Anda di halaman 1dari 17

KERAJAAAN KALINGGA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas sejarah Indonesia tentang


Pedagang, penguasa dan pujangga pada masa klasik (Hindu-Buddha)

Guru Mapel : Rohimia Agustini, SE


Disusun oleh :
Kelompok 4
• Sri Dewi
• Destia
• Fika Zulian
• Cinda
• Indri Astuti

SMK PUTRA PELITA TENJOLAYA


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat beserta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ KERAJAAN KALINGGA ” ini.

Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan agar para pembaca mengetahui
secara jelas tentang Kerajaan Holing / Kalingga, sejarah, kebudayaan, sistem
pemerintahan dan segala seluk beluk dalam kerajaan ini.Terimakasih kami ucapkan
kepada semua pihak yang turut membantu serta mendukung kami dalam proses
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih sangat sederhana dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam
proses belajar khususnya dalam mata pelajaran Sejarah.

Selasa, 24 Oktober 2023

Indri Astuti
i

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Batasan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Letak Kerjaan Holing ...................................................................................................... 3
B. Sumber Sejarah ................................................................................................................. 4
C. Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga .................................................................. 4
D. Keruntuhan Kerajaan Kalingga ...................................................................................... 8
E. Peninggalan Kerajaan Kalingga...................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan bercorak Budha. Pusat
pemerintahan diperkirakan di wilayah Kabupaten Jepara saat ini. Dalam berita
Cina kerajaan ini disebiut Holing. Di sana dijelaskan bahwa pada abad ke 7 di
Jawa Tengah bagian utara sudah berdiri satu kerajaan. Rakyat dari kerajaan
tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta mempunyai sumber
air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.
Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat dalam bercocok tanam.
Kerajaan Kalingga memiliki pertalian dengan Kerajaan Galuh. Putri
dari Ratu Shima yang dikenal sebagai Putri Parwati menikah dengan putra
mahkota Kerajaan Galuh yang dikenal sebagai Mandi minyak, kemudian
menjadi raja kedua di Kerajaan Galuh. Setelah Maharani Shima meninggal di
tahun 732 M, Sanjaya menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian
disebut Bumi Mataram. Ia kemudian menjadi pemuka dari sebuah dinasti atau
wangsa terkenal sebagai Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno (Hindu).
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana,
yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Raja Sanjaya juga
menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi
Sambara. Ia memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.

B. Batasan Masalah
a. Latar belakang berdirinya Kerajaan Kalingga?
b. Kapan awal berdirinya kerajaan Kalingga?
c. Bagaimana aspek ekonomi, budaya, sosial dan politik Kerajaan Kalingga?
d. Bagaimana berakhirnya masa Kerajaan Kalingga?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui kapan berdirinya Kerajaan Kalingga.
b. Mengetahui letak Kerajaan Kalingga.

1
c. Mengetahui asal mula atau latar belakang Kerajaan Tersebut.
d. Mengetahui bagaimana keadaan akhir kerajaan Kalingga.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Letak Kerjaan Holing


Pada abad ke-7 berdiri suatu kerajaan yang bernama Kalingga / Holing.
Letak kerajaan kalingga hingga kini belum dapat di pastikan. Hal itu di
sebabkan karena adanya beberapa pendapat yang yang berbeda dalam
membahas letak kerajaan tersebut, di antaranya :
a. Menurut berita Cina yang berasal dari Dinasti Tang menyebutkan bahwa letak
kerajaan kalingga berbatasan dengan laut sebelah selatan, Tan-Hen-La
(Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) di sebelah timur, dan To-Po-Teng di
sebelah barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (jawa) sehingga
berdasarkan berita cina tersebut dapat di simpulkan bahwa kerajaan kalingga
atau holing terletak di pulau jawa, khususnya jawa tengah.
b. Dalam menentukan letak kerjaan kalingga / holing, J.L. Moens meninjau dari
segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Alasannya, selat malaka
merupakan selat yang sangat ramai dalam aktivitas pelayaran perdagangan.
Pendapat J.L. Moens bahwa holing berada di tepi pantai selat malaka, di
perkuat dengan di pertemukannya sebuah daerah di Semenanjung Malaya yang
bernama Keling.

(Gambar 1. Kerajaan Kalingga)

3
B. Sumber Sejarah
Bukti keberadaan Kerjaan Kalingga diketahui melalui adanya Prasasti
peninggalan Kerajaan Ho-ling yaitu Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di
Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadidi lereng Gunung
Merbabudi Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih.
Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai
Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi,
kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan
hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang,
Jawa Tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan
berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini
bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya,
Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama
Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari
berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal
raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram
Hindu.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara
Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais.
Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa
Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah
Selatan.

C. Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga


a. Politik
Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Holing diperintah
oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahannya berlangsung
dari sekitar tahun 674 masehi. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun

4
adil dan bijaksana. Kepada setiap pelanggar, selalu diberikan sangsi tegas.
Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak
seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala
perintahnya. Diceritakan, mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar
selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan
hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri.
Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar
mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat
hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di
persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang
berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga
tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya.
Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada
putranya, dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan
putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan
miliknya, para menteri mohon pengampunan lagi, akhirnya ratu
memerintahkan agar jari-jari kaki putra mahkota itu yang dipotong, sebagai
peringatan bagi penduduk seluruh kerajaan. Mendengar itu raja Ta-shih takut
dan mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ratu Shima
b. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal
ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di
samping sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat
sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima. Ratu sima tidak
pernah memihak dalam sosialnya ia hanya membina dan sebagai penguasa
kerajaan. Karena sifat Ratu Sima yang sangat keras ia langsung membanggun
lembaga masyarakat yang sudah jelas fungsi dan tugasnya. Ratu Sima
mendirikan lembaga masyarakat untuk membantu dirinnya dalam mengatasi
rakyatnya. Lembaga yang sudah terbentuk sudah memberlakukan sistem

5
perundang-undangan. Beliau telah membuat dan menyusun perundang-undang
yang sempurna dengan dibantu lembaga masyarakat.

Hadirnya sistem perundang-undangan tersebut berjalan dengan baik.


c. Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang
pesat. Masyarakat Kerajaan Holing telah mengenal hubungan perdagangan.
Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang disebut
dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan perdagangan
dengan teratur. Kegiatan ekonomi masyarakat lainnya diantaranya bercocok
tanam, menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading. Di
Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup
rakyat Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat
kondisi itu rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan. Buktinya rakyat
Ho-ling sudah mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat Ho-ling juga telah
mengenal Ilmu perbintangan dan dimanfaatkan dalam bercocok tanam. Rakyat
dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta
mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada
kejahatan dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat
dalam bercocok tanam.
Kegiatan ekonomi Kalingga adalah perdagangan dan pelayaran karena
letak kerajaan di semenanjung melayu. Jadi perdagangan sangat lah lancar dan
terkendali, perdagangannya amat maju dan pelayaran disana sebagai alat
transportasi yang mudah juga cepat. Hal ini yang mendukung perkembangan
ekonomi di kerjaan Holing. Transportasi dan pemerintahan yang bagus itu
menggaibatkan terjadinya hubungan perdagangan antar negara lain. Hal ini
membuktikan bahwa perkembangan kerajaan holing sangat amat berkembang
dengan pesat.
Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan
kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan
yang sudah terbentuk antar Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya

6
meliputi laut China Selatan sampai pantai utara Bali. Tetapi perkembangan
selanjutnya sistem perdagangan Holing mendapat tantangan dari Sriwijaya,
yang pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Sriwijaya. Sehingga Sriwijaya
menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada pertengahan abad ke-8.
d. Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh
ajaran Budha. Oleh karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha.
Holing memiliki seorang pendeta yang bernama Jnanabhadra. Hal itu
menyebabkan masyarakat Holing mayoritas beragama Budha.
Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan
menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning. Ia pergi ke Holing
untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa Cina.
Salah satu sumber yang berbicara tentang keagamaan Kerajaan Ho-ling adalah
sumber Cina yang berasal dari catatan perjalanan I-tsing, seorang pendeta
agama Budha dari Cina dan kronik Dinasti Sung. Dikatakan bahwa pada 664-
667 M, pendeta Budha Cina bernama Hwu-ning dengan pembantunya Yun-ki
datang ke Ho-ling. Di sana kedua pendeta tersebut bersama-sama dengan Joh-
na po-t’o-lo menerjemahkan Kitab Budha bagian Nirwana. Terjemahan inilah
yang dibawa pulang ke Cina. Menurut I-tsing, Kitab suci Budha yang
diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan kitab Suci Budha Mahayana.
Menurut catatan Dinasti Sung yang memerintah setelah Dinasti T’ang, terbukti
bahwa terjemahan yang diterjemahkan HwuNing dengan Yun-ki bersama
dengan Njnanabhdra itu adalah kitab Nirwana bagian akhir yang menceritakan
tentang pembakaran jenazah sang Budha, dengan sisa tulang yang tidak habis
terbakar dikumpulkan untuk dijadikan relik suci. Dengan demikian jelas bahwa
Ho-ling tidak menganut agama Budha aliran Mahayana, tetapi menganut
agama Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada. Kronik Dinasti Sung juga
menyebutkan bahwa yang memimpin dan mentahbiskan Yun-ki menjadi
pendeta Budha adalah Njnanabhadra.

