Anda di halaman 1dari 39

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia secara resmi memiliki sistem pemerintahan pertama kali pada
sehari setelah kemerdekaannya,yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Pada saat itu,
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensiil.Namun, sistem
pemerintahan di Indonesia sebenarnya telah dimulai dari sebelum
kemerdekaannya, yaitu sistem pemerintahan yang dianut oleh kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha yang telah ada sebelum kemerdekaan Indonesia bahkan sebelum
Belanda datang.
Indonesia terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta
berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu ikut terlibat dalam
kegiatan perdagangan dan pelayaraninternasional, khususnya antara India dengan
China. Hal ini menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India
merupakannegara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu
dalambentuk budaya Hindu.
Pada umumnya, para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan
bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh
orang-orang Indonesia sendiri.Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia
adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi
Selatan).Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam Bahasa Sanskerta
dan Malayu kuno.Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk
bahwa budaya Hindu dan Buddha menyebar di Kerajaan Kalingga dan Kerajaan
Sriwijaya pada abad ke-7. Hal ini menjadi dasar penulis dalam pembuatan
makalah sejarah yang berjudul “Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Kerajaan Kaling
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Kerajaan Kalingga (Holing)?
2. Bagaimana letak geografis Kerajaan Kalingga (Holing)?

1
3. Bagaimanakah pemerintahan dan kehidupan masyarakat Kerajaan
Kalingga (Holing)?
4. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing)?
5. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing)?
6. Apasaja peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing)?
7. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing)?

1.2.2 Kerajaan Sriwijaya


1. Bagaimana sejarah terbentuknya Kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaimana letak geografis Kerajaan Sriwijaya?
3. Bagaimanakah pemerintahan dan kehidupan masyarakat Kerajaan
Sriwijaya?
4. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya?
5. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?
6. Apasaja peninggalan Kerajaan Sriwijaya?
7. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Sriwijaya?

1.3 Tujuan Penulisan


Secara umum makalah ini betujuan untuk memberi pengetahuan dan
informasikepada pembaca lebih luas mengenai perkembangan tradisional budaya
dan agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Makalah ini juga memiliki tujuan
khusus yaitu:
1. Mengkaji sejarah terbentuknya Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.
2. Mengetahui letak geografis Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.
3. Mengkajipemerintahan dan kehidupan masyarakatKerajaan Kalingga
(Holing) dan Kerajaan Sriwijaya di Indonesia.
4. Mengetahui masa kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.

2
5. Mengkaji runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan Sriwijaya
di Indonesia.
6. Mengetahui peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.
7. Mengkaji aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing) dan Kerajaan
Sriwijaya di Indonesia.

1.4 Manfaat
Makalah sejarah ini memiliki beberapa manfaat baik bagi pemerintah,
masyarakat, maupun peneliti. Manfaat tersebut antara lain:
a) Bagi Pendidik
Agar pemerintah dapat lebih meningkatkan pelestarian budaya-budaya
di Indonesia, baik pelestarian kerajaan di Indonesia maupun hasil
peninggalan budayanya.
b) Bagi Lembaga
Agar masyarakat dapat lebih mengenal dan meningkatkan pelestarian
budaya-budaya di Indonesia, baik pelestarian kerajaan di Indonesia
maupun hasil peninggalan budayanya.
c) Bagi Peneliti
Agar peneliti dapat meneliti lebih lanjut dan mengembangkan kembali
sejarah-sejarah kerajaan di Indonesia, seperti sejarah hasil peninggalan
budayanya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerajaan Kalingga (Holing)


Kerajaan Kalingga atau Ho-ling(sebutandari sumberTiongkok) merupakan
salah satu kerajaan bercorak Buddha di Indonesia. Kerajaan ini adalah sebuah
kerajaan yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara
Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan
ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China,
tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad
kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima
dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi
dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah
diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang
mencuri, akan dipotong tangannya.
Ada 2 penafsiran tentang awal terbentuknya kerajaan Holing,yaitu:

a) Hipotesis Tentang Kerajaan Mandala Holing

Sejak jaman dahulu sudah dikemukakan bahwa di Simangambat terdapat


reruntuhan Candi Siwa (Hindu) dari abad ke-8yang terletak di Sumatera yang
mereka namakan Swarna Dwipa (Pulau Emas).Candi tersebut jauh lebih tua
dari candi-candi di Portibi (Padang Lawas) yang menurut perkiraan para
pakar dibangun pada abad ke-11.

