Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH MINAT

KERAJAAN SRIWIJAYA

DISUSUN OLEH
Kelompok 1:
Ayu Nabila Hafzoh
Elis Kalisa
Mutia Arum
Nayla Alifya Abdillah
Syhera Rosdia Nawangsih
Yisia Alezandra

Jalan Jati Rangga Blok Lembur No. 17, RT.002/RW.005, Jatirangga, kec.
Jatisampurna, Kota Bks, jawa barat 17434
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa. Yang sudah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proses penyusunan Makalah Sejarah Minat
yang berjudul “Kerajaan Sriwijaya” ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penyusunan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Farah pada
mata pelajaran Sejarah Minat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “Kerajaan Sriwijaya” bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Farah, selaku guru mata pelajaran Sejarah Minat yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menabah pengetahuan tentang materi “Kerajaan
Sriwijaya”.

Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan untuk menyempurnakan makalah ini.

Bekasi, 4 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
2.1 Latar Belakang Kerajaan Sriwijaya .......................................................................................... 4
2.2 Keruntuhan Keraajaan Sriwijaya .............................................................................................. 6
2.3 Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya ................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sriwijaya adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berkembang antara abad ke7 sampai
dengan 11 Masehi di Sumatera. Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai kerajaan bahari, tetapi
dikenal juga sebagai salah satu pusat penyebaran Agama Buddha dan pengajaran bahasa
Sansekerta. Berdasarkan fakta itulah Sriwijaya banyak dikunjungi oleh para biksu
mancanegara. Selain itu, akibat hubungannya dengan kerajaan lain, tidak mustahil di
Sriwijaya ada kelompok masyarakat yang beragama lain (Hindu, Tantris, dan bahkan mungkin
Kristen dan Islam) (Utomo, 2011: 20). Sriwijaya bukan saja menjadi pusat kekuasaan yang
besar, melainkan menjadi pusat kebudayaan, peradaban, dan pusat ilmu pengetahuan agama
Buddha. Hal ini didasarkan pada berita Cina yang ditulis oleh I-Tsing yang mengatakan bahwa
Sriwijaya tinggal lebih dari 1000 biksu dan menyarakankan agar para pendeta yang ingin
belajar ke India sebaiknya datang dulu ke Sriwijaya untuk belajar di sana (Takakusu, 1986:
3).
Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kota Kapur dari Pulau Bangka
oleh H. Kern pada tahun 1913 mengidentifikasikan kata “Sriwijaya” tersebut sebagai nama
seorang raja. Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan, baru dikenal dunia setelah George Coedès
pada tahun 1918 dengan menggunakan sumber-sumber prasasti dan berita Cina berhasil
menjelaskan bahwa kata “Sriwijaya” dalam Prasasti Kota Kapur yaitu Sriwijaya adalah
sebuah kerajaan di wilayah Sumatra Selatan dengan pusatnya di Palembang. Kerajaan ini
dalam berita Cina dikenal dengan sebutan She-li-fo-she. Pendapat bahwa She-lifo-she adaah
sebuah kerajaan di pantai timur Sumatra Selatan, di tepi sungai Musi, dekat Palembang, juga
pernah dikemukakan oleh Samuel Beal pada tahun 1884. Hanya saat itu orang belum
mengenal nama Sriwijaya sebagai sebuah Kerajaan (Poesponegoro & Notosusanto, 1993: 53).
Berdasarkan uraian diatas nama Sriwijaya diketahui untuk pertama kalinya berasal dari
sumber prasasti, dengan kata lain pada masa Kerajaan Sriwijaya terdapat tinggalan arkeologi
berupa prasasti. Prasasti adalah sumber-sumber sejarah dari masa lampau yang ditulis diatas
batu, logam, tanah liat, dan daun lontar. Sebagian besar dari prasasti-prasasti tersebut
dikeluarkan oleh raja-raja yang memerintah di berbagai kepulauan Indonesia. Sebagian dari
prasasti-prasasti itu memuat sebuah naskah yang panjang, tetapi ada juga diantaranya yang
hanya memuat angka tahun atau nama seorang pejabat kerajaan (Casparis, 1956: 21). Kata
prasasti berasal dari bahasa Sansekerta, Praśaśti, dari akar kata śamś yang berarti pujian, yaitu
tulisan berupa sajak untuk memuji raja. Pada perkembangannya kata prasasti juga diartikan
sebagai benda yang ditulisi pada sisinya (Soesanti, 2010: 16-17).