7
e. Budaya
Mayoritas masyarakatnya memeluk agama budha begitu juga dengan
kebudayaanya banyak di pengaruhi oleh budaya india. Selain agamanya yang
lekat dan kental banyak tercampur dan terpengaruh dengan adat istiadat
kebudayaan orang india hal ini juga berpengaruh pada Ratu Sima karena
menerima dengan baik kebudayaan india masuk di kerajaan holing.

Peta kerajaan kalingga


D. Keruntuhan Kerajaan Kalingga
Setelah Maharani Sima meninggal di tahun 732 M, keruntuhan kerajaan
Ho-ling terjadi pada tahun 752 M, karena Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah
taklukan Sriwijaya di karenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan
perdagangan Hindu, bersama Melayu dan Tarumanegara yang sebelumnya
telah di taklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat
jaringan perdagangan Sriwijaya-Budha.
Latar belakang inilah yang lalu mengantarkan kalingga pada
kehancuran dan tergantikan dengan kekuasaan kerajaan lain. Namun demikian
diyakini keturunan dari Ratu Shima nantinya kembali menjadi pemimpin besar
dengan kerajaan yang populer yakni Mataram Kuno.
E. Peninggalan Kerajaan Kalingga
Prasasti peninggalan kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti
ini ditemukan di Desa Dakwu daerah bogan, purwodadi di lereng Gunung
Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf pallawa dan berbahasa
sekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai
yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan sungai gangga di
India. Pada prassasti itu ada gambar-gambar speerti trisula, kendi, kapak,

8
kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan
hubungan manusia dengan dewa-dewa hindu.
Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batangm
Jawa tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan
berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini
bersifat agama Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya,
Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama
Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula.
Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernamaDapunta
Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang
berkuasa Kerajaan mataram Hindu.
Beberapa peninggalan sejarah kerajaan kalingga sebagai berikut :
1. Candi Angin
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

(Gambar 2. Candi Angin)


2. Candi Bubrah
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

(Gambar 3. Candi Bubrah)

9
3. Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di lereng barat Gunung Merapi. Prasasti
bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan
tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air
tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India.

(Gambar 4. Prasarti Tukmas)


4. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Raban,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini berasal dari sekitar abad ke7M.
Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya.

(Gambar 5. Prasasti Sojomerto)


5. Prasasti Upit
Prasasti Upit ditemukan di Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen,
Kabupaten Klaten. Isi prasasti ini menceritakan tentang adanya sebuah
kampung, bernama kampung upit yang menjadi daerah perdikan (bebas pajak)

10
karena anugerah dari ratu Shima. Saat ini, prasasti upit disimpan di Museum
Purbakala, Jawa Tengah di Prambanan, Klaten.

(Gambar 6. Prasasti Upit)

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa kerajaan Ho-ling atau Walaing terdapat di desa Kuwu didaerah
Purwodadi atau Grobokan dan hingga kini masih di jumpai yang dalam bahasa
daerah disebut bledug dan orang di situ orang membuat garam dari bledug itu.
Situasi kerajaan ho-ling pada saat itu masyarakatnya telah mengenal
tulisan makan hanya menggunakan jari sertara rajanya tinggal di sebuah
kerajaan yang bertingkat dan beratap.Raja duduk diatas singgasana yang
termuat dari gading.
Keruntuhan kerajaan Ho-ling karena kerajaan tersebut menjadi wilayah
taklukan Sriwijaya.
B. Saran
Kami menyadari makalah kami mempunyai banyak kesalahan yang
disebabkan beberapa kesulitan yang kami alami.Maka kami mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca demi kemajuan makalah ini.Kami
menyarankan agar para pembaca dapat melanjutkan penulisan mengenai materi
tersebut diatas dengan lebih detail

12
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga
http://hibbanurcholis.blogspot.co.id/2013/09/makalah-kerajaan-kalingga.html

Anda mungkin juga menyukai