Besar kemungkinan orang Hindu datang ke Mandailing yang terletak di


Swarna Dwipa adalah untuk mencari emas.Orang Hindu yang datang ke wilayah
Mandailing berasal dari negeri atau Kerajaan Kalingga di India. Oleh karena itu
mereka disebut orang Holing atau orang Koling. Ada kemungkinan mereka masuk
dari daerah Singkuang.

4
Menurut dugaan, setelah orang Holing/Koling tiba di Singkuang,
selanjutnya mereka menyusuri Sungai Batang Gadis ke arah hulunya.Dengan
demikian maka akhirnya mereka sampai di satu dataran rendah yang subur yaitu
di kawasan Mandailing Godang yang sekarang.Pada waktu orang Holing/Koling
sampai di kawasan Mandailing Godang mereka bertemu dengan penduduk
pribumi setempat dan menemukan emas.Kita mengetahui melalui sejarah, bahwa
emas tercatat sebagai salah satu modal utama dalam berdirinya kerajaan-kerajaan
besar dan emas juga merupakan sumber kemakmuran.Setelah orang-orang Hindu
menemukan banyak emas di kawasan Mandailing yang sekarang ini, mereka
kemudian menetap di kawasan tersebut.Karena orang-orang Holing/Koling
menetap di kawasan itu maka dinamakan Mandala Holing/Koling.Mandala artinya
lingkungan atau kawasan.Mandala Holing/Koling berarti lingkungan atau
kawasan tempat tinggal orang-orang Holing/Koling.Berabad-abad kemudian,
Mandala Holing/Koling dikenal sebagai Kerajaan Holing.

b) Kerajaan Kalingga (Holing) didirikan oleh Orang India

Apabila melihat dari namanya, Kerajaan Kalingga/Holing kemungkinan


didirikan oleh sekelompok orang India yang mengungsi dari sebelah timur
India ke Nusantara.Dugaan ini didasarkan pada laporan tentang penghancuran
daerah Kalingga di India Raja Harsja.Orang Kalingga yang tersisa melarikan
diri keluar negeri.

2.1.1 Letak Geografis Kerajaan Kalingga (Holing)


Berita Cina berasal dari Dinasti T'ang yang menyebutkan bahwa letak
Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La
(Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di
sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga
berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing
terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.J.L. Moens dalam
menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu

5
pelayaran dan perdagangan.Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya
terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya.Alasannya,
Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran
perdagangan saat itu.Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan
ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah
Keling.

Gambar 2.1.1 Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kaling

2.1.1.1 politik atau pemerintahan

2.1.1.2 ekonomi

2.1.1.3 sosial dan budaya

2.1.1.4 runtuhnya

2.1.1.5 peninggalan

2.1.1.5.1 prasasti ..........

6
2.1.2 Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga

Adapun keadaan kerajaan di Holing dalam jaman itu yang dikabarkan


oleh orang Tiong Hoa ialah bahwa kota dikelilingi dengan pagar kayu;
rajanya beristana dirumah yang bertingkat, yang ditutup dengan
atap;tempat duduk sang raja adalah Peterana gading. Orang-orangnya
sudah pandai tulis-menulis dan mengenal ilmu perbintangan yang sangat
tampak bagi orang Tiong-hoa adalah orang Kaling (Jawa) makan tidak
dengan sendok atau cukit, melainkan jarinya saja. Minuman kerasnya yang
dibuat adalah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (Toak). Dikatakan
pula, bahwa tahun 640 atau 648 Masehi kerajaan jawa mengirimkan
utusan ke negeri tiong hoa begitu pula dalam tahun 666. sesudah utusan
jawa ke negeri tiongkok yang kedua kalinya itu dikatakan bahwa tanah
jawa diperintah oleh raja perempuan yakni dalam tahun 674-675 Masehi.

Gambar 2.1.2 Patung Raja Kalingga

Raja yang paling terkenal pada masa Kerajaan Kalingga adalah


seorang raja wanita yang bernama Ratu Sima. Ia memerintah sekitar
tahun 674 M. Ia dikenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan sangat
bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadil-adilnya. Rakyat

7
patuh terhadap semua peraturan yang berlaku. Untuk mencoba kejujuran
rakyatnya, Ratu Sima pernah mencobanya, dengan meletakkan pundi-
pundi di tengah jalan. Ternyata, sampai waktu yang lama tidak ada
yang mengusik pundi-pundi itu. Akan tetapi, pada suatu hari ada
anggota keluarga istana yang sedang jalan- jalan, menyentuh kantong
pundi-pundi dengan kakinya. Hal ini diketahui Ratu Sima.Anggota
keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati.Akan
tetapi, atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan
dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas
dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota
kerabatnya sendiri.

Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga


pada umumnya Buddha.AgamaBuddhaberkembangpesat. Bahkan pendeta
Cina yang bernama Hwi-ning datang di Kaling dan tinggal selama tiga
tahun. Selama di Kalingga, ia menerjemahkan kitab suci agama Buddha
Hinayana ke dalam bahasa Cina. Dalam usaha menterjemahkan kitab itu
Hwi- ning dibantu oleh seorang pendeta bernama Jnanabadra.

Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat hidup teratur,


aman, dan tenteram. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah
bertani, karena wilayah Kalingga subur untuk pertanian. Di samping itu,
penduduk juga melakukan perdagangan.

Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran kemungkinan


akibatserangan Sriwijaya yang menguasai perdagangan. Serangan tersebut
mengakibatkan pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur atau
mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun 742-755M.

8
2.1.3 Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing)

Masa kejayaan Kerajaan Kalingga berlangsung pada tahun 674 M.


Ratu Shima merupakan ratu yang terkenal di Kerajaan ini.Konon, ratu ini
memerintah dengan sangat keras, namun bijaksana.Ratu Shima merupakan
ratu yang terkenal dengan disiplin tinggi, namun adil dan bijaksana.Oleh
karena itu, semua rakyatknya tunduk dan patuh.Kebijakan Ratu Shima
yang terkenal adalah "Siapa yang ketahuan mencuri akan dipotong
tangannya termasuk juga putra mahkotanya, dan ketika kakinya
menyentuh pundu-pundi emas yang diletakkan di pinggir jalan akan di
potong kakinya”.

2.1.4 Runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing)

Sepertinya kerajaan ini tidaklah hancur/runtuh. Tetapi,setelah


Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan
buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian
disebut Bumi Mataram. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi
wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian
jaringan perdagangan Hindu.

2.1.5 Peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing)

Kerajaan Kalingga (Holing) memiliki beberapa peninggalan budaya


yang ditemukan di beberapa daerah, antara lain:

9
a) Prasasti Tukmas

Gambar 2.1.5.1 Prasasti Tukmas


 Ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun
Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah.
 Bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta.
 Isi prasasti menceritakan tentang mata air yang bersih dan jernih.
Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan
Sungai Gangga di India.
 Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak,
kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang
keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.

10
b) Prasasti Sojomerto

Gambar 2.1.5.2 Prasasti Sojomerto


 Ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah.
 Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno
 Berasal dari sekitar abad ke-7 masehi.
 Bersifat keagamaan Siwais.
 Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama
Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari
berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah
cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di
Kerajaan Mataram Hindu.
 Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal
7 cm, dan tinggi 78 cm. Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian
barisnya rusak terkikis usia.

11
c) Candi Angin

Gambar 2.1.5.3 Candi Angin


 Candi Angin terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara. Karena letaknya yang tinggi tapi tidak roboh
terkena angin, maka dinamakan “Candi Angin”.
 Menurut para penelitian Candi Angin lebih tua dari pada Candi
Borobudur. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan
manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-
Budha.

d) Candi Bubrah di Jepara

Gambar 2.1.5.4 Candi Bubrah

12
 Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
 Candi Bubrah adalah salah satu candi Buddha yang berada di
dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara
Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Secara administratif,
candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan
Prambanan, KabupatenKlaten, Provinsi Jawa Tengah.
 Dinamakan ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini rusak (bubrah
dalam bahasa Jawa) sejak ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini
dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, satu
periode dengan Candi Sewu.
 Candi ini mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari jenis batu
andesit, dengan sisa reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat ditemukan
masih terdapat beberapa arca Buddha, walaupun tidak utuh lagi.

2.1.6 Aspek Kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing)


 Kehidupan Politik
Berdasarkan berita cina di sebutkan bahwa kerajaan kalingga /
holing di perintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima.
Pemerintahan Ratu Sima sangat keras namun adil dan bijaksana.
Kepada setiap pelanggar, Ratu Sima selalu memberikan sanksi yang
tegas. Rakyat tunduk dan patuh terhadap segala perintah Ratu Sima
bahkan tidak seorang pun rakyat maupun pejabat kerajaan yang
melanggar segala perintahnya.
 Kehidupan Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan kalingga / holing
berkembang pesat. Masyarakat kerajaan kalingga telah mengenal
hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada
suatu tempat yang di sebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka
mengadakan hubungan dengan teratur. Selain itu, kegiatan ekonomi
masyarakat lainnya, di antaranya bercocok tanam, menghasilkan kulit,

13
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading serta membuat garam.
Kehidupan masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di
Holing tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat
Holing memperhatikan pendidikan. Hal itu terbukti dengan adanya rakyat
Holing telah mengenal tulisan dan ilmu perbintangan.
 Kehidupan Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh
oleh ajaran Budha. Oleh karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan
agama Budha. Holing memiliki seorang pendeta yang bernama
Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing mayoritas
beragama Budha. Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina
berkeinginan menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning.
Ia pergi Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa
sansekerta ke bahasa Cina.

