Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERAJAAN KALINGGA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3
1. HIKMAH R. C. IMANG
2. ANGELIQUE BANIK
3. FEBY SAUBAKI
4. ADIFAEL MOHINA
5. PAUL MARO

SMA NEGERI 1 KALABAHI


TAHUN PELAJARAN 2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat beserta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ KERAJAAN KALINGGA ” ini.

Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan agar para pembaca mengetahui
secara jelas tentang Kerajaan Kalingga / Kalingga, sejarah, kebudayaan, sistem
pemerintahan dan segala seluk beluk dalam kerajaan ini.Terimakasih kami ucapkan
kepada semua pihak yang turut membantu serta mendukung kami dalam proses
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih sangat sederhana dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna


dalam proses belajar khususnya dalam mata pelajaran Sejarah.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Batasan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Letak Kerjaan Kalingga .................................................................. 3


B. Sumber Sejarah ............................................................................... 4
C. Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga .................................... 4
D. Keruntuhan Kerajaan Kalingga ....................................................... 8
E. Peninggalan Kerajaan Kalingga ...................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................... 12

A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan bercorak Budha. Pusat
pemerintahan diperkirakan di wilayah Kabupaten Jepara saat ini. Dalam
berita Cina kerajaan ini disebiut Kalingga. Di sana dijelaskan bahwa pada
abad ke 7 di Jawa Tengah bagian utara sudah berdiri satu kerajaan. Rakyat
dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta
mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada
kejahatan dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat
dalam bercocok tanam.
Kerajaan Kalingga memiliki pertalian dengan Kerajaan Galuh. Putri
dari Ratu Shima yang dikenal sebagai Putri Parwati menikah dengan putra
mahkota Kerajaan Galuh yang dikenal sebagai Mandi minyak, kemudian
menjadi raja kedua di Kerajaan Galuh. Setelah Maharani Shima meninggal di
tahun 732 M, Sanjaya menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian
disebut Bumi Mataram. Ia kemudian menjadi pemuka dari sebuah dinasti atau
wangsa terkenal sebagai Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno
(Hindu). Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari
Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Raja
Sanjaya juga menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan
atau Bumi Sambara. Ia memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.

B. Batasan Masalah
a. Latar belakang berdirinya Kerajaan Kalingga?
b. Kapan awal berdirinya kerajaan Kalingga?
c. Bagaimana aspek ekonomi, budaya, sosial dan politik Kerajaan Kalingga?
d. Bagaimana berakhirnya masa Kerajaan Kalingga?

1
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui kapan berdirinya Kerajaan Kalingga.
b. Mengetahui letak Kerajaan Kalingga.
c. Mengetahui asal mula atau latar belakang Kerajaan Tersebut.
d. Mengetahui bagaimana keadaan akhir kerajaan Kalingga.

e.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Letak Kerjaan Kalingga


Pada abad ke-7 berdiri suatu kerajaan yang bernama Kalingga /
Kalingga. Letak kerajaan kalingga hingga kini belum dapat di pastikan. Hal
itu di sebabkan karena adanya beberapa pendapat yang yang berbeda dalam
membahas letak kerajaan tersebut, di antaranya :
a. Menurut berita Cina yang berasal dari Dinasti Tang menyebutkan bahwa
letak kerajaan kalingga berbatasan dengan laut sebelah selatan, Tan-Hen-La
(Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) di sebelah timur, dan To-Po-Teng di
sebelah barat. Nama lain dari Kalingga adalah Cho-Po (jawa) sehingga
berdasarkan berita cina tersebut dapat di simpulkan bahwa kerajaan kalingga
atau Kalingga terletak di pulau jawa, khususnya jawa tengah.
b. Dalam menentukan letak kerjaan kalingga / Kalingga, J.L. Moens meninjau
dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Alasannya, selat
malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktivitas pelayaran
perdagangan. Pendapat J.L. Moens bahwa Kalingga berada di tepi pantai selat
malaka, di perkuat dengan di pertemukannya sebuah daerah di Semenanjung
Malaya yang bernama Keling.

(Gambar 1. Kerajaan Kalingga)

3
B. Sumber Sejarah
Bukti keberadaan Kerjaan Kalingga diketahui melalui adanya Prasasti
peninggalan Kerajaan Ho-ling yaitu Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan
di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadidi lereng Gunung
Merbabudi Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih.
Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai
Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi,
kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang
keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang,
Jawa Tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan
berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti
ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh
utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya
bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs.
Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah
cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan
Mataram Hindu.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara
Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais.
Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa
Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah
Selatan.

C. Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga


a. Politik
Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Kalingga
diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahannya
berlangsung dari sekitar tahun 674 masehi. Pemerintahan Ratu Sima sangat
keras, namun adil dan bijaksana. Kepada setiap pelanggar, selalu diberikan

4
sangsi tegas. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima.
Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar
segala perintahnya. Diceritakan, mengenai Ratu Shima yang mendidik
rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian.
Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja
yang mencuri.
Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar
mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat
hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di
persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang
berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga
tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan
kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati
kepada putranya, dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan
putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan
miliknya, para menteri mohon pengampunan lagi, akhirnya ratu
memerintahkan agar jari-jari kaki putra mahkota itu yang dipotong, sebagai
peringatan bagi penduduk seluruh kerajaan. Mendengar itu raja Ta-shih takut
dan mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ratu Shima
b. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Kalingga sudah teratur rapi.
Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di
samping sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat
sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima. Ratu sima
tidak pernah memihak dalam sosialnya ia hanya membina dan sebagai
penguasa kerajaan. Karena sifat Ratu Sima yang sangat keras ia langsung
membanggun lembaga masyarakat yang sudah jelas fungsi dan tugasnya.
Ratu Sima mendirikan lembaga masyarakat untuk membantu dirinnya dalam
mengatasi rakyatnya. Lembaga yang sudah terbentuk sudah memberlakukan
sistem perundang-undangan. Beliau telah membuat dan menyusun

5
perundang-undang yang sempurna dengan dibantu lembaga masyarakat.
Hadirnya sistem perundang-undangan tersebut berjalan dengan baik.
c. Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Kalingga berkembang
pesat. Masyarakat Kerajaan Kalingga telah mengenal hubungan perdagangan.
Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang disebut
dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan perdagangan
dengan teratur. Kegiatan ekonomi masyarakat lainnya diantaranya bercocok
tanam, menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading. Di
Kalingga ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam.
Hidup rakyat Kalingga tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.
Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan.
Buktinya rakyat Ho-ling sudah mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat
Ho-ling juga telah mengenal Ilmu perbintangan dan dimanfaatkan dalam
bercocok tanam. Rakyat dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil
bercocok tanam serta mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram,
karena tidak ada kejahatan dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal
dan dimanfaat dalam bercocok tanam.
Kegiatan ekonomi Kalingga adalah perdagangan dan pelayaran karena
letak kerajaan di semenanjung melayu. Jadi perdagangan sangat lah lancar
dan terkendali, perdagangannya amat maju dan pelayaran disana sebagai alat
transportasi yang mudah juga cepat. Hal ini yang mendukung perkembangan
ekonomi di kerjaan Kalingga. Transportasi dan pemerintahan yang bagus itu
menggaibatkan terjadinya hubungan perdagangan antar negara lain. Hal ini
membuktikan bahwa perkembangan kerajaan Kalingga sangat amat
berkembang dengan pesat.
Kalingga sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan
kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan
yang sudah terbentuk antar Kalingga dengan bangsa luar. Wilayah
perdaganganya meliputi laut China Selatan sampai pantai utara Bali. Tetapi
perkembangan selanjutnya sistem perdagangan Kalingga mendapat tantangan

6
dari Sriwijaya, yang pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Sriwijaya.
Sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada
pertengahan abad ke-8.
d. Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh
ajaran Budha. Oleh karena itu, Kalingga menjadi pusat pendidikan agama
Budha. Kalingga memiliki seorang pendeta yang bernama Jnanabhadra. Hal
itu menyebabkan masyarakat Kalingga mayoritas beragama Budha.
Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan
menuntut ilmu di Kalingga. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning. Ia pergi ke
Kalingga untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke
bahasa Cina. Salah satu sumber yang berbicara tentang keagamaan Kerajaan
Ho-ling adalah sumber Cina yang berasal dari catatan perjalanan I-tsing,
seorang pendeta agama Budha dari Cina dan kronik Dinasti Sung. Dikatakan
bahwa pada 664-667 M, pendeta Budha Cina bernama Hwu-ning dengan
pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling. Di sana kedua pendeta tersebut
bersama-sama dengan Joh-na po-t’o-lo menerjemahkan Kitab Budha bagian
Nirwana. Terjemahan inilah yang dibawa pulang ke Cina. Menurut I-tsing,
Kitab suci Budha yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan kitab
Suci Budha Mahayana. Menurut catatan Dinasti Sung yang memerintah
setelah Dinasti T’ang, terbukti bahwa terjemahan yang diterjemahkan Hwu-
Ning dengan Yun-ki bersama dengan Njnanabhdra itu adalah kitab Nirwana
bagian akhir yang menceritakan tentang pembakaran jenazah sang Budha,
dengan sisa tulang yang tidak habis terbakar dikumpulkan untuk dijadikan
relik suci. Dengan demikian jelas bahwa Ho-ling tidak menganut agama
Budha aliran Mahayana, tetapi menganut agama Budha Hinayana aliran
Mulasarastiwada. Kronik Dinasti Sung juga menyebutkan bahwa yang
memimpin dan mentahbiskan Yun-ki menjadi pendeta Budha adalah
Njnanabhadra.

