D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kerajaan Tulang Bawang?
2. Bagaimana kehidupan nimis budaya kerajaan Tulang Bawang?
3. Bagaimana kehidupan agama kerajaan Tulang Bawang?
4. Bagaimana kehidupan ekonomi kerajaan Tulang Bawang
D. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kerajaan Tulang Bawang
3
Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan
Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan
Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak
dapat menerima ajaran tersebut, sehingga mereka kemudian menyingkir ke
Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo
dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada
abad ke-7, nama Tola P‘ohwang diberi nama lain, yaitu Selampung, yang
kemudian dikenal dengan nama Lampung.
Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana
pusat Kerajaan Tulang Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding
memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara
Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km dari pusat Kota
Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini terletak di
Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Sekitar abad ke-15, Kota
Manggala dan alur Sungai Tulang Bawang dikenal sebagai pusat perdagangan
yang berkembang pesat, terutama dengan komoditi pertanian lada hitam.
Konon, harga lada hitam yang ditawarkan kepada serikat dagang nimism
Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie) lebih murah dibandingkan
dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang-pedagang Banten.
Oleh karenanya, komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring dengan
perkembangan zaman, Sungai Tulang Bawang menjadi dermaga “Boom” atau
tempat bersandarnya kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru Nusantara.
Namun, cerita tentang kemajuan komoditi yang satu ini hanya tinggal rekaman
sejarah saja. Kerajaan Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi nimis
pemerintahan yang masih berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini
kemudian menjadi nama Kabupaten Tulang Bawang, namun nimis dan struktur
pemerintahannya disesuaikan dengan perkembangan politik modern.
B. Kehidupan Sosial Budaya
4
C. Kehidupan Agama
Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh
Agama Islam yang sudah berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh
Animisme Hindu nampaknya sampai pada dewasa ini masih belum juga
dapat dikuras habis. Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan
di pedalaman hal ini masih dipraktikkan oleh Rakyat di sana. Mereka
masih meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih
tetap mengawasi anak-cucunya di mana saja berada. Mereka masih
meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai
penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan nimism.
D. Kehidupan Ekonomi
Semua alat-alat pertanian seperti: pacul, gobek, kapak, dibuat dari
besi, demikian juga alat senjata: tombak, badik, keris dan sebagainya
bukankah ini dari besi. Di atas telah penulis singgung pada tahun 671
Pendeta Tiongkok I Tsing pernah mengadakan pencatatan-pencatatan
tentang Kerajaan Tulang Bawang, bahwa didapatinya Rakyat di sana
sudah maju, pandai membuat gula dan membuat besi.
Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga
senjata-senjata dari besi adalah dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang
Bawang asalnya, malahan di Pagar Dewa sekarang ini masih ada pandai
besi (tukang membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan
menurut keterangan Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang
Kalianda mengakui atas kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi
segelungan), Pagar Dewa punya tepaannya. Bahkan di Lampung
pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-senjata ini yang dikenal
hanya Pagar Dewalah tempat pembuatan sarung badik yang terbaik,
berita ini sampai sekarang masih disebut-sebut.
(Pacul) (Badik)
5
E. Sejarah Singkat Kerajaan Kota Kapur
Hal tersebut menunjukkan bahwa Kerajaan Kota Kapur telah ada sebelum
adanya Kerjaan Sriwijaya yang baru ada di tahun 650 M. Nama daerah letak
berdirinya kerajaan ini terinspirasi dari potensi kekayaan yang dimiliki oleh
kawasan tersebut. Peradaban di wilayah Kota Kapur diawali dengan adanya
dijadikannya kawasan tersebut menjadi jalur perdagangan dunia.
Kerajaan Kota Kapur adalah kerajaan yang ada di provinsi Bangka Belitung yang
bercorak Hindu yang beraliran Waisnawa. Adanya Kerajaan Kota Kapur
berdasarkan penemuan prasasti yang memiliki tinggi 1,5 dan berangka 608 saka
atau 686 Masehi.
6
G. Prasasti Peninggalan Kerajaan Kota Kapur
1. Dermaga
Berdasarkan hasil temuan patok serta ikatan ijuk yang terbuat dari jenis pohon
enau, jajaran gelondongan kayu tersebut ditengarai menjadi lantai pijakan di
dermaga. Jejeran tiang yang berjumlah dua, dengan setiap deretannya ada 21
tiang.
Panjang jejeran pada masing-masing sisi mencapai ukuran 6,7 meter dengan
jarak penanaman antar tiangnya sepanjang 20 – 30 cm. Sedangkan pada
jarak yang diapit oleh jejeran tiang itu berkisar 1 meter.
Hasil analisis dari karbon C-14 memberikan hasil berupa tiang kayu pada
dermaga tersebut bertahun 480 sampai 620 M. Sedangkan bagian tali ijuk
yang digunakan sudah ada sejak tahun 250 hingga 590 M.
‘Bangkai’ dari perahu kuno Kerajaan di Kota Kapur ditemukan oleh para
anggota tim arkeolog dari Puslit Arkenas di tanggal 25 September 2007. Ada
dua pusat lokasi penemuan, yakni di jalur Sungai Kupang serta sisi barat
sungai.
7
H. Masa Kejayaan Kerajaan Kota Kapur
Apabila diamati dari letak geografis, Kerajaan Kota Kapur pernah sampai
pada masa kejayaan. Hal tersebut didukung dengan berita dari Tiongkok yang
dibawa oleh seseorang yang bernama Fei Hsin di tahun 1436 M. Dalam berita
tersebut dikabarkan bahwa secara umum, tanah yang ada di wilayah Pulau
Bangka merupakan tanah yang subur, bahkan bisa menghasilkan jumlah
produksi lebih tinggi.
Pada masa itu, wilayah perairan di Selat Bangka menjadi jalur perdagangan
internasional yang cukup ramai. Di sini dijumpai banyak sekali kapal asing.
Bahkan, di tempat ini juga menjadi markas bagi mereka ingin melancar aksinya
dengan merompak.
Posisi dari Selat Bangka juga sekaligus menjadi gerbang strategis jika ingin pergi
ke Palembang melewati Sungai Musi serta menjadi pusat kekuasaan dari
Kerajaan Sriwijaya. Karena hal ini kemudian pada saat itu, Raja Dapunta Hyang,
yang sedang menjabat memutuskan untuk mengirimkan pasukan penyerang.
Hal ini dilakukan sebagai strategi perluasan wilayah kekuasaan.
8
A. Kesimpulan Kerajaan Tulang Bawang
Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri di
Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung
sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang memberikan keterangan
mengenai kerajaan ini. Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan
masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi
yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang dikenal sebagai
salah satu pusat perdagangan di nusantara.
Mereka masih meyakinkan bahwa roh-roh itu masih aktif, masih bekerja
masih tetap mengawasi anak-cucunya di mana saja berada. Mereka masih
meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai
penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan animisme.
Kerajaan Kota Kapur merupakan kerajaan yang diperkirakan sudah berdiri sejak
abad ke-5 hingga abad ke-7 Masehi. Penemuan kerajaan ini didukung dengan
ditemukannya Arca Wisnu sebanyak 4 buah, dimana Arca Wisnu tersebut
memiliki gaya arsitektur pre Angkor.