PENDAHULUAN
1
3. Bagaimanakah pemerintahan dan kehidupan masyarakat Kerajaan
Kalingga (Holing)?
4. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Kalingga (Holing)?
5. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kalingga (Holing)?
6. Apasaja peninggalan Kerajaan Kalingga (Holing)?
7. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kalingga (Holing)?
1.3 Manfaat
2
Makalah sejarah ini memiliki beberapa manfaat baik bagi pemerintah,
masyarakat, maupun peneliti. Manfaat tersebut antara lain:
a) Bagi Pendidik
Agar pemerintah dapat lebih meningkatkan pelestarian budaya-budaya
di Indonesia, baik pelestarian kerajaan di Indonesia maupun hasil
peninggalan budayanya.
b) Bagi Lembaga
Agar masyarakat dapat lebih mengenal dan meningkatkan pelestarian
budaya-budaya di Indonesia, baik pelestarian kerajaan di Indonesia
maupun hasil peninggalan budayanya.
c) Bagi Peneliti
Agar peneliti dapat meneliti lebih lanjut dan mengembangkan kembali
sejarah-sejarah kerajaan di Indonesia, seperti sejarah hasil peninggalan
budayanya.
BAB II
PEMBAHASAN
3
kerajaan yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara
Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan
ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China,
tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad
kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima
dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi
dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah
diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang
mencuri, akan dipotong tangannya.
Ada 2 penafsiran tentang awal terbentuknya kerajaan Holing,yaitu:
4
besar dan emas juga merupakan sumber kemakmuran.Setelah orang-orang Hindu
menemukan banyak emas di kawasan Mandailing yang sekarang ini, mereka
kemudian menetap di kawasan tersebut.Karena orang-orang Holing/Koling
menetap di kawasan itu maka dinamakan Mandala Holing/Koling.Mandala artinya
lingkungan atau kawasan.Mandala Holing/Koling berarti lingkungan atau
kawasan tempat tinggal orang-orang Holing/Koling.Berabad-abad kemudian,
Mandala Holing/Koling dikenal sebagai Kerajaan Holing.
5
Gambar 2.1.1 Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kaling
2.1.1.2 ekonomi
2.1.1.4 runtuhnya
2.1.1.5 peninggalan
6
sudah pandai tulis-menulis dan mengenal ilmu perbintangan yang sangat
tampak bagi orang Tiong-hoa adalah orang Kaling (Jawa) makan tidak
dengan sendok atau cukit, melainkan jarinya saja. Minuman kerasnya yang
dibuat adalah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (Toak). Dikatakan
pula, bahwa tahun 640 atau 648 Masehi kerajaan jawa mengirimkan
utusan ke negeri tiong hoa begitu pula dalam tahun 666. sesudah utusan
jawa ke negeri tiongkok yang kedua kalinya itu dikatakan bahwa tanah
jawa diperintah oleh raja perempuan yakni dalam tahun 674-675 Masehi.
7
tetapi, atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan
dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas
dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota
kerabatnya sendiri.
8
yang terkenal adalah "Siapa yang ketahuan mencuri akan dipotong
tangannya termasuk juga putra mahkotanya, dan ketika kakinya
menyentuh pundu-pundi emas yang diletakkan di pinggir jalan akan di
potong kakinya”.
a) Prasasti Tukmas
9
Gambar 2.1.5.1 Prasasti Tukmas
Ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun
Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah.
Bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta.
Isi prasasti menceritakan tentang mata air yang bersih dan jernih.
Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan
Sungai Gangga di India.
Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak,
kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang
keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
b) Prasasti Sojomerto
10
Gambar 2.1.5.2 Prasasti Sojomerto
Ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah.
Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno
Berasal dari sekitar abad ke-7 masehi.
Bersifat keagamaan Siwais.
Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama
Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari
berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah
cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di
Kerajaan Mataram Hindu.
Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal
7 cm, dan tinggi 78 cm. Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian
barisnya rusak terkikis usia.
c) Candi Angin
11
Gambar 2.1.5.3 Candi Angin
Candi Angin terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara. Karena letaknya yang tinggi tapi tidak roboh
terkena angin, maka dinamakan “Candi Angin”.
Menurut para penelitian Candi Angin lebih tua dari pada Candi
Borobudur. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan
manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-
Budha.
12
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Candi Bubrah adalah salah satu candi Buddha yang berada di
dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara
Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Secara administratif,
candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan
Prambanan, KabupatenKlaten, Provinsi Jawa Tengah.
Dinamakan ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini rusak (bubrah
dalam bahasa Jawa) sejak ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini
dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, satu
periode dengan Candi Sewu.
Candi ini mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari jenis batu
andesit, dengan sisa reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat ditemukan
masih terdapat beberapa arca Buddha, walaupun tidak utuh lagi.
13
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading serta membuat garam.
Kehidupan masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di
Holing tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat
Holing memperhatikan pendidikan. Hal itu terbukti dengan adanya rakyat
Holing telah mengenal tulisan dan ilmu perbintangan.
Kehidupan Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh
oleh ajaran Budha. Oleh karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan
agama Budha. Holing memiliki seorang pendeta yang bernama
Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing mayoritas
beragama Budha. Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina
berkeinginan menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning.
Ia pergi Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa
sansekerta ke bahasa Cina.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
2.2 Saran
Saran dari kelompok kami untuk kedepannya, yaitu kita sebagai generasi
muda harus menjaga dan melestarikan budaya-budaya yang ditinggalkan oleh
agama Hindu dan Buddha di Indonesia agar dapat dinikmati serta bermanfaat bagi
generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
16
Aulia. 2013. Makalah Kerajaan Holing. (Online) http://aulia11ips2-
04.blogspot.com/2013/11/makalah-kerajaan-holing.html. Diakses:
September 2015.
Maulana, Dhandi. 2014. Kerajaan Kalingga dan Sriwijaya SMA Negeri 1 Kota
Bekasi. (Online). Diakses: September 2015.
17