Anda di halaman 1dari 14

KARAKTER RAJA ARTAHSASTA

DISUSUN OLEH:

ARTAHSASTA MEYLANO

JURUSAN/KELAS:

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN/ C

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI


(STAKN) TORAJA 2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa , yang atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Karakter Raja
Artahsasta”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Pendidikan Karakter di Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Toraja.
Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini.

Mengkendek, 16 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................

C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................

BAB II PEMBAHSAN................................................................................................................

1. NILAI KARAKTER RAJA ARTAHSASTA.................................................................


2. RELEVANSI DALAM PENGEMBANGAN DIRI SAYA DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN KEHIDUPAN MASA KINI .................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

KESIMPULAN............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
PENDHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Karakter merupakan kunci kepemimpinan. Istilah karakter dianggap sama dengan


kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat
khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan. Pada dasarnya karakter akan terbentuk bila aktivitas dilakukan berulang-
ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya tidak hanya menjadi
suatu kebiasaan tetapi sudah menjadi suatu karakter. Istilah karakter dalam bahasa
Yunani dan latin character berasal dari kata charassein yang artinya mengukir corak
yang tetap dan tidak terhapuskan. Karakter merupakan ciri khas seseorang dan
karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya karena karakter terbentuk
dalam lingkungan sosial budaya tertentu. Watak atau karakter merupakan perpaduan
dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk
membedakan orang yang satu dengan yang lain.1

Di dalam Alkitab banyak sekali tokoh-tokoh yang mempunyai karakter atau ciri
khasnya sendiri. Dari karakter yang beragam ini, kita dapat mengetahui dan mempelajari
setiap karakter yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam Alkitab. Ada karakter unggul ada
juga karakter yang tidak unggul/tidak membangun. Jadi untuk mempelajari karakter orang
atau ingin membangun karakter unggul, tidak perlu jauh-jauh mencari karena Alkitab telah
menyediakan banyak referensi bagi kita untuk dijadikan pelajaran dan membentuk karakter
unggul yang dapat membantu kita dikehidupan yang serba canggih ini, di mana kita berada
dalam era revolusi indsutri 4.0 yang menuntut kita belajar lebih giat agar dapat
menggunaka IPTEK dengan baik dan benar.

Artahsasta adalah salah satu tokoh Alkitab yang disebutkan dalam dua kitab, yaitu kitab
Ezra dan kitab Nehemia. Artahsasta bukan menunjuk pada satu nama pribadi melainkan
digunakan sebagai nama atau gelar yang dalam Alkitab digunakan untuk dua raja Persia.
Dalam Alkitab Artahsasta dikenal sebagai raja yang sangat dihormati. Raja Artahsasta
mempunyai peran penting dalam perjalanan Ezra dan Nehemia dalam membangun kembali

1
Salamah, “Karakter”, diakses dari http://eprints.ums.ac.id/35391/3/04.%20BAB%20I.pdf, pada tanggal 16
September 2019 pukul 20.01.
bait Allah dan tembok di Yerusalem. Banyak hal yang dapat kita petik dari karakter
tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1) Apa karakter raja Artahsasta ?


2) Bagaimana relevansinya dalam pengembangan diri saya dalam menghadapi tantangan
kehidupan masa kini ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dan manfaat dari penulisan ini adalah agar pembaca dapat memahami

1) Karakter raja Artahsasta.


2) Relevansi dalam pengembangan diri saya dalam menghadapi tantangan kehidupan
masa kini.
PEMBAHASAN

1. Karakter Raja Artahsasta


Raja Artahsasta yang disebutkan dalam Alkitab terutama di kitab Ezra pada pasal
ke-4 dan pasal ke-7 adalah raja yang berbeda. Pada pasal yang ke-4 diperkirakan raja
Artahsasta yang dimaksud adalah Bardiya yang memimpin sekitar tahun 522 SM.
Sedangkan pada pasal yang ke-7 dan dalam kitab Nehemia raja Artahsasta yang
dimaksud adalah Artahsasta Longimanus yang menurut kebanyakan referensi
menetapkan bahwa ia naik takhta pada tahun 465 SM. Jadi saya akan membahas dua
raja Artahsasta yang berbeda menurut karakternya masing-masing.