14
2.2 Kerajaan Sriwijaya

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah


Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing.
Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai
tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan
penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan
bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja",
dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa


menyebutnya Shih-li-fo-shih atauSan-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa
Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebutYavadesh dan Javadeh.
Bangsa Arab menyebutnyaZabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya
nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit
ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya
3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan


berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit
Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang),
tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala
Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang
menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu
jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan
situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau
berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta jaringan kanal dengan
luas areal meliputi 20 hektar. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan
purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat
permukiman dan pusat aktifitas manusia. Namun sebelumnya, Soekmono
berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari,
antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di
Provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika

15
Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang
sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya
berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan
asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga
dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh
raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa)
tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi
Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang
pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore,
Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).

Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya, antara


lain:

 Letak geografis dari Kota Palembang.Palembang sebagai pusat


pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi
terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di
Muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini sangat tepat untuk kegiatan
pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai
jalur perdagangan internasional dari India ke Cina, atau sebaliknya. Juga
kondisi sungai-sungai yang besar, perairan laut yang cukup tenang, serta
penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.
 Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja. Hal ini
telah memberi kesempatan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai
negara maritim.

2.2.1 Letak Geografis


Letak geografis Kerajaan Sriwijaya adalah di Kota Palembang.
Palembang sebagai pusat pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi.
Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi
sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini

16
sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu
pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari
India ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang besar,
perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya yang berbakat sebagai
pelaut ulung. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan
sampai ke Selat Malaka (merupakan jalurperdagangan India – Cina pada
saat itu), Selat Sunda, SelatBangka,Jambi, danSemenanjung Malaka.

Gambar 2.2.1 Letak Kerajaan Sriwijaya

2.2.2 Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat Kerajaan Sriwijaya

Perkembangan dan kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya di


Indonesia dapat dilihat pada perkembangan politik dan pemerintahan, serta
perkembangan ekonominya. Berikut adalah perkembangan politik dan
pemerintahan, serta ekonomi masyarakat Kerajaan Sriwijaya:

17
2.2.2.1 Perkembangan Politik dan Pemerintahan Kerajaan
Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7. Pada
awal perkembangannya, rajanya disebut dengan Dapunta Hyang.
Dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo telah ditulis sebutan
Dapunta Hyang. Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak melakukan
usaha perluasan daerah.

Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai


berikut.

 Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.

Gambar 2.2.2.1.1 Tulang Bawang

 Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung


Melayu. Daerah ini sangat panting artinya bagi usaha pengembangan
perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya
atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M.

18
Gambar 2.2.2.1.2 Daerah Kedah

 Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan


internasional, merupakan daerah yang sangat penting. Daerah ini dapat
dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan Prasasti Kota
Kapur. Sriwijaya juga diceritakan berusaha menaklukkan Bhumi
Java yang tidak setia kepada Sriwijaya. Bhumi Java yang dimaksud
adalah Jawa, khususnya Jawa bagian barat.

Gambar 2.2.2.1.3 Pulau Bangka

19
 Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini
memiliki kedudukan yang penting, terutama untuk memperlancar
perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-
kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).

Gambar 2.2.2.1.4

 Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara


Semenanjung Melayu. Kedudukan Tanah Genting Kra sangat penting.
Jarak antara pantai barat dan pantai timur ditanah genting sangat dekat,
sehingga para pedagang dari Cina berlabuh dahulu di pantai timur
dan membongkar barang dagangannya untuk diangkut dengan pedati ke
pantai barat. Kemudian mereka berlayar ke India. Penguasaan Sriwijaya
atas Tanah Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor yang
berangka tahun 775 M.

20
Gambar 2.2.2.1.5 Tanah Genting

 Kerajaan Kaling dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina,


diterangkan adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan
Kaling pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan serangan adalah
Sriwijaya. Sriwijaya ingin menguasai Jawa bagian tengah karena pantai
utara Jawa bagian tengah juga merupakan jalur perdagangan yang
penting.