3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah “Kerajaan sriwijaya”,
antara lain:
a. Bagimana latar belakang Kerajaan Sriwijaya?
b. Kapan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?
c. Siapa saja Raja-Raja yang berpengaruh di Kerajaan Sriwijaya?

1.3Tujuan Masalah
Bersumber pada rumusan masalah diatas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang Kerajaan Sriwijaya.
b. Untuk mengetahui kapan runtuhnya Kerajaan Srwijaya.
c. Untuk mengetahui siapa saja Raja yag memerintah pada Kejaraan Sriwijaya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama
Dapunta Hyang. Bukti fisik berupa kronik berita Cina memberitahu bahwa pada tahun 682
Masehi atau abad ke-6 ada seorang pendeta Budha dari Tiongkok yang ingin memperdalam
agamanya di tanah India.
Sebelum keberangkatan resminya, ia harus sudah menguasai bahasa Sansekerta,
karena itulah pendeta bernama I-Tsing tersebut mempelajarinya dulu selama setengah tahun
di Sriwijaya. Kronik ini sekaligus memberi sinyal bahwa ternyata pada zaman dulu,
Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang mumpuni di kawasan Asia Tenggara.
Bahkan I-Tsing juga berhasil menerjemahkan kitab-kitab agama Budha ke bahasa nenek
moyangnya setelah mempelajari secara mendalam agama Budha di Sriwijaya.

Bukti yang kedua ini memperkuat teori awal pendirian Kerajaan Sriwijaya di abad
ke-7. Sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dinamai Kedukan Bukit
memiliki angka 683 Masehi. Di tahun tersebut Sriwijaya sedang dipimpin oleh seorang raja
bernama Dapunta Hyang yang sedang berusaha memperluas wilayah. Ia menyiapkan bala
tentara sampai jumlah 20.000 orang. Penaklukan ini membuahkan hasil setelah 8 hari

4
bertempur di medan perang. Pada akhirnya beberapa wilayah yang kekuatan militernya tak
sebanding bersedia menyerahkan upeti ke Sriwijaya sebagai tanda takluk.

Tidak ada kronik maupun prasasti lagi yang menjelaskan asal-usul keluarga Dapunta
Hyang Srijayanaga sehingga ia menduduki tahta pertama kerajaan. Dalam sejarah berdirinya
Sriwijaya, ada sekitar 11 raja yang silih berganti mengurusi negara internasional ini.
Nantinya, nama Sriwijaya yang artinya kemenangan yang mulia benar-benar terwujud.

Setelah Dapunta Hyang berhasil meraih kesuksesan bersama 20.000 pasukannya, ada
sebuah prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka, sebuah pulau kecil di dekat Sumatera.
Prasasti Kota Kapur adalah nama prasasti yang menyebutkan keinginan Dapunta Hyang
meneruskan ekspedisi ke Jawa. Dan prasasti yang berangka tahun 686 Masehi itu pun
menjadi bukti sejarah berhasilnya Sriwijaya menaklukkan Jawa yang saat itu dikuasai
Kerajaan Tarumanegara. Prasasti-prasasti lainnya yang menjadi peninggalan Kerajaan
Sriwijaya menggunakan bahasa melayu kuno dan berhuruf Pallawa.

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya sudah sangat jelas bisa diterangkan. Negara mana
yang tidak kaya dengan menguasai selat-selat strategis dan menjadi penguasa tunggal jalur
perdagangan internasional. Inilah sumber kekayaan Sriwijaya.

