Nya didalam Yesus Kristus. Dan
itulah yang nampak dalam terjemahan Alkitab kedalam bahasa Toraja sekarang
ini.

10

Anda mungkin juga menyukai