Gambar 2.2.2.1.6 Daerah Serangan Kerajaan Sriwijaya


Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah, sehingga Sriwijaya
menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya,
pada tahun 775 M dibangunlah sebuah pangkalan di daerah Ligor.
Waktu itu yang menjadi raja adalah Darmasetra.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa.
Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya,

21
Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman keemasan.
Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari
Raja Samarotungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut
diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa adalah seorang
raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan
erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintaholeh Raja
Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidangtanah kepada
Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan
mahapeserta didik yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh
Balaputeradewa, sebagai “dharma”. Hal itu tercatat dengan baik dalam
Prasasti Nalanda,yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda,
India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur
dengan Candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal
tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan,
terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi
mudanya.

Gambar 2.2.2.1.7 Raja Balaputradewa

22
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri
Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan
Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur. Akan tetapi, serangan
itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan
Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan Raja
Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus
mempertahankan kebesarannya.

Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup luas.


Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau
sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah, sebagian
Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan
Nusantara. Bahkan Mohammad Yamin menyebutkan Sriwijaya sebagai
negara nasional yang pertama.

Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan


kepada seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini Sriwijaya
sudah mengenal struktur pemerintahan.

Berikut adalah daftar raja-raja yang pernah menduduki Kerajaan


Sriwijaya di Indonesia:

23
Tabel 2.2.2.1 Raja – raja Kerajaan Sriwijaya

Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa

Catatan perjalanan I Tsing


di tahun 671-685,
Penaklukan Malayu,
Dapunta penaklukan Jawa
Srivijaya
671 Hyang atau Prasasti Kedukan
Sri Jayanasa Shih-li-fo-shih Bukit(683), Talang
Tuo (684),Kota
Kapur (686), Karang
Brahi dan Palas Pasemah

Utusan ke Tiongkok 702-


716, 724
Sri Indrawarman Sriwijaya
702 Utusan ke Khalifah
Shih-li-t-'o-pa-mo Shih-li-fo-shih
Muawiyah I dan Khalifah
Umar bin Abdul Aziz

Rudra Vikraman
Sriwijaya Utusan ke Tiongkok 728-
728 Lieou-t'eng-wei-
Shih-li-fo-shih 742
kong

Belum ada berita pada


743-774
periode ini

775 Sri Maharaja Sriwijaya Prasasti Ligor B tahun 775


di Nakhon Si Thammarat,
selatanThailand dan

24
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa

menaklukkan Kamboja

Pindah ke Jawa (Jawa Wangsa


Tengah atau Sailendramengantikan Wang
Yogyakarta) sa Sanjaya

Prasasti Kelurak 782 di


Dharanindra atau sebelah utara
778 Rakai Jawa kompleksCandi Prambanan
Panangkaran Prasasti Kalasan tahun 778
di Candi Kalasan

Samaragrawira ata
Prasasti Nalanda danprasasti
782 u Jawa
Mantyasih tahun 907
Rakai Warak

Prasasti Karang
Samaratungga ata Tengahtahun 824,
792 u Jawa 825 menyelesaikan
Rakai Garung pembangunan
candiBorobudur

Kebangkitan Wangsa
840
Sanjaya, Rakai Pikatan

856 Balaputradewa Suwarnadwipa Kehilangan kekuasaan di


Jawa, dan kembali ke
Suwarnadwipa
Prasasti Nalanda tahun

25
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa

860, India

Belum ada berita pada


861-959
periode ini

Sri Udayaditya
Warmadewa Sriwijaya Utusan ke Tiongkok 960, &
960
Se-li-hou-ta-hia-li- San-fo-ts'i 962
tan

Utusan ke Tiongkok 980 &


980 983: dengan raja, Hie-
tche (Haji)

990 Jawa menyerang


Sriwijaya, Catatan Atiśa,
Sri Cudamani Sriwijaya Utusan ke Tiongkok 988-
Warmadewa Malayagiri 992-1003,
988
Se-li-chu-la-wu- (Suwarnadwipa) San- pembangunan candi
ni-fu-ma-tian-hwa fo-ts'i untukkaisar Cina yang diberi
nama
cheng tien wan shou

Sri Mara-
Vijayottunggawar San-fo-ts'i Prasasti Leiden & utusan ke
1008
man Kataha Tiongkok 1008
Se-li-ma-la-pi

1017 Utusan San-fo-ts'i ke

26
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa

Tiongkok 1017: dengan


raja, Ha-ch'i-su-wa-ch'a-p'u
(Haji Sumatrabhumi (?));
gelar haji biasanya
untukraja bawahan