Selat Malaka dan Selat Sunda merupakan dua selat internasional yang tidak pernah
sepi dari kapal. Hanya bermodalkan kekuatan armada militernya, Sriwijaya berani
menerapkan sistem bea cukai yang sampai sekarang dipakai juga oleh Pemerintah Indonesia.
Fungsi dan peran armada militer dalam perekonomian Sriwijaya sangat besar. Tanpa adanya
jaminan keselamatan, para saudagar Arab dan Tiongkok pasti memilih selat lain sebagai
jalur transportasinya. Apalagi sampai memutuskan menetap sementara atau selamanya. Hal
ini banyak terjadi karena selain Sriwijaya elok dan berharta, kehidupan bisnisnya akan
dilindungi oleh para militer Sriwijaya.

Kesuksesan tidak bisa dipandang dari banyaknya harta saja, Sriwijaya dan para
petingginya menyadari benar kalimat tersebut. Sehingga kerajaan maritim ini
mengembangkan juga kebesaran agama Budha. Selain dengan cara mendirikan sangga –
kelompok belajar- untuk memperdalam Buddhisme, Sriwijaya juga sudah menyiapkan
banyak guru spiritual Budha. Baik seorang pendeta atau hanya orang yang mendapatkan
kelebihan.

Guru agama Budha yang paling tersohor di Sriwijaya yaitu Sakyakirti. Fakta yang
mengejutkan lain ditemukan di daerah-daerah dekat Palembang yang menjadi titik pusat
pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Diduga ada candi yang lebih besar dari Borobudur pernah
diciptakan oleh kerajaan ini. Namun sampai sekarang hanya arcanya saja yang ditemukan.
Selain itu, ditemukan juga beberapa batu bertulis ‘ziarah yang berhasi’ di daerah Telaga
Batu. Kenyataan ini menguatkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang religius.

Peninggalan lain yang masih bisa dilihat langsung oleh generasi kita berupa candi.
Candi-candi yang dibangun bercorak agama Budha. Misalkan candi Muaratakus yang
dibangun di Riau dan Biaro Bahal di Sumatera Utara. Kedua candi ini menjadi candi yang

5
terkenal sebagai bekas kejayaan Sriwijaya karena memang tidak banyak candi yang
ditemukan di Sumatera.

Pada tahun 860 Masehi, prasasti Nalanda yang berada di India menyeret nama
Sriwijaya sebagai nama kerajaan internasional yang sangat peduli dengan pendidikan. Masa
keemasan ini semakin meningkatkan pamor Balaputeradewa yang saat itu menjadi Raja
Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut, Balaputeradewa disebutkan mendirikan asrama pelajar
Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu di Nalanda,
India. Tempat itu sudah banyak menghasilkan para pendeta yang dapat mengayomi orang
banyak. Pada zaman itu, India dan Benggala tempat beradanya perguruan Nalanda sedang
dipimpin oleh Raja Dewapaladewa.

Puncak keemasan diperoleh Sriwijaya setelah berjuang dalam hitungan abad.


Sriwijaya memperoleh kejayaan ini di abad ke-8 dan ke-9. Hingga pada akhirnya, kejayaan
tersebut harus diakhiri pada abad ke-11.

Balaputeradewa yang berhasil membawa Sriwijaya mencapai kejayaan itu


sebenarnya adalah anak dari Raja Samarattungga. Seorang keturunan Dinasti Syailendra dari
bumi Jawa yang memberikan peninggalan berupa candi Borobudur kepada anak cucunya.

Di masa pemerintahan Balaputeradewa ini agama Budha benar-benar menunjukkan


progressnya. Ada banyak orang yang bermaksud menjadi murid spiritual seorang biksu besar
bernama Dharmakirti.

2.2 Keruntuhan Keraajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim bercorak Buddha yang berdiri abad
ke-7. Pendirinya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan terletak di daerah Palembang
Sumatera Selatan. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya sekitar 2 abad setelah
pendiriannya, yaitu abad ke-9.

Raja Balaputradewa merupakan raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kejayaan


kerajaan ini. Kemudian 2 abad setelah itu, abad ke-11, kerajaan ini mulai mengalami
kemunduran, kemunduran perlahan melanda berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi
dan politik. Berikut ini beberapa hal menjadi faktor penyebab Kemunduran Kerajaan
Sriwijaya.

