Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia secara resmi memiliki sistem pemerintahan pertama kali pada sehari setelah
kemerdekaannya,yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Pada saat itu, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensiil.Namun, sistem pemerintahan di Indonesia sebenarnya telah dimulai dari sebelum
kemerdekaannya, yaitu sistem pemerintahan yang dianut oleh kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang telah
ada sebelum kemerdekaan Indonesia bahkan sebelum Belanda datang.
Indonesia terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat
Malaka memiliki keuntungan, yaitu ikut terlibat dalam kegiatan perdagangan dan pelayaraninternasional,
khususnya antara India dengan China. Hal ini menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India
merupakannegara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalambentuk budaya
Hindu.
Pada umumnya, para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya
Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri.Bukti tertua
pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi
Selatan).Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam Bahasa Sanskerta dan Malayu kuno.Berita
yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu dan Buddha menyebar di
Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Hal ini menjadi dasar penulis dalam pembuatan
makalah sejarah yang berjudul “Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Kerajaan Kaling
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Kerajaan Kalingga (Holing)?
2. Bagaimana letak geografis Kerajaan Kalingga (Holing)?
3. Bagaimanakah pemerintahan dan kehidupan masyarakat Kerajaan Kalingga (Holing)?
4. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing)?
5. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing)?
6. Apasaja peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing)?
7. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing)?

1.2.2 Kerajaan Sriwijaya


1. Bagaimana sejarah terbentuknya Kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaimana letak geografis Kerajaan Sriwijaya?
3. Bagaimanakah pemerintahan dan kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya?
4. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya?
5. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?
6. Apasaja peninggalan Kerajaan Sriwijaya?
7. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Sriwijaya?

1.3 Tujuan Penulisan


Secara umum makalah ini betujuan untuk memberi pengetahuan dan informasikepada pembaca
lebih luas mengenai perkembangan tradisional budaya dan agama Hindu dan Buddha di Indonesia.
Makalah ini juga memiliki tujuan khusus yaitu:
1. Mengkaji sejarah terbentuknya Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.
2. Mengetahui letak geografis Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.
3. Mengkajipemerintahan dan kehidupan masyarakatKerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.
4. Mengetahui masa kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.
5. Mengkaji runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.
6. Mengetahui peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.
7. Mengkaji aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan Kalingga (Holing)
Kerajaan Kalingga atau Ho-ling(sebutandari sumberTiongkok) merupakan salah satu kerajaan
bercorak Buddha di Indonesia. Kerajaan ini adalah sebuah kerajaan yang muncul di Jawa Tengah sekitar
abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara
Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan
kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita
Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai
Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima,
yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Ada 2 penafsiran tentang awal terbentuknya kerajaan Holing,yaitu:
a) Hipotesis Tentang Kerajaan Mandala Holing
Sejak jaman dahulu sudah dikemukakan bahwa di Simangambat terdapat reruntuhan Candi Siwa
(Hindu) dari abad ke-8yang terletak di Sumatera yang mereka namakan Swarna Dwipa (Pulau
Emas).Candi tersebut jauh lebih tua dari candi-candi di Portibi (Padang Lawas) yang menurut
perkiraan para pakar dibangun pada abad ke-11.
Besar kemungkinan orang Hindu datang ke Mandailing yang terletak di Swarna Dwipa adalah
untuk mencari emas.Orang Hindu yang datang ke wilayah Mandailing berasal dari negeri atau Kerajaan
Kalingga di India. Oleh karena itu mereka disebut orang Holing atau orang Koling. Ada kemungkinan
mereka masuk dari daerah Singkuang.
Menurut dugaan, setelah orang Holing/Koling tiba di Singkuang, selanjutnya mereka menyusuri
Sungai Batang Gadis ke arah hulunya.Dengan demikian maka akhirnya mereka sampai di satu dataran
rendah yang subur yaitu di kawasan Mandailing Godang yang sekarang.Pada waktu orang Holing/Koling
sampai di kawasan Mandailing Godang mereka bertemu dengan penduduk pribumi setempat dan
menemukan emas.Kita mengetahui melalui sejarah, bahwa emas tercatat sebagai salah satu modal utama
dalam berdirinya kerajaan-kerajaan besar dan emas juga merupakan sumber kemakmuran.Setelah orang-
orang Hindu menemukan banyak emas di kawasan Mandailing yang sekarang ini, mereka kemudian
menetap di kawasan tersebut.Karena orang-orang Holing/Koling menetap di kawasan itu maka dinamakan
Mandala Holing/Koling.Mandala artinya lingkungan atau kawasan.Mandala Holing/Koling berarti
lingkungan atau kawasan tempat tinggal orang-orang Holing/Koling.Berabad-abad kemudian, Mandala
Holing/Koling dikenal sebagai Kerajaan Holing.
b) Kerajaan Kalingga (Holing) didirikan oleh Orang India
Apabila melihat dari namanya, Kerajaan Kalingga/Holing kemungkinan didirikan oleh sekelompok
orang India yang mengungsi dari sebelah timur India ke Nusantara.Dugaan ini didasarkan pada laporan
tentang penghancuran daerah Kalingga di India Raja Harsja.Orang Kalingga yang tersisa melarikan
diri keluar negeri.
2.1.1 Letak Geografis Kerajaan Kalingga (Holing)
Berita Cina berasal dari Dinasti T'ang yang menyebutkan bahwa letak Kerajaan Holing
berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali)
sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (Jawa),
sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau
Jawa, khususnya Jawa Tengah.J.L. Moens dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari
segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan.Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya
terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya.Alasannya, Selat Malaka merupakan
selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat itu.Pendapat J.L. Moens itu
diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah
Keling.