Diserang oleh Rajendra


Chola I dan menjadi
Sangrama-
Sriwijaya tawanan
1025 Vijayottunggawar
Kadaram Prasasti Tanjore bertarikh
man
1030 pada candi Rajaraja,
Tanjore, India

Dibawah Dinasti
1030
Choladari Koromandel

Utusan San-fo-ts'i dengan


raja Kulothunga Chola I(Ti-
hua-ka-lo) ke Tiongkok
1079 1079 membantu
memperbaiki candi Tien
Ching di Kuang Cho (dekat
Kanton)

Utusan San-fo-ts'i dariKien-


1082 pi (Jambi) ke Tiongkok
1082 dan 1088

1089-1177 Belum ada berita

27
Prasasti, catatan
pengiriman utusan ke
Tahun Nama Raja Ibukota
Tiongkok serta
peristiwa

Laporan Chou-Ju-Kuadalam
1178 buku Chu-fan-chiberisi
daftar koloni San-fo-ts'i

Dibawah Dinasti
Srimat
Mauli,Kerajaan
Trailokyaraja
1183 Dharmasraya Melayu, Prasasti
Maulibhusana
Grahi tahun 1183 di
Warmadewa
selatan Thailand

2.2.2.2 Perkembangan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya


Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan
bertani.AkantetapikarenaSriwijaya terletak di tepi Sungai Musi dekat
pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Perdagangan
kemudian menjadi mata pencaharian pokok. Perkembangan
perdagangan didukung oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang
strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalan perdagangan
internasional. Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu
di Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang akan ke Cina.
Di Sriwijaya para pedagang melakukan bongkarmuat barang dagangan.
Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi
pusat perdagangan. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional
maupun internasional di kawasan perairan Asia Tenggara. Perairan di
Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di
bawah kekuasaan Sriwijaya.

28
Tampilnya Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, memberikan
kemakmuran bagi rakyat dan negara Sriwijaya. Kapal-kapal yang
singgah dan melakukan bongkarmuat, harus membayar pajak. Dalam
kegiatan perdagangan, Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan
beberapa jenis binatang liar, sedangkan barang impornya antara lain
beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading dan
binatang.

Perkembangan tersebut telah memperkuat kedudukan Sriwijaya


sebagai kerajaan maritim. Kerajaan maritim adalah kerajaan yang
mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil-
hasil laut. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk
armada angkatan laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang
kuat Sriwijaya mampu mengawasi perairandi Nusantara. Hal ini
sekaligus merupakan jaminan keamanan bagi para pedagang yang ingin
berdagang dan berlayar di wilayah perairan Sriwijaya.

Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan


Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah
Asia Tenggara. Diceritakanoleh I-tsing, bahwa di Sriwijaya tinggal
ribuan pendeta danpelajar agama Buddha. Salah
seorangpendetaBuddhayangterkenal adalah Sakyakirti. Banyak
mahapeserta didik asing yang datang ke Sriwijaya untuk belajar Bahasa
Sanskerta. Kemudian mereka belajar agama Buddha di Nalanda, India.
Antara tahun 1011 – 1023 datang seorang pendeta agama Buddha dari
Tibet bernama Atisa untuk lebih memperdalam pengetahuan agama
Buddha.

Dalam kaitannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan


Buddha, di Sriwijaya ditemukan beberapa peninggalan. Misalnya, Candi
Muara Takus, yang ditemukan dekat Sungai Kampar di daerah Riau.
Kemudian di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada

29
tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci
agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan Sriwijaya
dengan India Selatan waktu itu sangat erat.Bangunan lain yang sangat
penting adalah Biaro Bahal yang ada di Padang Lawas, Tapanuli
Selatan. Di tempat ini pula terdapat bangunan wihara.

Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran karena


beberapa hal antara lain:

 Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan


pantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan dan Komering
banyak membawa lumpur. Akibatnya, Sriwijaya tidak baik untuk
perdagangan.
 Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini
disebabkan terutama karena melemahnya angkatan laut Sriwijaya,
sehingga pengawasan semakin sulit.
 Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan dari
kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat serangan
dari Raja Rajendracola dari Colamandala, namun Sriwijaya masih
dapat bertahan. Tahun 1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja
Sriwijaya, Sri Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak
Kerajaan Colamandala. Tahun 1275, Raja Kertanegara dari
Singhasari melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu
menyebabkan daerah Melayu lepas. Tahun 1377, armada angkatan
laut Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri
riwayat Kerajaan Sriwijaya.