1. Serangan Colamandala

Serangan Colamandala menjadi salah satu penyebab runtuhnya Sriwijaya. Ketika


itu, Dinasti Chola dari India Selatan dipimpin oleh Rajendra Chola I. Sriwijaya diserang
karena ketika itu pajak tinggi dikenakan oleh kerajaan ini terhadap kapal-kapal pedagang
di Selat Malaka, Hal itu membuat kapal yang berasal dari Colamandala merasa dirugikan.

Kemudian, Dinasti Chola pun menyerbu Kerajaan Sriwijaya sebanyak dua kali,
yaitu pada 1017 dan 1025. Akibat dari serbuan besar yang dilakukan Dinasti Cola,

6
Sriwijaya mengalami kemunduran yang besar. Bahkan beberapa daerah kekuasaannya
berhasil ditaklukkan dan diambil alih.

2. Wilayah bawahan yang melepaskan diri

Faktor penyebab keruntuhan Sriwijaya selanjutnya adalah karena banyak


wilayah bawahan yang melepaskan diri. Rupanya, serangan dari Dinasti Chola memberi
pengaruh buruk terhadap kondisi internal Kerajaan Sriwijaya.Serangan Kerajaan Chola
mampu membuat lemahnya kekuatan politik dalam istana Kerajaan Sriwijaya.

Alhasil, banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang kemudian memanfaatkan


momentum itu untuk melepaskan diri. Dampaknya, Sriwijaya semakin mengalami
kemunduran ekonomi dan perdagangan karena bandar-bandar pentingnya juga
melepaskan diri.

3. Ekspedisi Singasari

Ekspedisi Pamalayu dari Singasari, Jawa Timur terjadi pada 1275 M. Ekspedisi
ini merupakan siasat untuk melemahkan kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan
Sriwijaya atas Selat Malaka dan daerah jajahannya. Di samping itu, ekspedisi ini
merupakan alat Kerajaan Singasari untuk meluaskan wilayah kekuasaan ke Sumatera.

4. Ekspansi China ke Asia Tenggara

Ekspansi China ke Asia Tenggara pada masa Kubilai Khan dari Mongol
diteruskan oleh dinasti Ming. Ekspansi ini melemahkan kekuatan Kerajaan Sriwijaya
yang semula bekuasa hingga Filiphina.

5. Masuknya Islam

Masuknya islam ke wilayah kekuasaan Sriwijaya juga menjadi faktor


runtuhnya kerajaan ini. Setelah Islam mulai masuk ke wilayah daerah kekuasaan
Sriwijaya, secara perlahan pengaruh Islam mulai menguat dan mempengaruhi
perdagangan kerajaan. Salah satu daerah yang terpengaruh kuat oleh Islam adalah Aceh.
Hal tersebut membuat banyak kerajaan bercorak Islam yang berdiri di Sumatera.
Misalnya Kerajaan Samudera Pasai di Pesisir Timur Aceh yang berdiri pada abad ke-13.
Itulah sejumlah faktor penyebab kemunduran Sriwijaya.

Karena sebab-sebab tersebut, Kerajaan Sriwijaya akhirnya runtuh pada masa


pemerintahan Raja Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali
Warmadewa.

7
6. Peperangan dengan Jawa

Kendati makmur, Raja-Raja setelah generasi Sri Marawijaya disibukan oleh


peperangan dengan Jawa pada tahun 922 M dan 1016 M.

2.3 Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya hanya menyisakan beberapa peninggalan dan silsilah raja yang
berkuasa pun banyak terputus. Berikut ini daftar raja-raja yang diduga kuat pernah
memerintah Kerajaan Sriwijaya.

