PENDAHULUAN
1
3. Bagaimanakah pemerintahan dan kehidupan masyarakat Kerajaan
Kalingga (Holing)?
4. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing)?
5. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing)?
6. Apasaja peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing)?
7. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing)?
2
5. Mengkaji runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya
di Indonesia.
6. Mengetahui peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.
7. Mengkaji aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.
1.4 Manfaat
Makalah sejarah ini memiliki beberapa manfaat baik bagi pemerintah,
masyarakat, maupun peneliti. Manfaat tersebut antara lain:
a) Bagi Pendidik
Agar pemerintah dapat lebih meningkatkan pelestarian budaya-budaya
di Indonesia, baik pelestarian kerajaan di Indonesia maupun hasil
peninggalan budayanya.
b) Bagi Lembaga
Agar masyarakat dapat lebih mengenal dan meningkatkan pelestarian
budaya-budaya di Indonesia, baik pelestarian kerajaan di Indonesia
maupun hasil peninggalan budayanya.
c) Bagi Peneliti
Agar peneliti dapat meneliti lebih lanjut dan mengembangkan kembali
sejarah-sejarah kerajaan di Indonesia, seperti sejarah hasil peninggalan
budayanya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Menurut dugaan, setelah orang Holing/Koling tiba di Singkuang,
selanjutnya mereka menyusuri Sungai Batang Gadis ke arah hulunya.Dengan
demikian maka akhirnya mereka sampai di satu dataran rendah yang subur yaitu
di kawasan Mandailing Godang yang sekarang.Pada waktu orang Holing/Koling
sampai di kawasan Mandailing Godang mereka bertemu dengan penduduk
pribumi setempat dan menemukan emas.Kita mengetahui melalui sejarah, bahwa
emas tercatat sebagai salah satu modal utama dalam berdirinya kerajaan-kerajaan
besar dan emas juga merupakan sumber kemakmuran.Setelah orang-orang Hindu
menemukan banyak emas di kawasan Mandailing yang sekarang ini, mereka
kemudian menetap di kawasan tersebut.Karena orang-orang Holing/Koling
menetap di kawasan itu maka dinamakan Mandala Holing/Koling.Mandala artinya
lingkungan atau kawasan.Mandala Holing/Koling berarti lingkungan atau
kawasan tempat tinggal orang-orang Holing/Koling.Berabad-abad kemudian,
Mandala Holing/Koling dikenal sebagai Kerajaan Holing.
5
pelayaran dan perdagangan.Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya
terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya.Alasannya,
Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran
perdagangan saat itu.Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan
ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah
Keling.
2.1.1.2 ekonomi
2.1.1.4 runtuhnya
2.1.1.5 peninggalan
6
2.1.2 Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga
7
patuh terhadap semua peraturan yang berlaku. Untuk mencoba kejujuran
rakyatnya, Ratu Sima pernah mencobanya, dengan meletakkan pundi-
pundi di tengah jalan. Ternyata, sampai waktu yang lama tidak ada
yang mengusik pundi-pundi itu. Akan tetapi, pada suatu hari ada
anggota keluarga istana yang sedang jalan- jalan, menyentuh kantong
pundi-pundi dengan kakinya. Hal ini diketahui Ratu Sima.Anggota
keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati.Akan
tetapi, atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan
dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas
dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota
kerabatnya sendiri.
8
2.1.3 Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing)
9
a) Prasasti Tukmas
10
b) Prasasti Sojomerto
11
c) Candi Angin
12
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Candi Bubrah adalah salah satu candi Buddha yang berada di
dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara
Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Secara administratif,
candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan
Prambanan, KabupatenKlaten, Provinsi Jawa Tengah.
Dinamakan ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini rusak (bubrah
dalam bahasa Jawa) sejak ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini
dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, satu
periode dengan Candi Sewu.
Candi ini mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari jenis batu
andesit, dengan sisa reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat ditemukan
masih terdapat beberapa arca Buddha, walaupun tidak utuh lagi.
13
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading serta membuat garam.
Kehidupan masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di
Holing tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat
Holing memperhatikan pendidikan. Hal itu terbukti dengan adanya rakyat
Holing telah mengenal tulisan dan ilmu perbintangan.