2.1.2 Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga


Adapun keadaan kerajaan di Holing dalam jaman itu yang dikabarkan oleh orang Tiong Hoa
ialah bahwa kota dikelilingi dengan pagar kayu; rajanya beristana dirumah yang bertingkat, yang
ditutup dengan atap;tempat duduk sang raja adalah Peterana gading. Orang-orangnya sudah pandai
tulis-menulis dan mengenal ilmu perbintangan yang sangat tampak bagi orang Tiong-hoa adalah
orang Kaling (Jawa) makan tidak dengan sendok atau cukit, melainkan jarinya saja. Minuman
kerasnya yang dibuat adalah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (Toak). Dikatakan pula,
bahwa tahun 640 atau 648 Masehi kerajaan jawa mengirimkan utusan ke negeri tiong hoa begitu
pula dalam tahun 666. sesudah utusan jawa ke negeri tiongkok yang kedua kalinya itu dikatakan
bahwa tanah jawa diperintah oleh raja perempuan yakni dalam tahun 674-675 Masehi.
Raja yang paling terkenal pada masa Kerajaan Kalingga adalah seorang raja wanita yang
bernama Ratu Sima. Ia memerintah sekitar tahun 674 M. Ia dikenal sebagai raja yang tegas,
jujur, dan sangat bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadil-adilnya. Rakyat patuh
terhadap semua peraturan yang berlaku. Untuk mencoba kejujuran rakyatnya, Ratu Sima pernah
mencobanya, dengan meletakkan pundi-pundi di tengah jalan. Ternyata, sampai waktu yang
lama tidak ada yang mengusik pundi-pundi itu. Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota
keluarga istana yang sedang jalan- jalan, menyentuh kantong pundi-pundi dengan kakinya. Hal
ini diketahui Ratu Sima.Anggota keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman
mati.Akan tetapi, atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan dengan hukuman
potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan
antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga pada umumnya
Buddha.AgamaBuddhaberkembangpesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang di
Kaling dan tinggal selama tiga tahun. Selama di Kalingga, ia menerjemahkan kitab suci agama
Buddha Hinayana ke dalam bahasa Cina. Dalam usaha menterjemahkan kitab itu Hwi- ning
dibantu oleh seorang pendeta bernama Jnanabadra.
Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat hidup teratur, aman, dan tenteram. Mata
pencaharian penduduk pada umumnya adalah bertani, karena wilayah Kalingga subur untuk
pertanian. Di samping itu, penduduk juga melakukan perdagangan.
Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran kemungkinan akibatserangan Sriwijaya yang
menguasai perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan pemerintahan Kijen menyingkir ke
Jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun 742-755M.

2.1.3 Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing)


Masa kejayaan Kerajaan Kalingga berlangsung pada tahun 674 M. Ratu Shima merupakan ratu
yang terkenal di Kerajaan ini.Konon, ratu ini memerintah dengan sangat keras, namun
bijaksana.Ratu Shima merupakan ratu yang terkenal dengan disiplin tinggi, namun adil dan
bijaksana.Oleh karena itu, semua rakyatknya tunduk dan patuh.Kebijakan Ratu Shima yang terkenal
adalah "Siapa yang ketahuan mencuri akan dipotong tangannya termasuk juga putra mahkotanya,
dan ketika kakinya menyentuh pundu-pundi emas yang diletakkan di pinggir jalan akan di potong
kakinya”.