1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M)

2. Indrawarman (702 M)

3. Rudra Wikrama (728-742 M)

4. Sangramadhananjaya (775 M)

5. Dharanindra/Rakai Panangkaran (778 M)

6. Samaragrawira/Rakai Warak (782 M)

7. Dharmasetu (790 M)

8. Rakai Garung (792 M)

9. Balaputradewa (856 M)

10. Sri Udayadityawarman (960 M)

11. Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M)

12. Hsiae-she (980 M)

13. Sri Cudamaniwarmadewa (988 M)

14. Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M)

15. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M)

16. Sumatrabhumi (1017 M)

17. Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M)

8
18. Sri Dewa (1028 M)

19. Dharmawira (1064 M)

20. Sri Maharaja (1156 M)

21. Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M)

Raja Kerajaan Sriwijaya yang terkenal

1. Dapunta Hyang Srijayanasa

Dalam prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo, banyak disebutkan tentang Dapunta
Hyang.

Pada abad ke-7, Dapunta Hyang melakukan berbagai usaha perluasan daerah.
Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain, sebagai berikut.

- Tulang-Bawang (Lampung)
- Kedah
- Pulau Bangka
- Jambi
- Tanah Gentung Kra
- Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno

2. Samaratungga

Saat menjadi penerus kerajaan, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer,


tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa.

Selama masa kepemimpinannya, Samaratungga dikenal membangun Candi


Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

3. Balaputradewa

Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan saat diperintah oleh Raja


Balaputradewa, yang berasal dari Jawa Tengah.

Balaputradewa adalah anak Samaratungga, Raja Mataram Kuno, yang masih


keturunan Dinasti Syailendra.

Dalam prasasti Nalanda, Balaputradewa adalah raja besar Kerajaan Sriwijaya. Baca
juga: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya Kejayaan Sriwijaya dapat dilihat dari
keberhasilannya di beberapa bidang, seperti bidang maritim, politik, dan ekonomi.
Agama Buddha pada masa itu juga mengalami perkembangan pesat.

9
Raja Balaputradewa juga menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang
kala itu dipimpin oleh Raja Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidang tanah
kepada Balaputradewa untuk mendirikan asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang
belajar di Nalanda.

Hal tersebut menandakan Balaputradewa memerhatikan ilmu pengetahuan bagia


generasi mudanya.

4. Sri Sudamaniwarmadewa

Pada masa pemerintahan Sri Sudamaniwarmadewa, terjadi serangan Raja


Darmawangsa dari Jawa bagian Timur.

Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri
Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Marawijayatunggawarman.

5. Sri Marawijayatunggawarman

Saat Marawijayatunggawarman memerintah, Kerajaan Sriwijaya membina


hubungan dengan Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa ini, Sriwijaya terus
memertahankan kebesarannya.

Sri Sanggrama Wijayatunggawarman Pada masa pemerintahan Sanggrama


wijayatunggawarman, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran.

Hal ini disebabkan oleh serangan dari Kerajaan Colamandala dari India yang
melemahkan kedudukan Sriwijaya. Dalam serangan tersebut, Raja Sanggrama
Wijayatunggawarman sempat ditangkap namun dibebaskan kembali

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sriwijaya didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama
Dapunta Hyang. Bukti fisik berupa kronik berita Cina memberitahu bahwa pada tahun 682
Masehi atau abad ke-6 ada seorang pendeta Budha dari Tiongkok yang ingin
memperdalam agamanya di tanah India.

Sebelum keberangkatan resminya, ia harus sudah menguasai bahasa Sansekerta,


karena itulah pendeta bernama I-Tsing tersebut mempelajarinya dulu selama setengah
tahun di Sriwijaya. Kronik ini sekaligus memberi sinyal bahwa ternyata pada zaman dulu,

10
Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang mumpuni di kawasan Asia Tenggara.
Bahkan I-Tsing juga berhasil menerjemahkan kitab-kitab agama Budha ke bahasa nenek
moyangnya setelah mempelajari secara mendalam agama Budha di Sriwijaya.

Bukti yang kedua ini memperkuat teori awal pendirian Kerajaan Sriwijaya di abad
ke-7. Sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dinamai Kedukan Bukit
memiliki angka 683 Masehi. Di tahun tersebut Sriwijaya sedang dipimpin oleh seorang raja
bernama Dapunta Hyang yang sedang berusaha memperluas wilayah. Ia menyiapkan bala
tentara sampai jumlah 20.000 orang. Penaklukan ini membuahkan hasil setelah 8 hari
bertempur di medan perang. Pada akhirnya beberapa wilayah yang kekuatan militernya tak
sebanding bersedia menyerahkan upeti ke Sriwijaya sebagai tanda takluk.

