Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH INDONESIA

KELOMPOK 6
• ARIQ FADHALI NASUTION
• M.FAUZAN IKROMI
• APRILIA WAHYU SULISTYANI
• I.F. DEVINA SIHALOHO
• KHANSA BIRU LANGIT

X MIA 5
2016/2017
KEHIDUPANPOLITIK, EKONOMI,
SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT
INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDHA
Bahasa dan Tulisan
Masuknya bangsa India ke Nusantara sejak abad
ke-1 Masehi mengantarkan masyarakat Nusantara
ke budaya tulis atau masa aksara. Budaya tulis itu
menggunakan bahasa Sanskerta dengan huruf
Pallawa

Huruf Pallawa menjadi dasar dari huruf-huruf lain di


Indonesia seperti huruf Kawi, Jawa Kuno, Bali,
Lampung, Batak, dan Bugis.

Bukti pertama dikenalnya tulisan (aksara) di


Nusantara adalah penemuan tulisan di atas tujuh
buah yupa abad ke-4 Masehi di wilayah Kutai,
Kalimantan Timur
PRASASTI
Prasasti, dari kata bahasa Sanskerta yang berarti pujian. Prasasti
merupakan piagam atau dokumen yang dituis pada bahan
yang keras dan tahan lama, yang memuat informasi tentang
sejarah,peringatan atau catatan tentang sebuah peristiwa.
Hampir semua prasasti pada zaman kerajaan Hindu
menggunakan huruf Pallawa. Sebuah prasasti bisa berupa pujian
terhadap raja, silsilah seorang tokoh, utang piutang, kutukan atau
sumpah.
Prasasti biasa dibuat daraai batu, lempengan emas,perunggu,
daun lontar, kulit pohon atau daluang.
Prasasti bisa dikelompokkan berdasarkan bahasanya:
1. B. Sanskerta (Kerajaan Kutai atau Kerajaan Tarumanegara)
2. B. Jawa Kuno (Kerajaaan Mataram Kuno)
3. B. Melayu Kuno (Kerajaan Sriwijaya)
4. B. Bali Kuno (Kerajaan Bali)
KITAB
Kitab adalah kumpulan kisah, catatan,atau laporan tentang
suatu peristiwa,kadang di dalamnya terdapat juga mitos; pada
masa Hindu-Buddha biasanya kitab ditulis di atas daun lontar.
Tulisan di dalamnya berupa rangkaian puisi yang indah dan
terbagi dalam sejumlah bait yang disebut pupuh. Adapun
ungkaan yang ditulis dalam bentuk puisi ini biasa disebut
kakawin
PERKEMBANGAN KITAB DI INDONESIA
1. Tahap pertama atau kesusastraan tertua
• Lahir pada Kerajaan Mataram Kuno
• Kitab yang terkenal, Sang Hyang Kamahayanikan, oleh Sambara
Suryawanasa. Kitab ini menceritakan tentang ajaran Buddha aliran
Tentrayanan

2. Tahap Kedua, pada masa Kerajaan Kediri


• Padapemerintahan Raja Jayabhaya, terdapat banyak hasil sastra kuno
• Karya yang terkenal, Arjuna Wiwaha, oleh Mpu Kanwa.
• Kresnayana, oleh Mpu Dharmajaya
• Bharatayuda, oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh

3. Tahap Ketiga, Masa Kerajaan Majapahit


• Lahir kitab Negarakertagama, oleh Mpu Prapanca tahun 1365. Kitab ini
menjadi sumber penulisan sejarah politik Jawa dari abad ke-8 sampai
abad ke-15.
• Kitab Sutasoma, oleh Mpu Tantular
• Kitab Pararaton yang berisi mitos tokoh Ken Arok
• Kitab Bubhuksah, kitab yang menceritakan dua orang bersaudara yang
berusaha mencari kesempurnaan
MANUSKRIP
Manuskrip adalah naskah tulisan tangan peninggalan masa lalu yang
berisi berbagai hal seperti cerita kepahlawanan,hukum,upacara
keagamaan,silsilah,syair,mantra sihir, dan resep obat-obatan.