Kehidupan Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh
oleh ajaran Budha. Oleh karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan
agama Budha. Holing memiliki seorang pendeta yang bernama
Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing mayoritas
beragama Budha. Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina
berkeinginan menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning.
Ia pergi Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa
sansekerta ke bahasa Cina.
14
2.2 Kerajaan Sriwijaya
15
Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang
sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya
berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan
asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga
dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh
raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa)
tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi
Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang
pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore,
Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).
16
sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu
pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari
India ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang besar,
perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya yang berbakat sebagai
pelaut ulung. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan
sampai ke Selat Malaka (merupakan jalurperdagangan India – Cina pada
saat itu), Selat Sunda, SelatBangka,Jambi, danSemenanjung Malaka.
17
2.2.2.1 Perkembangan Politik dan Pemerintahan Kerajaan
Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7. Pada
awal perkembangannya, rajanya disebut dengan Dapunta Hyang.
Dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo telah ditulis sebutan
Dapunta Hyang. Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak melakukan
usaha perluasan daerah.
18
Gambar 2.2.2.1.2 Daerah Kedah
19
Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini
memiliki kedudukan yang penting, terutama untuk memperlancar
perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-
kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
Gambar 2.2.2.1.4
20
Gambar 2.2.2.1.5 Tanah Genting
21
Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman keemasan.
Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari
Raja Samarotungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut
diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa adalah seorang
raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan
erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintaholeh Raja
Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidangtanah kepada
Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan
mahapeserta didik yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh
Balaputeradewa, sebagai “dharma”. Hal itu tercatat dengan baik dalam
Prasasti Nalanda,yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda,
India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur
dengan Candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal
tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan,
terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi
mudanya.
22
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri
Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan
Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur. Akan tetapi, serangan
itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan
Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan Raja
Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus
mempertahankan kebesarannya.
23
Tabel 2.2.2.1 Raja – raja Kerajaan Sriwijaya
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa
Rudra Vikraman
Sriwijaya Utusan ke Tiongkok 728-
728 Lieou-t'eng-wei-
Shih-li-fo-shih 742
kong
24
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa
menaklukkan Kamboja
Samaragrawira ata
Prasasti Nalanda danprasasti
782 u Jawa
Mantyasih tahun 907
Rakai Warak
Prasasti Karang
Samaratungga ata Tengahtahun 824,
792 u Jawa 825 menyelesaikan
Rakai Garung pembangunan
candiBorobudur
Kebangkitan Wangsa
840
Sanjaya, Rakai Pikatan
25
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa
860, India
Sri Udayaditya
Warmadewa Sriwijaya Utusan ke Tiongkok 960, &
960
Se-li-hou-ta-hia-li- San-fo-ts'i 962
tan
Sri Mara-
Vijayottunggawar San-fo-ts'i Prasasti Leiden & utusan ke
1008
man Kataha Tiongkok 1008
Se-li-ma-la-pi
26
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa
Dibawah Dinasti
1030
Choladari Koromandel
27
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa
Laporan Chou-Ju-Kuadalam
1178 buku Chu-fan-chiberisi
daftar koloni San-fo-ts'i
Dibawah Dinasti
Srimat
Mauli,Kerajaan
Trailokyaraja
1183 Dharmasraya Melayu, Prasasti
Maulibhusana
Grahi tahun 1183 di
Warmadewa
selatan Thailand
28
Tampilnya Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, memberikan
kemakmuran bagi rakyat dan negara Sriwijaya. Kapal-kapal yang
singgah dan melakukan bongkarmuat, harus membayar pajak. Dalam
kegiatan perdagangan, Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan
beberapa jenis binatang liar, sedangkan barang impornya antara lain
beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading dan
binatang.
29
tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci
agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan Sriwijaya
dengan India Selatan waktu itu sangat erat.Bangunan lain yang sangat
penting adalah Biaro Bahal yang ada di Padang Lawas, Tapanuli
Selatan. Di tempat ini pula terdapat bangunan wihara.