1) Artahsasta Bardiya.
a) Berpikir Kritis
Menurut Ennis yang dikutip oleh Alec Fisher, Berpikir kritis adalah pemikiran yang
masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya
atau dilakukan. Dalam penalaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis atau dengan
kata lain kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran. Secara umum
definisi berpikir kritis (critical thinking) adalah proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Untuk memahami informasi secara mendalam dapat
membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang
disampaikan. Proses aktif menunjukkan keinginan atau motivasi untuk menemukan
jawaban dan pencapaian pemahaman. Dengan berpikir kritis, maka pemikir kritis
menelaah proses berpikir orang lain untuk mengetahui proses berpikir yang digunakan
sudah benar (masuk akal atau tidak).2
Mengapa saya mengatakan Artahsasta Bardiya berpikir kritis ? ini terbukti pada saat
orang-orang dari kota Samaria menulis surat kepada raja Persia ini, yang berisi tuduhan
terhadap orang Yahudi. Ini terjadi sewaktu orang Yahudi sedang sibuk membangun
bait.) Untuk mencapai tujuan mereka, musuh-musuh orang Yahudi menggunakan
dusta, dengan menyatakan bahwa orang Yahudi pada waktu itu sedang membangun
kembali kota Yerusalem, termasuk tembok-temboknya. Akibat tuduhan palsu ini,
”pekerjaan untuk rumah Allah” terhenti.3 Yang terdapat dalam Ezra 4 : 11-22 yang