Contoh:
Pustaha, yaitu naskah Batak yang ditulis dengan aksara Batak dan diulis
di atas lembaran kulit kayu alim
I La Galigo, sebuah naskah dari Sulawesi Selatan yang merupakan
naskah epos (kepahlawanan) tentang Kerajaan Luwu pada masa pra-
islam
Naskah kuno Lampung, ditulis di atas kulit kayu pohon bunut,
menggunakan aksara Lampung.
KEHIDUPAN POLITIK DAN
SISTEM PEMERINTAHAN
HINDU-BUDDHA
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke indonesia, sistem
pemerintahan yang di anut di indonesia adalah sistem pemerintahan desa,
yang di pimpin oleh seorang kepala suku dan dipilh berdasarkan kelebihan
dan kekuatannya.
Dengan masuknya pengaruh Hindu muncul konsep dewa raja, pimpinan
tertinggi dalam sebuah kelompok adalah seorang raja, yang diyakini sebagai
titisan atau reinkarnasi dewa (Dewa Siwa atau Dewa Wisnu). Konsep ini
melegitimasi (mengesahkan) pemusatan kekuasaan pada raja.
Dari konsep ini pulalah indonesia mulai menenal sistem pemerintahan
kerajaan, dengan raja sebagai pimpinan tertinggi dibantu sejumlah pejabat
yang bertugas sesuai fungsinya (misalnya: urusan ketatanegaraan, agama,
hukum, perpajakan, upeti, dan lain-lain).
Sebagai penguasa, raja memiliki wewenang penuh terhadap seluruh tanah di
wilayah kerajaannya, sedangkan rakyat hanyalah penggarap. Rakyat juga
wajib memberikan kesetiaan yang penuh terhadap titah raja, termasuk dalam
membangun istana dan candi tanpa menuntut upah.
Sistem pemerintahan kerajaan pada masa kerajaan Hindu dan Buddha pada
umumnya terbagi dalam beberapa bidang, yaitu bidang pertahanan atau
angkatan perang, perdagangan, keuangan, urusan luar negri, pajak, dan
hukum. Jabatan-jabatan ini dapat dirangkap hanya oleh beberapa orang
tergantung keinginan raja dan luasnya kerajaan. Raja adalah pimpinan
tertinggi.
Terdapat perbedaan sistem pemerintahan antara kerjaan Hindu-Buddha yang
berlokasi di Jawa Timur, Jawa Tengan bagian utara, dan Jawa Tengah bagian
selatan. Hal ini dapat di identifikasi dengan melihat denah bangunan candi di
dalam sebuah kompleks.
Pemerintahan kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Tengah bagian selatan
bersifat Feodal. Hal ini terlihat dari denah bangunan candi. Candi induk di
tempatkan dibagian tengah dan dikelilingi candi-candi perwara. Hal ini
menandakan pusat pemerintahan sepenuhnya berada di tangan raja.
Sementara itu, bangunan candi-candi di Jawa Tengah bagian utara
mencerminkan sistem pemerintahan Federal, dimana pemerintah pusat
memerintah kerajaan-kerajaan kecil yang sederajat secara demokratis. Hal
ini tercermin dari lokasi-lokasi dalam denah bangunan candi yang menyebar
dalam kompleks percandian. Sistem federal juga terlihat pada kerajaan
Hindu-Buddha di Jawa Timur, dimana negara-negara bagian yang berada
di wilayah kekuasaannya memiliki otoritas penuh. Hal ini ditunjukan oleh
denah bangunan candi, candi yang besar yang melambangkan
pemerintah pusat dibangun dibagian belakang candi-candi yang lain.
EKONOMI DAN SISTEM MATA
PENCAHARIAN MASA HINDU-
BUDHA
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal
ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan
jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
Letak strategis wilayah Kepulauan Indonesia mendukung kegiatan pelayaran.
Pada masa Hindu-Budha kegiatan pelayaran mengalami perkembangan pesat.
Kedatangan para pedagang India dan Cina menyebabkan jalur pelayaran di
wilayah Indonesia semakin ramai.
Pada masa Hindu-Budha kegiatan perdagangan di Indonesia terbagi menjadi dua,
yaitu perdagangan maritim dan agraris. Perdagangan maritim dilakukan oleh
kerajaan yang berada di pesisir seperti Kerajaan Sriwijaya. Perdagangan agraris
biasa dilakukan kerajaan yang berada di pedalaman seperti Kerajaan Kerajaan
Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno, Kediri, dan Singasari. Kerajaan agraris sangat
bergantung pada sungai besar sebagai alat transportasi. Sungai Mahakam,
Candrabaga, Bengawan Solo, dan Brantas merupakan sungai-sungai utama di
wilayah Kepulauan Indonesia yang berperan penting dalam kegiatan
perdagangan agraris.
Awalnya, pedagang- pedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa
barang-barang seperti berbagai jenis rempah-rempah, seperti lada dan cengkih,
serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis binatang khas yang unik. ke Cina.
Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, hubungan dagang
antara Indonesia –India – Cina pun berkembang disebutkan bahwa pada abad
ke-5 Masehi, bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan
maritim internasional Asia.
Tenaga kerja, Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat merupakan
abdinya yang harus menaati semua perintahnya. Hal ini dikarenakan pada masa
itu, kekuasaan raja merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak sebab raja
dianggap sebagai penjelmaan dewadi bumi dan memerintah atas nama dewa.
Oleh karena itu, rakyat dituntut untuk bersikap setia kepada raja.
CIRI - CIRI DAN PERBEDAAN
CANDI HINDU DAN BUDDHA
CIRI-CIRI CANDI HINDU
1. Pada pintu masuk candi terdapat
kepala kala yang dilengkapi
dengan rahang bawah
2. Candi berbentuk ramping.
3. Biasanya berbentuk komplek
candi, Candi utama berada di
belakang candi perwara, contoh
seperti candi prambanan
4. Adanya arca dewi trimurti.
5. Terdapat bentuk ratna di
puncaknya.
6. Struktur candi dibagi menjadi 3
bagian bhurloka, bhuvarloka, dan
svarloka.
7. Umumnya adalah tempat
pemakaman raja dan tempat
penyembahan dewa.