2.2.3 Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan


hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran,
jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis

30
sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal
dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan
kekuasaanya.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya
telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia
Tenggara, antara lain:Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya,
Thailand,Kamboja, Vietnam dan Filipina. Dominasi atasSelat
Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute
perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas
setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai
pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan
India.

Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan


Medang di Jawa, dalam prasasti Pucangandisebutkan sebuah peristiwa
Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di
mana Haji Wurawari dari Lwaramyang kemungkinan merupakan raja
bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan
menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.

2.2.4 Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya


Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain:

a) Tidak adanya raja yang cakap memerintah.


Setelah Raja Balaputradewa wafat, tidak ada raja yang cakap
untuk memerintah Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut menyebabkan
Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami kemunduran.

31
b) Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut.
Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan
sungai lainya, akhirnya Kota Palembang semakin jauh dari laut.
c) Berkurangnya kapal dagang yang singgah.
Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut menyebabkab
daerah tersebut tidak strategis lagi. Kapal-kapal dagang lebih
memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut menyebabkan kegiatan
perdagangan berkunrang dan pendapatan kerajaan dari pajak
menurun.
d) Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya.
Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya
maka penguasa kerajaan tidak mampu lagi mengontrol daerah
kekuasaanya. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang telah
melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan Melayu.
e) Terjadinya serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain.
Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari
Kerajaan Medang atas wilayah Sriwijaya bagian selatan pada tahun
992. Serangan tersebut antara lain:

 Serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Colamandala dari


India Selatan atas Semenanjung Malaka pada tahun 1017.
 Pendudukan yang dilakukan oleh Raja Kertanegara dari
Singosari atas wiayah Melayu pada tahun 1270. Pendudukan ini
dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu.
 Pendudukan yang dilakukan Kerajaan Majapahit atas
seluruh wilayah Sriwijaya pada tahun 1377. Pendudukan tersebut
dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.

2.2.5 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

32
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti.
Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf pallawa. Bahasa yang dipakai
Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.2.5 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

NAMA PRASASTI KETERANGAN

Tempat Tepi Sungai Tatang, dekat Palembang.

Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M).


Isinya antara lain menerangkan bahwa
seorang bernama Dapunta Hyang
Prasasti Kedukan Bukit
Isi mengadakanperjalanan suci (siddhayatra)
dengan menggunakan perahu. Ia berangkat
dari Minangatamwan dengan membawa
tentara 20.000 personel.

Sebelah barat Kota Palembang di


Tempat
daerahTalang Tuo.

Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M).


Prasasti Talang Tuo
Isinya menyebutkan tentang pembangunan
Isi
sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman
ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga.

Tempat Palembang.

Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya


Prasasti Telaga Batu terutama tentang kutukan-kutukan yang
Isi
menakutkan bagi mereka yang berbuat
kejahatan.

Prasasti Kota Kapur Tempat Pulau Bangka.

Isi Prasasti berangka tahun 608 Saka (656 M).


Isinya terutama permintaan kepada para dewa
untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan

33
menghukum setiap orang yang bermaksud
jahat.

Tempat Jambi.

Prasasti berangka tahun 608 saka (686 M).


Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur.
Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti
Ligor berangka tahun 775 M ditemukan di
Prasasti Karang Berahi Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti
Isi
Nalanda di India Timur. Di samping prasasti-
prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan
sumber sejarah Sriwijaya yang penting.
Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah
tinggal di Sriwijaya.

Gambar 2.2.5 Prasasti Kerajaan Sriwijaya

2.2.6 Aspek Kehidupan Kerajaan Sriwijaya


 Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya

34
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja
yang memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar
negeri.Raja yang terkenalDapuntaHyang SriJayanasa, Balaputera Dewa,
dan Sri SanggaramaWijayatunggawarman. Selain itu dalam wilayah
kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-8 M, telah berhasil
menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui
Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra. Dengan kekuasaan
wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh
Asia Tenggara.
 Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya
Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan
internasional di Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang
singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi
dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan
berkomunikasi masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno
telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang
dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.Perdagangan
internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi
terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya
India.Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama-nama khas
India, adat istiadat, dan juga agama Hindu-Buddha. I-tsing menerangkan
bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa
Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar yang
sangat terkenal di massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku
Hastadandasastra.
 Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu
pada bidang pertanian. Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu
di persimpangan jalur perdagangan internasional, membuat hasil bumi
menjadi modal utama untuk memulai kegiatan perdagangan dan
pelayaran.Karena letak yang strategis pula, para pedagang China yang

