Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
KERAJAAN KALINGGA

GURU PEMBIMBING : MEGI SAFAWI,S.Pd

DISUSUN OLEH :
1. ABDUL MAJID
2. ARDIANSYAH
3. TRI ANGGA FAJAR
4. RAHMAT IFAN
5. ANGGA PRADIAN

SMA NEGERI 1 LEMPUING


Alamat: Jl. Lintas Timur Desa Tebing Suluh Kec. Lempuing Kab. OKI
Website: Sman1lempuing.sch.id
E-mail: sman1lempuing@yahoo.Co.IdKodePos 30657
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Makalah Kerajaan Kalingga ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah
Sejarah Indonesia yang berjudul Makalah Kerajaan Kalingga ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah
Kerajaan Kalingga ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga Makalah Kerajaan Kalingga ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, November 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalingga
1. Sumber lokal
2. Berita Tiongkok
B. Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga
C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Kalingga
D. Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Letak Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Halong, diperkirakan di Jawa Tengah. Nama Kaling berasal
dari Kalingga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah berita Cina yang
menyebutkan bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang
bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenal
juga ilmu perbintangan. Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah
kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan
Kabupaten Jepara sekarang.

Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan
China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian
pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan
Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber
Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang
siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya. Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang
Kaling (Jawa), kalau makan tidak memakai sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja.

Minuman kerasnya yang dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak). Diberitakan
pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M kerajaan Jawa mengirim utusan ke Cina. Pada tahun 666
M, dikatakan bahwa tanah Jawa diperintah oleh seorang raja perempuan yakni dalam tahun 674 –
675 M, orang-orang Holing atau Kaling (Jawa) menobatkan raja perempuan yang bernama Simo, dan
memegang pemerintahannya dengan tegas dan bijaksana.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kalingga
Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Kalingga?
Bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi Kerajaan Kalingga?
Bagaimana kehidupan agama Kerajaan Kalingga?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalingga


Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha
yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas,
kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara
sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari
sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun
berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan
kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya
diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.

Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang
mencuri, akan dipotong tangannya. Catatan sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga
didapatkan dari dua sumber utama, yaitu dari kronik sejarah Tiongkok, serta catatan sejarah
manuskrip lokal, ditambah dengan tradisi lisan setempat yang menyebutkan mengenai Ratu
legendaris bernama Ratu Shima.

1. Sumber lokal
a. Carita Parahyangan
Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima,
Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang
kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama
Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Bratasena. Sanaha dan
Bratasena memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan
Kerajaan Galuh (723-732 M). Setelah Maharani Shima meninggal pada tahun 732 M, Raja Sanjaya
menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi
Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.

Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan
Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga,
Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran. Pada abad
ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah.
Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun
752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian
jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan
Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.

b. Kisah lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris yang
menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda
ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak
keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa
saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai
kemasyhuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum.

Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada
sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya.
Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima
demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada putranya. Dewan menteri memohon
agar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang
yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.

2. Berita Tiongkok
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan
catatan I-Tsing.

a. Catatan dari zaman Dinasti Tang


Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M-906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling
sebagai berikut.1) Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak
Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak
Pulau Sumatera.2) Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.3) Raja
tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari
gading.4) Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa5)
Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.

Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh
Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tenteram.

b. Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi
salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama
Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa. Ia bekerja
sama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita
tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.

B. Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga


Menurut berita China, Kerajaan Holing atau Kalingga diperintah oleh seorang wanita bernama Ratu
Sima. Masa pemerintahannya dimulai sekitar tahun 674 M. Kepemimpinan Ratu Sima sangat keras,
namun adil dan bijaksana. Setiap pelanggar diberikan sanksi tegas. Tidak peduli apakah pelanggar
tersebut adalah warga istana atau bukan. Rakyat selalu tunduk dan taat pada ratu sima, begitu juga
dengan pejabat kerajaan. Oleh karena itu ketertiban dan ketenteraman di Kalingga berjalan dengan
baik.

Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sahana yang menikah
dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana memiliki anak bernama Sanjaya yang kelak
menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalinggaditaklukan oleh Kerajaan
Sriwijaya.

C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Kalingga


Kehidupan sosial di Kerajaan Kalingga berjalan dengan tertib dan teratur. Hal ini terjadi berkat
kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan hukum dan
pemerintahannya. Perekonomian Kerajaan Kalingga bergerak dibidang perdagangan dan pertanian.
Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di Jawa Tengah, perdagangan adalah mata
pencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup strategis membuat Kalingga sering disinggahi oleh
para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula
badak, dan gading. Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup
rakyat Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.
Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan. Buktinya rakyat ho-ling sudah
mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat Ho-ling juga telah mengenal ilmu perbintangan dan
dimanfaat dalam bercocok tanam. Sementara itu, sebagian masyarakat yang tinggal di pedalaman
yang subur, memanfaatkan kondisi tanah yang subur tersebut untuk mengembangkan sektor
pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk
Kalingga dikenal pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman
tersebut memiliki rasa manis dan dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian
tersebut, penduduk Kalingga hidup makmur.

D. Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga


Dalam catatan ITsing, pada tahun 664-667, pendeta Budha Cina bernama Hwu-ning dengan
pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling. Mereka bersama dengan Joh-napo-t’o-lo menerjemahkan
kitab Buddha bagian nirwana. Akan tetapi kitab yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan
Kitab Suci Budha Mahayana, dengan demikian jelas bahwa Holing bukan merupakan penganut
agama Budha Mahayana, tetapi menganut agama Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada. Situs
Puncak Sanga Likur Gunung Muria. Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan
Keling di sana terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu.

Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana mengangkut arca tersebut ke puncak
itu mengingat medan yang begitu berat. Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi
dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi
Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun. Selain empat arca, di kawasan itu ada pula enam
tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah hingga menjelang puncak. Masing-masing
diberi nama (pewayangan) Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto,
dan Kamunoyoso.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha
yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas,
kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara
sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari
sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun
berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan
kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya
diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.

Kehidupan sosial di Kerajaan Kalingga berjalan dengan tertib dan teratur. Hal ini terjadi berkat
kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan hukum dan
pemerintahannya. Perekonomian Kerajaan Kalingga bergerak dibidang perdagangan dan pertanian.
Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di Jawa Tengah, perdagangan adalah mata
pencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup strategis membuat Kalingga sering disinggahi oleh
para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula
badak, dan gading. Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup
rakyat Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.

B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha menjaga dan
melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://wartasejarah.blogspot.com/2013/11/kerajaan-kalingga-holing.html

http://tulastulispratama.blogspot.com/2012/08/makalah-kerajaan-sriwijaya.html

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga

Anda mungkin juga menyukai