2
Nur Fatin, “Pengertian Berfikir Kritis serta Ciri-Ciri Dan Tujuannya”, diakses dari
http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/11/pengertian-berfikir-kritis-serta-ciri-tujuan.html, pada tanggal
16 September 2019 pukul 21.03
3
S. Wismoady Wahono, “DI SINI KUTEMUKAN”, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009), hlm. 260
berbunyi “Inilah salinan surat yang dikirim mereka kepadanya: "Ke hadapan raja
Artahsasta dari hamba-hamba tuanku, orang-orang di daerah sebelah barat sungai Efrat.
Maka kiranya raja maklum, bahwa orang-orang Yahudi, yang berangkat dari tuanku ke
tempat kami, telah tiba di Yerusalem. Mereka sedang membangun kembali kota yang
durhaka dan jahat itu; mereka menyelesaikan pembangunan tembok-tembok dan
memperbaiki dasarnya. Kiranya raja maklum, bahwa jikalau kota itu sudah dibangun
dan tembok-temboknya sudah selesai, orang tidak lagi membayar pajak, upeti atau bea,
sehingga kota itu akhirnya mendatangkan kerugian kepada raja-raja. Sekarang, oleh
karena kami mempunyai hubungan dengan raja dan tidak patut bagi kami melihat raja
kena cela, maka oleh sebab itu kami menyuruh orang memberitahukan hal itu kepada
raja, supaya diadakan penyelidikan dalam kitab riwayat nenek moyang tuanku. Di
dalam kitab riwayat itu tuanku akan mendapati dan mengetahui, bahwa kota itu kota
durhaka, yang selalu mendatangkan kerugian kepada raja-raja dan daerah-daerah, dan
bahwa orang selalu mengadakan pemberontakan di dalamnya sejak zaman dahulu.
Itulah sebabnya maka kota itu dibinasakan. Kami ini memberitahukan kepada raja,
bahwa jikalau kota itu sudah dibangun kembali dan tembok-temboknya sudah selesai,
maka bagi tuanku kelak tidak ada lagi milik di daerah sebelah barat sungai Efrat."
Maka raja mengirim surat jawaban ini: "Kepada Rehum, bupati, dan Simsai,
panitera, serta rekan-rekan mereka yang lain, yang tinggal di Samaria dan di daerah
yang lain seberang sungai Efrat. Salam! Maka sekarang, surat yang kamu kirim kepada
kami, telah dibacakan kepadaku dengan jelas. Lalu atas perintahku telah diadakan
penyelidikan, dan didapati, bahwa kota itu sejak zaman dahulu selalu bangkit melawan
raja-raja dan bahwa penduduknya selalu mendurhaka dan memberontak. Lagipula
dahulu ada raja-raja yang berkuasa atas Yerusalem, yang memerintah seluruh daerah
seberang sungai Efrat, dan kepada mereka dibayarlah pajak, upeti dan bea. Oleh sebab
itu, keluarkanlah perintah, untuk menghentikan orang-orang itu, supaya kota itu jangan
dibangun kembali, sebelum aku mengeluarkan perintah. Dan ingatlah baik-baik supaya
jangan kamu perbuat suatu kelalaian dalam perkara ini. Apakah gunanya kerusakan
yang menjadi kerugian raja-raja itu bertambah besar?” Sudah jelas bahwa raja
Artahsasta Bardiya merupakan orang yang tidak mudah percaya apabila hal tersebut
tidak dibuktikan dengan penyeldikan.
2) Artahsasta Longimanus
a) Baik hati
Baik hati adalah kepekaan terhadap perasaan dan kebajikan diri sendiri dan orang
lain dengan memberikan bantuan dan sokongan moral secara tulus ikhlas.4 Jadi
Artahsasta Longimanus adalah raja yang baik itu terbukti ketika ia memberikan izin
kepada Ezra dan Nehemia untuk kembali ke Yerusalem. Hal ini terbukti dalam Ezra 7
:11-14 yang berbunyi “Inilah salinan surat, yang diberikan raja Artahsasta kepada Ezra,
imam dan ahli kitab itu, yang ahli dalam perkataan segala perintah dan ketetapan
TUHAN bagi orang Israel: "Artahsasta, raja segala raja, kepada Ezra, imam dan ahli
Taurat Allah semesta langit, dan selanjutnya. Maka sekarang, olehku telah dikeluarkan
perintah, bahwa setiap orang di dalam kerajaanku yang termasuk orang Israel awam,
atau para imamnya atau orang-orang Lewi, dan yang rela pergi ke Yerusalem, boleh
turut pergi dengan engkau. Oleh karena engkau disuruh raja serta ketujuh orang
penasihatnya untuk mengadakan penyelidikan mengenai Yehuda dan Yerusalem
dengan berpedoman kepada hukum Allahmu yang menjadi peganganmu,”
Dan dalam Nehemia 2 :6-8 yang berbunyi “Lalu bertanyalah raja kepadaku, sedang
permaisuri duduk di sampingnya: "Berapa lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah
engkau kembali?" Dan raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu
jangka waktu kepadanya. Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik,
berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya
mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi
Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-
balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci, untuk tembok kota dan untuk
rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan
Allahku yang murah melindungi aku.”

b) Murah hati
Murah hati adalah Sifat hati yang mulia dan hangat berupa kesediaan untuk
mendatangkan kebaikan bagi orang lain dengan memberi secara limpah, dengan tangan
terbuka, tanpa ditahan-tahan.5 Raja Artahsasta Longimanus terbukti sebagai orang yang