2.1.4 Runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing)


Sepertinya kerajaan ini tidaklah hancur/runtuh. Tetapi,setelah Maharani Shima meninggal di
tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang
kemudian disebut Bumi Mataram. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan
Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu.
2.1.5 Peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing)
Kerajaan Kalingga (Holing) memiliki beberapa peninggalan budaya yang ditemukan di
beberapa daerah, antara lain:
a) Prasasti Tukmas
 Ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak,
Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah.
 Bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta.
 Isi prasasti menceritakan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari
sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India.
 Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan
bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
b) Prasasti Sojomerto
 Ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
 Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno
 Berasal dari sekitar abad ke-7 masehi.
 Bersifat keagamaan Siwais.
 Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya
bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof.
Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal
raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
 Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi 78 cm.
Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian barisnya rusak terkikis usia.
c) Candi Angin
 Candi Angin terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Karena
letaknya yang tinggi tapi tidak roboh terkena angin, maka dinamakan “Candi Angin”.
 Menurut para penelitian Candi Angin lebih tua dari pada Candi Borobudur. Bahkan ada
yang beranggapan kalau candi ini buatan manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-
ornamen Hindu-Budha.
d) Candi Bubrah di Jepara
 Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah.
 Candi Bubrah adalah salah satu candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman
Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Secara
administratif, candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan,
KabupatenKlaten, Provinsi Jawa Tengah.
 Dinamakan ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini rusak (bubrah dalam bahasa Jawa) sejak
ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan
Mataram Kuno, satu periode dengan Candi Sewu.
 Candi ini mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari jenis batu andesit, dengan sisa
reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat ditemukan masih terdapat beberapa arca Buddha,
walaupun tidak utuh lagi.

2.1.6 Aspek Kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing)


 Kehidupan Politik
Berdasarkan berita cina di sebutkan bahwa kerajaan kalingga / holing di perintah oleh seorang
raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras namun adil dan
bijaksana. Kepada setiap pelanggar, Ratu Sima selalu memberikan sanksi yang tegas. Rakyat
tunduk dan patuh terhadap segala perintah Ratu Sima bahkan tidak seorang pun rakyat maupun
pejabat kerajaan yang melanggar segala perintahnya.
 Kehidupan Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan kalingga / holing berkembang pesat.
Masyarakat kerajaan kalingga telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan
perdagangan pada suatu tempat yang di sebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan
hubungan dengan teratur. Selain itu, kegiatan ekonomi masyarakat lainnya, di antaranya bercocok
tanam, menghasilkan kulit, penyu, emas, perak, cula badak, dan gading serta membuat garam.
Kehidupan masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di Holing tidak ada kejahatan
dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat Holing memperhatikan pendidikan. Hal itu terbukti
dengan adanya rakyat Holing telah mengenal tulisan dan ilmu perbintangan.
 Kehidupan Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh ajaran Budha. Oleh
karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing memiliki seorang pendeta yang
bernama Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing mayoritas beragama Budha. Pada
suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu
bernama Hou-ei-Ning. Ia pergi Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta
ke bahasa Cina.
2.2 Kerajaan Sriwijaya
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang
terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar
mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan
penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi
Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu
Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-
shih atauSan-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya
disebutYavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnyaZabaj dan Khmer menyebutnya Malayu.
Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari
peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan
dengan Sriwijaya.
Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat
Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera
Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan
Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar
menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi
yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau
berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta jaringan kanal dengan luas areal meliputi 20
hektar. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini
pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktifitas manusia. Namun sebelumnya, Soekmono
berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak
sampai ke Muara Tembesi (di Provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut,
jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah
berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara
Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini
dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya
(Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang
dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara
Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore,
Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya, antara lain:
 Letak geografis dari Kota Palembang.Palembang sebagai pusat pemerintahan terletak di tepi
Sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung
pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan
pertahanan. Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India
ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang besar, perairan laut yang cukup tenang, serta
penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.
 Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja. Hal ini telah memberi
kesempatan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim.

2.2.1 Letak Geografis


Letak geografis Kerajaan Sriwijaya adalah di Kota Palembang. Palembang sebagai pusat
pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-
pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini
sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya
sebagai jalur perdagangan internasional dari India ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-
sungai yang besar, perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya yang berbakat sebagai
pelaut ulung. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka
(merupakan jalurperdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, SelatBangka,Jambi,
danSemenanjung Malaka.