Contoh candi hindu diantaranya Candi Prambanan, Candi Arjuna, Candi Panataran, Candi
Kidal, Candi Gedong Songo, Candi Cangkuang, Candi Panataran,
Struktur candi hindu terbagi menjadi 3 bagian yaitu bhurloka, bhuvarloka dan swaloka yang kana di perjelas di bawah ini.

Bhurloka atau kaki candi merupakan bagian dasar dari candi. Bagian dasar ini melambangkan dunia bawah atau alam
bawah. Disebut bawah karena memang makhluk yang menghuni adalah makhluk dari golongan bawah seperti
hewan, makhluk halusseperti iblis, raksasa, asura serta manusia. Bagian bawah ini diangga alam kesengsaraan karena
di alam bawah ini makhluk – makhluknya masih memiliki nafsu. Bagian bawah ini biasanya berbentuk segi empat atau
bujur sangkar. Pada bagian ini terdapat “jaladwara” atau aliran air yang menyatu dengan tangga masuk menuju pintu
candi. Biasanya terdapat ukiran di sela tumpukan di sisi kiri kanan candi.
Bhuvarloka atau tubuh candi merupakan bagian tengah pada candi. Bagian tengah ini melambangkan tempat manusia
yang disucikan dan menuju ke kesempurnaan batiniah. Di bagian ini terdapat pintu candi yang juga terdapat
“kalamakara” di bagian atas. Sedikit cerita tentang kalamakara, kalamakara adalah kepala kala semacam iblis
berkepala hewan perpaduan buaya, macan serta ikan yang terdapat di pintu candi baik candi hindu maupun
buddha. Kalamakara pertanda pengingat bagi manusia akan adanya kematian dan juga sebagai penolak bala, sial
serta ancaman ancaman batin di candi. Dalam cerita hindu dan buddha, kala dahulu berwajah tampan. Namun ia
mendapat kutukan dari sang hyang widhi sehingga berubah menjadi raksasa buas dan memakan binatang yang
dijumpainya. Terakhir ia memakan dirinya sendiri sampai tersisa kepalanya. Di dalam tubuh candi bagian dalam
terdapat ruangan.