4
SlideShare, “Definisi baik hati”, diakses dari https://www.slideshare.net/exna/definisi-baik-hati, pada tanggal
17 September 2019 pukul 19.27.
5
Pemahan Alkitab, “Murah hati”, diakses dari https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1200001649#h=1, pada
tanggal 17 September 2019 pukul 19:53.
murah hati itu terbukti ketika dia memperlengkapi Ezra dengan berbagai macam
perhiasan ketika Ezra ingin kembali ke Yerusalem dalam rangka mengatur kebaktian
dalam rumah Allah.6 Terdapat dalam Ezra 7 :14-23 yang berbunyi “Oleh karena engkau
disuruh raja serta ketujuh orang penasihatnya untuk mengadakan penyelidikan
mengenai Yehuda dan Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahmu yang
menjadi peganganmu, dan untuk membawa perak dan emas, yang diberikan raja serta
para penasihatnya sebagai persembahan sukarela kepada Allah Israel, yang tempat
kediaman-Nya di Yerusalem, beserta segala perak dan emas yang akan kauperoleh di
seluruh propinsi Babel, dengan persembahan sukarela yang akan dipersembahkan oleh
rakyat dan para imam bagi rumah Allah mereka yang ada di Yerusalem, maka oleh
karena itu haruslah engkau dengan seksama memakai uang itu untuk membeli lembu-
lembu jantan, domba-domba jantan, anak-anak domba dengan korban sajiannya dan
korban curahannya, dan haruslah semuanya itu kaupersembahkan di atas mezbah di
rumah Allahmu yang ada di Yerusalem.
Tetapi apa yang dianggap baik olehmu dan oleh saudara-saudaramu untuk diperbuat
dengan perak dan emas yang selebihnya, boleh kamu perbuat sesuai dengan kehendak
Allahmu. Hanya perlengkapan-perlengkapan yang diserahkan kepadamu untuk ibadah
di rumah Allahmu, sampaikanlah itu ke hadapan Allah di Yerusalem. Dan yang lain
yang masih diperlukan untuk rumah Allahmu, yang pembayarannya menjadi
tanggunganmu, itu boleh kaubayar dari perbendaharaan kerajaan. Kemudian aku, raja
Artahsasta, telah mengeluarkan perintah kepada semua bendahara di daerah seberang
sungai Efrat, begini: segala yang diminta dari padamu oleh imam Ezra, ahli Taurat
Allah semesta langit, haruslah dilaksanakan dengan seksama, dengan memakai perak
sampai jumlah seratus talenta, gandum sampai jumlah seratus kor, anggur sampai
jumlah seratus bat, minyak sampai jumlah seratus bat, dan garam tidak terbatas. Segala
sesuatu yang berdasarkan perintah Allah semesta langit, harus dilaksanakan dengan
tekun untuk keperluan rumah Allah semesta langit, supaya jangan pemerintahan raja
serta anak-anaknya kena murka.”

6
V. Prabowo Shakti, “KOMITMEN PRIA SEJATI”, (Jakarta:Lumen Deo, 2017), hlm. 225
2. Relevansi Dalam Pengembangan Diri Saya Dalam Menghadapi Tantangan
Kehidupan Masa Kini

