Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN KALINGGA

Oleh:
Maria M. C. Dona
Yustina Goma
Kelas X IPS A

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI ROLEDELU - PAGA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada TYME, karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

Roledelu, Januari 2020


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalingga................................................. 3
B. Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga.................................................. 6
C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Kalingga............................. 6
D. Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Letak Kerajaan Kaling atau Holing, diperkirakan di Jawa Tengah. Nama
Kaling berasal dari Kalingga, nama sebuah kerajaan di India Selatan.
Sumbernya adalah berita Cina yang menyebutkan bahwa kotanya dikelilingi
dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup
dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenal juga
ilmu perbintangan. Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok)
adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar
abad ke-6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan
berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara
sekarang.
Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan
diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita
Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan
Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah
diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa
yang mencuri, akan dipotong tangannya. Yang sangat tampak bagi orang Cina
ialah orang Kaling (Jawa), kalau makan tidak memakai sendok atau garpu,
melainkan dengan jarinya saja.
Minuman kerasnya yang dibikin ialah air yang disadap dari tandan
bunga kelapa (tuak). Diberitakan pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M
kerajaan Jawa mengirim utusan ke Cina. Pada tahun 666 M, dikatakan bahwa
tanah Jawa diperintah oleh seorang raja perempuan yakni dalam tahun 674 –
675 M, orang-orang Holing atau Kaling (Jawa) menobatkan raja perempuan
yang bernama Simo, dan memegang pemerintahannya dengan tegas dan
bijaksana.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kalingga
2. Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Kalingga?
3. Bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi Kerajaan Kalingga?
4. Bagaimana kehidupan agama Kerajaan Kalingga?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalingga


Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah
kerajaan bercorak Hindu-Budha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-
6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di
suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang.
Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan
diperoleh dari sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah setempat, dan naskah
Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan
Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.
Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki
peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya. Catatan
sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga didapatkan dari dua sumber
utama, yaitu dari kronik sejarah Tiongkok, serta catatan sejarah manuskrip
lokal, ditambah dengan tradisi lisan setempat yang menyebutkan mengenai
Ratu legendaris bernama Ratu Shima.
1. Sumber lokal
a. Carita Parahyangan
Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad
ke-16, putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera
mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian
menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki
cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari
Kerajaan Galuh, yaitu Bratasena. Sanaha dan Bratasena memiliki anak
yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan
Kerajaan Galuh (723-732 M). Setelah Maharani Shima meninggal
pada tahun 732 M, Raja Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi

3
4

raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram,


dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan
Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari
Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban.
Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja
Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai
Panangkaran. Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau
Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah.
Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan
dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah
taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan
perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang
sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut
menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
b. Kisah lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai
seorang Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan
dan kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini
bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu
berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan
hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang
mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan
mendengar mengenai kemasyhuran rakyat kerajaan Kalingga yang
terkenal jujur dan taat hukum.
Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di
persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga
yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan
miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra
mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum
menjatuhkan hukuman mati kepada putranya. Dewan menteri
5

memohon agar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki


sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka
sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.
2. Berita Tiongkok
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang
berasal dari zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.
a. Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M-906 M)
memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut.
1) Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah
utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya
terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau
Sumatera.
2) Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak
kayu.
3) Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun
palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
4) Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman
keras dari bunga kelapa
5) Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak
dan gading gajah.
Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun
674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah
seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.
b. Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada
abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan
agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama
Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke
dalam Bahasa Tionghoa. Ia bekerja sama dengan pendeta Jawa
6

bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita


tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam
agama Buddha Hinayana.

B. Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga


Menurut berita China, Kerajaan Holing atau Kalingga diperintah oleh
seorang wanita bernama Ratu Sima. Masa pemerintahannya dimulai sekitar
tahun 674 M. Kepemimpinan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan
bijaksana. Setiap pelanggar diberikan sanksi tegas. Tidak peduli apakah
pelanggar tersebut adalah warga istana atau bukan. Rakyat selalu tunduk dan
taat pada ratu sima, begitu juga dengan pejabat kerajaan. Oleh karena itu
ketertiban dan ketenteraman di Kalingga berjalan dengan baik.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama
Sahana yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh.
Sahana memiliki anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya.
Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalinggaditaklukan oleh Kerajaan
Sriwijaya.

C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Kalingga


Kehidupan sosial di Kerajaan Kalingga berjalan dengan tertib dan
teratur. Hal ini terjadi berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan
bijaksana dalam menjalankan hukum dan pemerintahannya. Perekonomian
Kerajaan Kalingga bergerak dibidang perdagangan dan pertanian. Bagi
masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di Jawa Tengah, perdagangan
adalah mata pencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup strategis
membuat Kalingga sering disinggahi oleh para pedagang dari luar negeri.
Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak,
dan gading. Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat
garam. Hidup rakyat Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan
kebohongan.
7

Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan.


Buktinya rakyat ho-ling sudah mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat Ho-
ling juga telah mengenal ilmu perbintangan dan dimanfaat dalam bercocok
tanam. Sementara itu, sebagian masyarakat yang tinggal di pedalaman yang
subur, memanfaatkan kondisi tanah yang subur tersebut untuk
mengembangkan sektor pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan
antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai membuat
minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tersebut
memiliki rasa manis dan dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan
pertanian tersebut, penduduk Kalingga hidup makmur.

D. Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga


Dalam catatan ITsing, pada tahun 664-667, pendeta Budha Cina
bernama Hwu-ning dengan pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling. Mereka
bersama dengan Joh-napo-t’o-lo menerjemahkan kitab Buddha bagian
nirwana. Akan tetapi kitab yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan
Kitab Suci Budha Mahayana, dengan demikian jelas bahwa Holing bukan
merupakan penganut agama Budha Mahayana, tetapi menganut agama Budha
Hinayana aliran Mulasarastiwada. Situs Puncak Sanga Likur Gunung Muria.
Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan Keling di sana
terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu.
Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana
mengangkut arca tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat.
Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi dan empat orang
tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai
Arkeologi Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun. Selain empat arca, di
kawasan itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah
bawah hingga menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan)
Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan
Kamunoyoso.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah
kerajaan bercorak Hindu-Budha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-
6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di
suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang.
Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan
diperoleh dari sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah setempat, dan naskah
Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan
Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.
Kehidupan sosial di Kerajaan Kalingga berjalan dengan tertib dan
teratur. Hal ini terjadi berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan
bijaksana dalam menjalankan hukum dan pemerintahannya. Perekonomian
Kerajaan Kalingga bergerak dibidang perdagangan dan pertanian. Bagi
masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di Jawa Tengah, perdagangan
adalah mata pencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup strategis
membuat Kalingga sering disinggahi oleh para pedagang dari luar negeri.
Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak,
dan gading. Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat
garam. Hidup rakyat Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan
kebohongan.

B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

http://wartasejarah.blogspot.com/2013/11/kerajaan-kalingga-holing.html

http://tulastulispratama.blogspot.com/2012/08/makalah-kerajaan-sriwijaya.html

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga

Anda mungkin juga menyukai