30
sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal
dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan
kekuasaanya.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya
telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia
Tenggara, antara lain:Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya,
Thailand,Kamboja, Vietnam dan Filipina. Dominasi atasSelat
Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute
perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas
setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai
pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan
India.
31
b) Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut.
Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan
sungai lainya, akhirnya Kota Palembang semakin jauh dari laut.
c) Berkurangnya kapal dagang yang singgah.
Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut menyebabkab
daerah tersebut tidak strategis lagi. Kapal-kapal dagang lebih
memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut menyebabkan kegiatan
perdagangan berkunrang dan pendapatan kerajaan dari pajak
menurun.
d) Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya.
Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya
maka penguasa kerajaan tidak mampu lagi mengontrol daerah
kekuasaanya. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang telah
melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan Melayu.
e) Terjadinya serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain.
Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari
Kerajaan Medang atas wilayah Sriwijaya bagian selatan pada tahun
992. Serangan tersebut antara lain:
32
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti.
Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf pallawa. Bahasa yang dipakai
Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut:
Tempat Palembang.
33
menghukum setiap orang yang bermaksud
jahat.
Tempat Jambi.
34
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja
yang memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar
negeri.Raja yang terkenalDapuntaHyang SriJayanasa, Balaputera Dewa,
dan Sri SanggaramaWijayatunggawarman. Selain itu dalam wilayah
kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-8 M, telah berhasil
menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui
Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra. Dengan kekuasaan
wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh
Asia Tenggara.
Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya
Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan
internasional di Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang
singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi
dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan
berkomunikasi masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno
telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang
dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.Perdagangan
internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi
terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya
India.Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama-nama khas
India, adat istiadat, dan juga agama Hindu-Buddha. I-tsing menerangkan
bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa
Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar yang
sangat terkenal di massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku
Hastadandasastra.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu
pada bidang pertanian. Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu
di persimpangan jalur perdagangan internasional, membuat hasil bumi
menjadi modal utama untuk memulai kegiatan perdagangan dan
pelayaran.Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang
35
akan ke India bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang
India yang akan ke China. Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin
ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-Asia Tenggara.
Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada
di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Kehidupan Agama Kerajaan Sriwijaya
Kehidupan agama masyarakat Sriwijaya dipengaruhi oleh
datangnya pedagang India. Pertama adalah agama Hindu, lalu agama
Buddha. Agama Buddha dikenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. I
Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha
sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha, khususnya aliran
Mahayana.Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana juga turut
berkembang di Sriwijaya. Nama Dharmapala dan Sakyakirti pun tidak
asing lagi. Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari
Kerajaan Sriwijaya. Dia pernah mengajar agama Budha di Perguruan
Tinggi Nalanda (Benggala). Sedangkan Sakyakirti adalah guru besar juga.
Dia mengarang buku Hastadandasastra.Sangat dimungkinkan bahwa
Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia
Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari
Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula adalah bagian
dari Sriwijaya, lalu tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di
Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
BAB III
36
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing,
dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah
kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa
terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan
Sriwijaya. Sedangkan, letak geografis Kerajaan Sriwijaya adalah di Kota
Palembang.Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain tidak adanya raja yang cakap memerintah, letak Kota
Palembang semakin jauh dari laut, berkurangnya kapal dagang yang singgah,
banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya, dan terjadinya serangan-
serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain. Sedangkan peninggalan Kerajaan
37
Sriwijaya, antara lain Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti
Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Karang Berahi.
2.2 Saran
Saran dari kelompok kami untuk kedepannya, yaitu kita sebagai generasi
muda harus menjaga dan melestarikan budaya-budaya yang ditinggalkan oleh
agama Hindu dan Buddha di Indonesia agar dapat dinikmati serta bermanfaat bagi
generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
38
Sajid, Syahmi. 2015. Keadaan Politik Sosial Ekonomi Politik. (Online)
http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/04/keadaan-politik-sosial-ekonomi-
politik.html. Diakses: September 2015.
Maulana, Dhandi. 2014. Kerajaan Kalingga dan Sriwijaya SMA Negeri 1 Kota
Bekasi. (Online). Diakses: September 2015.
39