2.2.2 Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat Kerajaan Sriwijaya


Perkembangan dan kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya di Indonesia dapat dilihat pada
perkembangan politik dan pemerintahan, serta perkembangan ekonominya. Berikut adalah
perkembangan politik dan pemerintahan, serta ekonomi masyarakat Kerajaan Sriwijaya:
2.2.2.1 Perkembangan Politik dan Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7. Pada awal perkembangannya,
rajanya disebut dengan Dapunta Hyang. Dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo telah
ditulis sebutan Dapunta Hyang. Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak melakukan usaha
perluasan daerah.
Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai berikut.
 Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.
 Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat
panting artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing,
penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M.
 Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, merupakan
daerah yang sangat penting. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M
berdasarkan Prasasti Kota Kapur. Sriwijaya juga diceritakan berusaha menaklukkan Bhumi
Java yang tidak setia kepada Sriwijaya. Bhumi Java yang dimaksud adalah Jawa, khususnya
Jawa bagian barat.
 Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan yang
penting, terutama untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini
dilaksanakan kira-kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
 Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu.
Kedudukan Tanah Genting Kra sangat penting. Jarak antara pantai barat dan pantai timur
ditanah genting sangat dekat, sehingga para pedagang dari Cina berlabuh dahulu di pantai
timur dan membongkar barang dagangannya untuk diangkut dengan pedati ke pantai barat.
Kemudian mereka berlayar ke India. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat
diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M.
 Kerajaan Kaling dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan
dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kaling pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan
serangan adalah Sriwijaya. Sriwijaya ingin menguasai Jawa bagian tengah karena pantai utara
Jawa bagian tengah juga merupakan jalur perdagangan yang penting.
Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah, sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang
besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M dibangunlah sebuah
pangkalan di daerah Ligor. Waktu itu yang menjadi raja adalah Darmasetra.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar
abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman
keemasan. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja
Samarotungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti
Nalanda. Balaputradewa adalah seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa
menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintaholeh Raja Dewapala
Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidangtanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah
asrama bagi para pelajar dan mahapeserta didik yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai
oleh Balaputeradewa, sebagai “dharma”. Hal itu tercatat dengan baik dalam Prasasti
Nalanda,yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu
mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat
ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan
agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya.
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri Sudamaniwarmadewa. Pada
masa pemerintahan raja itu terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur.
Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Marawijayottunggawarman. Pada masa
pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan Raja Rajaraya I
dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.
Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup luas. Daerah-daerah
kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa
bagian tengah, sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan
Nusantara. Bahkan Mohammad Yamin menyebutkan Sriwijaya sebagai negara nasional yang
pertama.
Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan kepada seorang Rakryan
(wakil raja di daerah). Dalam hal ini Sriwijaya sudah mengenal struktur pemerintahan.
Berikut adalah daftar raja-raja yang pernah menduduki Kerajaan Sriwijaya di Indonesia:

2.2.2.2 Perkembangan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya


Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan bertani.AkantetapikarenaSriwijaya
terletak di tepi Sungai Musi dekat pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang.
Perdagangan kemudian menjadi mata pencaharian pokok. Perkembangan perdagangan didukung
oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalan
perdagangan internasional. Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu di Sriwijaya,
begitu juga para pedagang dan India yang akan ke Cina. Di Sriwijaya para pedagang melakukan
bongkarmuat barang dagangan. Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang
menjadi pusat perdagangan. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional maupun
internasional di kawasan perairan Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat
Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Tampilnya Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, memberikan kemakmuran bagi rakyat
dan negara Sriwijaya. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkarmuat, harus membayar
pajak. Dalam kegiatan perdagangan, Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan beberapa jenis
binatang liar, sedangkan barang impornya antara lain beras, rempah-rempah, kayu manis,
kemenyan, emas, gading dan binatang.
Perkembangan tersebut telah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim.
Kerajaan maritim adalah kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan
perdagangan dan hasil-hasil laut. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk
armada angkatan laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu
mengawasi perairandi Nusantara. Hal ini sekaligus merupakan jaminan keamanan bagi para
pedagang yang ingin berdagang dan berlayar di wilayah perairan Sriwijaya.
Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan Sriwijaya menjadi pusat
agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diceritakanoleh I-tsing, bahwa di
Sriwijaya tinggal ribuan pendeta danpelajar agama Buddha. Salah
seorangpendetaBuddhayangterkenal adalah Sakyakirti. Banyak mahapeserta didik asing yang
datang ke Sriwijaya untuk belajar Bahasa Sanskerta. Kemudian mereka belajar agama Buddha di
Nalanda, India. Antara tahun 1011 – 1023 datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet
bernama Atisa untuk lebih memperdalam pengetahuan agama Buddha.
Dalam kaitannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya
ditemukan beberapa peninggalan. Misalnya, Candi Muara Takus, yang ditemukan dekat Sungai
Kampar di daerah Riau. Kemudian di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada
tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci agama Buddha di
Nagipattana, India Selatan. Hubungan Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat
erat.Bangunan lain yang sangat penting adalah Biaro Bahal yang ada di Padang Lawas,
Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula terdapat bangunan wihara.
Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran karena beberapa hal antara
lain:
 Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan pantai. Hal ini disebabkan
aliran Sungai Musi, Ogan dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya, Sriwijaya tidak
baik untuk perdagangan.
 Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan terutama
karena melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit.
 Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan lain.
Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala,
namun Sriwijaya masih dapat bertahan. Tahun 1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja
Sriwijaya, Sri Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan Colamandala.
Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu
menyebabkan daerah Melayu lepas. Tahun 1377, armada angkatan laut Majapahit menyerang
Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.
2.2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni pada kekuatan
armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun
beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-
kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi
di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain:Sumatera, Jawa, Semenanjung
Malaya, Thailand,Kamboja, Vietnam dan Filipina. Dominasi atasSelat Malaka dan Selat Sunda,
menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang
mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai
pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India.
Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di Jawa,
dalam prasasti Pucangandisebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana
Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaramyang kemungkinan merupakan raja
bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja
Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.

2.2.4 Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya


Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Tidak adanya raja yang cakap memerintah.
Setelah Raja Balaputradewa wafat, tidak ada raja yang cakap untuk memerintah Kerajaan
Sriwijaya. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami kemunduran.
b) Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut.
Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya
Kota Palembang semakin jauh dari laut.
c) Berkurangnya kapal dagang yang singgah.
Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut menyebabkab daerah tersebut tidak
strategis lagi. Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut
menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan pendapatan kerajaan dari pajak menurun.
d) Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya.
Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa kerajaan
tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya
yang telah melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan Melayu.
e) Terjadinya serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain.
Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari Kerajaan Medang atas
wilayah Sriwijaya bagian selatan pada tahun 992. Serangan tersebut antara lain:
 Serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Colamandala dari India Selatan atas
Semenanjung Malaka pada tahun 1017.
 Pendudukan yang dilakukan oleh Raja Kertanegara dari Singosari atas wiayah
Melayu pada tahun 1270. Pendudukan ini dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu.
 Pendudukan yang dilakukan Kerajaan Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya pada
tahun 1377. Pendudukan tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.

2.2.5 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya


Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis
dengan huruf pallawa. Bahasa yang dipakai Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai
berikut:
Gambar 2.2.5 Prasasti Kerajaan Sriwijaya