Tidak ada kronik maupun prasasti lagi yang menjelaskan asal-usul keluarga
Dapunta Hyang Srijayanaga sehingga ia menduduki tahta pertama kerajaan. Dalam sejarah
berdirinya Sriwijaya, ada sekitar 11 raja yang silih berganti mengurusi negara internasional
ini. Nantinya, nama Sriwijaya yang artinya kemenangan yang mulia benar-benar terwujud.

Setelah Dapunta Hyang berhasil meraih kesuksesan bersama 20.000 pasukannya,


ada sebuah prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka, sebuah pulau kecil di dekat
Sumatera. Prasasti Kota Kapur adalah nama prasasti yang menyebutkan keinginan Dapunta
Hyang meneruskan ekspedisi ke Jawa. Dan prasasti yang berangka tahun 686 Masehi itu
pun menjadi bukti sejarah berhasilnya Sriwijaya menaklukkan Jawa yang saat itu dikuasai
Kerajaan Tarumanegara. Prasasti-prasasti lainnya yang menjadi peninggalan Kerajaan
Sriwijaya menggunakan bahasa melayu kuno dan berhuruf Pallawa.

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya sudah sangat jelas bisa diterangkan. Negara
mana yang tidak kaya dengan menguasai selat-selat strategis dan menjadi penguasa tunggal
jalur perdagangan internasional. Inilah sumber kekayaan Sriwijaya.

Selat Malaka dan Selat Sunda merupakan dua selat internasional yang tidak
pernah sepi dari kapal. Hanya bermodalkan kekuatan armada militernya, Sriwijaya berani
menerapkan sistem bea cukai yang sampai sekarang dipakai juga oleh Pemerintah
Indonesia. Fungsi dan peran armada militer dalam perekonomian Sriwijaya sangat besar.
Tanpa adanya jaminan keselamatan, para saudagar Arab dan Tiongkok pasti memilih selat
lain sebagai jalur transportasinya. Apalagi sampai memutuskan menetap sementara atau
selamanya. Hal ini banyak terjadi karena selain Sriwijaya elok dan berharta, kehidupan
bisnisnya akan dilindungi oleh para militer Sriwijaya.

Kesuksesan tidak bisa dipandang dari banyaknya harta saja, Sriwijaya dan para
petingginya menyadari benar kalimat tersebut. Sehingga kerajaan maritim ini
mengembangkan juga kebesaran agama Budha. Selain dengan cara mendirikan sangga –
kelompok belajar- untuk memperdalam Buddhisme, Sriwijaya juga sudah menyiapkan
banyak guru spiritual Budha. Baik seorang pendeta atau hanya orang yang mendapatkan
kelebihan.

Guru agama Budha yang paling tersohor di Sriwijaya yaitu Sakyakirti. Fakta yang
mengejutkan lain ditemukan di daerah-daerah dekat Palembang yang menjadi titik pusat

11
pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Diduga ada candi yang lebih besar dari Borobudur
pernah diciptakan oleh kerajaan ini. Namun sampai sekarang hanya arcanya saja yang
ditemukan. Selain itu, ditemukan juga beberapa batu bertulis ‘ziarah yang berhasi’ di
daerah Telaga Batu. Kenyataan ini menguatkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang religius.

Peninggalan lain yang masih bisa dilihat langsung oleh generasi kita berupa candi.
Candi-candi yang dibangun bercorak agama Budha. Misalkan candi Muaratakus yang
dibangun di Riau dan Biaro Bahal di Sumatera Utara. Kedua candi ini menjadi candi yang
terkenal sebagai bekas kejayaan Sriwijaya karena memang tidak banyak candi yang
ditemukan di Sumatera.