Swarloka atau atap candi merupakan perlambang dunia dewa dan jiwa yang mencapai kesempurnaan. Umumnya
bagian atas ini berbentuk limas yang memiliki tiga tingkatan. Tingkatan paling atas mengerucut. Bagian atap terdapat
rongga yang berbentuk batu persegi dengan gambar teratai, yang melambangkan takhta dewa.
CIRI-CIRI CANDI BUDHA
1. Fungsi utama candi buddha adalah
sebagai tempat pemujaan
2. Struktur candi terbagi menjadi 3
yaitu kamadatu, rupadatu, dan
arupadatu
3. Terdapat stupa di puncak candi
4. Terdapat patung buddha
5. Candi utama berada di tengah
candi- candi kecil seperti di candi
borobudur
6. Relief pada candi memberikan
cerita tersendiri
7. Bentuk bangunan cenderung
tambun
8. Pada pintu candi terdapat Kala
dengan mulut menganga tanpa
rahang bawah dengan makara
ganda di masing - masing sisi pintu

Contoh candi buddha diantaranya Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Muara Takus, Candi
Mendut, Candi Plaosan, Candi Sojiwan, Candi Sewu, Candi sambi sari
TINGKATAN DALAM CANDI
BUDDHA
Arupadhatu
Tingkatan paling atas dari sebuuah candi Buddha adalah
arupadhatu, arupadhatu memiliki arti tidak berupa atau
berwujud. Pada tingkatan ini melambangkan seorang
manusia yang sudah tidak memiliki nafsu dan ikatan namun
belum sampai tingkatan nirwana. Bentuk dari arupadhatu
adalah stupa yang memiliki rongga dimana didalamnya
terdapat patung Buddha. Di tingkatan tertinggi Borobudur
sendiri terdapat 10 stupa dan satu stupa terbesar berada di
bagian paling atas Borobudur. Di dalam stupa terbesar
tersebut dulu terdapat patung Buddha yang tidak sempurna
atau unfinished Buddha namun sekarang dipindah ke
museum Karmawibhangga.
Rupadhatu
Rupadhatu melambangkan dunia yang telah terbebas dari nafsu namun masih memiliki rupa dan bentuk.
Rupadhatu juga melambangkan alam antara yaitu sebagai penjembatan antara alam bawah (kamadhatu)
dan alam atas (arupadhatu). Di Candi Borobudur rupadhatu terdapat relief yang menggambarkan
keseharian buddha ketika memulai melakukan pengajaran Buddha di taman Lumbiri.
Kamadhatu
Kamadhatu merupakan tingkatan paling bawah dari candi Buddha. Tingkatan ini merupakan perlambang
dari dunia manusia yang penuh nafsu. Disinilah terbentuk hawa nafsu yang bertentangan dengan ajaran dan
ideologi Buddha. Selain itu bisa juga diartikan sebagai perlambang kehidupan manusia anak - anak yang
masih memanjakan dirinya dengan hawa nafsu, kehidupan duniawi, hedonis, dan egois.

Anda mungkin juga menyukai