7
e. Budaya
Mayoritas masyarakatnya memeluk agama budha begitu juga dengan
kebudayaanya banyak di pengaruhi oleh budaya india. Selain agamanya yang
lekat dan kental banyak tercampur dan terpengaruh dengan adat istiadat
kebudayaan orang india hal ini juga berpengaruh pada Ratu Sima karena
menerima dengan baik kebudayaan india masuk di kerajaan Kalingga.

Peta kerajaan kalingga


D. Keruntuhan Kerajaan Kalingga
Setelah Maharani Sima meninggal di tahun 732 M, keruntuhan
kerajaan Ho-ling terjadi pada tahun 752 M, karena Kerajaan Ho-ling menjadi
wilayah taklukan Sriwijaya di karenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan
perdagangan Hindu, bersama Melayu dan Tarumanegara yang sebelumnya
telah di taklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat
jaringan perdagangan Sriwijaya-Budha.
Latar belakang inilah yang lalu mengantarkan kalingga pada
kehancuran dan tergantikan dengan kekuasaan kerajaan lain. Namun
demikian diyakini keturunan dari Ratu Shima nantinya kembali menjadi
pemimpin besar dengan kerajaan yang populer yakni Mataram Kuno.
E. Peninggalan Kerajaan Kalingga
Prasasti peninggalan kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas.
Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah bogan, purwodadi di lereng
Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf pallawa dan
berbahasa sekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan
jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan
sungai gangga di India. Pada prassasti itu ada gambar-gambar speerti trisula,
kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang
keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa hindu.

8
Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten
Batangm Jawa tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara
Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi.
Prasasti ini bersifat agama Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh
utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya
bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula.
Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernamaDapunta
Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang
berkuasa Kerajaan mataram Hindu.
Beberapa peninggalan sejarah kerajaan kalingga sebagai berikut :
1. Candi Angin
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

(Gambar 2. Candi Angin)


2. Candi Bubrah
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

(Gambar 3. Candi Bubrah)

9
3. Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di lereng barat Gunung Merapi. Prasasti
bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan
tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air
tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India.

(Gambar 4. Prasarti Tukmas)


4. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Raban,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini berasal dari sekitar abad ke-
7M. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya.

(Gambar 5. Prasasti Sojomerto)


5. Prasasti Upit
Prasasti Upit ditemukan di Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen,
Kabupaten Klaten. Isi prasasti ini menceritakan tentang adanya sebuah
kampung, bernama kampung upit yang menjadi daerah perdikan (bebas

10
pajak) karena anugerah dari ratu Shima. Saat ini, prasasti upit disimpan di
Museum Purbakala, Jawa Tengah di Prambanan, Klaten.

(Gambar 6. Prasasti Upit)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa kerajaan Ho-ling atau Walaing terdapat di desa Kuwu didaerah
Purwodadi atau Grobokan dan hingga kini masih di jumpai yang dalam
bahasa daerah disebut bledug dan orang di situ orang membuat garam dari
bledug itu.
Situasi kerajaan ho-ling pada saat itu masyarakatnya telah mengenal
tulisan makan hanya menggunakan jari sertara rajanya tinggal di sebuah
kerajaan yang bertingkat dan beratap.Raja duduk diatas singgasana yang
termuat dari gading.
Keruntuhan kerajaan Ho-ling karena kerajaan tersebut menjadi
wilayah taklukan Sriwijaya.
B. Saran
Kami menyadari makalah kami mempunyai banyak kesalahan yang
disebabkan beberapa kesulitan yang kami alami.Maka kami mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca demi kemajuan makalah ini.Kami
menyarankan agar para pembaca dapat melanjutkan penulisan mengenai
materi tersebut diatas dengan lebih detail

12
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga
http://hibbanurcholis.blogspot.co.id/2013/09/makalah-kerajaan-kalingga.html

Anda mungkin juga menyukai