Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kerajaan Kalingga ini
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam
jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah Kerajaan Kalingga ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan
banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses pembuatan
makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna
dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan
makalah Kerajaan Kalingga ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti
untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan
ilmu pengetahuan.

Kebasen, September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

 KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................................

 DAFTAR ISI...........................................................................................................................................................

ii

 BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................

 A. Latar Belakang...............................................................................................................................................

 B. Rumusan Masalah........................................................................................................................................

 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................................

 A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalingga...................................................................................................

 1. Sumber lokal ...............................................................................................................................................

 a. Carita Parahyangan .................................................................................................................................

 b. Kisah lokal .................................................................................................................................

 2. Berita Tiongkok.............................................................................................................................................

ii
 a. Catatan dari zaman Dinasti Tang...........................................................................................................

 b. Catatan I-Tsing .................................................................................................................................

 B. Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga....................................................................................................

 C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Kalingga.........................................................................

 D. Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga.................................................................................................

 BAB III PENUTUP................................................................................................................................................

 A. Kesimpulan.....................................................................................................................................................

 B. Saran .............................................................................................................................................................

 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Letak Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Halong, diperkirakan di Jawa Tengah. Nama
Kaling berasal dari Kalingga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah
berita Cina yang menyebutkan bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya
beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah
pandai tulis-menulis dan mengenal juga ilmu perbintangan. Kalingga atau Ho-ling
(sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di
Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas,
kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara
sekarang.
Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari
sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun
berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu
Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi
dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah
diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri,
akan dipotong tangannya. Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling (Jawa),
kalau makan tidak memakai sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja.
Minuman kerasnya yang dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa
(tuak). Diberitakan pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M kerajaan Jawa mengirim
utusan ke Cina. Pada tahun 666 M, dikatakan bahwa tanah Jawa diperintah oleh seorang
raja perempuan yakni dalam tahun 674 – 675 M, orang-orang Holing atau Kaling (Jawa)
menobatkan raja perempuan yang bernama Simo, dan memegang pemerintahannya
dengan tegas dan bijaksana.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kalingga
2. Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Kalingga?
3. Bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi Kerajaan Kalingga?
4. Bagaimana kehidupan agama Kerajaan Kalingga?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalingga


Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Hindu-Budha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum
jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah
setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada
abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan
Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui
dari sumber-sumber Tiongkok.
Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan
barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya. Catatan sejarah mengenai
keberadaan Kerajaan Kalingga didapatkan dari dua sumber utama, yaitu dari kronik sejarah
Tiongkok, serta catatan sejarah manuskrip lokal, ditambah dengan tradisi lisan setempat
yang menyebutkan mengenai Ratu legendaris bernama Ratu Shima.
1. Sumber lokal
a. Carita Parahyangan
Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani
Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama
Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima
memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh,
yaitu Bratasena. Sanaha dan Bratasena memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak
menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M). Setelah Maharani Shima
meninggal pada tahun 732 M, Raja Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja
Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan
Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu
Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi
Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra
yaitu Rakai Panangkaran. Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang
diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat
dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi
wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan
Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya.
Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
b. Kisah lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani
legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa
pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya
agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan
hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu

2
ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemasyhuran rakyat
kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum.
Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat
pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil
barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra
mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman
mati kepada putranya. Dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan
putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya,
maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.
2. Berita Tiongkok
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman
Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.
a. Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M-906 M) memberikan tentang
keterangan Ho-ling sebagai berikut.1) Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan.
Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau
Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.2) Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh
tembok yang terbuat dari tonggak kayu.3) Raja tinggal di suatu bangunan besar
bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.4) Penduduk
Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa5) Daerah Ho-
ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling
diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan
bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tenteram.
b. Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa
telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada
pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke
dalam Bahasa Tionghoa. Ia bekerja sama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab
terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan
cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.

B. Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga


Menurut berita China, Kerajaan Holing atau Kalingga diperintah oleh seorang wanita
bernama Ratu Sima. Masa pemerintahannya dimulai sekitar tahun 674 M. Kepemimpinan
Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Setiap pelanggar diberikan sanksi tegas.
Tidak peduli apakah pelanggar tersebut adalah warga istana atau bukan. Rakyat selalu
tunduk dan taat pada ratu sima, begitu juga dengan pejabat kerajaan. Oleh karena itu
ketertiban dan ketenteraman di Kalingga berjalan dengan baik.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sahana yang
menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana memiliki anak bernama
Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan
Kalinggaditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

3
C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Kalingga
Kehidupan sosial di Kerajaan Kalingga berjalan dengan tertib dan teratur. Hal ini
terjadi berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan
hukum dan pemerintahannya. Perekonomian Kerajaan Kalingga bergerak dibidang
perdagangan dan pertanian. Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di Jawa
Tengah, perdagangan adalah mata pencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup
strategis membuat Kalingga sering disinggahi oleh para pedagang dari luar negeri.
Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading. Di
Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup rakyat
Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.
Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan. Buktinya rakyat
ho-ling sudah mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat Ho-ling juga telah mengenal
ilmu perbintangan dan dimanfaat dalam bercocok tanam. Sementara itu, sebagian
masyarakat yang tinggal di pedalaman yang subur, memanfaatkan kondisi tanah yang
subur tersebut untuk mengembangkan sektor pertanian. Hasil-hasil pertanian yang
diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai
membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tersebut
memiliki rasa manis dan dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian
tersebut, penduduk Kalingga hidup makmur.

D. Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga


Dalam catatan ITsing, pada tahun 664-667, pendeta Budha Cina bernama Hwu-ning
dengan pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling. Mereka bersama dengan Joh-napo-t’o-lo
menerjemahkan kitab Buddha bagian nirwana. Akan tetapi kitab yang diterjemahkan
tersebut sangat berbeda dengan Kitab Suci Budha Mahayana, dengan demikian jelas
bahwa Holing bukan merupakan penganut agama Budha Mahayana, tetapi menganut
agama Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada. Situs Puncak Sanga Likur Gunung Muria.
Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan Keling di sana terdapat
empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu.
Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana mengangkut arca
tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat. Pada tahun 1990, di seputar
puncak tersebut, Prof Gunadi dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi
Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun.
Selain empat arca, di kawasan itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar
dari arah bawah hingga menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan)
Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan
bercorak Hindu-Budha yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum
jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah
setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada
abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan
Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui
dari sumber-sumber Tiongkok.
Kehidupan sosial di Kerajaan Kalingga berjalan dengan tertib dan teratur. Hal ini
terjadi berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan
hukum dan pemerintahannya. Perekonomian Kerajaan Kalingga bergerak dibidang
perdagangan dan pertanian. Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di Jawa
Tengah, perdagangan adalah mata pencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup
strategis membuat Kalingga sering disinggahi oleh para pedagang dari luar negeri.
Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading. Di
Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup rakyat
Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.

B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha
menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.

5
DAFTAR PUSTAKA

http://wartasejarah.blogspot.com/2013/11/kerajaan-kalingga-holing.html

http://tulastulispratama.blogspot.com/2012/08/makalah-kerajaan-sriwijaya.html

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga

Anda mungkin juga menyukai