2.2.6 Aspek Kehidupan Kerajaan Sriwijaya


 Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang memerintah, wilayah
kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.Raja yang terkenalDapuntaHyang
SriJayanasa, Balaputera Dewa, dan Sri SanggaramaWijayatunggawarman. Selain itu dalam wilayah
kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-8 M, telah berhasil menguasai seluruh jalur
perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting
Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh
Asia Tenggara.
 Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya
Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya
sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya
berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi
masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa
pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung
Malaysia.Perdagangan internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi terbuka
akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India.Budaya India yang masuk berupa
penggunaan nama-nama khas India, adat istiadat, dan juga agama Hindu-Buddha. I-tsing
menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan
menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar yang sangat terkenal di massa itu adalah
Sakyakirti yang mengarang buku Hastadandasastra.
 Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada bidang pertanian.
Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di persimpangan jalur perdagangan internasional,
membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai kegiatan perdagangan dan
pelayaran.Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang akan ke India bongkarmuat
di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang India yang akan ke China. Dengan demikian
pelabuhan Sriwijaya semakin ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-Asia Tenggara.
Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya.
 Kehidupan Agama Kerajaan Sriwijaya
Kehidupan agama masyarakat Sriwijaya dipengaruhi oleh datangnya pedagang India.
Pertama adalah agama Hindu, lalu agama Buddha. Agama Buddha dikenalkan di Sriwijaya pada
tahun 425 Masehi. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha
sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha, khususnya aliran Mahayana.Selain itu ajaran
Buddha aliran Buddha Hinayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Nama Dharmapala dan
Sakyakirti pun tidak asing lagi. Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari Kerajaan
Sriwijaya. Dia pernah mengajar agama Budha di Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala). Sedangkan
Sakyakirti adalah guru besar juga. Dia mengarang buku Hastadandasastra.Sangat dimungkinkan
bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya
menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan
yang semula adalah bagian dari Sriwijaya, lalu tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam
di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Kerajaan Kalingga (Holing) adalah sebuah kerajaan yang berpusat diJawaTengah, Indonesia, yang
berdiri sekitar abad ke-6 masehi.Kerajaan Holing adalah kerajaan yang bercorak Budha.Kerajaan
Holingterletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya.Kerajaan ini diperintah oleh seorang ratu
yang bernama Ratu Sima. Pada masa pemerintahan Ratu Sima ini, Kerajaan Holing meraih kejayaannya.
Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi
bagian jaringan perdagangan Hindu. Sedangkan peninggalan-peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing),
antara lain Prasasti Tukmas, Prasasti Sojomerto, Candi Angin, dan Candi Bubrah (Jepara).
Aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing) dapat dilihat dari:
- Kehidupan Politik
- Kehidupan Agama
- Kehidupan Ekonomi
Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan
Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini,
orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian
kemaharajaan Sriwijaya. Sedangkan, letak geografis Kerajaan Sriwijaya adalah di Kota
Palembang.Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tidak
adanya raja yang cakap memerintah, letak Kota Palembang semakin jauh dari laut, berkurangnya kapal
dagang yang singgah, banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya, dan terjadinya serangan-
serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain. Sedangkan peninggalan Kerajaan Sriwijaya, antara lain Prasasti
Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Karang
Berahi.
Aspek kehidupan Kerajaan Sriwijaya dapat dilihat dari:
- Kehidupan Politik
- Kehidupan Sosial
- Kehidupan Ekonomi
- Kehidupan Agama

2.2 Saran
Saran dari kelompok kami untuk kedepannya, yaitu kita sebagai generasi muda harus menjaga dan
melestarikan budaya-budaya yang ditinggalkan oleh agama Hindu dan Buddha di Indonesia agar dapat
dinikmati serta bermanfaat bagi generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Sajid, Syahmi. 2015. Keadaan Politik Sosial Ekonomi Politik. (Online)


http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/04/keadaan-politik-sosial-ekonomi-politik.html. Diakses:
September 2015.
Raharjo, Tempuran. 2012. Makalah Kerajaan Sriwijaya. (Online)
http://tempuranraharjo.blogspot.com/2012/01/makalah-kerajaan-sriwijaya.html. Diakses: September
2015.
Aulia. 2013. Makalah Kerajaan Holing. (Online) http://aulia11ips2-04.blogspot.com/2013/11/makalah-
kerajaan-holing.html. Diakses: September 2015.
Maulana, Dhandi. 2014. Kerajaan Kalingga dan Sriwijaya SMA Negeri 1 Kota Bekasi. (Online). Diakses:
September 2015.
Soesanto, Anto. 2015. Runtuhnya Kerajaan Kalingga. (Online) antoksoesanto.blogspot.co.id. Diakses:
September 2015.
Slideshare. 2015. Kerajaan Holing (Kalingga). (Online) www.slideshare.net. Diakses: September 2015.
Slideshare. 2015. Tugas Makalah Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. (Online) www.slideshare.net.
Diakses: September 2015.
Ilham. 2015. 5 Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. (Online)
ilhamblogindonesia.blogspot.co.id. Diakses: September 2015.
Sridanti. 2015. Perkembangan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya. (Online) www.sridanti.com. Diakses:
September 2015.
Febasfi. 2015. Kondisi Geografis Kerajaan Sriwijaya. (Online) febasfi.blogspot.co.id. Diakses: September
2015.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah Kerajaan Kalingga Dan Kerajaan Sriwijaya ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kalingga................................................................................
B. Kerajaan Sriwijaya................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
“ KERAJAAN KALINGGA DAN KERAJAAN SRIWIJAYA “

Disusun Oleh :

1. Farif Frabowo
2. Egis Aldo Pangestu
3. Noprian Erlingga
4. Puji Rola Biska
5. Varrel Radith Aditya
6. Afgan Ezi Sumantri

SMA KARYA 45 BANGUNREJO


TAHUN AJARAN 2023/2024

Anda mungkin juga menyukai