35
akan ke India bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga dengan pedagang
India yang akan ke China. Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin
ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-Asia Tenggara.
Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada
di bawah kekuasaan Sriwijaya.
 Kehidupan Agama Kerajaan Sriwijaya
Kehidupan agama masyarakat Sriwijaya dipengaruhi oleh
datangnya pedagang India. Pertama adalah agama Hindu, lalu agama
Buddha. Agama Buddha dikenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. I
Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha
sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha, khususnya aliran
Mahayana.Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana juga turut
berkembang di Sriwijaya. Nama Dharmapala dan Sakyakirti pun tidak
asing lagi. Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari
Kerajaan Sriwijaya. Dia pernah mengajar agama Budha di Perguruan
Tinggi Nalanda (Benggala). Sedangkan Sakyakirti adalah guru besar juga.
Dia mengarang buku Hastadandasastra.Sangat dimungkinkan bahwa
Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia
Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari
Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula adalah bagian
dari Sriwijaya, lalu tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di
Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.

BAB III

36
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Kerajaan Kalingga (Holing) adalah sebuah kerajaan yang berpusat


diJawaTengah, Indonesia, yang berdiri sekitar abad ke-6
masehi.Kerajaan Holing adalah kerajaan yang bercorak Budha.Kerajaan
Holingterletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya.Kerajaan ini
diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Sima. Pada masa pemerintahan
Ratu Sima ini, Kerajaan Holing meraih kejayaannya. Pada tahun 752, Kerajaan
Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi
bagian jaringan perdagangan Hindu. Sedangkan peninggalan-peninggalan
Kerajaan Kalingga (Holing), antara lain Prasasti Tukmas, Prasasti Sojomerto,
Candi Angin, dan Candi Bubrah (Jepara).
Aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing) dapat dilihat dari:
- Kehidupan Politik
- Kehidupan Agama
- Kehidupan Ekonomi

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing,
dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah
kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa
terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan
Sriwijaya. Sedangkan, letak geografis Kerajaan Sriwijaya adalah di Kota
Palembang.Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya di Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain tidak adanya raja yang cakap memerintah, letak Kota
Palembang semakin jauh dari laut, berkurangnya kapal dagang yang singgah,
banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya, dan terjadinya serangan-
serangan atas Sriwijaya dari kerajaan lain. Sedangkan peninggalan Kerajaan

37
Sriwijaya, antara lain Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti
Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Karang Berahi.

Aspek kehidupan Kerajaan Sriwijaya dapat dilihat dari:


- Kehidupan Politik
- Kehidupan Sosial
- Kehidupan Ekonomi
- Kehidupan Agama

2.2 Saran

Saran dari kelompok kami untuk kedepannya, yaitu kita sebagai generasi
muda harus menjaga dan melestarikan budaya-budaya yang ditinggalkan oleh
agama Hindu dan Buddha di Indonesia agar dapat dinikmati serta bermanfaat bagi
generasi yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

38
Sajid, Syahmi. 2015. Keadaan Politik Sosial Ekonomi Politik. (Online)
http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/04/keadaan-politik-sosial-ekonomi-
politik.html. Diakses: September 2015.

Raharjo, Tempuran. 2012. Makalah Kerajaan Sriwijaya. (Online)


http://tempuranraharjo.blogspot.com/2012/01/makalah-kerajaan-
sriwijaya.html. Diakses: September 2015.

Aulia. 2013. Makalah Kerajaan Holing. (Online) http://aulia11ips2-


04.blogspot.com/2013/11/makalah-kerajaan-holing.html. Diakses:
September 2015.

Maulana, Dhandi. 2014. Kerajaan Kalingga dan Sriwijaya SMA Negeri 1 Kota
Bekasi. (Online). Diakses: September 2015.

Soesanto, Anto. 2015. Runtuhnya Kerajaan Kalingga. (Online)


antoksoesanto.blogspot.co.id. Diakses: September 2015.

Slideshare. 2015. Kerajaan Holing (Kalingga). (Online) www.slideshare.net.


Diakses: September 2015.

Slideshare. 2015. Tugas Makalah Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno.


(Online) www.slideshare.net. Diakses: September 2015.

Ilham. 2015. 5 Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. (Online)


ilhamblogindonesia.blogspot.co.id. Diakses: September 2015.

Sridanti. 2015. Perkembangan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya. (Online)


www.sridanti.com. Diakses: September 2015.

Febasfi. 2015. Kondisi Geografis Kerajaan Sriwijaya. (Online)


febasfi.blogspot.co.id. Diakses: September 2015.

39

Anda mungkin juga menyukai