Pada tahun 860 Masehi, prasasti Nalanda yang berada di India menyeret nama
Sriwijaya sebagai nama kerajaan internasional yang sangat peduli dengan pendidikan.
Masa keemasan ini semakin meningkatkan pamor Balaputeradewa yang saat itu menjadi
Raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut, Balaputeradewa disebutkan mendirikan asrama
pelajar Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu di
Nalanda, India. Tempat itu sudah banyak menghasilkan para pendeta yang dapat
mengayomi orang banyak. Pada zaman itu, India dan Benggala tempat beradanya
perguruan Nalanda sedang dipimpin oleh Raja Dewapaladewa.

Puncak keemasan diperoleh Sriwijaya setelah berjuang dalam hitungan abad.


Sriwijaya memperoleh kejayaan ini di abad ke-8 dan ke-9. Hingga pada akhirnya, kejayaan
tersebut harus diakhiri pada abad ke-11.

Balaputeradewa yang berhasil membawa Sriwijaya mencapai kejayaan itu


sebenarnya adalah anak dari Raja Samarattungga. Seorang keturunan Dinasti Syailendra
dari bumi Jawa yang memberikan peninggalan berupa candi Borobudur kepada anak
cucunya.

Di masa pemerintahan Balaputeradewa ini agama Budha benar-benar


menunjukkan progressnya. Ada banyak orang yang bermaksud menjadi murid spiritual
seorang biksu besar bernama Dharmakirti. B

Ada banyak faktor yang menyebabkan berhenti berkibarnya nama Sriwijaya.


Kebanyakan faktor tersebut melemahkan Sriwijaya perlahan-lahan. Kekuatan militer yang
sudah berlapis-lapis pada ujungnya tidak berdaya juga.

Awalnya militer Sriwijaya kalah telak dengan sebuah kerajaan di India Selatan.
Kerajaan ini bernama Cola dengan pemimpin Rajendra Cola I. Orang tersebut telah
melepaskan kekuasaan atas kapal dan segala jenis transit yang memakan biaya dan cukai.

Keadaan diperparah dengan banyaknya kerajaan kecil yang melepaskan diri dari
pengaruh Sriwijaya. Semuanya membuat Sriwijaya benar-benar kehilangan sumber
pendapatan dari pelabuhan yang ditransiti kapal barang. Serangan ekspedisi pamalayu yang
menjadi bagian sejarah Kerajaan Singasari kemudian benar-benar menghancurkan
kejayaan Sriwijaya. Ditambah lagi dengan penerusnya, pembuat sejarah Kerajaan
Majapahit yang menghilangkan beberapa bekas kejayaan Sriwijaya.

12
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/24/175257179/raja-raja-kerajaan-
sriwijaya?page=all - page2
- https://regional.kompas.com/read/2022/01/04/180826378/kerajaan-sriwijaya-sejarah-
berdiri-puncak-kejayaan-raja-raja-dan -
:~:text=Puncak%20Kejayaan%20Kerajaan%20Sriwijaya,Kerajaan%20Sriwijaya%20men
capai%20masa%20keemasan.&text=Balaputradewa%20merupakan%20anak%20dari%2
0Samaratungga,yang%20masih%20keturunan%20Dinasti%20Syailendra
- https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/07/080000769/faktor-penyebab-
kemunduran-kerajaan-sriwijaya -
:~:text=Penyebab%20runtuhnya%20Kerajaan%20Sriwijaya,India%20bagian%20selatan
%20pada%201024.&text=Penyebab%20lainnya%20ialah%20serangan%20tentara%20Si
ngasari%20pada%201275%20dalam%20Ekspedisi%20Pama
- https://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-sriwijaya
- https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5816039/7-penyebab-keruntuhan-kerajaan-
sriwijaya-perang-sampai-bea-pelabuhan
- https://intisari.grid.id/read/033381579/sejarah-kerajaan-sriwijaya-ini-dia-penyebab-
kemunduran-sriwijaya?page=all
- https://hot.liputan6.com/read/5037413/7-penyebab-runtuhnya-kerajaan-sriwijaya-pahami-
sejarahnya

13

Anda mungkin juga menyukai