Relevansi atau hubungan dalam pengembangan diri saya dari karakter Artahsasta
tentunya sangat memotivasi saya untuk lebih pintar dalam memilih sesuatu tindakan
yang benar-benar tepat/efektif karena di era globalisasi ini saya harus bersaing dengan
jutaan bahkan milyaran orang dalam memajukan diri sebagai orang yang berintelektual
tinggi. Karena kalau saya santai atau malas-malasan, saya akan kalah saing dari orang-
orang di luar sana yang sudah melakukan pekerjaan sedini mungkin. Karakter
Artahsasta mengajarkan saya untuk berpikir kritis di mana perlu adanya penyelidikan-
penyelidikan untuk mengetahui suatu kebenaran agar mendapat pemahaman yang tepat
tentang hal yang diselidiki tersebut. Raja Artahsasta mengajarkan untuk tidak mudah
mempercayai segala sesuatu kalau tidak diselidiki kebenarannya terlebih dahulu. Sama
halnya dengan firman Tuhan yang mengajarkan untuk berpikir kritis yang terdapat
dalam Efesus 5 : 17 “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu
mengerti kehendak Tuhan.” Jadi Firman Tuhan sendiri mengajarkan untuk mengerti
kehendak Tuhan dengan berpikir kritis dan jangan bodoh.
Raja Artahsasta juga mengajarkan saya untuk mempunyai nilai karakter yang baik
hati sekaligus murah hati. Dia mengajarkan saya untuk baik hati kepada semua orang.
Saya sadar, saya adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam kehidupan
saya. Saya tidak boleh egois dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarku. Raja
Artahsasta adalah raja yang bijaksana yang benar-benar peduli dengan orang
disekitarnya. Dan ada hal yang saya percaya dalam diri saya bahwa setiap berkat yang
saya dapatkan dari Tuhan tidak semena-mena utuh menjadi berkatku sendiri karena
saya yakin Allah memberikan berkat kepada saya bukan untuk diri saya sendiri tapi
untuk orang-orang di sekitarku dan untuk orang-orang yang membutuhkan. Jadi hal itu
selalu saya tanamkan dalam diri saya untuk selalu baik kepada setiap orang sekalipun
orang tersebut jahat terhadap saya dan selalu membatu orang karena dari berkat Tuhan
yang saya terima, mereka juga berhak mendapatkan apa yang mereka butuhkan
walaupun bantuan yang saya berikan tidak seberapa tapi saya yakin Allah pasti
memberikan berkat kepada setiap orang.
Alkitab banyak sekali mengajarkan tentang kebaikan hati dan murah hati misalnya
yeng terdapat dalam Roma 12:17 “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan
kepada siapa pun. Pertimbangkanlah untuk melakukan hal-hal yang baik dalam
pandangan semua orang.” Kejahatan saja tidak boleh dibalaskan malah Firman Tuhan
mengajarkan untuk senantiasa melakukan kebaikan. ”Praktekkanlah hal memberi, dan
kamu akan diberi. Mereka akan mencurahkan ke dalam kantong jubahmu dengan
takaran yang baik, yang dipadatkan, diguncangkan dan melimpah. Karena dengan
takaran yang kamu gunakan untuk menakar, mereka akan menakarkannya kepadamu
sebagai balasan.” Luk 6:38. Dan kita diajarkan untuk memberi kepada sesama, hal
tersebut adalah hal yang sangat mulia, karena dengan membantu sesama saya telah
melakukan Firman Tuhan.
PENUTUP

Kesimpulan

1. Setiap orang mempunyai karakter yang khas dalam dirinya. Karakter khas yang saya
maksudkan adalah karakter unggul yang ada dalam diri setiap orang tersebut. Kita dapat
mencontoh teladan tersebut untuk kita terapkan dalam diri kita masing-masing agar
dapat memajukan kehidupan kita.
2. Raja Artahsasta Bardiya mengajarkan kita untuk berpikir kritis dalam menyelidiki
sesuatu. Sedangkan Raja Artahsasta Longimanus mengajarkan untuk baik hati dan
murah hati kepada sesama. Semua itu hal yang sangat baik dan patut untuk dicontoh
dalam kehidupan.
3. Di era revolusi industri 4.0 kita diharapkan menjadi orang yang berintelektual tinggi
dan tidak kalah saing dengan orang-orang di luar sana tetapi harus juga mementingkan
tentang kemanusiaan dan tidak menjadi egois.
DAFTAR PUSTAKA
Salamah (2015, Mei 15). Karakter. http://eprints.ums.ac.id/35391/3/04.%20BAB%20I.pdf
Fatin, Nur (2018, November 15). Pengertian Berfikir Kritis serta Ciri-Ciri Dan Tujuannya.
http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/11/pengertian-berfikir-kritis-serta-ciri-
tujuan.html
Wahono, S. Wismoady (2009) DI SINI KUTEMUKAN. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
SlideShare ( 2015, April 25). Definisi baik hati. https://www.slideshare.net/exna/definisi-
baik-hati
Pemahan Alkitab (2017, September 23). Murah hati. https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-
in/1200001649
Shakti, V. Prabowo (2017) KOMITMEN PRIA SEJATI, Jakarta: Lumen Deo.

Anda mungkin juga menyukai